Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TEORI ORGANISASI PUBLIK


“PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)
DI SDN 1 PARAKANHONJE”
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Organisasi Publik)

Disusun Oleh:
Adit Septian 4222200007
Dimas Rizki R 4222200021
Dita Eka Ciptiani 4222200019
Doni 4222200085
Linda Wulandari 4222200029
Nabila Salsabila 4222200030

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)


BAGASASI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan dana BOS diawali dari adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
pada tahun 2005 yang mengakibatkan pemerintah melakukan pengurangan subsidi
BBM. Dalam rangka mengatasi dampak kenaikan harga BBM tersebut, Pemerintah
merealokasikan sebagian besar anggarannya ke empat program besar, yaitu program
pendidikan, kesehatan, infrastruktur pedesaan, dan subsidi langsung tunai (SLT).
Salah satu program di bidang pendidikan adalah Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya
pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain.
Pada prinsipnya progam Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dicetuskan
sebagai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat, khususnya siswa dari keluarga
miskin atau kurang mampu terhadap pendidikan yang berkualitas dalam rangka
penuntasan wajib belajar 9 tahun. Dalam pemberian dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) diharapkan dapat mengurangi beban perekonomian masyarakat
miskin, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikannya.
Begitu pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa diharapkan pemberian
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilaksanakan seadil-adilnya dan tepat
pada sasarannya yaitu siswa-siswi yang berhak atas Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yaitu peserta didik yang kurang mampu atau tidak mampu. Pemberian dana
operasional sekolah yang tidak tepat sasarannya sama saja membuang uang karena hal
tersebut dapat menimbulkan penyelewengan, untuk mencegah hal tersebut,
masyarakat harus mengawasi pelaksanaan dan penyaluran BOS.
Dengan melihat tujuan dari pemberian dana BOS adalah peningkatan akses
rakyat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan wajib
belajar sembilan tahun, maka perlu diketahui berapa besar peranan yang ditimbulkan
dengan adanya dana bos bagi peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri, apakah
dengan adanya dana BOS telah memberi sebuah angin segar bagi peningkatan
kualitas pendidikan di dalam negeri ini.
Mengacu pada pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk itu setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan
dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan
hidup (life skill) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi
masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan
modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Pada saat ini, jutaan anak usia sekolah di negara kita, dewasa ini masih belum
mendapatkan kesempatan bersekolah. Sekitar 1,5 juta di antaranya, anak usia 13 – 15
tahun, terpaksa putus sekolah. Salah satu solusi pemerintah melalui Kemendiknas,
menyalurkan dana bantuan dan kemudahan melalui program BOS (Bantuan
Operasional Sekolah). Penerima BOS diutamakan bagi para siswa miskin yang
bersekolah swasta. Termasuk membantu siswa putus sekolah, karena tidak mampu
membayar iuran/pungutan oleh sekolah. Jika kemudian masih ada sisa dana BOS,
maka akan digunakan mensubsidi siswa lain.
Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan
untuk mensubsidi seluruh siswa sehingga dapat mengurangi pungutan/ sumbangan
yang dibebankan kepada orang tua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima
sekolah. Urgensi studi tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini dilakukan
karena menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, ada
beberapa penyimpangan oleh tim audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terhadap program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Beberapa
penyimpangan tersebut adalah:
a. Penggelumbungan siswa oleh sekolah.
b. Beberapa sekolah belum memiliki ijin operasional atau masih dalam proses
pengurusan ijin, namun sekolah itu menerima dana BOS.
c. Masih ditemukan sekolah belum menyetor pajak sesuai dengan ketentuan
d. BPKP juga menemukan sekolah yang belum membebaskan iuran siswa.
e. Sekolah belum transparan dalam mengelola BOS tingkat kelengkapan
administrasi dan pertanggungjawaban, karena ditemukannya pengadaan fiktif di
beberapa sekolah adanya kecenderungan di beberapa wilayah sumber dana
sekolah dari APBD menurun karena adanya BOS.
f. Pengguna dana BOS juga belum sepenuhnya sesuai petunjuk pelaksanaan
misalnya digunakan untuk membayar guru PNS/guru kontrak, insentif guru,
pengadaan komputer, dipinjamkan dan konsumsi siswa karya wisata.
Pengelolaan dana sekolah tampaknya merupakan suatu persoalan baru
yang akan dihadapi oleh sekolah seiring dengan dijalankannya Manajemen
Berbasis Sekolah dan mampu secara mandiri mengelola sekolah tersebut.
BOS diberikan kepada semua siswa dari tingkatan SD/MI/SDLB, dari
SMP/MTs/SMPLB, Salafiyah setara SMP negeri ataupun swasta. Sedangkan untuk
tingkat SMA/SMK/MA, diberikan dana BKM bagi siswa dari kalangan tidak
mampu. Sedangkan distribusi diberikan melalui PT. Pos/Bank yang ditransfer ke
rekening kepala sekolah sedangkan dana BKM diberikan dalam bentuk tunai
kepada pihak sekolah. Pengucuran dana ini terkesan buru-buru yang mengakibatkan
sebagian sekolah seperti mendapat "durian runtuh" dan tidak tahu bagaimana harus
mengelola dana yang diterimanya.
Kebijakan dana BOS selama ini kurang dapat menekan penyelewengan dalam
pengelolaannya. Penyelewengan dana BOS di tingkat sekolah sepertinya telah
menjadi fenomena. Salah satu sebabnya adalah rendahnya transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya. Sehubungan
dengan hal ini peneliti ingin meneliti tentang efektifitas pengelolaan dana BOS di
SDN I Parakan Honje.

B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan uraian permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana efektifitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
di SDN I Parakan Honje?
2. Apa faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan dana BOS di SDN I Parakan
Honje?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan efektifitas
pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SDN I Parakan Honje.
Tujuan umum secara operasional dijabarkan kedalam tujuan
khusus sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui efektifitas pengelolaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) di SDN I Parakan Honje.
2. Ingin mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan dana BOS
di SDN I Parakan Honje.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dana BantuanOperasional Sekolah (BOS)
BOS merupakan Dana yang diberikan pemerintah terhadap sekolah sekolah tertentu
yang mana di dalamnya terdapat biaya untuk operasional sekolah yang menyangkut
semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan.
Program Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada sekolah dalam rangka membebaskan iuran siswa, tetapi sekolah akan tetap
dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat.
Dana BOS adalah program yang diusung Pemerintah untuk membantu sekolah
di Indonesia agar dapat memberikan pembelajaran dengan lebih optimal. Bantuan
yang diberikan melalui dana BOS yakni berbentuk dana. Dana tersebut dapat
dipergunakan untuk keperluan sekolah, seperti pemeliharaan sarana dan prasarana
sekolah hingga membeli alat multimedia untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Untuk penyaluran dana BOS, Pemerintah telah mengatur pokok kebijakannya,
yaitu:

 nilai satuan biaya BOS bervariasi sesuai karakteristik masing-masing daerah,


 penggunaan dana BOS tetap bisa fleksibel,
 dana BOS dapat digunakan untuk keperluan persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM),
 pelaporan penggunaan Dana BOS dilakukan secara daring,
 pelaporan penggunaan BOS secara online di laman kemdikbud.go.id, dan
 pelaporan menjadi syarat penyaluran dana BOS tahap .

Untuk besaran Dana BOS Reguler yang disalurkan tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya,
yaitu dihitung berdasarkan jumlah peserta didik yang tercatat di Dapodik yang dikalikan dengan
satuan biaya per masing-masing tingkat pendidikan. Akan tetapi, nilai satuan BOS tiap sekolah
akan berbeda tergantung dari daerah yang dihitung berdasarkan dua metode, yakni:

 Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dari Badan Pusat Statistik, dan


 Indeks Besaran Peserta Didik (IPD) yaitu berdasarkan jumlah peserta didik per sekolah
yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

Hal tersebut terjadi karena ada sejumlah daerah yang kesulitan mendapatkan bahan baku untuk
membangun sekolah maupun penyedia jasa konstruksi. Kondisi tersebut tentu saja akan
berdampak terhadap operasional sekolah. Jadi, semakin sulit letak geografisnya, maka semakin
tinggi pula IKK. Dengan demikian, nilai satuan dana BOS juga akan lebih tinggi.

Dana yang sudah dicairkan dapat langsung dipergunakan oleh sekolah untuk membeli seluruh
kebutuhan pembelajaran, seperti membangun sekolah, mengembangkan perpustakaan hingga
meningkatkan kesejahteraan guru honorer. Pemerintah memberikan kewenangan 100 persen
kepada pihak sekolah dalam menggunakan dana BOS, namun harus dipergunakan untuk
keperluan sekolah dan bukan untuk pribadi.

Selain itu, dana BOS yang sudah digunakan juga harus dilaporkan ke Pemerintah melalui
laman bos.kemdikbud.go.id. Apabila pihak sekolah tidak mengirimkan laporan, dana BOS untuk
tahap selanjutnya tidak akan disalurkan.
Dana BOS disalurkan melalui KPPN di seluruh Indonesia yang masing-masing KPPN meliputi
penyaluran sekolah baik negeri dan swasta dari jenjang SD,SMP, SMA, SLB atau yang setara.
Mekanisme penyaluran dan monitoring dilakukan melalui aplikasi OM SPAN. KPPN, Kanwil DJPb,
Badan Keuangan Daerah Pemda memiliki user aplikasi OM SPAN yang disesuaikan dengan level
kapasitas masing-masing guna mendukung penyaluran Dana BOS. Masing- masing unit tersebut
bisa melakukan monitoring atas penyaluran Dana BOS setiap saat.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 6 Tahun 2021, pencairan dana BOS akan dibagi menjadi tiga
tahap berdasarkan selesainya pelaporan, yaitu: tahap I cair setelah penyampaian laporan
penggunaan BOS tahap II tahun sebelumnya, tahap II cair setelah penyampaian laporan
penggunaan BOS tahap III tahun sebelumnya, tahap III cair setelah penyampaian laporan
penggunaan BOS tahap I tahun anggaran.

Dalam hal mekanisme salur, Dana BOS terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Dana BOS Reguler,
Dana BOS Affirmasi, dan Dana BOS Kinerja. Dana BOS Reguler disalurkan dalam tiga tahap yaitu
sebesar 30% pada tahap I paling cepat bulan Januari, sebesar 40% pada tahap II paling cepat
bulan April, dan sebesar 30% pada tahap III paling cepat bulan September. Sedangkan, Dana BOS
Affirmasi dan Kinerja disalurkan dalam satu tahap paling cepat bulan April.

Tahapan penyaluran dana BOS seperti yang tertuang pada Permendikbud No 8 Tahun 2020
Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah, yaitu:

 menginput data rekening yang dimasukkan oleh sekolah ke Dapodik,


 data dari Dapodik akan ditarik ke aplikasi BOS Salur untuk dilakukan verifikasi dan
validasi (verval) yang dilakukan oleh Kemendikbud dan juga Bank,
 jika data sudah sama atau valid, tahap selanjutnya yakni mengirimkan data tersebut ke
sistem Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OMSPAN)
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) untuk kemudian dilakukan proses pencairan,
 proses pencairan dana BOS harus menggunakan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) agar dana bisa diterima langsung
oleh

Penyaluran dilakukan secara langsung dari RKUN ke rekening sekolah penerima Dana BOS
sesuai dengan surat rekomendasi penyaluran Dana BOS dari Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan yang diteruskan melalui Nota Dinas Rekomendasi dari Direktorat Pelaksanaan
Anggaran. KPPN melakukan penyaluran setelah melakukan verifikasi kesesuaian antara SK dan
Daftar Permintaan Penyaluran untuk provinsi bersangkutan, jumlah sekolah, dan nominal
penyaluran.

Berbeda dari tahun sebelumnya, KPPN Pontianak pada tahun 2021 menerima perubahan alokasi
DIPA Dana BOS hasil revisi bulan Oktober yang menyebabkan kenaikan signifikan sehingga
dilakukan penyaluran Cadangan Dana BOS Reguler Tahap IV Gelombang I. Perubahan besaran
alokasi dimungkinkan terjadi mengingat dinamisnya perubahan jumlah sekolah dan siswa
penerima yang terdaftar di NISN Dapodik terutama perbedaan waktu antara berlangsungnya
tahun akademik ajaran baru dengan tahun anggaran berjalan.

Anda mungkin juga menyukai