(Difraksi Cahaya)
(PERCOBAAN-OP3)
NIM : 205090700111011
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :1
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
(Difraksi Cahaya)
NIM : 205090700111011
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :1
Catatan :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
1.1 Tujuan
Setelah diselesaikannya praktikum difraksi cahaya ini gejala difraksi cahaya oleh
celah sempit diharapkan dapat dijelaskan oleh para praktikan. Kemudian, lebar celah
tunggal serta jarak antar celah pada celah ganda diharapkan dapat ditentukan oleh para
praktikan.
Perhitungan di atas adalah adalah persyaratan utama agar maksimum terang dapat
diperoleh (Giancoli, 2014).
Intensitas pada celah tunggal dapat digambarkan dengan metode penambahan fasor yang
sama yang digunakan untuk celah ganda. Kemudian, suatu bidang gelombang di depan
celah dibagi ke dalam jumlah strip yang lebih banyak. Selanjutnya, kontribusi wavelet
Huygens dari semua strip pada titik P ditempatkan pada layar jauh pada sudut θ dari
normal ke bidang celah. Sekarang wavelet dipertimbangkan datang dari strip berbeda di
titik P. Celah yang sudah ada kemudian dibagi lagi ke dalam bentuk yang lebih sempit.
Pusat C dari busur ini ditemukan dengan dibangunnya tegak lurus di titik A dan B. Dari
hubungan antara panjang busur, jari-jari, dan sudut, jari-jari busur adalah E0 / β , besar nilai
Ep dari resultan medan listrik di titik P adalah sebanding dengan bidang AB, yang mana
2(E 0 /β )sin ( β /2) kemudian akan didapatkan (Young dan Freedman, 2016).
sin(β /2) …(1.2)
E P=E 0
β /2
Intensitas dari tiap titik pada layar adalah berbanding lrusu dengan kuadrat dari amplitude
pada persamaan 1.2. Apabila I 0 adalah intensitas pada arah langsung di mana sudut θ=0
dan β=0, intensitas dari tiap titik adalah sebagai berikut (Young dan Freedman, 2016).
2
sin( β /2) …(1.3)
I =I 0[ β /2 ]
(intensitas dalam difraksi celah tunggal)
Kemudian, dapat kita gambarkan perbedaan fase β dalam rupa kuantitas geometrik.
Perbedaan antara gelombang dari celah atas dan celah bawah adalah sebagai berikut
(Young dan Freedman, 2016).
2π …(1.4)
β= a sin θ
λ
Lalu persamaan 1.3 berubah seperti berikut (Young dan Freedman, 2016).
I =I 0 ¿ ¿ …(1.5)
Pada percobaan celah ganda, diasumsikan bahwa celap berukuran lebih sempit
dibandingkan panjang gelombang dari cahaya yang menyinarinya. Untuk celah yang
sempit, keseluruhan layar ditutupi oleh titik tengah maksimum pola difraksi dari kedua
celah. Lebih lanjut lagi, pinggiran yang terang dengan intensitas yang hampir sama
dihasilkan oleh interferensi cahaya dari dua celah tersebut. Dengan diterapkannya efek
difraksi, intensitas dari celah ganda dapat digambarkan sebagai berikut (Halliday,
Resnick, dkk., 2015).
2
sin α …(1.6)
I (θ)=I m ( cos β 2) ( ) α
πa …(1.6)
α= sin θ
λ
BAB II
METODOLOGI
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.2 Perhitungan
3.2.1 Celah Tunggal A Pola Terang
2
n X terang (m) sin θ d (m) |d −d́| ϕ
1 0,00012 6,704 × 10 −5
0,0141589 6,75156 ×10 −6
9,42
2 0,00024 0,0001341 0,1179908 5,69112 ×10−8 15,7
3 0,00036 0,0002011 0,01101248 3,00353 ×10−7 21,98
4 0,00048 0,0002682 0,1061918 8,86135 ×10−7 28,26
5 0,00061 0,0003408 0,1021298 1,81588 ×10−6 34,54
2
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
9,81084 × 10−6
√ 4
=1,566113 × 10−3
1,566113 × 10−3
Kr d= × 100 %= × 100 %=13,55 %
d́ 1,156052× 10−2
d= d́ ± δd =1,156052× 10−2 ±1,566113 × 10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
1,20021× 10−6
√ 4
=0,5477 × 10−3
0,5477 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=3,86 %
d́ 1,418806 ×10−2
d= d́ ± δd =1,418806 ×10−2 ± 0,5477× 10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
2,56486 ×10−7
√ 4
=0,2533222× 10−3
0,2533222 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=2,50 %
d́ 1,113964 ×10−2
d= d́ ± δd =1,113964 × 10−2 ±0,2533222 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
1,65459 ×10−5
√ 4
=2,033834 × 10−3
2,033834 × 10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=13,21 %
d́ 1,539316 ×10−2
d= d́ ± δd =1,539316 ×10−2 ± 2,033834 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
4,45694 ×10−5
√ 4
=3,338018 ×10−3
3,338018 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=14,63 %
d́ 2,282331 ×10−2
d= d́ ± δd =2,282331× 10−2 ±3,338018 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
2,20379 ×10−6
√ 4
=0,742258× 10−3
0,742258 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=4,53 %
d́ 1,640331 ×10−2
d= d́ ± δd =1,640331× 10−2 ±0,742258 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
4,69935× 10−6
√ 4
=1,083899 ×10−3
1,083899 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=4,57 %
d́ 2,371977 ×10−2
d= d́ ± δd =2,371977 ×10−2 ± 1,083899× 10−3 m
3.2.8 Celah Ganda B Pola Gelap
2
n X terang (m) sin θ d (m) |d −d́| ϕ
1 0,00003 1,676 ×10−5 0,0566356 0,000117365 9,42
2 0,00007 3,911 ×10−5 0,040454 2,86022 ×10−5 15,7
0,0440499
3 0,00009 5,028 ×10−5 3,07017 ×10−6 21,98
1
0,0463382
4 0,00011 6,145 ×10−5 2,87422 ×10−7 28,26
2
0,0415427
5 0,00015 8,38 ×10−5 1,82272× 10−5 34,54
7
2
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
0,000167552
√
4
=6,472087 ×10−3
6,472087 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=14,13 %
d́ 4,58021×10−2
d= d́ ± δd =4,58021 ×10−2 ± 6,472087 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
4,45694 ×10−5
√4
=3,338018 ×10−3
3,338018 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=¿14,63%
d́ 2,282331 ×10−2
d= d́ ± δd =2,282331× 10−2 ±3,338018 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
4,2801×10−6
√ 4
=1,03442× 10−3
1,03442 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=5,45 %
d́ 1,89858 ×10−2
d= d́ ± δd =1,89858 ×10−2 ±1,03442 ×10−3 m
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
1,10755 ×10−5
√ 4
=1,663996 ×10−3
1,663996 ×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=7,26 %
d́ 2,293456 ×10−2
d= d́ ± δd =2,293456 ×10−2 ± 1,663996× 10−3 m
=0,0424767 m
1
sin θ1 2,235 ×10−5
1 1
d=
( n+ ) λ ( 2+ ) 6,328× 10
2
=
2
−7
=0,040454 m
2
sin θ2 3,911× 10−5
1 1
d=
( n+ ) λ ( 3+ ) 6,328 ×10
2
=
2
−7
=0,03303743 m
3
sin θ3 6,704 ×10−5
1 1
d =
( n+ ) λ ( 4+ ) 6,328 ×10
2
=
2
−7
=0,03185753 m
4
sin θ 4 8,939 ×10−5
1 1
d=
( n+ ) λ ( 5+ ) 6,328 ×10
2
=
2
−7
=0,03278903 m
5
sin θ5 0,0001061
d́=
∑ d n = 0,0424767+0,040454 +0,03303743+0,03185753+0,03278903 =3,612294 × 10−2 m
n 5
2π 2π
ϕ 1= d sinθ= 0,0424767× 2,235 ×10−5 =9,42
λ 1 6,328 ×10−7
2π 2π
ϕ 2= d sin θ= 0,040454 ×3,911 ×10−5=15,7
λ 2 6,328 ×10−7
2π 2π
ϕ 3= d sin θ= 0,03303743 ×6,704 ×10−5=21,98
λ 3 6,328 ×10−7
2π 2π
ϕ 4= d sin θ= 0,03185753 ×8,939 ×10−5=28,26
λ 4 6,328 ×10 −7
2π 2π
ϕ 5= d sin θ=¿ 0,03278903× 0,0001061=34,54 ¿
λ 5 6,328 ×10−7
δd =
√
Σ |d n− d́|
(n−1)
δd
=
9,79574 × 10−5
√ 4
=4,948672 ×10−3
4,948672×10−3
Kr d= × 100 %= ×100 %=13,7 %
d́ 3,612294 ×10−2
d= d́ ± δd =3,612294 ×10−2 ± 4,948672 ×10−3 m
3.3 Grafik
3.3.1 Celah Tunggal C Pola Gelap
n sin θ
1 3,352 ×10−5
2 6,145 ×10−5
3 0,0001006
4 0,0001341
5 0,0001788
1 1
d́=
( ∆ y+ )
2
λ=
( (3,1−2,9)+
2
∆x −4
1,05× 10 −9,9 ×
y −y 3,2−2,8
Kr= a b ×100= ×100
2 ý 2(3)
Centroid=(0,000101676 , 3)
∆y (3,1−2,9)
d́= λ= 6,
∆x (8,3 ×10−5 −8 ×10−5 )
y −y 3,3−2,7
Kr= a b ×100= × 100
2 ý 2(3)
Centroid=(8 , 15642× 10−5 ,3)
3.4 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi Alat
Pada praktikum difraksi cahaya kali ini, ada sebanyak lima alat yang
digunakan di antaranya, yakni laser He-Ne, penyangga, pemegang slide,
penggaris, meteran, dan layar yang telah ditempel dengan kertas grafik,
sedangkan benda pengamatan yang diamati adalah slide kisi celah tunggal
dan slide kisi celah ganda. Setiap alat dan benda pengamatan yang telah
disebutkan tadi punya peran dan andilnya masing-masing dalam praktikum
kali ini. Dimulai dari laser He-Ne digunakan sebagai sumber cahaya.
Kemudian, penyangga berfungsi sebagai tempat diletakkannya pemegang
slide dan laser. Selanjutnya, pemegang slide berfungsi sebagai media
diletakkannya kisi celah tunggal dan kisi celah ganda. Penggaris berfungsi
sebagai alat pengukur jarak. Meteran berfungsi sebagai alat pengukur jarak
antara kisi dengan layar. Layar berfungsi sebagai bidang datar tempat
ditampilkannya hasil dari difraksi. Slide kisi celah ganda dan celah tunggal
berfungsi sebagai benda yang diamati.
Pada praktikum kali ini tidak terlepas dari peristiwa difraksi dan interferensi.
Peristiwa difraksi dapat terjadi ketika celah tunggal dilewati oleh sumber cahaya
berupa laser. Peristiwa difraksi atau penyebaran akan dialami oleh sumber cahaya
tersebut sesaat setelah melewati celah tunggal. Selain itu, peristiwa difraksi dapat juga
terjadi ketika celah ganda dilewati oleh sumber cahaya berupa laser. Sesaat setelah
celah ganda dilewati oleh cahaya, dua sumber cahaya baru akan terbentuk. Dua
sumber cahaya yang baru tersebut akan bertumpuk yang selanjutnya akan diperoleh
pola gelap dan terang. Pola gelap dan terang yang baru saja terbentuk disebut sebagai
pola interferensi.
Terdapat sebuah hubungan sebab-akibat antara lebar dari celah dengan pola
difraksi yang dihasilkan. Diperoleh fakta bahwa semakin besar lebar dari celah,
intensitas cahaya yang terdifraksi akan semakin kecil dan sebaliknya. Dengan
demikian, hubungan yang diperoleh antara lebar dari celah dengan pola difraksi,
yakni nilai dari lebar celah akan berbanding terbalik dengan nilai dari pola difraksi
yang dihasilkan.
Diketahui bahwa
d=0,345 μ m=0,345× 10−12 m
θ=60 °
n=4
Data yang ditanyakan
λ=?
Dengan dimanfaatkannya turunan rumus persamaan untuk mencari pola terang
diperoleh rumus seperti yang di bawah ini
1
(2 n−1) λ=d sin θ
2
(2 n−1) λ=2d sin θ
2 d sin θ
λ=
(2 n−1)
2(0,345× 10−12 )sin 60 °
λ= =8,53654 ×10−14 m
(2(4)−1)
Pengaplikasian atau penerapan dari difraksi cahaya dapat dietmukan pada bidang
kesehatan dan diterapkan pada berbagai penggunaan dalam bidang Kesehatan seperti
optogenetika, pengukuran diameter rambut manusia, dan LASIK (Laser In Situ
Keratomiulisis). Dalam penggunaannya pada operasi lasik, difraksi cahaya digunakan
sebagai pengukur diameter pupil dari mata pasien, pada optogenetika, difraksi cahaya
digunakan agar cahaya pada sel saraf otak dapat tersebar untuk penyembuhan pasien
stroke, Alzheimer, dan PTSD, serta pada pengukuran diameter rambut dengan
difraksi cahaya bertujuan sebagai pendeteksi kerontokan rambut dan penyakit genetic
seperti kanker dan gejala kebotakan (Fauzi dan Trisniarti, 2016). Untuk
pengaplikasian atau penerapan dari pola interferensi cahaya dapat ditemukan pada
penentuan indeks bias cahaya dengan cermin datar berdebu. Sampe debu yang
dimaksud pada percobaan ini adalah bedak bayi, kapur tulis, tepung beras, serbuk
kay, dan bedak kecantikan. Selanjutnya, sampel debu tersebut ditaburkan pada cermin
datar bersih sehingga akan terbentuk sebuah pola interferensi, yang mana sampel
partikel debu tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat kecerahan dari pola interferensi.
Pola interferensi tercerah yang akan dihasilkan apabila laser berwarna merah dan
hijau digunakan pada percobaan tersebut (Ellyana dan Kusuma, 2019).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sesudah dilaksanakannya praktikum difraksi cahaya kali ini, gejala difraksi
cahaya oleh celah sempit berhasil dijelaskan oleh para praktikan, yang mana gejala
difraksi cahaya mula-mula terjadi akibat celah sempit yang dilewati oleh sumber
cahaya.
Setelah paham dengan gejala difraksi, kini lebar celah tunggal serta jarak antar
celah pada celah ganda berhasil ditentukan oleh para praktikan, yang man hal tersebut
dapat diperoleh dengan penurunan beberapa rumus terlebih dahulu dan kemudian
dilakukan pengoperasian dengan hasil turunan rumus.
4.2 Saran
Sebaiknya ketika praktikum daring sedang dilaksanakan, praktikan diberikan dan
dijelaskan secara langsung dari laboratorium praktikum fisika mengenai fungsi, cara
kerja, dan prinsip percobaan dari praktikum yang sedang berjalan. Selain itu, ketika
praktikum sedang berjalan, para praktikan seharusnya tidak hanya dievaluasi
pemahaman akan materi praktikum yang sedang berjalan, tetapi juga dijelaskan
mengenai praktikum tersebut sesuai dengan materi yang ada di diktat dan video
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ellyana, R. L. dan A. W. Kusuma. 2019. Penentuan Indeks Bias Kaca Berdasarkan Pola
Interferensi Cahaya Laser Terhambur Menggunakan Cermin Datar “Berdebu”. Jurnal
Teori dan Aplikasi Fisika. 7: 169—178.
Fauzi, A. dan M. D. Trisniarti. 2016. Aplikasi Konsep Difraksi dalam Bidang Kesehatan.
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. 6: 1—6.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Aplikasi dan Penerapan. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Halliday, David, Jearl Walker, & Robert Resnick. 2015. Fundamentals of Physics. Tenth
Edition. New Jersey: Wiley.
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2016. University Physics with Modern Physics.
Fourteenth Edition. Essex: Pearson Education Limited.
LAMPIRAN
(Giancoli, 2014).
(Giancoli, 2014).
Gambar 1.1 Kisi Difraksi (Giancoli, 2014).
Tugas Pendahuluan
2. Sebutkan dan jelaskan alat yang digunakan dalam praktikum difraksi cahaya
Dalam praktikum difraksi cahaya kali ini, ada sebanyak lima alat yang digunakan di
antaranya, yakni laser He-Ne, penyangga, pemegang slide, penggaris, dan layar yang telah
ditempel dengan kertas grafik, sedangkan benda pengamatan yang diamati adalah slide kisi
celah tunggal dan slide kisi celah ganda. Setiap alat dan benda pengamatan yang telah
disebutkan tadi punya peran dan andilnya masing-masing dalam praktikum kali ini. Dimulai
dari laser He-Ne digunakan sebagai sumber cahaya. Kemudian, penyangga berfungsi sebagai
tempat diletakkannya pemegang slide dan laser. Selanjutnya, pemegang slide berfungsi
sebagai media diletakkannya kisi celah tunggal dan kisi celah ganda. Penggaris berfungsi
sebagai alat pengukur jarak. Layar berfungsi sebagai bidang datar tempat ditampilkannya
hasil dari difraksi. Slide kisi celah ganda dan celah tunggal berfungsi sebagai benda yang
diamati.
3. Jelaskan perbedaan difraksi dan interferensi cahaya
Difraksi adalah peristiwa penekukan gelombang di belakang penghalang yang dihasilkannya
suatu daerah bayangan
Interfensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya atau lebih yang
menimbulkan pola gelombang yang baru.
Difraksi Kisi
7. Jelaskan hubungan jumlah celah yang dilewati seberkas cahaya dengan hasil difraksi
Jumlah hubungan jumlah celah yang dilewati seberkas cahaya berbanding lurus dengan hasil
difraksinya sehingga semakin banyak jumlah celah yang dilewai, semakin tajam juga difraksi
yang nampak pada layar.
10. Jika diketahui lebar celah 345 pikometer. Seberkas cahaya melewati celah sempit dan
menghasilkan interferensi minimumn dari terang pusat ke terang ke empat dengan sudut
devisiasi 60 derajat. Maka panjang gelombang cahaya dalam Amstrong
d=0 ,345 μ m=0 , 345 ×10−12 m
θ=60 °
n=4
λ=?
1
(2 n−1) λ=d sin θ
2
(2 n−1) λ=2d sin θ
2 d sin θ
λ=
(2 n−1)
2(0,345× 10−12) sin 60 °
λ= =8,53654 ×10−1 4 m
(2(4)−1)