200110190060
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
NPM : 200110190060
1
SRI MULYANI
200110190060
LEMBAR PENGESAHAN
O-1
KOLOM NILAI
___________________________
NPM
2
SRI MULYANI
200110190060
ABSTRAK
Pada percobaan sifat-sifat lensa dan pembentukan bayangan pada lensa ini,
bertujuan untuk memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa serta menentukan
jarak fokus lensa dengan metode Gauss dan Bessel. Alat-alat yang digunakan
adalah lensa positif kuat dan lemah, lampu sebagai sumber cahaya, layar untuk
menangkap bayangan, bangku optic, serta anak panah sebagai objek. Percobaan ini
dibagi menjadi empat bagian, yaitu menentukan jarak fokus lensa positif kuat (++)
dan lensa positif lemah (+) dengan menggunakan metode Bessel. Serta menentukan
jarak fokus lensa positif kuat (++) dan positif lemah (+) menggunakan metode
Gauss. Sebelum percobaan dimulai, sistem optik disusun terlebih dahulu dengan
urutan lampu-benda-lensa-layar. Untuk metode Bessel, antara benda ke layar
berjarak 95 cm, 90 cm, dan 85 cm. Kemudian lensa digeser-geserkan hingga didapat
bayangan yang tegas/jelas diperkecil serta diperbesar. Sedangkan metode Gauss,
benda diatur agar berjarak 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm dari lensa. Kemudian
layar digeserka-geserkan hingga didapat bayangan tegas/jelas. Data yang sudah
diperoleh dan diolah menggunakan perhitungan. Secara matematis, akan didapat
besarnya S, S, L, M, f, e, E, KSR dan KP. Pada percobaan ini, nilai KSR yang
diperoleh terbilang rendah walaupun angkanya masih jauh dari 0%.
3
SRI MULYANI
200110190060
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... 1
ABSTRAK .......................................................................................................... 3
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................... 37
LAMPIRAN ...................................................................................................... 40
4
SRI MULYANI
200110190060
BAB I
PENDAHULUAN
Optik merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi ditelinga
sebagian besar umat manusia. Optik dijelaskan dan ditandai dengan
fenomena optik dan alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya, yaitu
cermin, lensa, dan kaca.
Kemajuan teknologi telah membawa dampak yang positif bagi
kehidupan manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapat
menggantikan berbagai fungsi organ atau menyelidiki fungsi dan
penyimpangan pada organ tubuh manusia, seperti pada alat optik.
Alat optik membuat hidup manusia lebih mudah dan berarti. Semua
orang dapat menikmati keindahan alam semesta, mengabadikan saat-saat
terindah pada lembaran foto, atau bahkan bisa membuat sehelai rambut di
kepala menjadi terlihat sebesar lengan.
Dan alat optik tercanggih yang pernah ada yaitu mata yang kita
miliki. Jika diamati, kebanyakan pengaplikasian optic menggunakan lensa
sebagai alatnya. Seperti mata, di dalam mata juga terdapat sebuah lensa
cembung yang bersifat konvergen yaitu memfokuskan sinar. Selain
cembung, terdapat juga jenis lensa cekung yang bersifat divergen atau
menyebarkan sinar.
Untuk menentukan kekuatan lensa yang digunakan, diperlukan
jarak fokus. Jarak fokus adalah jarak dari letak fokus lensa (f) ke lensa.
Untuk menentukan jarak fokus lensa bisa menggunakan dua metode, yaitu
metode Gauss dan metode Bessel.
Saat ini masih banyak permasalahan yang menyangkut mengenai
pembiasan cahaya seperti dalam hal pembentukan bayangan. Pembentukan
bayangan yang terjadi berbeda-beda sifatnya, tergantung letak posisi
benda.
5
SRI MULYANI
200110190060
1.2 Tujuan
6
SRI MULYANI
200110190060
BAB II
METODE PERCOBAAN
7
SRI MULYANI
200110190060
8
SRI MULYANI
200110190060
9
SRI MULYANI
200110190060
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Titik fokus lensa positif (+) berdasarkan metode gauss
2. Hasil data fokus lensa positif kuat (++) berdasarkan metode gauss.
10
SRI MULYANI
200110190060
Tabel 3.2 Titik fokus lensa positif kuat (++) berdasarkan metode gauss
1. Hasil data fokus lensa positif lemah (+) dengan metode Bessel
Tabel 3.3 Titik fokus lensa positif lemah (+) berdasarkan metode Bessel
E 𝑒̅ ± ∆𝑒̅ (f ) 𝑓̅ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅
L (cm) E1 E2
(cm) (cm)
10,9 84,3 74,4 74,73 ± 0,706 9,054 3,018 8,42 ± 0,26
95 10,2 85,2 85,2
9,5 85,3 85,3
Rata-rata 74,73
11
SRI MULYANI
200110190060
2. Hasil data fokus lensa positif kuat (++) dengan metode Bessel
Tabel 3.4 Titik fokus lensa positif kuat (++) berdasarkan metode bessel
E 𝑒̅ ± ∆𝑒̅ (f ) 𝑓̅ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅
L (cm) E1 E2
(cm) (cm)
4,7 90,2 85,5 85,57 ± 0,007 4,481 1,494 4,419 ± 0,0253
95 4,8 90,4 85,6
4,7 90,3 85,6
Rata-rata 85,57
12
SRI MULYANI
200110190060
13
SRI MULYANI
200110190060
14
SRI MULYANI
200110190060
𝑆 ± ∆𝑆 𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′
1 2 3 4 5
15 ± 0,005 19 ± 0,005 19,5 ± 0,005 20 ± 0,005 20,5± 0,005 21± 0,005
20 ± 0,005 15 ± 0,005 15,1 ± 0,005 15,4± 0,005 15,6± 0,005 16± 0,005
25 ± 0,005 12,3 ± 0,005 12,5 ± 0,005 13± 0,005 13,1± 0,005 13,4± 0,005
30 ± 0,005 12,2 ± 0,005 12,2 ± 0,005 12,4± 0,005 12,6± 0,005 12,8± 0,005
𝑆 ± ∆𝑆 𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′
1 2 3 4 5
10 ± 0,005 7,9 ± 0,005 8,1 ± 0,005 8,6 ± 0,005 8,2 ± 0,005 8,5 ± 0,005
15 ± 0,005 5,4 ± 0,005 5,5 ± 0,005 5,7 ± 0,005 6 ± 0,005 5,5 ± 0,005
20 ± 0,005 5,5 ± 0,005 5,6 ± 0,005 5,7 ± 0,005 5,8 ± 0,005 6 ± 0,005
∑ 𝑆𝑖 ̅̅̅′ )2
∑(𝑆 ′ 𝑖 −𝑆
Rumus yang digunakan: 𝑆̅′ = ̅= √
, ∆𝑆′ ̅
, 𝑆̅′ ± ∆𝑆′
𝑛 𝑛(𝑛−1)
15
SRI MULYANI
200110190060
2 +(20−19,5)2+(20−20)2+(20−20,5)2 +(20−11)2
̅ = √(20−19)
∆𝑆′ 5(5−1)
̅ = √2,5 = 0,354
∆𝑆′
20
16
SRI MULYANI
200110190060
̅ = √0,616 = 0,175
∆𝑆′
20
̅ = √0,812 = 0,201
∆𝑆′
20
17
SRI MULYANI
200110190060
2+(12,4−12,2)2+(12,4−12,4)2+(12,4−12,6)2 +(12,4−12,8)2
̅ = √(12,4−12)
∆𝑆′ 5(5−1)
̅ = √0,4 = 0,141
∆𝑆′ 20
2 +(8,26−8,1)2 +(8,26−8,6)2+(8,26−8,2)2+(8,26−8,5)2
̅ = √(8,26−7,9)
∆𝑆′ 5(5−1)
̅ = √0,332 = 0,0166
∆𝑆′
20
2 +(5,62−5,5)2 +(5,62−5,7)2+(5,62−6)2+(5,62−5,5)2
̅ = √(5,62−5,4)
∆𝑆′ 5(5−1)
̅ = √0,228 = 0,0114
∆𝑆′ 20
18
SRI MULYANI
200110190060
2 +(5,72−5,6)2 +(5,72−5,7)2+(5,72−5,8)2+(5,72−6)2
̅ = √(5,72−5,5)
∆𝑆′ = 0,0074
5(5−1)
Tabel 3.5 Rata-rata dan Selisih Rata-rata Pada Lensa Positif Lemah (+)
S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ ̅ (cm)
∆𝑺′ ̅ ± ∆𝑺′ (cm)
𝑺′
15 20 0,354 20 ± 0,354
20 15,42 0,175 15, 42 ± 0,175
25 12,86 0,021 12,86 ± 0,021
30 12,4 0,141 12,4 ± 0,141
Tabel 3.6 Rata-rata dan Selisih Rata-rata Pada Lensa Positif Kuat (++)
S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ ̅ (cm)
∆𝑺′ ̅ ± ∆𝑺′ (cm)
𝑺′
19
SRI MULYANI
200110190060
2
∆𝑆 2 ̅̅̅̅̅
∆𝑆 ′ 2
Rumus yang digunakan: 𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ , ∆𝐿 = √| 𝑆 | + | ̅̅̅ | × 𝐿, 𝐿 ± ∆𝐿
𝑆′ 3
𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 15 + 20 = 35 𝑐𝑚
0,05 2 0,354 2 2
∆𝐿 = √| | +| | × 35 = 0,42 𝑐𝑚
15 20 3
𝐿 ± ∆𝐿̅ = 35 ± 0,42 𝑐𝑚
0,05 2 0,175 2 2
∆𝐿 = √| | +| | × 35,42 = 0,282 𝑐𝑚
20 15,42 3
0,5 2 0,201 2 2
∆𝐿 = √| | + | | × 37,86 = 0,399
25 12,86 3
20
SRI MULYANI
200110190060
0,05 2 0,141 2 2
√
∆𝐿 = | | +| | × 42,4 = 0,325 𝑐𝑚
30 12,4 3
0,05 2 0,0166 2 2
√
∆𝐿 = | | +| | × 18,26 = 0,066 𝑐𝑚
10 8,26 3
0,05 2 0,0114 2 2
√
∆𝐿 = | | +| | × 20,62 = 0,54 𝑐𝑚
15 5,62 3
21
SRI MULYANI
200110190060
0,05 2 0,0074 2 2
√
∆𝐿 = | | +| | × 25,72 = 0,48 𝑐𝑚
20 5,72 3
S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ L (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm)
∆𝑺′ ∆𝑳 (𝒄𝒎) 𝑳 ± ∆𝑳 (cm)
Tabel 3.8 Data L dan Delta ∆ L Pada Lensa Positif kuat (++)
S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ L (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm)
∆𝑺′ ∆𝑳 (𝒄𝒎) 𝑳 ± ∆𝑳 (cm)
2
̅̅̅
𝑆′ ∆𝑆 2 ̅̅̅̅̅
∆𝑆 ′ 2
Rumus yang digunakan : 𝑀 = 𝑆 , ∆𝑀 = √| 𝑆 | + | 𝑆′
̅
| × 𝑀, 𝑀 ± ∆𝑀
3
22
SRI MULYANI
200110190060
𝑆̅′ 20
𝑀= = = 1,333 𝑐𝑚
𝑆 15
0,05 2 0,345 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 1,33 = 0,016 𝑐𝑚
15 20 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 1,333 ± 0,016 𝑐𝑚
𝑆̅′ 15,42
𝑀= = = 0,771 𝑐𝑚
𝑆 20
0,05 2 0,175 2 2
√
∆𝑀 = | | +| | × 0,771 = 0,006 𝑐𝑚
20 15,42 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 0,771 ± 0,006 𝑐𝑚
𝑆̅′ 12,86
𝑀= = = 0,5144 𝑐𝑚
𝑆 25
0,05 2 0,201 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 0,5144 = 0,005 𝑐𝑚
25 12,86 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 0,5144 ± 0,0087 𝑐𝑚
23
SRI MULYANI
200110190060
𝑆̅′ 12,4
𝑀= = = 0,413 𝑐𝑚
𝑆 30
0,05 2 0,141 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 0,413 = 0,003 𝑐𝑚
30 12,4 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 0,413 ± 0,003 𝑐𝑚
𝑆̅′ 8,26
𝑀= = = 0,826 𝑐𝑚
𝑆 10
0,05 2 0,0166 2 2
√
∆𝑀 = | | + | ̅̅̅̅̅̅ | × 0,826 = 0,00445 𝑐𝑚
10 8,26 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 0,826 ± 0,00445 𝑐𝑚
𝑆̅′ 5,62
𝑀= = = 0,375 𝑐𝑚
𝑆 15
0,05 2 0,0114 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 0,375 = 0,015 𝑐𝑚
15 5,62 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 0,375 ± 0,015 𝑐𝑚
24
SRI MULYANI
200110190060
𝑆̅′ 5,72
𝑀= = = 0,285 𝑐𝑚
𝑆 20
0,5 2 0,084 2 2
∆𝑀 = √| | + | | × 0,285 = 0,00081 𝑐𝑚
20 5,72 3
𝑀 ± ∆𝑀 = 0,285 ± 0,00081 𝑐𝑚
S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ M (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm)
∆𝑺′ ∆𝑴 (𝒄𝒎) 𝑴 ± ∆𝑴 (cm)
S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ M (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm) ∆𝑴 (𝒄𝒎)
∆𝑺′ 𝑴 ± ∆𝑴 (cm)
𝑀×𝐿
Rumus yang digunakan:𝑓 = (1+𝑀)2
25
SRI MULYANI
200110190060
26
SRI MULYANI
200110190060
∑ 𝑓𝑖 ∑(𝑓̅−𝑓𝑖 )2
Rumus yang digunakan: 𝑓 ̅ = , ∆𝑓 ̅ = √ , 𝑓 ± ∆𝑓
𝑛 𝑛(𝑛−1)
0,047418
∆𝑓 ̅ = √ = 0,0629 𝑐𝑚
12
𝑓 ± ∆𝑓 = 8,636 ± 0,0629 𝑐𝑚
0,105935
∆𝑓 ̅ = √ = 0,1329 𝑐𝑚
6
27
SRI MULYANI
200110190060
𝑓𝑙𝑖𝑡 −𝑓𝑝𝑒𝑟
1) 𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡
2) KP = 100% - KSR
Dengan keterangan 𝑓𝑙𝑖𝑡 :
𝑓𝑙𝑖𝑡 pada lensa (+) = 10 cm
𝑓𝑙𝑖𝑡 pada lensa (++) = 5 cm
10 − 8,635
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
10
= 13,65%
5−4,351
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100% = 12,98%
5
28
SRI MULYANI
200110190060
L E1 E2 𝑒 ± ∆𝑒
95 10,9 84,3 73,4 ± 0,05
10,2 85,2 75 ± 0,05
9,5 85,3 75,8 ± 0,05
90 9,6 85,2 70,6 ± 0,05
9,2 80,2 71,5 ± 0,05
9,7 80,5 70,8 ± 0,05
85 9,4 75,8 66,4 ± 0,05
8,8 76,2 67,4 ± 0,05
9,4 75,8 66,4 ± 0,05
L E1 E2 𝑒 ± ∆𝑒
95 4,7 90,2 85,5 ± 0,05
4,8 90,4 85,6 ± 0,05
4,7 90,3 85,6 ± 0,05
90 4,6 85,2 80,6 ± 0,05
4,7 85,1 80,4 ± 0,05
4,8 85,3 80,5 ± 0,05
85 4,8 80,4 75,6 ± 0,05
4,65 81,3 76,65 ± 0,05
4,7 80,35 75,65 ± 0,05
3.1.2.2 Mencari 𝒆
∑𝑒 ∑(𝑒̅−𝑒)2
Rumus yang digunakan: 𝑒 = |𝐸2 − 𝐸1 |, 𝑒̅ ± ∆𝑒̅, 𝑒̅ = , ∆𝑒̅ = √𝑁 (𝑁−1)
𝑁
29
SRI MULYANI
200110190060
e = |85,2 − 10,2| = 75 𝑐𝑚
∑ 𝒆𝒊 224,2
ē= = = 74,73 cm
𝒏 3
∴ ē ± Δē = 74,73 ± 0,706 cm
∑ 𝒆𝒊 212,9
ē= = = 70,97 cm
𝒏 3
∴ ē ± Δē = 70,96 ± 0,273 cm
30
SRI MULYANI
200110190060
∑ 𝒆𝒊 200,2
ē= = = 66,73 cm
𝒏 3
= √0,1 = 0,3 cm
∴ ē ± Δē = 66,73 ± 0,3 cm
31
SRI MULYANI
200110190060
= 0,57 𝑐𝑚
32
SRI MULYANI
200110190060
= 0,24 𝑐𝑚
𝐿2 −𝑒̅ 2
Rumus yang digunakan: 𝑓 = 4𝐿
(95)2 − (74,73)2
𝑓= = 9,054 𝑐𝑚
4(95)
(90)2 − (70,97)2
𝑓= = 8,509 cm
4(90)
(85)2 − (66,73)2
𝑓= = 8,153 cm
4(85)
(95)2 − (85,57)2
𝑓= = 4,481 𝑐𝑚
4. (95)
33
SRI MULYANI
200110190060
(90)2 − (80,5)2
𝑓= = 4,499 𝑐𝑚
4. (90)
(85)2 − (75,97)2
𝑓= = 4,275 𝑐𝑚
4. (85)
∑𝑓 ∑(𝑓 −𝑓) ̅ 2
Rumus yang digunakan: 𝑓 ̅ ± ∆𝑓,̅ 𝑓 ̅ = 𝑁 , ∆𝑓 ̅ = √ 𝑁 (𝑁−1)
34
SRI MULYANI
200110190060
∴ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅ = 4,418 ± 0,072
10−8,572 1,428
KSR = | | 𝑥 100% = 𝑥 100% = 14,28%
10 10
𝑓𝑙𝑖𝑡−𝑓 5−4,418
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100% = | | × 100% = 11,64%
𝑓𝑙𝑖𝑡 5
3.3 Analisa
Pada percobaan ini dapat diihat bahwa untuk menentukan jarak focus
lensa dapat menggunakan dua cara atau metode, yaitu metode Gauss dan
metode Bessel Perbedaan dari metode ini terletak pada media yang digeser
atau diubah jaraknya. Pada metode Gauss media yang digeser atau diubah –
ubah adalah layar untuk menangkap bayangan, sedangkan pada metode
Bessel, media yang digeser atau diubah-ubah adalah lensa Praktikum yang
baik adalah praktikum yang memiliki kesalahan relatif pada perhitungan
(KSR) kurang dari 12%. Hal ini menandakan bahwa pengukuran yang
dilakukan menghasilkan data yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi.
Pada percobaan metode gauss, praktikan memperoleh KSR sebesar
13,65% untuk percobaan pada lensa positif lemah.. Sedangkan pada
35
SRI MULYANI
200110190060
36
SRI MULYANI
200110190060
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengukuran ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Dapat dipahami sifat pembiasan cahaya lensa , yang dimana sifat-sifat
pembiasan tersebut dijelaskan dalam Hukum Snellius. Snellius sendiri
memiliki 3 hukum yaitu :
• Hukum Snellius I berbunyi :
“Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat, maka
garis semua tersebut adalah garis sesudah sinar itu membias dan
garis normal dititik biasnya, ketiga garis tersebut terletak dalam satu
bidang datar”
• Hukum Snellius II berbunyi :
“Perbandingan sinus datang dengan sinus sudut bias selalu
konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias (n)”
• Hukum Snellius III berbunyi :
“Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat n1<n2 sinar akan dibelokkan mendekati garis normal, jika sinar
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat n1>n2 , sinar
akan dibelokkan menjauhi garis normal.
2. Dapat ditentukan jarak fokus lensa dengan metode Bessel. Metode Bessel
adalah metode utnuk menghitung jarak focus lensa positif dan lensa
negative, dengan cara mengubah – ubah jarak lensa. Rumus yang digunakan
metode Bessel untuk menentukan jarak focus lensa yaitu :
𝐿2 −𝑒 2
𝑓= Keterangan : L = jarak benda terhadap layar (cm)
4𝐿
37
SRI MULYANI
200110190060
38
SRI MULYANI
200110190060
DAFTAR PUSTAKA
Silaban, Pantur, Ph.D dan Sucipto, Erwin, Drs. M. Sc. 1992. Fisika. Bandung:
Erlangga
Alonso, Marcelo, dan Edward J. Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga
Ramdanie, Irvan. 2011. Hukum I dan Hukum II Snellius Fisika Nyaman 2.
Wordpress.com
Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung: PT Setia Purna
Invers
Giancoli. 1999. Fisdas edisi 3 jilid 1. Jakarta: Erlangga
Tipler Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Bandung: Erlangga
Young Preedman. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga
39
SRI MULYANI
200110190060
LAMPIRAN
40
SRI MULYANI
200110190060
41
SRI MULYANI
200110190060
TUGAS AKHIR
1. Hitunglah jarak fokus lensa positif lemah (+) dan lensa positif kuat (++)
dengan persamaan (1-3). (Metode Bessel)
42
SRI MULYANI
200110190060
43