Anda di halaman 1dari 13

SUMBER-SUMBER DAN KEGUNAAN KEUANGAN SEKOLAH

(Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan)

OLEH:

DWI INDAH OKTAVIANI (2210246943)


WILLYAN ISWANDI (2210247064)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan lembaga yang sistem dan pembaharuan perlu perhatian lebih,
guna untuk tercapainya tujuan pendidikan dimana menjadikan siswa dan siswi cerdas, bermoral
dan berakhlak mulia. Namun tidak menutupi kemungkinan selain dari memperatikan sistem
sekolah pemerintah juga perlu memperhatikan dari sisi keuangannya, harus ada manajemen yang
tepat karena jika timbul kesalahan akan menimbulkan hal-hal sensitif, oleh sebab itu pemerintah
perlu memberikan perhatian lebih juga terhadap pengaturan keuangan disekolah.
Manajemen keuangan disekolah merupakan hal terpenting juga dalam pencapaian tujuan
pendidikan misalkan pengguaan uang dalam sekolah tidak tepat akan menimbulkan kekurangan
sarana prasarana yang berakibat keberlangsungan pembelajaran kurang efektif dan efesien,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Arwildayanto mengatakan lembaga pendidikan dari semua
jenjang pendidikan mulia persekolahan sampai dengan perguruan tinggi merupakan entitas
orgaisasi yang dalam operasionalnya membutuhkan uang untuk menjalankan semua sumber
daya yang dimilikinya (Arwildayanto et al., 2017).
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam melaksanakan aktivitas
yang ada disekolah,karena biaya pendidikan merupakan instrumental input. Dalam setiap upaya
pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan yang berifat khusus maupun umum,dan kuantitatif
maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Hampir tidak ada
upaya pendidikan yang dihasilkan tanpa biaya pendidikan.
Sekolah sebagai insitusi (lembaga) pendidikan, merupakan wadah tempat proses
pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Dalam kegiatannya, sekolah
adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada
dalam satu tatanan system yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena itu sekolah dipandang
sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan (Barlian, 2016).
Diharapkan dengan adanya pengelolaan yang baik dan benar dapat meningkatkan kualitas
pendidikan disekolah memang tidak semudah yang dibayangkan. Peningkatan kualitas
pendidikan bukanlah tugas yang ringan karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan
teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks, baik yang berkaitan
dengan perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan system
persekolahan, peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih
baik (Rahmah, 2016). Sehingga dapat dipahami bahwa dalam mewujudkan sekolah yang
bermutu dan berkualitas harus dimulai dari dalam sekolah seperti perencanaan, pedanaan, sampai
kepada efesiensi dan efektifitas sekolah. Sekolah harus memahami darimana saja sumber-sumber
dan sasaran penggunaan keuangannya.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana sumber-sumber dan kegunaan keuangan sekolah?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui mengenai sumber-sumber dan kegunaan keuangan sekolah.

1.4 Landasan Teori


1.4.1 Sumber-sumber Keuangan Sekolah
Sumber dana pendidikan adalah semua pihak-pihak yang memberikan bantuan
subsidi dan sumbangan yang diterima oleh lembaga pendidikan, baik dari lembaga sumber
resmi pemerintah (pusat dan daerah) ataupun dari masyarakat sendiri secara teratur.
Pendanaan yang disediakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah merupakan amanat
dari dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran (Arwildayanto et al., 2017).
Penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dapat bersumber dari:
1) anggaran pemerintah, 2) bantuan pemerintah daerah, 3) pungutan dari peserta didik atau
orang tua, 4) bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidian di luar peserta didik atau
orang tua/walinya, 5) bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat, 6) sumber lainnya yang
sah (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Pasal 51 Ayat 4
Tentang Pendanaan Pendidikan, 2008).
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu lembaga pendidikan/sekolah secara
garis besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu (Etty, 2017) : 1) pemerintah, baik
pemerintah pusat atau daerah, maupun kedua- duanya yang bersifat umum atau khusus yang
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; 2) orang tua peserta didik, 3) masyarakat, baik
yang mengikat maupun tidak mengikat. Sejalan dengan Istiqomah secara umum bahwa
sumber-sumber keuangan sekolah meliputi dana dari pemerintah pusat maupun daerah, dana
dari orang tua murid (wali peserta didik) dan dana dari masyarakat baik yang mengikat
maupun tidak (Istiqomah, 2020).
1.4.1.1 Dana Pemerintah
Pendanaan dari pemerintah pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) baik untuk membiayai kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian
Kegiatan (DIK) maupun untuk membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum dalam
Daftar Isian Proyek (DIP). Sumber keuangan dari pemerintah telah disediakan dari anggara
rutin dalam daftar isian kegiatan (DIK) yang sudah dialokasikan untuk semua sekolah di
indonesia disetiap tahunnya. Dana dikeluarkan berdasarkan jumlah peserta didik kelas I, II,
dan III. Mata anggaran dan besarnya dana untuk jenis pengeluaran sudah ditentukan
Pemerintah di dalam DIK.
Pengeluaran dan pertanggung jawaban atas pemanfaatan dana rutin (DIK) harus
benar-benar sesuai dengan anggaran tersebut. Selain itu juga terdapat bantuan dana dari
pemerintah pusat berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sudah ditentukan
jumlahnya berdasarkan pada jumlah siswa dan jenjang pendidikannya. BOS adalah program
pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar
dan menengah sebagai pelaksana program wajib belajar dari 9 tahun sekarang sudah berada
pada angka 12 Tahun.
Di samping itu dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat Provinsi,
kabupaten/kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung kegiatan- kegiatan bidang
pendidikan yang ada di daerah yang bersangkutan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk
kegiatan pembangunan. Di banyak daerah anggaran pendidikan diberi label Program
Pendidikan Gratis. Dulu Provinsi Gorontalo menggunakan istilah pendidikan gratis sekitar
tahun 2012. Setahun kemudian diganti nama programnya menjadi Pendidikan untuk Rakyat
(PRODIRA). Bentuk dan formulasinya tidak jauh berbeda dengan pendidikan gratis yang
dilaksanakan di banyak daerah di Indonesia. Untuk mengetahui secara detail PRODIRA dan
Efektivitasnya dalam pembangunan daerah selanjutnya konsepsi dan kebijakan pembiayaan
tentang PRODIRA dibahas pada bagian selanjutnya.
1.4.1.2. Dana Orang Tua
Adapun sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP (Sumbangan Pembinaan
Pendidikan) atau menggunakan istilah lainnya yang selanjutnya menjadi dana pembinaan
pendidikan (DPP). Termasuk sumbangan dari organisasi persatuan orang tua murid dan guru
(POMG) atau dana komite sekolah. Dalam upaya menggenjot pendanaan di lembaga
pendidikan Islam, misalnya Madrasah, Pondok Pesantren, meningkatkan potensi pendanaan
berbasis pada potensi orang tua siswa dan masyarakat ini menjadi tulang punggung
pendapatan kampus, karena sumber pendanaan dari pemerintah masih sedikit. Beberapa
decade terakhir ini perhatian dan bantuan pemerintah untuk pesantren dan madrasah sudah
terjadi peningkatan yang sangat signifikan.
Pendanaan dari orang tua siswa merupakan dana dari masyarakat juga tapi disebut
masyarakat bersifat mengikat. Pendanaan ini disebut juga iuran komite yang disetujui saat
rapat komite dan besaran dana ini juga disepakati saat rapat komite sekolah. Dana komite
terdiri dari tiga jenis, 1) dana bulanan tetap, yang wajib dibayarkan orang tua siswa setiap
bulanya hal ini berjalan saat anak jadi peserta didik saja. 2) dana tidak tetap, biasanya ini
dibebankan kepada peserta didik baru dimana orang tua atau siswa hanya membayar satu
kali selama ia menjadi peserta didik, 3) dana sukarela dalam hal ini dana yang diberikan
peserta didik dan orang tua secara sukarela (Jaenudin & Suroto, 2017).
1.4.1.3. Dana Masyarakat
Selain dari sumbangan dana pendidikan dari masyarakat biasanya dalam bentuk
barang peralatan dan jasa yang sifatnya tidak mengikat. Sumbangan dana lainnya sulit untuk
di data, dan selalu kurang diperhitungkan dalam perencanaan dana pendidikan. Bahkan
sumber dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk sumbangan seperti Corporate Social
Responsibility (CSR), Hibah, Wakaf adalah bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian
dunia usaha dan dunia kerja terhadap lingkungan sekitar dengan membantu sektor
pendidikan. Menurut Jaenudin & Suroto (2017), dana dari masyarakat ini biasanya diberikan
baik secara individu atau secara organisasi atau secara badan usaha milik Negara dan badan
usaha swasta sebagai bentuk kepedulian kepada sekolah, Dana ini juga diberika bersifat
sukarela.
Potensi pendanaan dari masyarakat yang belum tersentuh dan sering diabaikan
adalah alumni. Mestinya pihak sekolah, pondok pesantren dan madrasah serta perguruan
tinggi bisa memberdayakan alumninya, dengan cara mengedarkan surat undangan dan
permohonan bantuan kepada alumni yang sukses. Lembaga pendidikan juga bisa
mengadakan kegiatan-kegiatan amal yang dapat mendatangkan keuntungan financial.
Mengajukan proposal bantuan finansial kepada kolega, dan donator luar negeri,
memberdayakan wakaf, hibah, infak, jariah, dan sebagainya. Memberdayakan solidaritas
anggota organisasi keagamaan yang menaungi lembaga pendidikan untuk membantu
mencarikan dana.
Upaya-upaya ini harus diorganisir dengan, transparan dan kredibel sehingga pihak-
pihak yang akan membantu dengan ikhlas menyisihkan uangnya untuk membantu lembaga
pendidikan. Penggalangan dana bagi lembaga pendidikan sangat memungkinkan untuk
dilaksanakan seiring dengan keterbatasan dana yang disediakan pemerintah pusat dan
daerah. Untuk itu lembaga pendidikan bisa juga melakukan beberapa kegiatan yang bersifat
menghimpun dana dari berbagai pihak, antara lain 1) melakukan kegiatan dengan mencari
sponsor, misalnya kegiatan olahraga, lomba akademik, 2) sumbangan dana dari organisasi
tertentu, misalnya Habibie Centre, Swiss Contact Foundation, PT ASTRA Indonesia,
Sampoerna Foundation, Djarum Foundation, dan banyak lagi lembaga amal yang
menyediakan bantuan pendidikan, 3) menunjukkan utusan yang bertugas menggalang dana,
misalnya tokoh politik, agamawan, selebritis dan tokoh yang bisa menggerakkan banyak
pihak, 4) Lelang berupa barang yang diperoleh dari pihak-pihak sponsor, 5) Lotere
pengundiannya membayar diberikan hadiah kepada pemenang, sisanya untuk lembaga
pendidikan. Penggalangan dana ini tentu sesuai dengan kondisi dan karakter lembaga
pendidikan dan masyarakat sekitarnya.
1.4.2. Penggunaan Keuangan Sekolah
Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang
maupun barang dan tenaga. terkait dengan biaya pengeluaran sekolah, ia dapat dikategorikan
ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu (1) biaya pengeluaran untuk pelaksanaan
pelajaran, (2) biaya pengeluaran untuk tata usaha sekolah, (3) biaya pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah, (4) biaya kesejahteraan pegawai, (5) biaya administrasi, (6) biaya
pembinaan teknis educative, dan (7) biaya pendataan. Biaya inilah yang semestinya ditutupi
oleh anggaran yang ada dan ini gambaran secara umum akan sarana dan prasarana, kita tahu
bahwa pertimbangan orang tua atau siswa untuk masuk kesekolah impianya salah satunya
dengan melihat kelengkapan sarana dan prasarana (Lubis et al., 2021).
Turunan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka diterbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dan secara
teknis diikuti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2009 tentang Standar Pendidikan. Salah satu mengatur tentang Standar pembiayaan
pendidikan. Dimana jenis pembiayaan pendidikan yang dikemukakan dalam standar tersebut
meliputi: 1) biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana,
pengembangan SDM, dan modal kerja tetap; 2) biaya operasional yang dipergunakan untuk
gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung; dan 3) biaya
personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran (Arwildayanto et al., 2017).
Menurut Pusvitasari & Sukur (2020), perencanaan keuangan sekolah mengacu pada
konsep penyelenggaraan pendidikan sekolah secara utuh. Pelayanan di lembaga pendidikan
di antaranya; (1) teknik layanan edukatif dalam proses kegiatan belajar mengajar baik secara
teori maupun praktik dan penilaian hasil belajar, (2) layanan yang menunjang operasional
kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler, (3) pemeliharaan dan pemanfaatan buku
pelajaran, alat pendidikan, alat pelajaran, laboratorium, perpustakaan dan peralatan praktik
serta bahan praktik dan keterampilan, (4) pengadaan dan perawatan sarana penunjang seperti
sarana administrasi, gedung sekolah, ruang kelas, fasilitas sekolah dan lingkungan; (5)
penyediaan daya dan jasa seperti listrik, air, (6) perjalanan dinas kepala madrasah dan guru,
(7) pemberdayaan komite madrasah, kegiatan sosial, dan layanan kemasyarakatan (8)
kegiatan lomba yang diikuti peserta didik atau guru, (9) keperluan layanan sekolah yang
habis pakai seperti surat kabar, (10) honorarium pendidik dan tenaga kependidikan, asuransi
kesehatan, transportasi, dan lain-lain.
PEMBAHASAN
2.1 Elaborasi Kasus
Kasus : Kurangnya transparansi dalam penggunaan sumber keuangan dana
bos di sekolah (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan
Buleleng) (Wardani et al., 2019)
Jurnal : JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Vol: 10 No: 2 Tahun
2019
Hasil Temuan : 1. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
diawali oleh pembuatan daftar kegiatan oleh kepala sekolah yang dibantu pleh manajemen BOS
yang lain seperti Bendahara, guru-guru dan komite sekolah melalui forum rapat. Namun proses
perencanaan RKAS yang dilakukan oleh ketiga sekolah ini, dapat dikatakan kurang berlangsung
secara optimal karena kurangnya peran serta orang tua siswa dalam proses perencanaan
penggunaan dana BOS. Peran orang tua siswa sebenarnya sangat penting, karena dengan adanya
campur tangan orang tua dalam proses perencanaan maka kebutuhan semua siswa dapatt
difasilitasi dengan baik oleh pihak sekolah. Ketidak ikut-sertaannya orang tua siswa dalam
proses perencanaan ini menghilangkan fungsi orang tua siswa yang tertuang dalam
Permendikbud No. 8 Tahun 2017 yaitu fungsi orang tua sebagai kontrol, pengawasan dan
pemberi masukan kepada Tim BOS Sekolah.

2.2 Review Jurnal


Judul Kasus Pengelolaan Dana Bos Pada SD Negeri Di UPT Pelayanan
Pendidikan Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman (Muryati, 2016)
Jurnal Jurnal Akuntabilitas Manajemen (Sinta 3)
Download https://journal.uny.ac.id/index.php/jamp/article/view/10802
Volume & Halaman Vol 4, No. 2
Tahun 2016
Penulis Irene, Muryati
Reviewer Dwi Indah Oktaviani & Willyan Iswandi
Tanggal 07 September 2023
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengawasan dan evaluasi pengelolaan, serta (4)
pelaporan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Sekolah
Dasar Negeri dengan jumlah siswa sedikit dan jumlah siswa banyak
di wilayah UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Moyudan.
Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah Sekolah Dasar di UPT Pelayanan
Pendidikan Kecamatan Moyudan, yaitu SDN D dengan jumlah siswa
penerima dana BOS 66 siswa dan SDN K dengan penerima dana
BOS 178 siswa
Assestment Data Menggunakan beberapa cara, yakni:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Dokumen
Metode Penelitian Studi Kasus Pendekatan Kualitatif
Langkah Penelitian 1. Melaksanakan observasi di SD Negeri D dan SD Negeri
K dilaksanakan dengan metode atau cara-cara yang menganalisis,
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku nara
sumber yaitu kepala sekolah, bendahara, guru, komite, dan orangtua
siswa dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung. Observasi juga dilaksanakan dengan mengamati keadaan
sarana dan prasarana sekolah. Dengan observasi peneliti akan lebih
mampu memahami konteks data.
2. Mengumpulkan data primer yang dilakukan secara mendalam
dimana peneliti melakukan komunikasi timbal balik dengan nara
sumber yaitu kepala sekolah, bendahara, guru, komite sekolah, dan
orangtua siswa untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa
informan.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Perencanaan pengelolaan dana BOS diprioritaskan untuk peningkatan
mutu, namun partisipasi warga sekolah kurang optimal.
2. Pada pelaksanaan: (a) penyaluran dana dilaksanakan di awal triwulan,
(b) proses pembukuan dilaksanakan secara rutin, dan (c)prinsip
akuntabilitas dan keterbukaan telah dilaksanakan dengan baik.
3. Pengawasan dilakukankan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah
dengan memeriksa SPJ BOS; evaluasi dilakukan dengan mengisi
angket pelaksanaan sekali dalam setahun oleh TIM Manajemen BOS
Kabupaten.
(4) Pelaporan penggunaan dana BOS dalam bentuk SPJ dilaksanakan
setiap triwulan kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten melalui UPT
pelayanan pendidikan.
Kekuatan Penelitian 1. Penelitian ini menceritakan secara detail mengenai pencairan dana
BOS hingga pelaporan mengenai dana BOS itu sendiri, sehingga
terciptalah transparansi di wilayah sekolah.
2. Dalam penelitian dijelaskan secara lengkap mengenai akuntabilitas
sekolah yang diuraikan dengan detail dalam bentuk tabel sehingga
mudah untuk dipahami.
3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai
kalangan

Kelemahan Penelitian 1. Masih sedikit sekali referensi yang digunakan dalam penelitian.
2. Dalam jurnal tidak dipaparkan mengenai alasan penting dilaksanakannya
kegiatan pengelolaan keuangan di sekolah
Kesimpulan Data yang dijabarkan dalam penelitian sudah lengkap namun dalam jurnal
butuh tambahan referensi.

Judul Praktik Pengawasan Pengelolaan Keuangan Sekolah


Jurnal JAKU (Jurnal Akuntansi Keuangan Unja) Sinta 5
Download https://mail.online-journal.unja.ac.id/jaku/article/view/7425/6236
Volume & Halaman Vol 4, No. 1
Tahun 2019
Penulis Sri Rahayu, Mukhzarudfa, & Yuliusman
Reviewer Dwi Indah Oktaviani & Willyan Iswandi
Tanggal 07 September 2023
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengungkap praktik pengawasan
pengelolaan keuangan sekolah.
Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah Sekolah dasar di Kota Jambi tersebar
pada 6 Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan di Tingkat
Kecamatan Kota Jambi yaitu UPTD Jambi Timur, UPTD Jambi
Selatan, UPTD Pasar, Pelayangan dan Danau Teluk, UPTD Jelutung,
UPTD Kotabaru dan UPTD Telanaipura.
Assestment Data Menggunakan beberapa cara, yakni:
1. Wawancara mendalam
2. Kuisioner
Metode Penelitian Deskriptif kuantitatif dan kualitatif dan triangulasi data
Langkah Penelitian 1. Data primer dikumpulkan dengan metode wawancara
mendalam dan survei dengan kuesioner terkait dengan praktik
pengawasan pengelolaan keuangan sekolah. Semua data
tersebut diperoleh dari masing-masing sekolah dan pengawas
sekolah dasar di Kota Jambi.
2. Wawancara mendalam tidak dilakukan untuk seluruh
kecamatan, hanya perwakilan beberapa sekolah saja. Hal ini
dilakukan karena tidak semua kepala sekolah bersedia untuk
diwawancarai secara mendalam.
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini yaitu:
1. Beberapa jenis dana yang menjadi sumber keuangan sekolah yaitu dana
bantuan pemerintah, dana alokasi khusus, dana BOS yang bersumber dari
APBN (pusat) dan dana BOS dari APBD (daerah) serta pendapatan asli
sekolah. Jenis Dana yang belum banyak dipahami oleh sekolah adalah
pendapatan asli sekolah. Seluruh sekolah telah mendapat alokasi dana
BOS yang bersumber dari APBN. Namun tidak seluruh sekolah mendapat
dana bantuan pemerintah (Bantah) dan DAK. Dana BOS APBD
dialokasikan dalam bentuk honor bagi guru dan pegawai non PNS.
2. Pengawasan keuangan sekolah dasar di Kota Jambi pada tahap
perencanaan sudah baik. Sekolah sudah melibatkan orang tua dan komite
dalam proses penyusunan anggaran sekolah, walaupun masih terdapat
sekolah yang sifatnya hanya melakukan sosialisasi saja.
3. Pengawasan keuangan sekolah dasar di Kota Jambi pada tahap
pemanfaatan dan penatausahaan sudah baik.
4. Pengawasan keuangan sekolah dasar di Kota Jambi pada tahap pelaporan
juga sudah baik.
Kekuatan Penelitian 1. Penelitian ini menceritakan secara detail mengenai sumber
keuangan yang ada di sekolah.
2. Penelitian ini melakukan pengawasan ke beberapa sekolah.
3. Menggunakan triangulasi data untuk menguatkan hasil penelitian.
Kelemahan Penelitian 1. Wawancara mendalam dilakukan hanya beberapa kepala sekolah.
2. Rujukan terbatas.
Kesimpulan Jurnal ini memberikan gambaran tentang sumber keuangan yang ada
disekolah dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan tersebut.
Meskipun masih terdapat kelemahan, namun penggunaan triangulasi
data untuk memperkuat hasil penelitian dapat menjadikan penelitian
ini memiliki nilai yang baik.

KESIMPULAN
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu lembaga pendidikan/sekolah secara garis
besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu: 1) pemerintah, baik pemerintah pusat atau
daerah, maupun kedua-duanya yang bersifat umum atau khusus yang diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan; 2) orang tua peserta didik, 3) masyarakat, baik yang mengikat maupun
tidak mengikat. Jenis pembiayaan pendidikan atau penggunaan keuangan yang dikemukakan
dalam standar tersebut meliputi: 1) biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana
prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap; 2) biaya operasional yang dipergunakan
untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung; dan 3) biaya personal,
meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arwildayanto, Lamatenggo, N., & Sumar, W. T. (2017). Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan
Pendidikan. In U. Kuswandi (Ed.), Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 110,
Issue 9). Widya Pdajajaran, Bandung.

Jaenudin, Ahmad, dan Suroto. (2017). Analisis Pengelolaan Dan Pengawasan Keuangan Sekolah
Di SD Negeri Se-Kecamatan Way Tuba. Universitas Sebelas Maret, 1–9
https://media.neliti.com/media/publications/172120-ID-analisis-pengelolaandan
pengawasankeuang.pdf

Pusvitasari, R., & Sukur, M. (2020). Manajemen Keuangan Sekolah Dalam Pemenuhan Sarana
Prasarana Pendidikan (Studi kasus di SD Muhammadiyah 1 Krian, Sidoarjo). Al-Tanzim:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 04(01), 94-106.

Barlian, U. C. (2016). Kebijakan Pengelolaan Dana Pendidikan Tingkat Sekolah Dalam Konteks
Otonomi Daerah. An-Nidzam : Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Studi Islam, 3(2), 69–
86. https://doi.org/10.33507/an-nidzam.v3i2.18

Etty, A. (2017). Pengelolaan Keuangan Lembaga Pendidikan/Sekolah. Prosiding Seminar


Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis.

Istiqomah, A. (2020). Manajemen Keuangan Sekolah di TK Aisyiyah Nyai Ahmad Dahlan Full
Day School. Kelola Jurnal Manajemen Pendidikan, 7(7), 218–222.

Muryati, I. (2016). Pengelolaan Dana Bos Pada Sd Negeri Di Upt Pelayanan Pendidikan
Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan,
4(2), 237. https://doi.org/10.21831/amp.v4i2.10802

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Pasal 51 Ayat 4 tentang
Pendanaan Pendidikan, (2008).

Rahmah, N. (2016). Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Sekolah. Kelola: Journal of Islamic


Education Management, 1(1), 73–77. https://doi.org/10.24256/kelola.v1i1.430

Wardani, P. A. S. K. … Kurniawan, P. S. (2019). Analisis Penyebab Terjadinya Fraud Dalam


Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah ( Bos ). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi, Vol. 10(No. 2), Hal. 33-44.

Anda mungkin juga menyukai