Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Resonansi Bunyi

(PERCOBAAN-GB2)

Nama : Hisyam ‘Ibadurrahman

NIM : 205090100111016

Fak/Jurusan : MIPA/Biologi

Kelompok : 01

Tgl.Praktikum : 2 November 2020

Nama Asisten : Dinda Ega Fajarwati

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Resonansi Bunyi

Nama : Hisyam ‘Ibadurrahman

NIM : 205090100111016

Fak/Jurusan : MIPA/Biologi

Kelompok : 01

Tgl. Praktikum : 2 November 2020

Nama Asisten : Dinda Ega Fajarwati

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari dilakukannya percobaan resonansi bunyi adalah dapat dipahaminya konsep
resonansi bunyi di dalam suatu tabung, serta dapat dipahaminya perhitungan penentuan cepat
rambat bunyi di udara dan frekuensi garputala.

1.2 Dasar Teori


Jika terdapat dua buah gelombang yang merambat dalam suatu medium, dapat
dikatakan sebagai resultan dari penjumlahan dua gelombang tersebut atau yang dikenal dengan
istilah superposisi. Fenomena seperti gelombang diam/stasioner, interferensi, difraksi, dan
resonansi dapat timbul dari hasil superposisi dua buah gelombang. Jika gelombang
diam/stasioner hasil dari superposisi gelombang datang secara terus menerus maka superposisi
antara gelombang datang dan pantul akan terus terjadi dan timbullah peristiwa resonansi.
Resonansi pada umumnya akan terjadi jika frekuensi gelombang tersebut bernilai sama atau
mendekati frekuensi alamiah sehingga terjadi amplitudo maksimum (Giancoli, 2014).
Terdapat banyak contoh resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada
saat pertunjukkan opera, resonansi bunyi pada ruangan opera diandalkan para pemain agar
suara mereka dapat didengar oleh semua penonton tanpa alat pengeras suara. Contoh lebih
sederhananya lagi yaitu ketika terdapat dua buah garputala yang berdekatan, kemudian salah
satu garputala tersebut dibunyikan, maka garputala kedua juga akan ikut bergetar, hal tersebut
terjadi karena kedua garputala tersebut memiliki frekuensi angular yang sama (Lambaga,
2019).
Konsep resonansi bunyi dapat dipahami dengan suatu percobaan sederhana dengan
digunakannya sautu tabung resonansi. Tabung resonansi berupa suatu pipa yang ditaruh secara
vertikal dan didalamnya terdapat air yang dapat diatur ketinggiannya. Nantinya pada ujung
atas pipa yang terbuka akan diberikan bunyi dari garputala yang dipukul, kemudian akan
terjadi peristiwa resonansi dimana bunyi asli akan diperkuat karena terdapat gelombang yang
sefasa. Pada suatu pipa yang tertutup salah satu ujungnya, suara akan diperkuat apabila bagian
gelombang yang terdapat pada ujung pipa terbuka adalah perut gelombang dan pada ujung
pipa yang tertutup adalah simpul gelombang, lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah:
Gambar 1.2.1 Gelombang pada pipa resonansi (Serway & Vuille, 2007)
Hubungan antara panjang pipa (L) dimana terjadi resonansi dengan panjang gelombang 𝜆
dirumuskan dengan:
𝜆
𝐿 = (2𝑛 + 1) 4 (1.1)

n = 0,1,2,.... .
Dapat dipahami dari persamaan diatas bahwa resonansi pertama terdapat pada titik dengan panjang
kolom L1 = ¼ 𝜆, dan resonansi berikutnya dapat dilihat seperti gambar 1.2.1 diatas.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu seperangkat
tabung resonansi (pipa, selang, wadah air, dan air), dua buah garputala (satu diketahui
frekuensinya dan satu lagi belum diketahui frekuensinya), jangka sorong, meteran, dan pemukul
garputala.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Pengukuran diameter dalam dari tabung degan jangka sorong, dicatat hasil
pengukuran sebagai D, dilakukan sebanyak 3 kali dengan posisi berbeda

Pengaturan tinggi air dalam tabung resonansi


agar sesuai dengan bibir tabung

Garputala dipukul agar bergetar dan didekatkan


ke mulut tabung resonansi

Penurunan permukaan air dalam tabung dengan cara penampung air


digerakkan secara perlahan hingga terdengar penguatan bunyi (dengung
keras) pertama kali. Posisi ini ditahan

Jarak diukur antara mulut tabung resonansi dengan


permukaan air sebagai L

Ulangi langkah 3-5 beberapa kali agar dipastikan letak resonansi


dengan tepat

Langkah 4-6 diulangi beberapa kali guna ditentukan titik resonansi berikutnya
sejauh panjang pipa resonansi memungkinkan
Ulangi 4-7 untuk garputala yang lain, baik yang diketahui
frekuensinya maupun yang belum

Suhu kamar dan tekanan udara di tempat percobaan dicatat


BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


𝐷 = 4.18 𝑐𝑚 = 4.18 × 10−2 𝑚
𝑟 = 2.09 𝑐𝑚 = 2.09 × 10−2 𝑚
𝐾 = 0.6𝑟 = 0.6 × 2.09 × 10−2 𝑚 = 1.25 × 10−2 𝑚
𝑇 = 27°𝐶
No. Frekuensi (Hz) L1 (cm) L2 (cm) L3 (cm)
1 512 3.5 7.5 15.5
6.5 15.5 23.5
2 X 6.5 6.167 18.5 14.83 22.5 19.83
5.5 10.5 13.5

3.2 Perhitungan
3.2.1 Garputala dengan frekuensi 512 Hz
n f (Hz) L (m) 𝝀 (m) [𝝀 − 𝛌̅ ]2 m2 v (m/s) [v - 𝐯̅ ]2 m2/s4
1 3,50 x 10-2 6,33 x 10-2 1,69 x 10-4 32,427 44,411
2 512 7,50 x 10-2 7,00 x 10-2 4,03 x 10-5 35,840 10,568
3 1,55 x 10-1 9,57 x 10-2 3,75 x 10-4 49,006 98,306

4(𝐿𝑛 + 𝐾)
𝜆𝑛 = = (𝑚 )
2𝑛 + 1
4 𝑥 (3,50 𝑥 10−2 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝜆1 = = 6,33 𝑥 10−2 (𝑚)
2𝑥 1+1
4 𝑥 (7,50 𝑥 10−2 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝜆2 = = 7,00 𝑥 10−2 (𝑚)
2𝑥2+1
4 𝑥 (1,55 𝑥 10−1 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝜆3 = = 9,57 𝑥 10−2 (𝑚)
2𝑥3+1
𝛴𝜆
𝜆̅ = = (𝑚 )
𝑁
(6,33 𝑥 10−2 + 7,00 𝑥 10−2 + 9,57 𝑥 10−2 )
𝜆̅ = = 7,63 𝑥 10−2 (𝑚)
3

𝛴[ 𝜆 − 𝜆̅ ]2
𝛿𝜆 = √ = (𝑚 )
𝑛−1
(1,69 𝑥 10−4 + 4,03 𝑥 10−5 + 3,75 𝑥 10−4 )
𝛿𝜆 = √ = 0,0171 𝑚
3−1

𝛿ƛ
𝐾𝑟 𝜆 = ̅ × 100% = (%)
𝝀
0,0171
𝐾𝑟 𝜆 = × 100% = 22,4%
0,0763
𝜆 = (𝜆̅ ± 𝛿𝜆) (𝑚)
𝜆 = (0,0763 ± 0,0171) (𝑚)
4𝑓 (𝐿𝑛 + 𝐾 )
𝑣𝑛 = (𝑚/𝑠)
2𝑛 + 1
4 𝑥 512 𝑥 (3,50 𝑥 10−2 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝑣1 = = 32,427 𝑚/𝑠
2𝑥1+1
𝑣2 = 35,840 𝑚/𝑠
𝑣3 = 49,006 𝑚/𝑠
𝛴𝑣
𝑣̅ = = (𝑚 ⁄𝑠 )
𝑁
(32,427 + 35,840 + 49,006)
𝑣̅ = = 39,091 𝑚/𝑠
3

𝛴[ 𝑣 − 𝑣̅ ]𝟐
𝛿𝑣 = √ = (𝑚 )
𝑛−1

(44,411 + 10,568 + 98,306)


𝛿𝑣 = √ = 8,755(𝑚)
3−1

𝛿𝑣
𝐾𝑟 𝑣 = 𝑥 100% = (%)
𝑣̅
8,755
𝐾𝑟 𝑣 = 𝑥 100% = 22,40%
39,091
𝑣 = (𝑣̅ ± 𝛿𝑣) 𝑚/𝑠
𝑣 = (39,091 ± 8,755) 𝑚/𝑠
3.2.2 Garputala dengan frekuensi X (belum diketahui)
𝑣 = 340 𝑚/𝑠
n L(m) λ (m) [𝝀 − 𝛌̅ ]2 m2 f (Hz) [ f − 𝐟 ̅ ]2 Hz
1 6,17 x 10-2 9,89 x 10-2 2,93 x 10-4 3438 221050
2 1,48 x 10-1 1,29 x 10-1 1,60 x 10-4 2643 105529
3 1,98 x 10-1 1,20 x 10-1 1,99 x 10-5 2823 21114

4 𝑥 (6,17 𝑥 10−2 + 1,25 𝑥 10−2 )


𝜆1 = = 9,89 𝑥 10−2 (𝑚)
2𝑥 1+1
4 𝑥 (1,48 𝑥 10−1 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝜆2 = = 1,29 𝑥 10−1 (𝑚)
2𝑥2+1
4 𝑥 (1,98 𝑥 10−1 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝜆3 = = 1,20 𝑥 10−1 (𝑚)
2𝑥3+1
(9,89 𝑥 10−2 + 1,29 𝑥 10−1 + 1,20 𝑥 10−1 )
𝜆̅ = = 1,16 𝑥 10−1 (𝑚)
3

𝛴[ 𝜆 − 𝜆̅ ]2
𝛿𝜆 = √ = 0,0154 𝑚
𝑛−1
𝛿ƛ
𝐾𝑟 𝜆 = ̅ × 100% = 13,25%
𝝀
𝜆 = (0,116 ± 0,0154) 𝑚
(2𝑛 + 1)
𝑓𝑛 = 𝑣 = (𝐻𝑧)
4(𝐿𝑛 + 𝑘)
(2 𝑥 1 + 1)
𝑓1 = 𝑥 340 = 3438 𝐻𝑧
4 𝑥 (6,17 𝑥 10−2 + 1,25 𝑥 10−2 )
𝑓2 = 2643 𝐻𝑧
𝑓3 = 2823 𝐻𝑧

𝛴𝑓
𝑓̅ = = 2968 𝐻𝑧
𝑁

𝛴[ 𝑓 − 𝑓 ̅ ]𝟐
𝛿𝑓 = √ = 417 𝐻𝑧
𝑛−1

𝛿𝑓
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 14,05%
𝑓̅
𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓) 𝐻𝑧 = (2968 ± 417) 𝐻𝑧
3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur
3.3.1.1 Fungsi Alat
Diperlukan alat dan bahan saat percobaan untuk pengukuran diantaranya
pipa/tabung resonansi yang berfungsi sebagai tempat terjadinya resonansi. Air
yang dimasukkan ke dalam tabung resonansi, berfungsi sebagai penentu panjang
kolom udara pada tabung (L). Wadah air berfungsi sebagai pengatur ketinggian
permukaan air dalam tabung resonansi. Selang sebagai penyambung sekaligus
saluran air antara tabung dengan wadah air. Meteran berfungsi sebagai alat ukur
panjang kolom udara pada tabung. Jangka sorong berfungsi sebagai alat ukur
diameter lubang tabung resonansi. Garputala diketahui frekuensi berfungsi untuk
penentuan kecepatan gelombang suara (v), sedangkan garputala X (belum
diketahui frekuensi) sebagai objek yang akan dicari frekuensinya. Terakhir
pemukul garputala sebagai alat pukul garputala.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan


Sebelum dilakukannya percobaan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran
diameter lubang tabung resonansi (D) dengan alat ukur jangka sorong sebanyak
tiga kali di titik yang berbeda guna ralat dapat diminimalisir. Kemudian garputala
yang diketahui f dipukul dengan pemukul garputala sambil didekatkan pada
mulut tabung resonansi, disaat yang bersamaan permukaan air pada tabung
resonansi diturunkan secara perlahan dan didengarkan secara teliti penguatan
suara dalam tabung resonansi, panjang kolom udara dicatat saat terjadinya
penguatan suara pertama sebagai L1, penguatan suara kedua sebagai L2, dan
penguatan suara ketiga sebagai L3. Hal yang sama dilakukan pada garputala yang
belum diketahui frekuensinya.

3.2.2 Analisa Hasil

Pada percobaan kali ini, didapatkan data perhitungan kecepatan rambat bunyi
diudara (v) yaitu sebesar 39,091 𝑚/𝑠. Data tersebut sangat jauh perbedaannya jika
dibandingkan dengan ketetapan v seharusnya yang sebesar 340 m/s. Sehingga terdapat
dua kemungkinan yang dapat disimpulkan, yaitu antara cepat rambat bunyi diudara
memang dapat berbeda-beda pada setiap tempat atau terdapat kesalahan perhitungan
maupun pengambilan data. Jika memang terdapat kesalahan pengambilan data, maka
terdapat banyak faktor yang menyebabkannya. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu
faktor kondisi lingkungan percobaan, faktor human error, atau juga faktor alat yang
digunakan. Kondisi lingkungan percobaan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan,
kesalahan data dapat disebabkan karena tingkat kebisingan pada lingkungan terlalu besar
sehingga berpengaruh terhadap peristiwa resonansi. Faktor human error seperti ketidak
fokusan praktikan dalam penggambilan data atau kesalahan dalam perhitungan juga
berpengaruh terhadap hasil. Alat yang digunakan merupakan buatan manusia, sehinnga
mungkin juga dalam penggunaannya dapat timbul kesalahan.
Untuk ditentukannya frekuensi dari garputala X (belum diketahui frekuensi).
Pertama dilakukan pencarian panjang kolom udara (L) pada saat terjadi resonansi
pertama hingga ketiga. Dari data tersebut dilakuakan perhitungan 𝜆 dengan rumus yang
telah ditentukan, maka akan didapatkan data 𝜆1 , 𝜆2 , 𝜆3 . Data tersebut kemudian dirata-
rata, setelah itu dapat dicari frekuensi garputala X dengan rumus yang telah ditentukan.
Aplikasi penggunaan analisis resonansi dalam kehidupan sehari-hari dapat
dijumpai pada kegiatan sebagai berikut. Pertama, pembangunan jembatan dan gedung,
analisis resonansi berguna untuk penentuan kekokohan bangunan tersebut, agar nantinya
jika terdapat getaran seperti gempa bumi atau faktor lain bangunan tersebut dapat tetap
bertahan. Kedua, rancangan ruangan auditorium atau sejenisnya juga diperlukan analisis
resonansi, agar kualitas suara dalam ruangan tersebut baik dan tidak terdapat gema dsb.
Ketiga pada pembuatan gitar, resonansi merupakan faktor kuat yang menyebabkan gitar
dapat berbunyi nyaring, resonansi terjadi pada kolom udara yang terdapat pada tubuh
gitar tersebut.
Terdapat banyak fungsi garputala selain sebagai alat dalam percobaan kali ini.
Seperti digunakan dalam bidang kesehatan, garputala digunakan oleh dokter sebagai alat
uji pendengaran pada lansia. Garputala juga digunakan sebagai alat musik, garputala
dengan frekuensi berbeda-beda tentunya dapat menghasilkan nada yang berbeda pula.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat dikatakan resonansi adalah peristiwa penguatan
gelombang bunyi oleh gelombang bunyi lain yang sefasa. Selain itu, praktikan dapat
menentukan cepat rambat bunyi di udara dan frekuensi sebuah garputala dengan prinsip tabung
resonansi, didapatkan nilai v sebesar 39,091 𝑚/𝑠. Juga dapat disimpulkan bahwa cepat rambat
udara dapat dipengaruhi oleh fakor lingungan seperti tingkat kebisingan, dll. Selain itu dapat
disimpulkan juga jika frekuensi setiap benda berbeda-beda, didapatkan frekuensi garputala
sebesar 2968 Hz dengan cara mengukur L tabung dan 𝜆 gelombang.

4.2 Saran
Pada saat percobaan dilakukan, masih terdapat pandemi covid-19 yang menyebabkan
percobaan dilakukan secara daring. Hal ini menyebabkan praktikan tidak dapat melihat
gamabran secara langsung. Juga pada video percobaan penjelasan masih terlalu singkat. Saran
saya sebaiknya video percobaan diproduksi ulang dengan langkah-langkah yang lebih rinci
lagi.
Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C. 2014. Physics Principles with Applications. Pearson Education, Inc. New
York

Lambaga, Ilham A. 2019. Tinjauan Umum Konsep Fisika Dasar. Deepublish. Yogyakarta

Serway, Raymond A. & Chris Vuille. 2007. Essentials of College Physics. Thomson Learning,
Inc. Belmond
Lampiran

(Giancoli, 2014)
(Serway & Vuille, 2007)
(Serway & Vuille, 2007)
(Lambaga, 2019)
Gambar 1.0 Simulasi tabung resonansi dengan garpu tala f = 440 Hz, L = 57 cm, untuk posisi
perut gelombang resonansi tabung ke-2
Tugas Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai