Anda di halaman 1dari 22

HASIL PERCOBAAN

PRAKTIKUM FISIKA UNTUK BIOLOGI


PERCOBAAN MIKROSKOP

Disusun untuk. Memenuhi.Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisika untuk Biologi


Yang dibimbing. oleh Drs. Yoyok Adisetio L, M.Si

Oleh :
Devi Meiliawati
190341621683
OFF A
KELOMPOK 6

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2019
A. TUJUAN
Dengan cara menentukan perbesaran mikroskop, maka diharapkan
praktikan mampu :
(a) Menentukan posisi sejajar antara letak bayangan benda (yang diamati
dengan mata kanan), dengan skala pembanding (yang diamati dengan mata
kiri),
(b) Menerapkan prinsip mata dengan akomodasi maksimum,
(c) Menerapkan prinsip mata tak berakomodasi,
(d) Mampu menset lensa dengan tepat.

B. LATAR BELAKANG
Manusia memiliki panca indra dengan kemampuan daya
penglihatan yang terbatas,karena itu banyak masalah yang mengenai organisme yang
akan hanya dapat diamati melalui pemeriksaan.dengan menggunakan alat
pembantu. Sebuah alat yang sering.digunakan untuk membantu dalam
pengamatan benda mikroskopis adalah mikroskop .Mikroskop (latin; micro:
kecil, scopium: penglihatan), yang berfungsi untuk meningkatkan daya pisah
seseorang, sehingga memungkinkan untuk dapatmengamati obyek yang sangat
luas (Tim Dosen Pembina, 2017)
Mikroskop merupakan salah satu peralatan yang dibutuhkan
diLaboratorium IPA. Alat ini biasanya digunakan untuk melakukan kegiatan
pengamatan terhadap benda-benda yang berukuran mikroskopis, baik benda
diam maupun mikroorganisme yang dapat bergerak (Sadina, 2013: 174).
Salah satu alat yang penting pada kehidupan laboratorium, khususnya
laboratorium Biologi adalah mikroskop. Mikroskop dapat mempermudah
dalam melakukan pengamatn terhadap benda yang berukuran sangat kecil
(mikroskopis). Hal ini membantu menyelesaikan persoalan manusia mengenai
pengamatan terhadap organisme yang berukuran kecil (Abdullah 2014).
Mikroskop memiliki jenis yang beragam sesuai dengan fungsinya. Ciri
utama dari keberagamannya antara lain dari mikroskop satu okuler
(molekuler) dengan tabung tegak dan miring, penggunaan dua okuler
(binokuler) atau tiga (trinokuler), kekuatan lensa yang dipakai, sumber sinar
(menggunakan lampu yang terpasang), bahkan dapat dipasang kamera pada
mikroskop trinokuler dan dapat disambung ke monitor TV. Mikroskop yang
digunakan untuk melihat benda secara tiga dimensi mempunyai okuler 2 buah.
Mikroskop ini disebut pula mikroskop stereo atau mikroskop pembedahan
(dissecting microscope) (Wirjosoemarto, dkk., 2004).

Komponen yang paling berperan penting dalam prinsip kerja


mikroskop adalah komponen optik yang tersusun atas lensa-lensa postif. Salah
satu lensa tersebut disebut lensa okuler, berfungsi sebagai lup sehingga
perbesarannya diperhitungkan secara perbesaran sudut, bukan perbesaran
lateral Perbesaran yang diperoleh dengan menggunakan mikroskop,
dibedakan dua macam yaitu: Pebesaran saat mata berakomodasi maksimum
dan perbesaran saat mata tidak berakomodasi (Suparti,2010).

Dua lensa positif yang disusun berurutan dapat digunakan untuk


mempelajari prinsip bekerjanya mikroskop. Lensa obyejtif merupakan lensa
yang berjarak fokus lebih pendek dibandingkan dengan jarak fokus lensa
okuler. Perbesaran yang diperoleh dengan menggunakan mikroskop,
dibedakan dua macam yaitu: Perbesaran bila mata melihat secara rileks dan
perbesaran bila mata berakomodasi maksimum. Salah satu lensa tersebut
disebut lensa okuler, berfungsi sebagai lup sehingga perbesarannya
diperhitungkan secara perbesaran sudut, bukan perbesaran lateral (Tim
Praktikum Fisika Dasar, 2017)

Lensa objektif pada mikroskop membentuk bayangan nyata, terbaik


dan diperbesar yang kemudian tidangkap oleh lensa okuler. Lensa okuler
membentuk bayangan maya, terbalik dan diperbesar. Kemudian bayangan
inilah yang ditangkap oleh mata manusia (Tenzer & Setyowati, 2016)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Bangku optik (2 set)
2. Lensa positip 2 keping (f = 5 cm dan f = 18 cm)
3. Dop (5 watt atau redup)
4. Skala 2 keping
5. Mistar (1 meter)

D. PROSEDUR KERJA
TP-01 : Pasangkan lensa objektif pada bangku optik kemudian diletakkan
benda A di depan lensa objektif pada jarak sedikit lebih besar dibandingkan
Fobj sehingga terbentuk bayangan nyata A’ kemudian ukurlah Sobj dan S’obj
TP-02 : Letakkan okuler pada jarak yang sedikit lebih kecil dibandingkan
Fok dari A’ sehingga terbentuk bayangan maya A”
TP-03 : Perhatikan Gambar 1. Geser-geselah okuler sehingga terlihat A”
dengan terlihat A” dengan jelas ketika mata berakomodasi sekuat-kuatnya..
Catatlah Sok dan S’ok kemudian letakkanlah benda berskala B di samping A”.
Amatilah berapa perbesaran yang saudara peroleh dengan membandingkan
lebar skalanya.
TP-04 : Biarkanlah A, lensa objektif, dan B ditempatnya. Amati lagii Sobj
dan S’obj, kemudian geser-geserlah okuler sehingga dapat terlihat A” dengan
jelas tanpa berakomodasi. Amatilah perbesarannya.

Gambar 1. Letak-letak komponen mikroskop


Sumber : Tim Fisika Dasar UM
TP-05 : Lakukanlah lagi bila mata berakomodasi sekuat-kuatnya, kemudian
tanpa berakomodasi, minimal 1 kali lagi.

E. DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Mata Berakomodasi Maksimum dan Tidak


Berakomodasi

Per BERAKOMODASI MAKSIMUM TANPA BERAKOMODASI


Sobj S’obj Sok S’ok n2/n Sobj S’obj Sok S’ok n2/n
c ke
(cm) (cm) (cm) (cm) 1 (cm) (cm) (cm) (cm) 1
1. 7 17 15 25 15/1 7 17 18 40 10/1
2. 9 12 16 25 30/5 9 12 18 45 15/5

Fokus objektif = 5,0 cm

Fokus okuler = 18,0 cm

ΔSob = ΔS’ob = ½ nst mistar = 0,05 cm

Δn1 = Δn2 = ½ nst skala = 0,05 cm

F. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum mikroskop ini, percobaan dilakukan dengan dua
metode, yaitu pada mata berakomodasi maksimum dan mata tidak
berakomodasi. Setiap metode dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Jadi,
kita mengatur komponen-komponen untuk diamati dengan mata
berakomodasi maksimum kemudian komponen-komponen tersebut diamati
dengan mata tidak berakomodasi maksimum dengan cara mengubah jarak
lensa okuler (sok) dan mengubah jarak bayangan lensa okuler (s’ok).

Tabel 2 hasil perhitungan perbesaran mata berakomodasi maksimum


secara teoritis dilengkapi dengan ralatnya
BERAKOMODASI MAKSIMUM
Perc
Sobj S’obj Sok S’ok Ralat
ke M
(cm) (cm) (cm) (cm) 2∆P
1. 7 17 15 25 8,90 ± 1,02 11,46 %
2. 9 12 16 25 4,75 ± 0,02 0,42 %

Tabel 3 hasil perhitungan perbesaran mata berakomodasi maksimum


berdasarkan sudut yang diperoleh dari hasil praktikum dan dilengkapi
dengan ralatnya

Perc Mata berakomodasi


ke n1 n2 M = n2/n1 Ralat 2∆P
1 1 15 15 6, 80 %
2 5 30 6 0,33 %

Membandingkan antara perhitungan yang dilakukan berdasarkan data


yang diperoleh dengan perhitungan secara teoritis memberikan gambaran
bagaimana bayangan yang terbentuk oleh masing-masing.
Perbesaran bayangan yang dihasilkan pada percoban 1 oleh mata
berakomodasi maksimum secara teoritis adalah 8,90 ± 1,02 kali dengan ralat
relatif sebesar 11, 46 % sedangkan perbesaran yang dihitung bukan berdasarkan
teoritis atau berdasarkan data n2/n1 diperoleh bayangan sebesar 15 kali dengan
ralat relative sebesar 6,80%. Ralat relative menjukkan bahwa potensi kesalahan
terbesar terjadi berdasarkan data yang dihitung dengan cara teroritis.
Perbesaran yang dihasilkan berdasarkan teoritis dan berdasarkan
perhitungan data hasil praktikum diperoleh selisisih sebesar 6 kali. Hal tersebut
tentunya menunjukkan bahwa terdapat hasil yang bias atau tidak valid. Karena
seharusnya meskipun dihitung berdasarkan secara teoritis maupun berdasarkan
data perbesaran yang diperoleh dari hasil praktikum tidak akan menujukkan
perbedaan yang signifikan. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor eksternal maupun faktor internal. Namun pada percobaan kali ini,
Kemungkinan terbesar penyumbang kesalahan tertinggi adalah faktor internal,
yaitu fakor yang terdapat dalam diri praktikan. Faktor-faktor internal tersebut
adalah ; praktikan kurang memahami prosedur kerja dari mikroskop sehingga
salah dalam peletakkan komponen-komponen penyusun mikroskop, kesalahan
dalam pembacaan n1 dan n2, tidak tepat dalam mencari titik focus lensa objektif
maupun lensa okuler dan kesalahan dalam menghitung perbesaran dengn cara
teoritis.
Pada percobaan 2 diperoleh bayangan oleh mata berakomodasi maksimum
secara teoritis adalah 4,75 ± 0,02 kali dengan ralat relatif sebesar 0,42 %
sedangkan perbesaran yang dihitung bukan berdasarkan teoritis atau berdasarkan
data n2/n1 diperoleh bayangan sebesar 6 kali dengan ralat relative sebesar 0,33 %.
Ralat relative menjukkan bahwa potensi kesalahan terbesar terjadi berdasarkan
data yang dihitung dengan cara teroritis, namun dengan selisih yang sangat sedikit
jika dibandingkan dengan ralat yang diperoleh berdasarkan perbesaran yang
didapat datanya dari praktikum yang sebesar 0,09. Perbandingan perbesaran dari
keduanya tidak menujukkan perbedaan yang signifikan yaitu hanya 1,25 kali.
Dari percobaan 1 dan percobaan 2 diperleh hasil perbesaran yang menjukkan
bahwa perbesaran yang dihitung dengan cara teoritis memiliki nilai perbesaran
yang lebih kecil dari pada perbesaran yang diperoleh berdasarkan n2/n1.

Tabel 4 hasil perhitungan perbesaran mata tidak berakomodasi secara


teoritis dilengkapi dengan ralatnya

TIDAK BERAKOMODASI MAKSIMUM


Perc
Sobj S’obj Sok S’ok Ralat
ke M
(cm) (cm) (cm) (cm) 2∆P
1. 7 17 18 40 3,37 ± 0,10 2,97 %
2. 9 12 18 45 1,85 ± 0, 006 0,32 %

Tabel 5 hasil perhitungan perbesaran mata tidak berakomodasi berdasrkan


sudut yang diperoleh dari hasil praktikum dan dilengkapi dengan ralatnya

Perc Mata Tidak berakomodasi


ke n1 n2 M = n2/n1 Ralat 2∆P
1 1 10 10 0,01 %
2 5 15 3 0,20 %
Bayangan yang dihasilkan pada percoban 1 oleh mata berakomodasi
maksimum secara teoritis adalah 3,37 ± 0,10 kali dengan ralat relatif sebesar 2,97
% sedangkan perbesaran yang dihitung bukan berdasarkan teoritis atau
berdasarkan data n2/n1 diperoleh bayangan sebesar 10 kali dengan ralat relative
sebesar 0,01 %. Ralat relative menjukkan bahwa potensi kesalahan terbesar
terjadi berdasarkan data yang dihitung dengan cara teroritis.
Perbesaran yang dihasilkan berdasarkan teoritis dan berdasarkan
perhitungan data hasil praktikum diperoleh selisisih sebesar 7 kali. Hal tersebut
tentunya menunjukkan bahwa terdapat hasil yang bias atau tidak valid. Karena
seharusnya meskipun dihitung berdasarkan secara teoritis maupun berdasarkan
data perbesaran yang diperoleh dari hasil praktikum tidak akan menujukkan
perbedaan yang signifikan. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor eksternal maupun faktor internal. Namun pada percobaan kali ini,
Kemungkinan terbesar penyumbang kesalahan tertinggi adalah faktor internal,
yaitu fakor yang terdapat dalam diri praktikan. Faktor-faktor internal tersebut
adalah ; praktikan kurang memahami prosedur kerja dari mikroskop sehingga
salah dalam peletakkan komponen-komponen penyusun mikroskop, kesalahan
dalam pembacaan n1 dan n2, tidak tepat dalam mencari titik focus lensa objektif
maupun lensa okuler dan kesalahan dalam menghitung perbesaran dengn cara
teoritis.
Pada percobaan 2 diperoleh bayangan oleh mata berakomodasi maksimum
secara teoritis adalah 1,85 ± 0, 006 kali dengan ralat relatif sebesar 0,32 %
sedangkan perbesaran yang dihitung bukan berdasarkan teoritis atau berdasarkan
data n2/n1 diperoleh bayangan sebesar 3 kali dengan ralat relative sebesar 0,20 %.
Ralat relative menjukkan bahwa potensi kesalahan terbesar terjadi berdasarkan
data yang dihitung dengan cara teroritis, namun dengan selisih yang sangat sedikit
jika dibandingkan dengan ralat yang diperoleh berdasarkan perbesaran yang
didapat datanya dari praktikum yang sebesar 0,09. Perbandingan perbesaran dari
keduanya tidak menujukkan perbedaan yang signifikan yaitu hanya 1,15 kali.
Dari percobaan 1 dan percobaan 2 diperleh hasil perbesaran yang menjukkan
bahwa perbesaran yang dihitung dengan cara teoritis memiliki nilai perbesaran
yang lebih kecil dari pada perbesaran yang diperoleh berdasarkan n2/n1.
Dari percobaan 1 dan percobaan 2 yang dilakukan dengan metode mata
berakmodasi maksimum dan tidak berakomodasi menujukkan bahwa perbesaran
yang dihasilkan oleh mata berakomodasi lebih besar dari pada perbesaran yang
dihasilkan oleh mata tidak berakomodasi. Hal ini sesuai dengan teori perhitungan.
S ' ob 25
Perbesaran bila mata melihat secara rileks, adalah M = ( )
Sob Fok

S ' ob Sn
Perbesaran bila mata berakomodasi maksimum adalah M =¿ (
S ob Fok
+1 )
fok = sok pada pengamatan tidak berakomodasi sehingga menyebabkan nilai
yang kecil ketika sn=25 dibagi dengan sok. Pada prinsipnya focus lensa okuler harus
lebh besar dari pada lensa objetif, dimana pada pengamatan tdak berakomodasi
maksium sok harus diatur sama dengan jarak focus lensa okuler sedangkan pada
pengamatan berakomadasi sok berada dibawah nilai focus lensa okuler . Hal ini akan
mempengaruhi nilai perbesaran yang diperoleh dan menyebabkan perbesaran pada
mata berakomodasi maksimum lebih besar.

G. KESIMPULAN
Pada percobaan ini digunakan dua buah lensa positif yang disusun secara
berurutan sehingga dapat digunakan untuk mempelajari prinsip kerja mikroskop.
Lensa objektif memiliki jarak fokus lebih pendek dibandingkan dengan lensa okuler.
a) Untuk menentukan posisi sejajar antara letak bayangan benda dengan skala
pembanding pada praktikum ini ada dua macam cara, yaitu dengan mata
berakomodasi maksimum dan mata tak berakomodasi. Untuk mengetahui titik
fokus lensa dilakukan pengamatan menggunakan kertas sebagai layar (n1)
hingga tampak bayangan paling jelas pada kertas tersebut, saat terjadi bayangan
paling jelas itulah yang dinamakan titik fokus lensa.
b) Pada saat mengamati menggunakan prinsip mata berakomodasi secara
maksimum mata didekatkan pada lensa okuler sehingga akan tampak garis
sejajar antara skala pembanding dengan bayangan benda, serta dengan
menggeser jarak lensa okuler.
S ' ob 25
Perbesaran bila mata melihat secara rileks, adalah M = ( )
Sob Fok
c) Pada saat melakukan pengamatan dengan prinsip mata tak berakomodasi
pengamatan dilakukan dengan cara mengubah jarak lensa objektif dengan mata
pengamat.
S ' ob Sn
Perbesaran bila mata berakomodasi maksimum adalah = M =¿ (
S ob Fok
+1 )
d) Melalui praktikum ini, praktikan dapat menset alat praktikum dengan baik
sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku. Melalui praktikum ini praktikan
dapat menentukan sok, s’ok, sobj, s’obj, fok, fob dan menempatkan komponen-
komponen tersebut dengan baik sehingga dapat terbentuk suatu baynagan yang
diinginkan dan memperoleh perbesarannya.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah., Marvira, Ridha. 2014. Analisis Ketrampilan dalam Penggunaan


Mikroskop pada Siswa Kelas VII SMPN 8 Banda Aceh.
Jurnal Edukasi dan Sains Biologi. Vol. III No. 5: 32). Aceh: Prodi Biologi
FKIP UMUSLIM.
Sadina. 2013. Mengubah Mikroskop Cahaya Menjadi Mikroskop Digital Multimedia
dengan Menggunakan Software Im Magician 4tech. Jurnal Kelitbangan. Vol.
II No. 02: 174). Lampung
Suparti. 2010. Mikroskop. Semarang: Sindur Press.

Tenzer, Ami., Setyowati, F.K. 2016. Petunjuk Praktikum Teknik Laboratorium.


Malang: Universitas Negeri Malang.
Tim Praktikum Fisika Dasar. 2016. Modul Praktikum Fisika untuk Biologi. Malang:
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
Wirjosoemarto, K., Adisendjaja, Y.H., Supriatno, B., dan Riandi. 2004. Teknik
Laboratorium. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI -
IMSTEP JICA.

LAMPIRAN

Perhitungan dan Tugas

1. Mata Berakomodasi Maksimum


PERCOBAAN 1
a) Perbesaran Secara Teoritis
1 1 1
F ok 1 Sok 1 S ' ok 1
1 1 1
= +
Fok 15 25

Fok = 9,375 = 9,38

S ' ob 1 Sn
M1 (
S ob 1 Fok 1
+1 )
17 25
= (
7 9,375
+1 )
17
( 3,66666666667 )
7

= 8,90 kali

∂M 2 ∂M 2
Sm

= ⃒
∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2

= ⃒
Sob fok (3 )
+1 ∆ S ' ob⃒ 2 +⃒ − 2
(Sob) fok
+1 ∆ S ' ob⃒ 2
3 ( )
1 25 2 17 25 2

= ⃒
(
7 9,38 3 )
+1 0,05⃒ 2+ ⃒ − 2
( 7) 9,38
+ 1 0,05 ⃒ 2
3 ( )
= √ 3 , 046.10−4 +1,797.10−4

= 1,02

= Sr Sm ×100 %
Ralat Relatif M M
1,02 0,919444444
= ×100 %
8,90 4,336111113

= 11,46 % (2 AP)

Jadi nilai sebesar M = 8,90 ± 1,02 kg/ s2 dengan ralat relatif


sebesar 11,46 %
b) Perbesaran berdasarkan sudut yang diperoleh dari hasil praktikum

n2
M=
n1
15
=
1
= 15

∂M 2 ∂M 2
Sm = ⃒
√ ∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2
√ ⃒ (
Sob fok 3 )
+1 ∆ S ' ob⃒ 2 +⃒ − 2
(Sob) fok (
+1 ∆ S ' ob⃒ 2
3 )
1 25 2 17 25 2
= ⃒
√ (
7 9,38 3 )
+1 0,05⃒ 2+ ⃒ − 2
( 7) 9,38 (
+ 1 0,05 ⃒ 2
3 )
= √ 3 , 046.10−4 +1,797.10−4

= 1,02

= Sr Sm ×100 %
Ralat Relatif M M

1,02 0,919444444
= ×100 %
15 4,336111113

= 6,80 % (2 AP)
Jadi nilai sebesar M = 15,00 ± 1,02 kg/ s2 dengan ralat relatif
sebesar 6,80 %
Percobaan 2
a. Perbesaran Secara Teoritis
1 1 1
¿ +¿ '
F ok 2 Sok 2 S ok 2
1 1 1
= +
Fok 16 25

Fok = 9,76

S ' ob 1 Sn
M1 ¿ (
S ob 1 Fok 1
+1 )
12 25
= (
9 9,76
+1 )
12
¿ ( 3,56147541 )
9

= 4,75 kali

∂M 2 ∂M 2
Sm

= ⃒
∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2

= ⃒
Sob fok ( 3 )
+1 ∆ S ' ob⃒ 2 +⃒ − 2
(Sob) fok ( )
+1 ∆ S ' ob⃒ 2
3

1 25 2 12 25 2

= ⃒ (
9 9,76 3 )
+1 0,05⃒ 2 +⃒ − 2
(9) 9,76 (
+1 0,05 ⃒ 2
3 )
= √ 1,739.10−4 +3,093. 10−4

= 0,02
Sr Sm
Ralat Relatif = ×100 %
M M

0,02 0,919444444
= ×100 %
4,75 4,336111113

= 0,42 % (2 AP)

Jadi nilai sebesar M = 4,75 ± 0,02 kg/ s2 dengan ralat relatif


sebesar 0,42 %

b. Perbesaran berdasarkan M yang diperoleh dari sudut hasil praktikum


n2
M=
n1
30
=
5
=6

∂M 2 ∂M 2
Sm = ⃒
√ ∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2
= ⃒
√ (
Sob fok 3 )
+1 ∆ S ' ob⃒ 2 +⃒ −
(Sob) 2
fok( 3 )
+1 ∆ S ' ob⃒ 2

1 25 2 12 25 2
= ⃒
√ (
9 9,76 3 )
+1 0,05⃒ 2 +⃒ − 2
(9) 9,76 (
+1 0,05 ⃒ 2
3 )
= √ 1,739.10−4 +3,093. 10−4

= 0,02

= Sr Sm ×100 %
Ralat Relatif M M

0,02 0,919444444
= ×100 %
6 4,336111113

= 0,33 % (2 AP)
Jadi nilai sebesar M = 6,00 ± 0,02 kg/ s2 dengan ralat relatif
sebesar 0,33 %

2. Mata Tak Berakomodasi

PERCOBAAN 1
a. Perbesaran secara teoritis
Sok = Fok
S ' ob 25
M = ( )
Sob Fok
17 25
7 ( 18 )
=

= 3,37

∂M 2 ∂M 2
Sm = ⃒
√ ∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2

= ⃒ ( )
Sob fok 3
∆ S' ob⃒ 2 +⃒ − 2
(Sob) fok 3( )
∆ S ' ob⃒ 2

1 25 2 11 25 2

= ⃒ ( )
7 18 3
0,05 ⃒ 2+⃒ − 2
(7) 18 3 ( )
0,05⃒ 2

= √ 0,0000437+0,0103930

= √ 0,0104367

= 0,10

Sm
Ralat Relatif = X 100%
m
0,10
= X 100%
3,37

= 2,97 % (2 AP)

Jadi nilai sebesar M = 3,37 ± 0,10 kg/ s2 dengan ralat relatif


sebesar 2,97 %

b. Perbesaran Berdasarkan M yang diperoleh dari sudut hasil praktikum

n2
M=
n1
10
=
1
= 10

∂M 2 ∂M 2
Sm = ⃒
√ ∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2

= ⃒ ( )
Sob fok 3
∆ S' ob⃒ 2 +⃒ − 2
(Sob) fok 3( )
∆ S ' ob⃒ 2

1 25 2 11 25 2

= ⃒ ( )
7 18 3
0,05 ⃒ 2+⃒ − 2
(7) 18 3 ( )
0,05⃒ 2

= √ 0,0000437+0,0103930

= √ 0,0104367

= 0,10

Sm
Ralat Relatif = X 100%
m

0,10
= X 100%
10

= 0.,01 %(2 AP)


Jadi nilai sebesar M = 3,37 ± 0,10 kg/ s2 dengan ralat relatif
sebesar 0,01 %

Percobaan 2

a. Perbesaran secara teoritis


Sob = Sok
S ' ob 25
M = ( )
Sob Fok
12 25
9 ( 18 )
=

= 1,85

∂M 2 ∂M 2
Sm = ⃒
√ ∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ So b⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2

= ⃒ ( )
Sob fok 3
∆ S' ob⃒ 2 +⃒ −
(Sob) 2 ( )
fok 3
∆ S ' ob⃒ 2

1 25 2 8 12 2

= ⃒ ( )
9 18 3
0,05 ⃒ 2+⃒ − 2
(9) 18 3 ( )
0,05 ⃒ 2

= √ 0,0000265+0,0000048

= √ 0,0000313

= 0,0055962 = 0,006

Sm
Ralat Relatif = X 100%
m
0,006
= X 100%
1,85

= 0,32 % (2 AP)

Jadi nilai sebesar M = 1,85 ± 0, 006 kg/ s2 dengan ralat


relatif sebesar 0,32 %

b. Perbesaran Berdasarkan M yang diperoleh dari sudut hasil praktikum

n2
M=
n1
15
=
5
=3

∂M 2 ∂M 2
Sm = ⃒
√ ∂ S ' ob 3
∆ S ' ob⃒ 2+⃒
∂ Sob 3
∆ Sob⃒ 2 ⃒

1 25 2 S ' ob 25 2

= ⃒ ( )
Sob fok 3
∆ S' ob⃒ 2 +⃒ −
(Sob) 2 ( )
fok 3
∆ S ' ob⃒ 2

1 25 2 8 12 2

= ⃒ ( )
9 18 3
0,05 ⃒ 2+⃒ − 2
(9) 18 3 ( )
0,05 ⃒ 2

= √ 0,0000265+0,0000048

= √ 0,0000313

= 0,0055962 = 0,006

Sm
Ralat Relatif = X 100%
m
0,006
= X 100%
3

= 0,20 % (2 AP)

Jadi nilai sebesar M = 3 ± 0, 006 kg/ s2 dengan ralat relatif


sebesar 0,20 %

LAPORAN SEMENTARA
Plagiarism Checker X Originality
Report
Similarity Found: 16%

Date: Thursday, November 21, 2019


Statistics: 21 words Plagiarized / 133 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM FISIKA UNTUK BIOLOGI PERCOBAAN MIKROSKOP


Disusun untuk. Memenuhi.Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisika untuk Biologi Yang
dibimbing. oleh Drs. Yoyok Adisetio L, M.Si Oleh : Devi Meiliawati 190341621683 OFF
A KELOMPOK 6 / UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI November
2019 TUJUAN Dengan cara menentukan perbesaran mikroskop, maka diharapkan
praktikan mampu : (a) Menentukan posisi sejajar antara letak bayangan benda (yang
diamati dengan mata kanan), dengan skala pembanding (yang diamati dengan mata
kiri), (b) Menerapkan prinsip mata dengan akomodasi maksimum, (c) Menerapkan
prinsip mata tak berakomodasi, (d) Mampu menset lensa dengan tepat.

LATAR BELAKANG Manusia memiliki panca indra dengan kemampuan daya


penglihatan yang terbatas,karena itu banyak masalah yang mengenai organisme
yang akan hanya dapat diamati melalui pemeriksaan.dengan menggunakan alat
pembantu. Sebuah alat yang sering.digunakan untuk membantu dalam pengamat

INTERNET SOURCES:
--------------------------------------------------------------------------------------
-----
3% - https://www.academia.edu/33230015/Karakteristik_pembelajaran_biologi
6% - http://lp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/2018_Penelitian.xlsx
3% - https://alfianarsitek.blogspot.com/2016/10/mikroskop.html
4% - https://hidayantiadillah.blogspot.com/2014/11/pengenalan-alat-
diagnostik-klinik.htm

Anda mungkin juga menyukai