Anda di halaman 1dari 43

SRI MULYANI

200110190060

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

SIFAT-SIFAT LENSA DAN PEMBENTUKAN


BAYANGAN
(O – 1)

Nama : Sri Mulyani

NPM : 200110190060

Partner : Acep, Ananda, Ilman, Zidan, Rama, Syifa, Sultan, Yoshe

NPM : 083, 087, 084, 063, 086, 088, 085, 062

Fakultas / Departemen : Peternakan / Ilmu Peternakan


Kelas / Kelompok :F/1

Tanggal : 04 April 2020

Hari / Jam : Senin / 10.30-13.00

Nama Asisten : Dessy Ramadhanti

LABORATORIUM FISIK A DASAR


PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE
FAK ULTAS MATEMATIK A DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020

1
SRI MULYANI

200110190060

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR

SIFAT-SIFAT LENSA DAN PEMBENTUKAN BAYANGAN

O-1

NAMA : Sri Mulyani


NPM : 200110190060
PARTNER : Acep, Ananda, Ilman, Zidan, Rama, Syifa, Sultan, Yoshe
NPM : 083, 087, 084, 063, 086, 088, 085, 062
DEPARTEMEN/FAKULTAS : Ilmu Peternakan / Peternakan
JADWAL PRAKTIKUM : Senin, 20 April 2020

KOLOM NILAI

Speaken Lap. Pendahuluan Praktikum Lap. Akhir

Jatinangor, 04 April 2020


Asisten

___________________________
NPM

2
SRI MULYANI

200110190060

ABSTRAK

Pada percobaan sifat-sifat lensa dan pembentukan bayangan pada lensa ini,
bertujuan untuk memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa serta menentukan
jarak fokus lensa dengan metode Gauss dan Bessel. Alat-alat yang digunakan
adalah lensa positif kuat dan lemah, lampu sebagai sumber cahaya, layar untuk
menangkap bayangan, bangku optic, serta anak panah sebagai objek. Percobaan ini
dibagi menjadi empat bagian, yaitu menentukan jarak fokus lensa positif kuat (++)
dan lensa positif lemah (+) dengan menggunakan metode Bessel. Serta menentukan
jarak fokus lensa positif kuat (++) dan positif lemah (+) menggunakan metode
Gauss. Sebelum percobaan dimulai, sistem optik disusun terlebih dahulu dengan
urutan lampu-benda-lensa-layar. Untuk metode Bessel, antara benda ke layar
berjarak 95 cm, 90 cm, dan 85 cm. Kemudian lensa digeser-geserkan hingga didapat
bayangan yang tegas/jelas diperkecil serta diperbesar. Sedangkan metode Gauss,
benda diatur agar berjarak 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm dari lensa. Kemudian
layar digeserka-geserkan hingga didapat bayangan tegas/jelas. Data yang sudah
diperoleh dan diolah menggunakan perhitungan. Secara matematis, akan didapat
besarnya S, S, L, M, f, e, E, KSR dan KP. Pada percobaan ini, nilai KSR yang
diperoleh terbilang rendah walaupun angkanya masih jauh dari 0%.

Kata Kunci : Bayangan, lensa, jarak fokus, Gauss, dan Bessel

3
SRI MULYANI

200110190060

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... 1

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2

ABSTRAK .......................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 5

1.2 Tujuan ........................................................................................................ 6

BAB II METODE PERCOBAAN........................................................................ 7

2.1 Alat dan Fungsi........................................................................................... 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10

3.1 Data Percobaan ........................................................................................ 10

3.2 Pengolahan Data ...................................................................................... 15

3.3 Analisa ..................................................................................................... 35

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39

LAMPIRAN ...................................................................................................... 40

TUGAS AKHIR ................................................................................................ 42

4
SRI MULYANI

200110190060

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Optik merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi ditelinga
sebagian besar umat manusia. Optik dijelaskan dan ditandai dengan
fenomena optik dan alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya, yaitu
cermin, lensa, dan kaca.
Kemajuan teknologi telah membawa dampak yang positif bagi
kehidupan manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapat
menggantikan berbagai fungsi organ atau menyelidiki fungsi dan
penyimpangan pada organ tubuh manusia, seperti pada alat optik.
Alat optik membuat hidup manusia lebih mudah dan berarti. Semua
orang dapat menikmati keindahan alam semesta, mengabadikan saat-saat
terindah pada lembaran foto, atau bahkan bisa membuat sehelai rambut di
kepala menjadi terlihat sebesar lengan.
Dan alat optik tercanggih yang pernah ada yaitu mata yang kita
miliki. Jika diamati, kebanyakan pengaplikasian optic menggunakan lensa
sebagai alatnya. Seperti mata, di dalam mata juga terdapat sebuah lensa
cembung yang bersifat konvergen yaitu memfokuskan sinar. Selain
cembung, terdapat juga jenis lensa cekung yang bersifat divergen atau
menyebarkan sinar.
Untuk menentukan kekuatan lensa yang digunakan, diperlukan
jarak fokus. Jarak fokus adalah jarak dari letak fokus lensa (f) ke lensa.
Untuk menentukan jarak fokus lensa bisa menggunakan dua metode, yaitu
metode Gauss dan metode Bessel.
Saat ini masih banyak permasalahan yang menyangkut mengenai
pembiasan cahaya seperti dalam hal pembentukan bayangan. Pembentukan
bayangan yang terjadi berbeda-beda sifatnya, tergantung letak posisi
benda.

5
SRI MULYANI

200110190060

Oleh karena itu, sifat-sifat lensa dan pembentukan bayangan sangat


penting untuk kita ketahui. Adapun yang melatarbelakangi percobaan kali
ini adalah untuk mengetahui atau membandingkan ketelitian atau
keakuratan untuk menentukan jarak fokus lensa antara metode Gauss dan
metode Bessel.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mengenal dan memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan jarak fokus lensa dengan metode Gauss
2. Menentukan jarak fokus lensa dengan metode Bessel

6
SRI MULYANI

200110190060

BAB II
METODE PERCOBAAN

2.1 Alat dan Fungsi

2.1.1 Lensa positif Kuat (++)


Lensa ini digunakan sebagai objek pertama yang dicari jarak
fokusnya. Lensa yang digunakan adalah lensa cembung.

2.1.2 Lensa positif lemah (+)


Lensa ini digunakan sebagai objek ekdua yang dicari jarak
fokusnya. Lensa yang digunakan adalah lensa cembung.

7
SRI MULYANI

200110190060

2.1.3 Benda yang berupa anak panah


Benda yang digunakan dalam praktikum untuk dicari
bayangannya.
2.1.4 Sumber cahaya
Cahaya yang dipancarkan pada benda.
2.1.5 Layar untuk menangkap bayangan
Sebuah bidang untuk menangkap bayangan.
2.1.6 Bangku optik
Sebagai alat yang digunakan untuk meletakkan lensa dan benda
atau layar.

2.2 Prosedur Percobaan

A. Menentukan jarak fokus lensa metoda Gauss.


1. Diukur tinggi (panjang) anak panah yang dipergunakan sebagai
benda.
2. Disusun sistim optik berturutan sebagai berikut :
- benda dengan lampu dibelakangnya.
- lensa positif lemah (tanda +).
- layar.
3. Diambil jarak ke layar lebih besar dari 1 (satu) meter.
4. Diukur dan catatlah jarak benda ke layar.
5. Digeser –geserkan layar hingga didapat bayangan yang tegas/jelas
pada layar.

8
SRI MULYANI

200110190060

6. Dicatat kedudukan layar ke lensa dan ukurlah tinggi bayangan pada


layar.
7. Digeserkan lagi kedudukan layar sehingga didapat bayangan jelas
yang lain.
8. Diulangi percobaan no. VI-3 s/d VI-7 sebanyak 5 kali dengan 4
kombinasi jarak benda ke lensa S yang berlainan
9. Diulangi percobaan no. VI-3 s/d VI-7 beberapa kali (ditentukan
asisten) dengan harga L yang berlainan.
10. Diulangi percobaan no. VI-2 s/d VI-8 untuk lensa positif kuat (tanda
++)
11. Digunakan cara Bessel (gb.1-2) untuk menentukan jarak fokus lensa
bersusun tersebut. Ulangi beberapa kali dengan harga L yang
berubah-ubah.

B. Menentukan jarak fokus lensa metoda Bessel


1. Disusun sistim optik berturutan sebagai berikut :
i. benda dengan lampu dibelakangnya.
ii. lensa positif lemah (tanda +).
iii. layar.
2. Diambil jarak benda ke layar 95 cm.
3. Digeser –geserkan lensa hingga didapat bayangan yang tegas/jelas
diperbesar pada layar, catatlah sebagai e1.
4. Digeser –geserkan lensa hingga didapat bayangan yang tegas/jelas
diperkecil pada layar, catatlah sebagai e2.
5. Diulangi percobaan sebanyak 3 kali.

9
SRI MULYANI

200110190060

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Percobaan

3.1.1 Metode Gauss

1. Hasil data fokus lensa positif (+) berdasarkan metode gauss.

Tabel 3.1 Titik fokus lensa positif (+) berdasarkan metode gauss

Jarak bayangan (cm) 𝑆̅′ 𝐿 𝑀 (f ) 𝑓


S
± ∆𝑆̅′ ± ∆𝐿 ± ∆𝑀 ± ∆𝑓
(cm) 1 2 3 4 5
(cm) (cm) (cm)
20 ± 35 ± 1,333 8,571 8,636
15 19 19,5 20 20,5 21 0,353 0,42 ± ±
0,016 0,064
15,42 35,42 0,771 8,701 8,636
20 15 15,1 15,4 15,6 16 ± 0,18 ± ± ±
0,282 0,006 0,064
12,86 37,86 0,514 8,492 8,636
25 12,3 12,5 13 13,1 13,4 ± ± ± ±
0,201 0,399 0,005 0,064
12,4 ± 42,4 0,413 8,773 8,636
30 12 12,2 12,4 12,6 12,8 0,141 ± ± ±
0,325 0,003 0,064

2. Hasil data fokus lensa positif kuat (++) berdasarkan metode gauss.

10
SRI MULYANI

200110190060

Tabel 3.2 Titik fokus lensa positif kuat (++) berdasarkan metode gauss

Jarak bayangan (cm) 𝑆̅′ 𝐿 𝑀 (f ) 𝑓 ± ∆𝑓


S
± ∆𝑆̅′ ± ∆𝐿 ± ∆𝑀
(cm) 1 2 3 4 5
(cm) (cm) (cm)
8,62 ± 18,26 0,826 4,524 4,3532
10 7,9 8,1 8,6 8,2 8,5 0,353 ± 0,4 ± ±
0,016 0,00201
5,62 ± 20,62 0,375 4,0883 4,3532
15 5,4 5,5 5,7 6 5,5 0,0114 ± ± ±
0,282 0,006 0,0035
12,86 25,72 0,286 4,448 4,3532
20 5,5 5,6 5,7 5,8 6 ± ± ± ± 0,021
0,0074 0,353 0,005

3.1.2 Metode Bessel

1. Hasil data fokus lensa positif lemah (+) dengan metode Bessel

Tabel 3.3 Titik fokus lensa positif lemah (+) berdasarkan metode Bessel

E 𝑒̅ ± ∆𝑒̅ (f ) 𝑓̅ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅
L (cm) E1 E2
(cm) (cm)
10,9 84,3 74,4 74,73 ± 0,706 9,054 3,018 8,42 ± 0,26
95 10,2 85,2 85,2
9,5 85,3 85,3
Rata-rata 74,73

11
SRI MULYANI

200110190060

9,6 80,2 70,6 70,97 ± 0,272 8,059 2,686 8,42 ± 0,15


90 9,2 80,7 71,5
9,7 80,5 70,8
Rata-rata 70,97

9,4 75,8 66,4 66,4 ± 0,526 8,153 2,718 8,42 ± 0,11


85 8,8 76,2 67,4
9,4 75,8 66,4
Rata-rata 66,73 8,42

2. Hasil data fokus lensa positif kuat (++) dengan metode Bessel

Tabel 3.4 Titik fokus lensa positif kuat (++) berdasarkan metode bessel

E 𝑒̅ ± ∆𝑒̅ (f ) 𝑓̅ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅
L (cm) E1 E2
(cm) (cm)
4,7 90,2 85,5 85,57 ± 0,007 4,481 1,494 4,419 ± 0,0253
95 4,8 90,4 85,6
4,7 90,3 85,6
Rata-rata 85,57

4,6 85,2 80,6 80,5 ± 0,02 4,5 1,5 4,419 ± 0,0331


90 4,7 85,1 80,4
4,8 85,3 80,5
Rata-rata 80,5

4,8 80,4 75,6 75,97 ± 0,702 4,275 1,425 4,419 ± 0,059


85 4,65 81,3 76,65
4,7 80,35 75,65
Rata-rata 75,97 4,419

12
SRI MULYANI

200110190060

Rumus yang digunakan :

13
SRI MULYANI

200110190060

14
SRI MULYANI

200110190060

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Metode Gauss

3.2.1.1 Menulisakan Data Hasil Percobaan

Lensa positif lemah (+)

𝑆 ± ∆𝑆 𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′
1 2 3 4 5
15 ± 0,005 19 ± 0,005 19,5 ± 0,005 20 ± 0,005 20,5± 0,005 21± 0,005
20 ± 0,005 15 ± 0,005 15,1 ± 0,005 15,4± 0,005 15,6± 0,005 16± 0,005
25 ± 0,005 12,3 ± 0,005 12,5 ± 0,005 13± 0,005 13,1± 0,005 13,4± 0,005
30 ± 0,005 12,2 ± 0,005 12,2 ± 0,005 12,4± 0,005 12,6± 0,005 12,8± 0,005

Lensa Positif kuat (++)

𝑆 ± ∆𝑆 𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′
1 2 3 4 5
10 ± 0,005 7,9 ± 0,005 8,1 ± 0,005 8,6 ± 0,005 8,2 ± 0,005 8,5 ± 0,005
15 ± 0,005 5,4 ± 0,005 5,5 ± 0,005 5,7 ± 0,005 6 ± 0,005 5,5 ± 0,005
20 ± 0,005 5,5 ± 0,005 5,6 ± 0,005 5,7 ± 0,005 5,8 ± 0,005 6 ± 0,005

3.2.1.2 Mengukur Jarak Bayangan

∑ 𝑆𝑖 ̅̅̅′ )2
∑(𝑆 ′ 𝑖 −𝑆
Rumus yang digunakan: 𝑆̅′ = ̅= √
, ∆𝑆′ ̅
, 𝑆̅′ ± ∆𝑆′
𝑛 𝑛(𝑛−1)

1. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif lemah (+)

15
SRI MULYANI

200110190060

∑ 𝑆𝑖 19 + 19,5 + 20 + 20,5 + 21 100


𝑆̅′ = = = = 20
𝑛 5 5

2 +(20−19,5)2+(20−20)2+(20−20,5)2 +(20−11)2
̅ = √(20−19)
∆𝑆′ 5(5−1)

̅ = √2,5 = 0,354
∆𝑆′
20

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 20 ± 0,354 𝑐𝑚

16
SRI MULYANI

200110190060

2. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif lemah (+)

∑ 𝑆𝑖 15 + 15,1 + 15,4 + 15,6 + 16 77,1


𝑆̅′ = = = = 15,42 𝑐𝑚
𝑛 5 5

2 +(15,42−15,1)2+(15,42−15,4)2 +(15,42−15,6)2 +(15,42−16)2


̅ = √(15,42−15)
∆𝑆′ 5(5−1)

̅ = √0,616 = 0,175
∆𝑆′
20

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 15,4 ± 0,175 𝑐𝑚

3. Jarak benda 25 cm dengan lensa positif lemah (+)

∑ 𝑆𝑖 12,3 + 12,5 + 13 + 13,1 + 13,4 64,3


𝑆̅′ = = = = 12,86 𝑐𝑚
𝑛 5 5

2 +(12,86−12,5)2 +(12,86−13)2 +(12,86−13,1)2+(12,86−13,4)2


̅ = √(12,86−12,3)
∆𝑆′ 5(5−1)

̅ = √0,812 = 0,201
∆𝑆′
20

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 12,86 ± 0,201 𝑐𝑚

4. Jarak benda 30 cm dengan lensa positif lemah (+)

∑ 𝑆𝑖 12 + 12,2 + 12,4 + 12,6 + 12,8 62


𝑆̅′ = = = = 12,4 𝑐𝑚
𝑛 5 5

17
SRI MULYANI

200110190060

2+(12,4−12,2)2+(12,4−12,4)2+(12,4−12,6)2 +(12,4−12,8)2
̅ = √(12,4−12)
∆𝑆′ 5(5−1)

̅ = √0,4 = 0,141
∆𝑆′ 20

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 12,4 ± 0,141 𝑐𝑚

5. Jarak benda 10 cm dengan lensa positif kuat (++)

∑ 𝑆𝑖 7,8 + 8,1 + 8,6 + 8,2 + 8,5 41,3


𝑆̅′ = = = = 8,26 𝑐𝑚
𝑛 5 5

2 +(8,26−8,1)2 +(8,26−8,6)2+(8,26−8,2)2+(8,26−8,5)2
̅ = √(8,26−7,9)
∆𝑆′ 5(5−1)

̅ = √0,332 = 0,0166
∆𝑆′
20

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 8,26 ± 0,166 𝑐𝑚

6. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif kuat (++)

∑ 𝑆𝑖 5,4 + 5,5 + 5,7 + 6 + 5,5 28,1


𝑆̅′ = = = = 5,62 𝑐𝑚
𝑛 5 5

2 +(5,62−5,5)2 +(5,62−5,7)2+(5,62−6)2+(5,62−5,5)2
̅ = √(5,62−5,4)
∆𝑆′ 5(5−1)

̅ = √0,228 = 0,0114
∆𝑆′ 20

18
SRI MULYANI

200110190060

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 5,62 ± 0,0114 𝑐𝑚

7. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif kuat (++)

∑ 𝑆𝑖 5,5 + 5,6 + 5,7 + 5,8 + 6 28,6


𝑆̅′ = = = = 5,72 𝑐𝑚
𝑛 5 5

2 +(5,72−5,6)2 +(5,72−5,7)2+(5,72−5,8)2+(5,72−6)2
̅ = √(5,72−5,5)
∆𝑆′ = 0,0074
5(5−1)

𝑆̅′ ± ∆𝑆̅′ = 5,72 ± 0,0074 𝑐𝑚

Tabel 3.5 Rata-rata dan Selisih Rata-rata Pada Lensa Positif Lemah (+)

S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ ̅ (cm)
∆𝑺′ ̅ ± ∆𝑺′ (cm)
𝑺′

15 20 0,354 20 ± 0,354
20 15,42 0,175 15, 42 ± 0,175
25 12,86 0,021 12,86 ± 0,021
30 12,4 0,141 12,4 ± 0,141

Tabel 3.6 Rata-rata dan Selisih Rata-rata Pada Lensa Positif Kuat (++)

S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ ̅ (cm)
∆𝑺′ ̅ ± ∆𝑺′ (cm)
𝑺′

10 8,26 0,0166 8,26 ± 0,0166


15 5,62 0,0114 5,62 ± 0,0114
20 5,72 0,0074 5,72 ± 0,0074

3.2.1.3 Mengukur Jarak Benda dan Bayangan

19
SRI MULYANI

200110190060

2
∆𝑆 2 ̅̅̅̅̅
∆𝑆 ′ 2
Rumus yang digunakan: 𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ , ∆𝐿 = √| 𝑆 | + | ̅̅̅ | × 𝐿, 𝐿 ± ∆𝐿
𝑆′ 3

1. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 15 + 20 = 35 𝑐𝑚

0,05 2 0,354 2 2
∆𝐿 = √| | +| | × 35 = 0,42 𝑐𝑚
15 20 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 35 ± 0,42 𝑐𝑚

2. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 20 + 15,42 = 35,42 𝑐𝑚

0,05 2 0,175 2 2
∆𝐿 = √| | +| | × 35,42 = 0,282 𝑐𝑚
20 15,42 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 35,42 ± 0,282 𝑐𝑚

3. Jarak benda 25 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 25 + 12,86 = 37,86 𝑐𝑚

0,5 2 0,201 2 2
∆𝐿 = √| | + | | × 37,86 = 0,399
25 12,86 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 37,86 ± 0,399 𝑐𝑚

20
SRI MULYANI

200110190060

4. Jarak benda 30 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 30 + 12,4 = 42,4 𝑐𝑚

0,05 2 0,141 2 2

∆𝐿 = | | +| | × 42,4 = 0,325 𝑐𝑚
30 12,4 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 42,4 ± 0,325 𝑐𝑚

5. Jarak benda 10 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 10 + 8,26 = 18,26 𝑐𝑚

0,05 2 0,0166 2 2

∆𝐿 = | | +| | × 18,26 = 0,066 𝑐𝑚
10 8,26 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 18,26 ± 0,066 𝑐𝑚

6. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 15 + 5,62 = 20,62 𝑐𝑚

0,05 2 0,0114 2 2

∆𝐿 = | | +| | × 20,62 = 0,54 𝑐𝑚
15 5,62 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 20,62 ± 0,54 𝑐𝑚

7. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif kuat (++)

21
SRI MULYANI

200110190060

𝐿 = 𝑆 + 𝑆̅′ = 20 + 5,72 = 25,72 𝑐𝑚

0,05 2 0,0074 2 2

∆𝐿 = | | +| | × 25,72 = 0,48 𝑐𝑚
20 5,72 3

𝐿 ± ∆𝐿̅ = 25,72 ± 0,48 𝑐𝑚

Tabel 3.7 Data L dan ∆ L Pada Lensa Positif lemah (+)

S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ L (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm)
∆𝑺′ ∆𝑳 (𝒄𝒎) 𝑳 ± ∆𝑳 (cm)

15 20 35 0,05 0,354 0,42 35 ± 0,42


20 15,42 35,42 0,05 0,175 0,282 35,42 ± 0,282
25 12,86 37,86 0,05 0,201 0,399 37,86 ± 0,399
30 12,4 42,4 0,05 0,141 0,325 42,4 ± 0,325

Tabel 3.8 Data L dan Delta ∆ L Pada Lensa Positif kuat (++)

S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ L (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm)
∆𝑺′ ∆𝑳 (𝒄𝒎) 𝑳 ± ∆𝑳 (cm)

10 8,26 18,26 0,05 0,0166 0,637 18,26 ± 0,066


15 5,62 20,62 0,05 0,0114 0,484 20,62 ± 0,54
20 5,72 25,72 0,05 0,0074 0,497 25,72 ± 0,48

3.2.1.4 Mengukur Perbesaran

2
̅̅̅
𝑆′ ∆𝑆 2 ̅̅̅̅̅
∆𝑆 ′ 2
Rumus yang digunakan : 𝑀 = 𝑆 , ∆𝑀 = √| 𝑆 | + | 𝑆′
̅
| × 𝑀, 𝑀 ± ∆𝑀
3

1. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif lemah (+)

22
SRI MULYANI

200110190060

𝑆̅′ 20
𝑀= = = 1,333 𝑐𝑚
𝑆 15

0,05 2 0,345 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 1,33 = 0,016 𝑐𝑚
15 20 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 1,333 ± 0,016 𝑐𝑚

2. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝑆̅′ 15,42
𝑀= = = 0,771 𝑐𝑚
𝑆 20

0,05 2 0,175 2 2

∆𝑀 = | | +| | × 0,771 = 0,006 𝑐𝑚
20 15,42 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 0,771 ± 0,006 𝑐𝑚

3. Jarak benda 25 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝑆̅′ 12,86
𝑀= = = 0,5144 𝑐𝑚
𝑆 25

0,05 2 0,201 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 0,5144 = 0,005 𝑐𝑚
25 12,86 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 0,5144 ± 0,0087 𝑐𝑚

4. Jarak benda 30 cm dengan lensa positif lemah (+)

23
SRI MULYANI

200110190060

𝑆̅′ 12,4
𝑀= = = 0,413 𝑐𝑚
𝑆 30

0,05 2 0,141 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 0,413 = 0,003 𝑐𝑚
30 12,4 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 0,413 ± 0,003 𝑐𝑚

5. Jarak benda 10 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝑆̅′ 8,26
𝑀= = = 0,826 𝑐𝑚
𝑆 10

0,05 2 0,0166 2 2

∆𝑀 = | | + | ̅̅̅̅̅̅ | × 0,826 = 0,00445 𝑐𝑚
10 8,26 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 0,826 ± 0,00445 𝑐𝑚

6. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝑆̅′ 5,62
𝑀= = = 0,375 𝑐𝑚
𝑆 15

0,05 2 0,0114 2 2
∆𝑀 = √| | +| | × 0,375 = 0,015 𝑐𝑚
15 5,62 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 0,375 ± 0,015 𝑐𝑚

7. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif kuat (++)

24
SRI MULYANI

200110190060

𝑆̅′ 5,72
𝑀= = = 0,285 𝑐𝑚
𝑆 20

0,5 2 0,084 2 2
∆𝑀 = √| | + | | × 0,285 = 0,00081 𝑐𝑚
20 5,72 3

𝑀 ± ∆𝑀 = 0,285 ± 0,00081 𝑐𝑚

Tabel 3.9 Data M dan ∆M Pada Lensa Positif lemah (+)

S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ M (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm)
∆𝑺′ ∆𝑴 (𝒄𝒎) 𝑴 ± ∆𝑴 (cm)

15 20 1,333 0,05 0,354 0,016 1,333 ± 0,016


20 15,42 0,771 0,05 0,175 0,006 0,771 ± 0,006
25 12,86 0,5144 0,05 0,201 0,005 0,5144 ± 0,005
30 12,4 0,413 0,05 0,141 0,003 0,413 ± 0,003

Tabel 3.10 Data M dan ∆M Pada Lensa Positif Kuat (++)

S (cm) ̅ (cm)
𝑺′ M (cm) ∆𝑺 (𝒄𝒎) ̅ (cm) ∆𝑴 (𝒄𝒎)
∆𝑺′ 𝑴 ± ∆𝑴 (cm)

10 8,26 0,826 0,05 0,0166 0,00445 0,826 ± 0,00445


15 5,62 0,375 0,05 0,0114 0,015 0,375 ± 0,015
20 5,72 0,285 0,05 0,0074 0,00081 0,285 ± 0,00081

3.2.1.5 Mencari Titik Fokus

𝑀×𝐿
Rumus yang digunakan:𝑓 = (1+𝑀)2

1. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif lemah (+)

25
SRI MULYANI

200110190060

𝑀×𝐿 1,333 𝑥 35 46,655


𝑓 = (1+𝑀)2 = (1+1,333)2 = = 8,572 𝑐𝑚
5,443

2. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝑀×𝐿 0,771 𝑥 35,42 27,309


𝑓= = = = 8,708 𝑐𝑚
(1 + 𝑀 )2 (1 + 0,771)2 3,136

3. Jarak benda 25 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝑀×𝐿 0,5144 𝑥 37,86 19,475


𝑓 = (1+𝑀)2 = = = 8,493 𝑐𝑚
(1+0,5144)2 2,293

4. Jarak benda 30 cm dengan lensa positif lemah (+)

𝑀×𝐿 0,413 𝑥 42,4 17,511


𝑓= 2
= = = 8,769 𝑐𝑚
(1 + 𝑀 ) (1 + 0,413)2 1,997

5. Jarak benda 10 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝑀×𝐿 0,826 𝑥 18,26 15,083


𝑓= 2
= = = 4,524 𝑐𝑚
(1 + 𝑀 ) (1 + 0,826)2 3,334

6. Jarak benda 15 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝑀×𝐿 0,375 𝑥 20,62 7,732


𝑓= = = = 4,089 𝑐𝑚
(1 + 𝑀 )2 (1 + 0,375)2 1,891

7. Jarak benda 20 cm dengan lensa positif kuat (++)

𝑀×𝐿 0,285 𝑥 25,72 7,330


𝑓= = = = 4,441 𝑐𝑚
(1 + 𝑀 )2 (1 + 0,285)2 1,651

26
SRI MULYANI

200110190060

3.2.1.6 Mencari Fokus Rata-Rata

∑ 𝑓𝑖 ∑(𝑓̅−𝑓𝑖 )2
Rumus yang digunakan: 𝑓 ̅ = , ∆𝑓 ̅ = √ , 𝑓 ± ∆𝑓
𝑛 𝑛(𝑛−1)

1. Lensa Positif Lemah (+)

∑ 𝑓𝑖 8,572 + 8,708 + 8,493 + 8,769 34,542


𝑓̅ = = = = 8,636 𝑐𝑚
𝑛 4 4

(8,636 − 8,572)2 + (8,636 − 8,708)2 + (8,636 − 8,493)2 + (8,636 − 8,769)2


∆𝑓̅ = √
4(4 − 1)

0,047418
∆𝑓 ̅ = √ = 0,0629 𝑐𝑚
12

𝑓 ± ∆𝑓 = 8,636 ± 0,0629 𝑐𝑚

2. Lensa Positif Kuat (++)

∑ 𝑓𝑖 4,524 + 4,089 + 4,441 13,054


̅𝑓 = = = = 4,351 𝑐𝑚
𝑛 3 3

(4,351 − 4,542)2 + (4,351 − 4,089)2 + (4,351 − 4,441)2


̅
∆𝑓 = √
3(3 − 1)

0,105935
∆𝑓 ̅ = √ = 0,1329 𝑐𝑚
6

3.2.1.7 KSR dan KP

27
SRI MULYANI

200110190060

𝑓𝑙𝑖𝑡 −𝑓𝑝𝑒𝑟
1) 𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡

2) KP = 100% - KSR
Dengan keterangan 𝑓𝑙𝑖𝑡 :
𝑓𝑙𝑖𝑡 pada lensa (+) = 10 cm
𝑓𝑙𝑖𝑡 pada lensa (++) = 5 cm

1. Pada Lensa Positif Lemah (+)


Maka, dapat ditentukan KSR pada lensa (+) yaitu:

10 − 8,635
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
10
= 13,65%

Maka, KP pada lensa (+) yaitu:

KP = 100% - 13,65% = 86,35%

2. Pada Lensa Positif Kuat (++)


Maka, dapat ditentukan KSR pada lensa (++) yaitu:

5−4,351
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100% = 12,98%
5

Maka, KP pada lensa (+) yaitu:

KP = 100% - 12,98% = 87,02%

3.2.2 Metode Bessel

3.1.2.1 Menuliskan Data Hasil Percobaan

28
SRI MULYANI

200110190060

Lensa Positif lemah (+)

L E1 E2 𝑒 ± ∆𝑒
95 10,9 84,3 73,4 ± 0,05
10,2 85,2 75 ± 0,05
9,5 85,3 75,8 ± 0,05
90 9,6 85,2 70,6 ± 0,05
9,2 80,2 71,5 ± 0,05
9,7 80,5 70,8 ± 0,05
85 9,4 75,8 66,4 ± 0,05
8,8 76,2 67,4 ± 0,05
9,4 75,8 66,4 ± 0,05

Lensa positif kuat (++)

L E1 E2 𝑒 ± ∆𝑒
95 4,7 90,2 85,5 ± 0,05
4,8 90,4 85,6 ± 0,05
4,7 90,3 85,6 ± 0,05
90 4,6 85,2 80,6 ± 0,05
4,7 85,1 80,4 ± 0,05
4,8 85,3 80,5 ± 0,05
85 4,8 80,4 75,6 ± 0,05
4,65 81,3 76,65 ± 0,05
4,7 80,35 75,65 ± 0,05

3.1.2.2 Mencari 𝒆

∑𝑒 ∑(𝑒̅−𝑒)2
Rumus yang digunakan: 𝑒 = |𝐸2 − 𝐸1 |, 𝑒̅ ± ∆𝑒̅, 𝑒̅ = , ∆𝑒̅ = √𝑁 (𝑁−1)
𝑁

29
SRI MULYANI

200110190060

1. Lensa positif lemah (+) dengan 𝐿 = 95𝑐𝑚

e = |84,3 − 10,9| = 73,4 𝑐𝑚

e = |85,2 − 10,2| = 75 𝑐𝑚

e = |85,3 − 9,5| = 75,8 𝑐𝑚

∑ 𝒆𝒊 224,2
ē= = = 74,73 cm
𝒏 3

(74,73−73,4)2+(74,73−75)2 +(74,73−75,8)2 2,987


Δē = √ =√ = √0,498 = 0,706 cm
3(3−1) 6

∴ ē ± Δē = 74,73 ± 0,706 cm

2. Lensa positif lemah (+) dengan 𝐿 = 90 𝑐𝑚

e = |80,2 − 9,6| = 70,6 𝑐𝑚

e = |80,7 − 9,2| = 71,5 𝑐𝑚

e = |80,5 − 9,7| = 70,8 𝑐𝑚

∑ 𝒆𝒊 212,9
ē= = = 70,97 cm
𝒏 3

(70,97−70,6)2+(70,97−71,5)2 +(70,97−70,8)2 0,446


Δē = √ =√ = √0,075 = 0,273 cm
3(3−1) 6

∴ ē ± Δē = 70,96 ± 0,273 cm

30
SRI MULYANI

200110190060

3. Lensa positif lemah (+) dengan 𝐿 = 85 𝑐𝑚

e = |75,8 − 9,4| = 66,4 𝑐𝑚

e = |76,2 − 8,8| = 67,4 𝑐𝑚

e = |75,8 − 9,4| = 66,4 𝑐𝑚

∑ 𝒆𝒊 200,2
ē= = = 66,73 cm
𝒏 3

(66,73−66,4)2+(66,73−67,4)2 +(66,73−66,4)2 0,6


Δē = √ =√ 6
3(3−1)

= √0,1 = 0,3 cm

∴ ē ± Δē = 66,73 ± 0,3 cm

4. lensa positif kuat (++) dengan 𝐿 = 95 𝑐𝑚

𝑒1 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |90,2 − 4,7| = 85,5 𝑐𝑚

𝑒2 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |90,4 − 4,8| = 85,6 𝑐𝑚

𝑒3 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |90,3 − 4,7| = 85,6 𝑐𝑚

∑ 𝑒 (85,5 + 85,6 + 85,6)


𝑒̅ = = = 85,57 𝑐𝑚
𝑁 3

(85,57−85,5)2+(85,57−85,6)2 +(85,57−85,6)2 0,0067


Δē = √ =√ = 0,03 𝑐𝑚
3(3−1) 6

31
SRI MULYANI

200110190060

∴e ̅±∆e ̅=85,57 ± 0,03 cm

5. lensa positif kuat (++) dengan 𝐿 = 90 𝑐𝑚

𝑒1 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |85,2 − 4,6| = 80,6 𝑐𝑚

𝑒2 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |85,1 − 4,7| = 80,4 𝑐𝑚

𝑒3 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |85,3 − 4,8| = 80,5 𝑐𝑚

∑ 𝑒 (80,6 + 80,4 + 80,5)


𝑒̅ = = = 80,5 𝑐𝑚
𝑁 3

(80,5 − 80,6)2 + (80,5 − 80,4)2 + (80,5 − 80,5)2


∆𝑒̅ = √
3 (2)

= 0,57 𝑐𝑚

∴ 𝑒̅ ± ∆𝑒̅ = 80,5 ± 0,57 𝑐𝑚

6. Lensa positif kuat (++) dengan 𝐿 = 85 𝑐𝑚

𝑒1 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |80,4 − 4,8| = 75,6 𝑐𝑚

𝑒2 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |81,3 − 4,65| = 76,65 𝑐𝑚

𝑒3 = |𝐸2 − 𝐸1 | = |80,35 − 4,7| = 75,65 𝑐𝑚

∑ 𝑒 (75,6 + 76,65 + 75,65)


𝑒̅ = = = 75,97 𝑐𝑚
𝑁 3

32
SRI MULYANI

200110190060

(75,97 − 75,6)2 + (75,97 − 76,65)2 + (75,97 − 75,65)2


∆𝑒̅ = √
3 (2)

= 0,24 𝑐𝑚

∴ 𝑒̅ ± ∆𝑒̅ = 75,97 ± 0,24 𝑐𝑚

3.1.2.3 Mencari Titik Fokus

𝐿2 −𝑒̅ 2
Rumus yang digunakan: 𝑓 = 4𝐿

1. Lensa Positif Lemah (+) dengan L=95 cm

(95)2 − (74,73)2
𝑓= = 9,054 𝑐𝑚
4(95)

2. Lensa Positif Lemah (+) dengan L=90 cm

(90)2 − (70,97)2
𝑓= = 8,509 cm
4(90)

3. Lensa Positif Lemah (+) dengan L=85

(85)2 − (66,73)2
𝑓= = 8,153 cm
4(85)

4. lensa positif kuat (++) dengan 𝐿 = 95𝑐𝑚

(95)2 − (85,57)2
𝑓= = 4,481 𝑐𝑚
4. (95)

33
SRI MULYANI

200110190060

5. lensa positif kuat (++) dengan 𝐿 = 90 𝑐𝑚

(90)2 − (80,5)2
𝑓= = 4,499 𝑐𝑚
4. (90)

6. lensa positif kuat (++) 𝐿 = 85 𝑐𝑚

(85)2 − (75,97)2
𝑓= = 4,275 𝑐𝑚
4. (85)

3.1.2.4 Mencari Fokus Rata-rata

∑𝑓 ∑(𝑓 −𝑓) ̅ 2
Rumus yang digunakan: 𝑓 ̅ ± ∆𝑓,̅ 𝑓 ̅ = 𝑁 , ∆𝑓 ̅ = √ 𝑁 (𝑁−1)

1. Lensa Positif Lemah (+)

(9,054 + 8,509 + 8,153)


f̅ = = 8,572 cm
3

(8,572−9,054)2 +(8,572−8,509)2+(8,572−8,153)2 0,411854


Δ𝑓 ̅ = √ √ = 0,262 cm
3(3−1) 6

∴ f̅ ± Δf̅ 8,572 ± 0,262 cm

2. Lensa Postif Kuat (++) dengan

4,481 + 4,499 + 4,275


𝑓̅ = = 4,418 𝑐𝑚
3

(4,418−4,481)2 +(4,418−4,499)2+(4,418−4,275)2 0,030979


Δ𝑓 ̅ = √ √ = 0,072 cm
3(3−1) 6

34
SRI MULYANI

200110190060

∴ 𝑓 ̅ ± ∆𝑓 ̅ = 4,418 ± 0,072

3.1.2.5 KSR dan KP

1. Lensa Positif Lemah (+)

10−8,572 1,428
KSR = | | 𝑥 100% = 𝑥 100% = 14,28%
10 10

KP = 100% - 14,28% = 85,72%

2. Lensa Positif Kuat (++)

𝑓𝑙𝑖𝑡−𝑓 5−4,418
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100% = | | × 100% = 11,64%
𝑓𝑙𝑖𝑡 5

𝐾𝑃 = 100% − 11,6% = 88,36%

3.3 Analisa

Pada percobaan ini dapat diihat bahwa untuk menentukan jarak focus
lensa dapat menggunakan dua cara atau metode, yaitu metode Gauss dan
metode Bessel Perbedaan dari metode ini terletak pada media yang digeser
atau diubah jaraknya. Pada metode Gauss media yang digeser atau diubah –
ubah adalah layar untuk menangkap bayangan, sedangkan pada metode
Bessel, media yang digeser atau diubah-ubah adalah lensa Praktikum yang
baik adalah praktikum yang memiliki kesalahan relatif pada perhitungan
(KSR) kurang dari 12%. Hal ini menandakan bahwa pengukuran yang
dilakukan menghasilkan data yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi.
Pada percobaan metode gauss, praktikan memperoleh KSR sebesar
13,65% untuk percobaan pada lensa positif lemah.. Sedangkan pada

35
SRI MULYANI

200110190060

percobaan lensa postifit kuat diperoleh KSR sebesar 12,98%. Pada


percobaan metoda bessel, angka 14,28% didapat untuk KSR hasil
pengukuran pada lensa positif lemah. Sedangkan angka 11,64% didapatkan
dari hasil pengukuran terhadap lensa positif kuat. Angka tersebut terbilang
cukup tinggi karena sudah melebihi standar baik sebuah data hasil
percobaan. Faktor yang mempengaruhi besarnya KSR adalah ada pada
praktikan dan alatnya.
Pada perhitungan fokus lensa menggunakan metoda gauss
seharusnya dapat diminimalisir kesalahan karena pada metoda ini lensa tidak
digeser-geser sehingga seharusnya sinar yang datang dapat dengan tepat
terus menerus menembus melewati lensa. Pada pengukuran ini didapati titik
fokus untuk lensa postif lemah (+) 8,635 cm dan untuk lensa positif kuat
(++) diperoleh titik fokus 4,351 cm. Angka-angka tersebut dilihat tidak
terlalu jauh dari jarak fokus sebenarnya yang dimiliki oleh kedua lensa
tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh posisi lensa yang tetap sehingga
meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh lensa.
Pada perhitungan fokus lensa positif lemah (+) dan lensa postif kuat
(++) dilakukan dengan rumus yang terdapat pada metoda bessel itu sendiri.
Fokus diperoleh dari dari rata-rata hasil selisih dari jarak bayangan diperesar
dan diperkecil. Data yang diperoleh tidak terlalu jauh rentangnya karena
bayangan yang diperoleh dirasa sama dalam segi kejelasan dan ketegasan.
Fokus untuk teknik bessel diperoleh 8,572 cm untuk lensa positif lemah (+)
dan 4,418 cm untuk lensa positif kuat (+). Kedua angka tersebut dinilai
cukup jauh dari jarak fokus lensa sebenarnya yaitu untuk lensa positif kuat
(+) memiliki jarak fokus 10 cm sedangkan untuk lensa positif kuat (++)
memiliki nilai fokus 5 cm.

36
SRI MULYANI

200110190060

BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengukuran ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Dapat dipahami sifat pembiasan cahaya lensa , yang dimana sifat-sifat
pembiasan tersebut dijelaskan dalam Hukum Snellius. Snellius sendiri
memiliki 3 hukum yaitu :
• Hukum Snellius I berbunyi :
“Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat, maka
garis semua tersebut adalah garis sesudah sinar itu membias dan
garis normal dititik biasnya, ketiga garis tersebut terletak dalam satu
bidang datar”
• Hukum Snellius II berbunyi :
“Perbandingan sinus datang dengan sinus sudut bias selalu
konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias (n)”
• Hukum Snellius III berbunyi :
“Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat n1<n2 sinar akan dibelokkan mendekati garis normal, jika sinar
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat n1>n2 , sinar
akan dibelokkan menjauhi garis normal.
2. Dapat ditentukan jarak fokus lensa dengan metode Bessel. Metode Bessel
adalah metode utnuk menghitung jarak focus lensa positif dan lensa
negative, dengan cara mengubah – ubah jarak lensa. Rumus yang digunakan
metode Bessel untuk menentukan jarak focus lensa yaitu :
𝐿2 −𝑒 2
𝑓= Keterangan : L = jarak benda terhadap layar (cm)
4𝐿

e = jarak antara kedudukan dua lensa (cm)


f = jarak focus lensa (cm)
3. Dapat menentukan jarak fokus lensa dengan Metode Gauss. Metode gauss
adalah metode untuk menghitung jarak focus lensa positif dan negative,

37
SRI MULYANI

200110190060

dengan cara mengubah-ubah jarak dari layar untuk menangkap bayangan.


Rumus yang digunakan metode gaus untuk menentukan focus lensa yaitu :
𝑀𝐿 𝑆′
𝑓= atau 𝑓 = (1+𝑀)
(1+𝑀)𝟐

Keterangan : f = jarak titik focus (cm)


S’ = jarak bayangan terhadap lensa (cm)
M = Perbesaran lensa (cm)

38
SRI MULYANI

200110190060

DAFTAR PUSTAKA

Silaban, Pantur, Ph.D dan Sucipto, Erwin, Drs. M. Sc. 1992. Fisika. Bandung:
Erlangga
Alonso, Marcelo, dan Edward J. Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga
Ramdanie, Irvan. 2011. Hukum I dan Hukum II Snellius Fisika Nyaman 2.
Wordpress.com
Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung: PT Setia Purna
Invers
Giancoli. 1999. Fisdas edisi 3 jilid 1. Jakarta: Erlangga
Tipler Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Bandung: Erlangga
Young Preedman. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

39
SRI MULYANI

200110190060

LAMPIRAN

40
SRI MULYANI

200110190060

41
SRI MULYANI

200110190060

TUGAS AKHIR

Semua hasil pengukuran dan perhitungan dibawah ini supaya diberi


ketidakpastiannya dengan menggunakan teori kesalahan.

1. Hitunglah jarak fokus lensa positif lemah (+) dan lensa positif kuat (++)
dengan persamaan (1-3). (Metode Bessel)

- Lensa positif lemah (+)


Untuk L = 95 cm dan 𝑒̅ = 74,73 cm
f = 9,054 cm
Untuk L = 90 cm dan 𝑒̅ = 70,97 cm
f = 8,059 cm
Untuk L = 95 cm dan 𝑒̅ = 66,73 cm
f = 8,153 cm
- Lensa positif kuat (++)
Untuk L = 95 cm dan 𝑒̅ = 85,57 cm
f = 4,481 cm
Untuk L = 90 cm dan 𝑒̅ = 80,5 cm
f = 4,99 cm
Untuk L = 95 cm dan 𝑒̅ = 75,97 cm
f = 4,275 cm

2. Hitung pula dengan memakai persamaan (1-2). (metode Gauss)

- Lensa positif lemah (+)


Untuk S = 15 cm dan f = 8,572 cm
Untuk S = 20 cm dan f = 8,708 cm
Untuk S = 25 cm dan f = 8,493 cm
Untuk S = 30 cm dan f = 8,769 cm
- Lensa positif kuat (++)

42
SRI MULYANI

200110190060

Untuk S = 10 cm dan f = 4,524 cm


Untuk S = 15 cm dan f = 4,089 cm
Untuk S = 20 cm dan f = 4,441 cm

3. Terangkan cara mana yang lebih teliti.

Cara yang lebih teliti pada percobaan ini adalah menggunakan


metode Gauss, yang dilihat dari peroleshan KSR yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode Bessel pada saat menentukan jarak focus lensa
lemah (+), namun pada saat menentukan jarak focus lensa positif (++) lebih
teliti dengan menggunakan metode Bessel karena hasil KSR yang didapat
lebih kecil dibandingkan metode Gauss. Perbedaan ketelitian ini
diperkirakan disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan data.

4. Mengapa jika dipergunakan diafragma yang kecil cacat-cacat bayangan


dapat dikurangi.

Karena celah diagfragma yang digunakan kecil, maka bayagan akan


terlihat lebih tajam dan jelas. Sehingga cacat bayangan akan diminimalisasi
atau diperkecil.

5. Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan !

Ada, yaitu pengukuran dilakukan di dalam ruang vakum dan gelap.


Sehingga indeks bias medium dan indeks bias lensa tidak mempengaruhi
pembentukan bayangan, serta penggunaan laser sebagain alat pengukur
(pengganti mistar).

43

Anda mungkin juga menyukai