Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sri Mulyani

NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

TUGAS PRAKTIKUM

AGROSTOLOGI 2020

MATERI KE- 1 : KAPASITAS LAPANG

Tanggal : Rabu, 09 September 2020

Tempat : Laboratorium Tanaman Makanan Ternak

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk menentukan kadar serap air dari

tanah pada kapasitas lapang.

II. ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat Praktikum

1. Botol mineral 600 ml (aqua atau jenis botol lainnya)

2. Gunting atau Cutter

3. Timbangan

4. Gelas Ukur (Jika ada)

2.2 Bahan Praktikum

1. Tanah Lempung 100 gram


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

2. Air 150 ml

III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan.

2. Potong botol mineral menjadi 2 bagian, seperti pada gambar berikut.

3. Dilubangi tutup botol menjadi 3 lubang dengan ukuran paku 10.

4. Posisikan botol seperti pada gambar berikut.

5. Siapkan tanah yang sudah dalam keadaan kering jemur sinar matahari

(lama penjemuran 12-24 jam).


6. Masukan tanah pada bagian botol yang telah dilubangi tutupnya.

7. Siramkan air pada tanah yang sudah disiapkan.

Tanah dan air yang digunakan sebagai berikut :

• Kelompok 4 : Menggunakan 100 gr Tanah Lempung dengan 150

ml air.

8. Amati air yang keluar dari tutup botol sampai tidak menetes, lalu hitung

kapasitas lapang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑖𝑟𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑖𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟x100%

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑖𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

Keterangan :

Jumlah air awal = Jumlah air sebelum disiramkan ke tanah.

Jumlah air akhir = Jumlah air setelah disiramkan ke tanah atau air yang

menetes.

9. Lampirkan dokumentasi selama kegiatan pengukuran kapasitas lapang.


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

IV. HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Setelah melakukan percobaan, maka :

Diketahui :

Berat Tanah Lempung = 100 gram

Jumlah air awal = 150 ml

Jumlah air akhir = 118 ml

Perhitungan :

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑖𝑟𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑖𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 X 100%

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑖𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔 = 150 mL – 118 mL X 100%

118 mL

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔 = 32 mL X 100%

118 mL

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔 = 27 %

4.2 Pembahasan

Keadaan air pada kapasitas lapang ini adalah jumlah banyaknya

kandungan air (% vol) dalam tanah sesudah air gravitasi turun sama sekali.

Tanah yang jenuh air karena hujan lebat atau irigasi kemudian dibiarkan
Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

selama 48 jam sehingga air gravitasi dengan bebas turun sama sekali. Pada

keadaan ini tanah mengandung air yang terbanyak bagi tanaman, yaitu pori

makro terisi oleh udara dan air yang tersedia, sedangkan pori-pori mikro diisi

seluruhnya oleh air. Kandungan air ini ditahan oleh sesuatu kekuatan sebesar

pF 2,54 atau 1/3 atm (Sarief, 1986).

Nilai kapasitas lapang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut:

1. Tekstur tanah: Kapasitas lapang pada tanah yang bertekstur halus lebih

besar daripada tanah bertekstur kasar.

2. Struktur tanah: Kapasitas lapang pada tanah yang berstruktur dengan pori-

pori halus lebih besar daripada kapasitas lapang tanah yang berstruktur

dengan pori-pori kasar.

3. Bahan organik: Kapasitas lapang pada tanah yang mempunyai kandungan

bahan organik tinggi lebih besar daripada kapasitas lapang tanah yang

mempunyai kandungan bahan organik yang rendah.

4. Jenis koloid: Kapasitas lapang pada koloid humus lebih besar daripada

kapasitas lapang pada koloid liat.

5. Macam kation yang diserap tanah: Kapasitas lapang pada koloid natrium

lebih besar daripada kapasitas lapang koloid Mg dan lebih besar dari

koloid Ca.

(Hasibuan, 2006).

Air merupakan zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua

bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air menutupi

hampir 71 % permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat esensial. Tanah merupakan

media pertumbuhan tanaman yang memiliki sifat – sifat morfologi. Sifat

morfologi adalah sifat – sifat tanah yang dapat di amati dan di pelajari di

lapang. Sebagian dari sifat – sifat morfologi tanah adalah sifat – sifat fisik

dari tanah tersebut. Di dalam setiap tanah terdapat zat – zat lain yang berupa

gas dan zat cair, zat cair dalam tanah berbeda – beda antara satu empat dengan

tempat yang lain.

Sarwono Hardjowigeno (1987), berpendapat bahwa berdasarkan gaya

yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air
tanah dibedakan menjadi :

1. Air Higroskopis, air yang di absorbsi oleh tanah dengan sangat

kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat

sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat

tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada

tegangan antara 31 – 10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).

2. Air Kapiler, air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan
adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini

bergerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler

ini menempati pori mikro dan dinding pori makro, ditahan pada

tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF 2,52 - 4,20).

Menurut Kartasapoetra dan Sujedja (1991), air kapiler di bedakan

menjadi :

a. Kapasitas Lapang (KL), yaitu air yang dapat ditahan oleh

tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas

lapang terjadi jika tanah di jenuhi air atau setelah hujan lebat
Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

tanah di biarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi sudah

turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah

mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori

makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air.

Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan

1/3 atm atau pada pF 2,54.

b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit

dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air

sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini di biarkan maka
tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada

tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut

juga sebagai koefisien layu tanaman.

3. Air Gravitasi, air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena

mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air

gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara

seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin unsur


hara.

Setelah melakukan percobaan pada praktikum yang berjudul

“Kapasitas Lapang”. Diketahui bahwa Kapasitas Lapang adalah kandungan

air (θ) di dalam tanah, biasanya dicapai 2 atau 3 hari sejak terjadi pembasahan

atau hujan, dan setelah proses drainase berhenti. Definisi tersebut berlaku

untuk penampang tanah homogen, dan tidak terjadi penguapan dari

permukaan tanah. Bila tanah dalam keadaan kering, pemberian air ditujukan

untuk membasahi tanah sampai mencapai kapasitas lapangan, khususnya di

sekitar daerah perakaran tanaman. Kandungan air tanah pada kapasitas


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

lapangan sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya tekstur

tanah, kandungan air tanah awal, dan kedalaman permukaan air tanah.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan sampel tanah lempung

seberat 100gram dan air sebanyak 150 ml. Kemudian dimasukan kedalam

wadah yaitu botol yang telah dibagi menjadi dua bagian. Dengan bagian atas

menghadap ke arah bawah serta tutup botol yang telah diberi tiga lubang

menggunakan paku 10. Tanah lempung di letakkan di bagian atas botol,

kemudian diberi air sebanyak 150 ml yang kemudian didiamkan hingga air

gravitasi semua turun tidak ada air yang menetes lagi. Setelah itu, ukur air
gravitasi dan lakukan perhitungan dengan menggunakan perhitungan

kapasitas lapang yang kemudian akan didapatkan hasil perhitungan Kapasitas

Lapang (KL) sebesar 27 %.

Hasil tersebut membuktikan bahwa tanah yang bertekstur halus

mampu menahan lebih banyak air yang dapat digunakan. Tanah lempung

yang dapat mengikat 27 % air yang dapat digunakan dibandingkan dengan

tanah pasir. Tanah lempung mengandung air pada titik layu lebih banyak dari
pada kandungan berpasir pada kapasitas lapangan (Foth, 1994)

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kapasitas lapang adalah air yang dapat ditahan oleh tanah

setelah air gravitasi turun semua. Setelah melakukan percobaan yaitu dengan

menggunakan sampel tanah lempung 100 gram dan air 150 ml, didapatkan

hasil kapasitas serap tanah sebesar 27 %. Dimana hasil tersebut menandakan


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

bahwa tanah lempung kurang dapat menyerap air dalam jumlah yang banyak

atau tinggi.

5.2 Saran

Praktikan berharap, mohon dimaafkan apabila terdapat kesalahan

dalam pembuatan laporan akhir ini. Dan menjadikannya sebagai

pembelajaran untuk praktikan agar lebih baik lagi dalam pembuatan laporan

selanjutnya.
Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

DAFTAR PUSTAKA

Frans, James. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Journal Kultivur Perbandingan, Vol

1(2): 40-50.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta

Sinamora, S. 2013. Laporan dasar kadar air tanah.

https://www.academia.edu/6428895/Laporan_Dasar_kadar_air_tanah.

Diakses pada tanggal 13 September 2020.


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

LAMPIRAN

Step 1 Step 2

Step 3 Step 4
Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

Gambar 1. Langkah membuat alat penampung tanah dan air

Gambar 2. Tanah Pasir seberat 100 gram

Gambar 3. 150 ml air


Nama : Sri Mulyani
NPM : 200110190060
Kelas : D
Teori : Kapasitas Lapang

Gambar 4. Memasukan tanah pasir 100 gr dan air 150 ml kedalam botol

Gambar 5. Air yang tertampung (Air gravitasi)

Anda mungkin juga menyukai