Anda di halaman 1dari 50

SRI MULYANI

200110190060

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VOLTMETER DAN AMPEREMETER


(L – 1)

Nama : SRI MULYANI

NPM : 200110190060
Partner : Yoshe, Zidan, Acep, Ilman, Sultan, Rama, Ananda, Syifa

NPM : 062, 063, 083, 084, 085, 086, 087, 088

Fakultas / Departemen : PETERNAKAN / ILMU PETERNAKAN


Kelas / Kelompok :F/1

Tanggal : 11 Mei 2020

Hari / Jam : Senin / 10.30-13.00

Nama Asisten : Nana Suryana

LABORATORIUM FISIK A DASAR


PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE
FAK ULTAS MATEMATIK A DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020

1
SRI MULYANI

200110190060

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VOLTMETER DAN AMPEREMTER

L-2

NAMA : SRI MULYANI


NPM : 200110190060
PARTNER : Yoshe, Zidan, Acep, Ilman, Sultan, Rama, Ananda, Syifa
NPM : 062, 063, 083, 084, 085, 086, 087, 088
DEPARTEMEN/FAKULTAS : ILMU PETERNAKAN/PETERNAKAN
JADWAL PRAKTIKUM : Senin / 10.30-13.00

KOLOM NILAI

Speaken Lap. Pendahuluan Praktikum Lap. Akhir

Jatinangor, 11 Mei 2020


Asisten

___________________________
NPM

2
SRI MULYANI

200110190060

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mengukur kuat arus dan beda tegangan pada
rangkaian arus searah (DC), mengukur hambatan dalam voltmeter dan
amperemeter, serta mengukur daerah pengukuran voltmeter dan amperemeter.
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang
disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.
Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang
mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya
lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang
mengalir maka semakin besar pula simpangannya. Voltmeter adalah alat untuk
mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara dua titik yang berbeda. Alat
ini sering digunakan oleh teknisi elektronik yang biasanya menjadi satu multi sester
atau avometer. Prinsip kerja voltmeter berdasarkan gaya magnetik (gaya lorentz),
dimana interaksi antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya
magnetik.

Kata kunci : Voltmeter, Amperemeter, Listrik, Tegangan

3
SRI MULYANI

200110190060

DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………1

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….2

ABSTRAK………………………………………………………………………...3

DAFTAR ISI………………………………………………………………………4

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………5

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...5

1.2 Tujuan………………………………………………………………………6

BAB II METODE PERCOBAAN………………………………………………..7

2.1 Alat dan Fungsi…………………………………………………………….7

2.2 Prosedur Percobaan…………………………………………………...……9


BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………12

3.1 Data Percobaan…………………………………………………………….12

3.2 Pengolahan Data…………………………………………………………..17

3.3 Analisa…………………………………………………………………….38

BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………...41

TUGAS AKHIR…………………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………46

LAMPIRAN……………………………………………………………………...47

4
SRI MULYANI

200110190060

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuat arus didefinisikan sebagai jumlah muatan yang mengalir melalui


penampang suatu kawat penghantar persatuan waktu. Untuk mengukur kuat
arus listrik dalam suatu penghantar dapat dilakukan dengan menggunakan
amperemeter. Cara pengukurannya yaitu dengan menghubungakan alat ukur
arus lisrtri secara seri dengan sumber tegangan listrik (Barry., 2006: 45).
Cara membaca skala pada amperemeter adalah dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut:
Hasil pengukuran = (skala yang ditunjuk : skala maksimum) x batas
ukur (Robert,2010: 154).
Agar arus bergerak dengan cepat, diantara kedua kutub harus diberi beda
potensial yang tinggi. Beda potensial yang menyebabkan arus mengalir biasa
disebut dengan tegangan listrik. Tegangan listrik juga dapat didefinisikan
sebagai ukuran untuk kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan muauutan
melalui elemen. Satuan tagangan adalah volt, dan 1volt sama dengan 1
Joule/sekon. Tegangan disimbolkan denganV (owen, 2002: 65).
Rangkaian seri adalah rangkaian dimana resistor disusun secara berderet
sehingga arus yang melalui tiap-tiap komponen adalah sama. Rangkaian paralel
adalah rangkaian dimana resistor disusun secara sejajar, sehingga tegangan atau
beda potensial tiap-tiap komponen adalah sama (Sutrisno,1985:70). Banyak
rangkaian mengandung lebih dari satu hambatan (tahanan). Tahanan-tahanan
tersebut dapat dihubungkan dengan cara: 1) seri (dua penahan dihubungkan
deret).2) paralel (sejajar) atau tiga tahanan dihubungkan sejajar. 3) gabungan
antara seri dan paralel.
Hukum Ohm dan Hambatan Jenis Hukum ohm ditemukan oleh ahli
fisika Jerman bernama George Simon Ohm pada 1827, yang digunakan untuk
menentukan hubungan arus listrik dan tegangan dalam sebuah hambatan.

5
SRI MULYANI

200110190060

Hukum ohm sendiri berbunyi: “Kuat arus yang melalui penghantar sebanding
dengan beda potensial pada kedua ujung penghantar”.
Rangkaian seri merupakan sebuah rangkaian listrik yang komponennya
disusun secara berderetan hanya melalui satu jalur aliran listrik. ada rangkaian
seri, arus listrik yang mengalir besarnya sama tiap elemen. Rangkaian paralel
merupakan sebuah rangkaian listrik yang komponennya disusun sejajar dimana
terdapat lebih dari satu jalur listrik (bercabang) secara paralel.
Sesuai dengan Hukum Kirchoff 1, arus listrik yang masuk harus sama
dengan arus keluar. Sehingga pada rangkaian paralel besarnya arus sebelum
masuk ke cabang sama dengan besar arus setelah keluar dari cabang.Sesuai
dengan Hukum Ohm, maka total hambatan resistor pada rangkaian paralel
merupakan jumlah dari kebalikan hambatan tiap- tiap komponen.
Secara umum, rangkaian hambatan dikelompokan menjadi rangkaian
hambatan seri, hambatan paralel maupun hambatan campuran. Fungsi
amperemeter adalah alat pengukur kuat arus listrik dalam suatu rangkaian
tertutup. Fungsi voltmeter adalah alat untuk mengukur beda potensial di dua
titik suatu rangkaian listrik.

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengukur kuat arus dan beda tegangan pada rangkaian arus searah (DC).
1.2.2 Mengukur tahanan dalam dari voltmeter dan amperemeter.
1.2.3 Mengukur daerah pengukuran voltmeter dan amperemeter.

6
SRI MULYANI

200110190060

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Alat dan Fungsi

2.1.1 Milivoltmeter

Milivoltmeter berfungsi sebagai alat ukur beda potensial pada tegangan listrik
yang memiliki skala lebih kecil yaitu milivolt.
2.1.2 Miliamperemeter

Miliamperemeter berfungsi sebagai alat ukur kuat arus listrk yang memiliki
skala kecil yaitu amperemeter.
2.1.3 Amperemeter

7
SRI MULYANI

200110190060

Amperemeter berfungsi sebagai alat ukur kuat arus listrik yang mengalir pada
suatu rangkain listrik.
2.1.4 Hambatan Box (RB)

Hambatan Box (RB) berfungsi sebagai pembagi arus dan tegangan, sebagai
penurun tegangan dan sebagai penghambat aliran.
2.1.5 Hambatan Tetap

Hambatan tetap berfungsi sebagai pembagi tegangan dan membatasi arus


pada suatu rangakaian serta memperbesar dan memperksecil tegangan.
2.1.6 Sumber Tegangan
Sumber teganagan adalah alat yang dapat menimbulkan beda potensial dan
menghasilkan supply listrik.
2.1.7 Kabel penghubung

8
SRI MULYANI

200110190060

Kabel penghubung adalah alat yang menghubungkan antar komponen


sehingga membentuk sebuah rangkaian juga merupakan medium yang dapat
menghantarkan listrik untuk menghubungkan arus listrik.

2.2 Prosedur Percobaan

2.2.1 Mengukur Kuat Arus


1. Disusun rangkaian seperti gambar 1a.

2. Sebelum dihubungkan dengan sumber tegangan (power supply)


diatur Rbox di 50 ohm,dan diatur miliamperemeter pada skala
maksimum.
3. Diatur power supply pada posisi minimal.
4. Dicatat kedudukan miliamperemeter.
5. Diulangi percobaan diatas untuk setiap perubahan Rbox yang
berbeda.
6. Disusun rangkaian seperti gambar 1b.
7. Sebelum dihubungkan dengan sumber tegangan diatur Rbox dan
miliamperemeter.
8. Diatur posisi sumber tegangan.
9. Dicatat kedudukan miliamperemeter.

9
SRI MULYANI

200110190060

10. Diulangi percobaan diatas untuk setiap perubahan Rbox


yang berbeda.

2.2.2 Mengukur Beda Tegangan


1. Disusun rangkain seperti gambar 2.

2. Sebelum dihubungkan dengan sumber tegangan diatur Rbox.


3. Diatur sumber tegangan pada posisi minimal.
4. Digunakan voltmeter dan amperemeter pada skala maksimum.
5. Dicatat kedudukan voltmeter dan amperemeter.
6. Diulangi percobaan tersebut untuk Rbox yang berbeda.

2.2.3 Mengukur Tahanan Dalam Sebuah Miliamperemeter


1. Disusun rangkaian seperti gambar 3.

2. Diatur sumber tegangan pada posisi minimal.

10
SRI MULYANI

200110190060

3. Diukur arus dari sumber tegangan secara langsung dengan


digunakan miliamperemeter dan catat kedudukannya sebagai
arus total (tanpa Rbox).
4. Dipasangkan Rbox pada posisi 2 ohm.Dicatat kedudukan
arusnya sebagai Ia.
5. Diulangi percobaan diatas untuk setiap perubahan I total dengan
merubah posisi sumber tegangan.

2.2.4 Mengukur Tahanan Dalam Voltmeter


1. Disusun rangkaian seperti gambar 4.

2. Diatur sumber tegangan pada posisi minimal.


3. Diukur tegangannya dengan voltmeter langsung.Kemudian
dicatata kedudukannya.
4. Dipasangkan Rbox kemudian dicatat kedudukan voltmeter.
5. Diulangi percobaan diatas dengan dirubah posisi sumber
tegangan.

11
SRI MULYANI

200110190060

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Percobaan

3.1.1 Pengukuran Kuat Arus

Tabel 1.1 Pengukuran Kuat Arus (Gambar 1-a)

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑰 ± ∆𝑰
(Ohm) (Ampere)

1 1100 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

2 900 ± 0,5 0,00003 ± 0,000015

3 700 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

4 500 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

5 300 ± 0,5 0,00003 ± 0,000015

3.1.2 Pengukuran Kuat Arus

Tabel 2. Pengukuran Kuat Arus (Gambar 1-b)

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑹𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝑰 ± ∆𝑰
(Ohm) (Ohm) (Ampere)

12
SRI MULYANI

200110190060

1 10 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

2 30 ± 0,5 0,00007 ± 0,000015

3 50 ± 0,5 82 ± 0,5 0,00005 ± 0,000015

4 70 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

5 90 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

3.1.3 Pengukuran Beda Potensial

Tabel 1.3 Pengukuran Beda Potensial

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑰 ± ∆𝑰 𝑽 ± ∆𝑽
(Ohm) (Ampere) (Volt)

1 870 ± 0,5 0,00004 ± 0,000015


0,008 ± 0,0015

2 470 ± 0,5 0,00005 ± 0,000015 0,007 ± 0,0015

3 270 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,006 ± 0,0015

4 150 ± 0,5 0,00007 ± 0,000015 0,006 ± 0,0015

5 120 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,004 ± 0,0015

3.1.4 Pengukuran Tahanan Dalam dari Sebuah Miliamperemeter

Tabel 1.4 Pengukuran Tahanan Dalam dari Miliamperemeter

13
SRI MULYANI

200110190060

𝑰𝒕 ± ∆𝑰𝒕 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝐼𝑎̅ ± ∆𝐼𝑎̅


No
(Ampere)
(Ohm) (Ampere)

1 20 ± 0,5 0,66 ± 0,0015


2 40 ± 0,5 0,54 ± 0,0015
3 0,84 ± 0,0015 60 ± 0,5 0,45 ± 0,0015
4 80 ± 0,5 0,39 ± 0,0015
5 100 ± 0,5 0,36 ± 0,0015

3.1.5 Pengukuran Tahanan Dalam dari Voltmeter

Tabel 5. Pengukuran Tahanan Dalam dari Voltmeter

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑽𝒕 ± ∆𝑽𝒕 𝑽𝒗 ± ∆𝑽𝒗


(Ohm) (Volt) (Volt)

1 10 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,072 ± 0,001

2 50 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,071 ± 0,001

3 90 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,070 ± 0,001

4 130 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,064 ± 0,001

5 170 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,063 ± 0,001

Rumus yang digunakan :

1. Tegangan Setiap Perubahan Hambatan

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 × 𝑅𝑏𝑜𝑥

14
SRI MULYANI

200110190060

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] × 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 ± ∆𝑉𝑏𝑜𝑥

∑𝑉𝑏𝑜𝑥
𝑉̅𝑏𝑜𝑥 =
𝑁

∑(𝑉̅𝑏𝑜𝑥 − 𝑉𝑏𝑜𝑥 )2
̅
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

𝑉̅𝑏𝑜𝑥 ± ∆𝑉̅𝑏𝑜𝑥

2. Kuat Arus Setiap Perubahan Hambatan

𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 =
𝑅𝑏𝑜𝑥

∆𝑉𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] × 𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝐼 ± ∆𝐼𝑏𝑜𝑥

∑𝐼𝑏𝑜𝑥
̅ =
𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑁

∑(𝐼 ̅ − 𝐼𝑏𝑜𝑥 )2
̅ = √ 𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑁 (𝑁 − 1)

15
SRI MULYANI

200110190060

̅ ± ∆𝐼𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 ̅

3. Tahanan Dalam Miliamperemeter

𝐼𝑡 − 𝐼𝑎
𝑅𝑎 = ( ) × 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑎

𝐼𝑡 × ∆𝐼𝑎 ∆𝐼𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] × 𝑅𝑎
𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑅𝑎 ± ∆𝑅𝑎

∑ 𝑅𝑎
𝑅̅𝑎 =
𝑁

∑(𝑅̅𝑎 − 𝑅𝑎 )2
∆𝑅̅𝑎 = √
𝑁(𝑁 − 1)

𝑅̅𝑎 ± ∆𝑅̅𝑎

4. Tahanan Dalam Milivoltmeter

𝑉𝑣
𝑅𝑣 = ( ) × 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣

∆𝑉𝑣 ∆𝑉𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑣 = [| |+| |+| |] × 𝑅𝑣
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 𝑉𝑣× (𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 ) 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑅𝑣 ± ∆𝑅𝑣

16
SRI MULYANI

200110190060

∑ 𝑅𝑣
𝑅̅𝑣 =
𝑁

∑(𝑅̅𝑣 − 𝑅𝑣 )2
∆𝑅̅𝑣 = √
𝑁(𝑁 − 1)

𝑅̅𝑣 ± ∆𝑅̅𝑣

𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑎𝑛: ∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = 1𝑚𝑉


∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = 0,015 𝑚𝐴
∆𝑅𝑏𝑜𝑥 = 0,5 𝛺

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Perubahan Tegangan dalam Tabel 1

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑰 ± ∆𝑰
(Ohm) (Ampere)

1 1100 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

2 900 ± 0,5 0,00003 ± 0,000015

3 700 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

4 500 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

5 300 ± 0,5 0,00003 ± 0,000015

PERCOBAAN 1

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

17
SRI MULYANI

200110190060

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00006 ∙ 1100 = 0,066 𝑉

∆𝐼 ∆𝑅
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| 𝐼 𝑏𝑜𝑥 | + | 𝑅 𝑏𝑜𝑥 |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝑏𝑜𝑥 𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| 0,00006 | + |1100|] ∙ 0,066 = 0,0165 V

❖ 0,066 ± 0,0165 𝑉

PERCOBAAN 2

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00003 ∙ 900 = 0,027 𝑉

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 0,027 = 0,0135 𝑉
0,00003 900

❖ 0,027 ± 0,0135 𝑉

PERCOBAAN 3

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00006 ∙ 700 = 0,042 𝑉

18
SRI MULYANI

200110190060

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 0,042 = 0,0105 𝑉
0,00006 700

❖ 0,042 ± 0,0105 𝑉

PERCOBAAN 4

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00006 ∙ 500 = 0,03 𝑉

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 0,03 = 0,00753 𝑉
0,00006 500

❖ 0,03 ± 0,00753 V

PERCOBAAN 5

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00003 ∙ 300 = 0,009 𝑉

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

19
SRI MULYANI

200110190060

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 0,009 = 0,0045 𝑉
0,00003 300

❖ 0,009 ± 0,0045 𝑉

• NILAI TEGANGAN RATA RATA

∑ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝑉̅𝑏𝑜𝑥 =
𝑁

0,066 + 0,027 + 0,042 + 0,03 + 0,009


𝑉̅𝑏𝑜𝑥 = = 0,035 𝑉
5

∑(𝑉̅𝑏𝑜𝑥 − 𝑉𝑏𝑜𝑥 )2
∆𝑉̅𝑏𝑜𝑥 = √
𝑁(𝑁 − 1)

0,00178
∆𝑉̅𝑏𝑜𝑥 = √ = 0,0094 𝑉
20

❖ 0,035 ± 0,0094 𝑉

Grafik Hubungan Vbox Terhadap Rbox


0,07
0,06
Vbox (Volt)

0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 200 400 600 800 1000 1200

Rbox (Ohm)

20
SRI MULYANI

200110190060

Grafik 1. Hubungan V box dan R box Pada Tabel 1

3.2.2 Perubahan Tegangan dalam Tabel 2

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑹𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝑰 ± ∆𝑰
(Ohm) (Ohm) (Ampere)

1 10 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

2 30 ± 0,5 0,00007 ± 0,000015

3 50 ± 0,5 82 ± 0,5 0,00005 ± 0,000015

4 70 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

5 90 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015

PERCOBAAN 1

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00006 ∙ 10 = 0,0006 𝑉

∆𝐼 ∆𝑅
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| 𝐼 𝑏𝑜𝑥 | + | 𝑅 𝑏𝑜𝑥 |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝑏𝑜𝑥 𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| 0,00006 | + | 10 |] ∙ 0,0006 = 0,00018 V

❖ 0,0006 ± 0,00018 𝑉

PERCOBAAN 2

21
SRI MULYANI

200110190060

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00007 ∙ 30 = 0,0021 𝑉

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| | + | |] ∙ 0,0021 = 0,00048 𝑉
0,00007 30

❖ 0,0021 ± 0,00048 𝑉

PERCOBAAN 3

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00005 ∙ 50 = 0,0025 𝑉

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| | + | |] ∙ 0,0025 = 0,00078 𝑉
0,00005 50

❖ 0,0025 ± 0,00078 𝑉

PERCOBAAN 4

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00006 ∙ 70 = 0,0042 𝑉

22
SRI MULYANI

200110190060

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| | + | |] ∙ 0,0042 = 0,00108 𝑉
0,00006 70

❖ 0,0042 ± 0,00108

PERCOBAAN 5

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 𝐼𝑏𝑜𝑥 ∙ 𝑅𝑏𝑜𝑥

𝑉𝑏𝑜𝑥 = 0,00006 ∙ 90 = 0,0054 𝑉

∆𝐼𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,000015 0,5
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = [| | + | |] ∙ 0,0054 = 0,00138 𝑉
0,00006 90

❖ 0,0054 ± 0,00138 𝑉

• NILAI TEGANGAN RATA – RATA

∑ 𝑉𝑏𝑜𝑥
𝑉̅𝑏𝑜𝑥 =
𝑁

0,0006+0,0021+0,0025+0,0042+ 0,0054
𝑉̅𝑏𝑜𝑥 = = 0,003V
5

∑(𝑉̅𝑏𝑜𝑥 − 𝑉𝑏𝑜𝑥 )2
̅
∆𝑉𝑏𝑜𝑥 = √
𝑁(𝑁 − 1)

23
SRI MULYANI

200110190060

0,00001402
∆𝑉̅𝑏𝑜𝑥 = √ = 0,0008 𝑉
20

❖ 0,003 ± 0,0008 𝑉

Grafik Hubungan Vbox Terhadap Rbox


0,006

0,005
Vbox (Volt)

0,004

0,003

0,002

0,001

0
0 20 40 60 80 100

Rbox (Ohm)

Grafik 2. Hubungan V box dan R box Pada Tabel 2

3.2.3 Perubahan Kuat Arus dalam Tabel 3

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑰 ± ∆𝑰 𝑽 ± ∆𝑽
(Ohm) (Ampere) (Volt)

1 870 ± 0,5 0,00004 ± 0,000015 0,008 ± 0,0015

2 470 ± 0,5 0,00005 ± 0,000015 0,007 ± 0,0015

3 270 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,006 ± 0,0015

24
SRI MULYANI

200110190060

4 150 ± 0,5 0,00007 ± 0,000015 0,006 ± 0,0015

5 120 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,004 ± 0,0015

PERCOBAAN 1

𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 =
𝑅𝑏𝑜𝑥

0,008
𝐼𝑏𝑜𝑥 = =0,0000092 𝐴
870

∆𝑉𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,0015 0,5
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] . 0,0000092 = 0,0000017 𝐴
0,008 870

❖ 0,0000092 ±0,0000017 𝐴

PERCOBAAN 2

𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 =
𝑅𝑏𝑜𝑥

0,007
𝐼𝑏𝑜𝑥 = = 0,000015 𝐴
470

25
SRI MULYANI

200110190060

∆𝑉𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,0015 0,5
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] . 0,000015 = 0,0000032 𝐴
0,007 470

❖ 0,000015 ± 0,0000032 𝐴

PERCOBAAN 3

𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 =
𝑅𝑏𝑜𝑥

0,006
𝐼𝑏𝑜𝑥 = = 0,000022 𝐴
270

∆𝑉𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,0015 0,5
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] . 0,000022 = 0,0000055 𝐴
0,006 270

❖ 0,000022 ± 0,0000055 𝐴

PERCOBAAN 4

𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 =
𝑅𝑏𝑜𝑥

26
SRI MULYANI

200110190060

0,006
𝐼𝑏𝑜𝑥 = = 0,00004 𝐴
150

∆𝑉𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,0015 0,5
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] . 0,00004 = 0,00001 𝐴
0,006 150

❖ 0,00004 ± 0,00001 𝐴

PERCOBAAN 5

𝑉𝑏𝑜𝑥
𝐼𝑏𝑜𝑥 =
𝑅𝑏𝑜𝑥

0,004
𝐼𝑏𝑜𝑥 = = 0,000033 𝐴
120

∆𝑉𝑏𝑜𝑥 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] ∙ 𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑏𝑜𝑥 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,0015 0,5
∆𝐼𝑏𝑜𝑥 = [| |+| |] . 0,000033 = 0,000013 𝐴
0,004 120

❖ 0,000033 ± 0,000013 𝐴

• NILAI KUAT ARUS RATA- RATA

27
SRI MULYANI

200110190060

∑ 𝐼𝑏𝑜𝑥
̅ =
𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑁

0,0000092 + 0,000015 + 0,000022 + 0,00004 + 0,000033


̅ =
𝐼𝑏𝑜𝑥
5

= 0,000024 A

∑(𝐼 ̅ − 𝐼𝑏𝑜𝑥 )2
̅ = √ 𝑏𝑜𝑥
∆𝐼𝑏𝑜𝑥
𝑁(𝑁 − 1)

0,00000000064
̅ =√
∆𝐼𝑏𝑜𝑥
20

̅ = 0,0000057 𝐴
∆𝐼𝑏𝑜𝑥

❖ 0,000024 ± 0,0000057 𝐴

Grafik Hubungan Ibox terhadap Rbox


0,000045
Ibox (Ampere)

0,00004
0,000035
0,00003
0,000025
0,00002
0,000015
0,00001
0,000005
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Rbox (Ohm)

Grafik 3. Hubungan I box dan R box Pada Tabel 3

28
SRI MULYANI

200110190060

3.2.4 Pengukuran Tahanan Dalam Miliamperemeter Tabel 4

𝑰𝒕 ± ∆𝑰𝒕 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝐼𝑎̅ ± ∆𝐼𝑎̅


No
(Ampere)
(Ohm) (Ampere)

1 20 ± 0,5 0,66 ± 0,0015


2 40 ± 0,5 0,54 ± 0,0015
3 0,84 ± 0,0015 60 ± 0,5 0,45 ± 0,0015
4 80 ± 0,5 0,39 ± 0,0015
5 100 ± 0,5 0,36 ± 0,0015

PERCOBAAN 1

𝐼𝑡 − 𝐼𝑎
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 𝑅𝐵𝑜𝑥
𝐼𝑎

0,84 − 0,66
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 20
0,66

𝑅𝑎 = 5,45 Ohm

𝐼𝑡 ∙ ∆𝐼𝑎 ∆𝐼𝑡 ∆𝑅𝐵𝑜𝑥


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] ∙ 𝑅𝑎
𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝑅𝐵𝑜𝑥

0,84 ∙ 0,0015 0,0015 0,5


∆𝑅𝑎 = [| |+| | + | |] ∙ 5,45
0,84 − 0,66 0,84 − 0,66 20

∆𝑅𝑎 = 0,219 Ohm

29
SRI MULYANI

200110190060

𝑅𝑎 ± ∆𝑅𝑎 = 5,45 ± 0,22 𝑂ℎ𝑚

PERCOBAAN 2

𝐼𝑡 − 𝐼𝑎
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 𝑅𝐵𝑜𝑥
𝐼𝑎

0,84 − 0,54
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 40
0,54

𝑅𝑎 = 22,222 𝑂ℎ𝑚

𝐼𝑡 ∙ ∆𝐼𝑎 ∆𝐼𝑡 ∆𝑅𝐵𝑜𝑥


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] ∙ 𝑅𝑎
𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝑅𝐵𝑜𝑥

0,84 ∙ 0,0015 0,0015 0,5


∆𝑅𝑎 = [| |+| | + | |] ∙ 22,222
0,84 − 0,54 0,84 − 0,54 40

∆𝑅𝑎 = 0,4822 Ohm

𝑅𝑎 ± ∆𝑅𝑎 = 22,222 ± 0,4822 Ohm

PERCOBAAN 3

𝐼𝑡 − 𝐼𝑎
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 𝑅𝐵𝑜𝑥
𝐼𝑎

0,84 − 0,45
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 60
0,45

30
SRI MULYANI

200110190060

𝑅𝑎 = 52 Ohm

𝐼𝑡 ∙ ∆𝐼𝑎 ∆𝐼𝑡 ∆𝑅𝐵𝑜𝑥


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] ∙ 𝑅𝑎
𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝑅𝐵𝑜𝑥

0,84 ∙ 0,0015 0,0015 0,5


∆𝑅𝑎 = [| |+| | + | |] ∙ 52
0,84 − 0,45 0,84 − 0,45 60

∆𝑅𝑎 = 0,0083 𝑂ℎ𝑚

𝑅𝑎 ± ∆𝑅𝑎 = 52 ± 0,8013 Ohm

PERCOBAAN 4

𝐼𝑡 − 𝐼𝑎
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 𝑅𝐵𝑜𝑥
𝐼𝑎

0,84 − 0,39
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 80
0,39

𝑅𝑎 = 92,31 Ohm

𝐼𝑡 ∙ ∆𝐼𝑎 ∆𝐼𝑡 ∆𝑅𝐵𝑜𝑥


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] ∙ 𝑅𝑎
𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝑅𝐵𝑜𝑥

0,84 ∙ 0,0015 0,0015 0,5


∆𝑅𝑎 = [| |+| | + | |] ∙ 92,31
0,84 − 0,39 0,84 − 0,39 80

∆𝑅𝑎 = 8,393 Ohm

𝑅𝑎 ± ∆𝑅𝑎 = 92,31 ± 1,143 Ohm

31
SRI MULYANI

200110190060

PERCOBAAN 5

𝐼𝑡 − 𝐼𝑎
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 𝑅𝐵𝑜𝑥
𝐼𝑎

0,84 − 0,36
𝑅𝑎 = ( ) ∙ 100
0,36

𝑅𝑎 = 133,33 Ohm

𝐼𝑡 ∙ ∆𝐼𝑎 ∆𝐼𝑡 ∆𝑅𝐵𝑜𝑥


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] ∙ 𝑅𝑎
𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝐼𝑡 − 𝐼𝑎 𝑅𝐵𝑜𝑥

0,84 ∙ 0,0015 0,0015 0,5


∆𝑅𝑎 = [| |+| |+| |] ∙ 133,33
0,84 − 0,36 0,84 − 0,36 100

∆𝑅𝑎 = 1,433 Ohm

𝑅𝑎 ± ∆𝑅𝑎 = 13,333 ± 1,433 Ohm

• NILAI TAHANAN DALAM AMPEREMETER RATA-RATA

∑ 𝑅𝑎
𝑅̅𝑎 =
𝑁

5,45 + 22,222 + 52 + 92,31 + 133,33


𝑅̅𝑎 =
5

305,312
𝑅̅𝑎 =
5

32
SRI MULYANI

200110190060

𝑅̅𝑎 = 61,06 𝑂ℎ𝑚

∑(𝑅̅𝑎 − 𝑅𝑎 )2
̅
∆𝑅𝑎 = √
𝑁(𝑁 − 1)

(55,6)2 + (38,85)2 + (9,05)2 (−31,25)2 + (−72,25)2


∆𝑅̅𝑎 = √
20

∆𝑅̅𝑎 = √544,12

∆𝑅̅𝑎 = 23,32 𝑂ℎ𝑚

𝑅̅𝑎 ± ∆𝑅̅𝑎 = 61,06 ± 23,32 𝑂ℎ𝑚

3.2.5 Pengukuran Tahanan Dalam Voltmeter dalam Tabel 5

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑽𝒕 ± ∆𝑽𝒕 𝑽𝒗 ± ∆𝑽𝒗


(Ohm) (Volt) (Volt)

1 10 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,072 ± 0,001

2 50 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,071 ± 0,001

3 90 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,070 ± 0,001

4 130 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,064 ± 0,001

5 170 ± 0,5 0,076 ± 0,001 0,063 ± 0,001

PERCOBAAN 1

33
SRI MULYANI

200110190060

𝑉𝑣
𝑅𝑣 = . 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣

0,072
𝑅𝑣 = . 10 = 180 Ω
0,076 − 0,072

∆𝑉𝑣 ∆𝑉𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . Rv
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 𝑉𝑣 . (𝑉𝑡 − 𝑉𝑣) 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,001 0,001 0,5


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . 180
0,076 − 0,072 0,072 . (0,076 − 0,072) 10

∆𝑅𝑣 = 679 Ω

𝑅𝑣 ± ∆𝑅𝑣 = 180 ± 679 Ω

PERCOBAAN 2

𝑉𝑣
𝑅𝑣 = . 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣

0,071
𝑅𝑣 = . 50 = 710 Ω
0,076 − 0,071

∆𝑉𝑣 ∆𝑉𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . Rv
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 𝑉𝑣 . (𝑉𝑡 − 𝑉𝑣) 𝑅𝑏𝑜𝑥

34
SRI MULYANI

200110190060

0,001 0,001 0,5


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . 710
0,076 − 0.071 0,071 . (0,076 − 0,071) 50

∆𝑅𝑣 = 2149,1 Ω

𝑅𝑣 ± ∆𝑅𝑣 = 710 ± 2149,1 Ω

PERCOBAAN 3

𝑉𝑣
𝑅𝑣 = . 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣

0.07
𝑅𝑣 = . 90 = 1050 Ω
0,076 − 0,07

∆𝑉𝑣 ∆𝑉𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . Rv
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 𝑉𝑣 . (𝑉𝑡 − 𝑉𝑣) 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,001 0,001 0,5


∆𝑅𝑣 = [| |+ | | + | | ] . 1050
0,076 − 0,07 0,07 . (0,076 − 0,07) 90

∆𝑅𝑣 = 2680,83 Ω

𝑅𝑣 ± ∆𝑅𝑣 = 1050 ± 2680,83 Ω

35
SRI MULYANI

200110190060

PERCOBAAN 4

𝑉𝑣
𝑅𝑣 = . 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣

0,064
𝑅𝑣 = . 130 = 693,33 Ω
0,076 − 0,064

∆𝑉𝑣 ∆𝑉𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . Rv
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 𝑉𝑣 . (𝑉𝑡 − 𝑉𝑣) 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,001 0,001 0,5


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . 693,33
0,076 − 0.064 0,064 . (0,076 − 0,064) 130

∆𝑅𝑣 = 963,218 Ω

𝑅𝑣 ± ∆𝑅𝑣 = 693,33 ± 963,218 Ω

PERCOBAAN 5

𝑉𝑣
𝑅𝑣 = . 𝑅𝑏𝑜𝑥
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣

0,063
𝑅𝑣 = . 170 = 823,85 Ω
0,076 − 0,063

36
SRI MULYANI

200110190060

∆𝑉𝑣 ∆𝑉𝑡 ∆𝑅𝑏𝑜𝑥


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . Rv
𝑉𝑡 − 𝑉𝑣 𝑉𝑣 . (𝑉𝑡 − 𝑉𝑣) 𝑅𝑏𝑜𝑥

0,001 0,001 0,5


∆𝑅𝑣 = [| |+ | |+| | ] . 823,85
0,076 − 0.063 0,063 . (0,076 − 0,063) 170

∆𝑅𝑣 = 1071,718 Ω

𝑅𝑣 ± ∆𝑅𝑣 = 823,25 ± 1071,718 Ω

• NILAI TAHANAN DALAM VOLTMETER RATA-RATA

∑ 𝑅𝑣
̅̅̅̅
𝑅𝑣 =
𝑁

180 + 710 + 1050 + 693,33 + 823,85


̅̅̅̅
𝑅𝑣 =
5

̅̅̅̅
𝑅𝑣 = 691,43 Ω

2
∑(̅̅̅̅
𝑅𝑣 − 𝑅𝑣)
̅̅̅̅̅̅
∆𝑅𝑣 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

(511,43)2 + (−18,57)2 + (−358,57)2 + (−1,87)2 + (−132,42)2


̅̅̅̅̅̅
∆𝑅𝑣 = √
5(5 − 1)

37
SRI MULYANI

200110190060

408017
̅̅̅̅̅̅
∆𝑅𝑣 = √
20

̅̅̅̅̅̅
∆𝑅𝑣 = √20401

̅̅̅̅̅̅
∆𝑅𝑣 = 142,83 Ω

̅̅̅̅
𝑅𝑣 ± ̅̅̅̅̅̅
∆𝑅𝑣 = 691,4 ± 142,83 Ω

3.3 Analisa

Pada percobaan kali ini yang berjudul “Amperemeter Dan Voltmeter


Dalam Rangkaian Listrik Searah (DC)” dan bertujuan untuk memahami
pengunaan amperameter dan voltmeter dalam rangkaian seri, mengukur arus
dan tegangan listrik pada rangkaian seri dari resistor dan mengukur arus dan
tegangan listrik pada rangkaian paralel dari resistor.
Voltmeter adalah alat untuk mengukur beda potensial atau tegangan
antara dua titik yang berbeda. Untuk mengukur beda potensial, voltmeter harus
dihubungkan terlebih dahulu secara paralel dengan titik yang akan diukur.
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik yang didesain melalui galvanometer..Amperemeter ini bekerja sesuai
dengan gaya lorentz (gaya magnetis). untuk mengukur arus listrik, ampermeter
dipasang atau dihubungkan secara seri karena arus pada suatu rangkaian itu
sama. Arus yang mengalir pada kumparan yang diselimuti medan magnet akan
menimbulkan gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter.
Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
Amperemeter ini mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum.
Akan tetapi seringkali kuat arus listrik yang diukur melebihi batas ukur

38
SRI MULYANI

200110190060

maksimum amperemeter. Jika terjadi kelebihan arus akan mengalir ke


hambatan yang dinamakan hambatan shunt (Rsh). Besar hambatan shunt
tergantung pada berapa kali kemampuannya akan ditingkatkan. Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa pada pengukuran hambatan dalam amperemeter
dimana semakin besar batas ukur amperemeter maka hambatan dalamnya akan
semakin kecil. Dapat dikatakan bahwa semakin besar batas ukur yang
digunakan, maka batas ukur yang diperoleh akan semakin besar pula
(berbanding lurus).
Berdasarkan analisis data menunjukan bahwa pada penentuan nilai
pelipatan batas ukur (n), dimana pelipatan batas ukur ini sebanding dengan
batas ukur maksimum yang baru dan berbanding terbalik dengan batas ukur
maksimum yang lama dengan menggunakan batas ukur maksimum yang lama
(IA) sebesar 1 A dan batas ukur maksimum yang baru. Berdasarkan analisis
data menunjukkan bahwa arus berbanding terbalik dengan hambatan dan beda
potensial atau tegangan berbanding lurus dengan hambatan. Pada penentuan
kesalahan pengukuran dimana nilainya dipengaruhi oleh besar kuat arus secara
teori dan besar kuat arus secara praktik. Hal ini menunjukan bahwa tingkat
kesalahan pengukuran sangat tinggi hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam
pembacaan skala juga kerusakan alat yang dipakai saat percobaan yang
menyebabkan hasil percobaan tidak tepat atau meleceng.
Pada pengukuran kuat arus dilakukan pada dua rangkaian, yang
pertama rangkaian 1-a dan yang kedua rangkaian 1-b. pada masing- masing
rangkian, dilakukan percobaan sebanyak lima kali. Lalu hasil pengukuran kuat
arus selanjutnya diolah untuk mencari tegangan setiap perubahan hambatan.
Pada rangkaian 1- a diperoleh rata rata tegangan senilai 0,035 ± 0,0094 𝑉olt.
Sedangkan pada rangkaian 1-b diperoleh nilai rata rata tegangan sebesar
0,003 ± 0,0008 𝑉olt. Setelah itu membuat grafik Vbox terhadap Rbox yang
tujuannya untuk melihat perubahan tegangan pada setiap hambatan.
Pada pengukuran beda tegangan dilakukan juga sebanyak lima kali
percobaan . Hasil pengukuran beda tegangan selanjutnya diolah untuk mencari

39
SRI MULYANI

200110190060

kuat arus setiap perubahan hambatan. Dan dibuat juga grafik Ibox terhadap
Rbox untuk melihat perubahan tegangan pada setiap hambatan.
Diperoleh hasil tahanan dalam miliampermeter pada percobaan
pertama sebesar 5,45 Ohm; percobaan kedua sebesar 22,2 Ohm; percobaan
ketiga sebesar 52 Ohm; percobaan keempat sebesar 92,31 Ohm; percobaan
kelima sebesar 133,33 Ohm; dan dengan rata – rata tahanan dalam
miliampermeter sebesar 61,06 Ohm. Dan diperoleh hasil tahanan dalam
miliampermeter pada percobaan pertama sebesar 180 Ohm; percobaan kedua
sebesar 710 Ohm; percobaan ketiga sebesar 1050 Ohm; percobaan keempat
sebesar 693,33 Ohm; percobaan kelima sebesar 823,85 Ohm; dan dengan rata
– rata tahanan dalam miliampermeter sebesar 691,43 Ohm.

40
SRI MULYANI

200110190060

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Dapat mengukur kuat arus dan beda tegangan pada rangkaian arus
searah (DC)
4.2 Dapat mengukur tahanan dalam dari voltmeter dan amperemeter
dengan menggunakan persamaan :
𝑉𝑣 𝐼 −𝐼
𝑅𝑣 = 𝑉𝑡−𝑉𝑣 . 𝑅𝑏𝑜𝑥 dan 𝑅𝑎 = ( 𝑡𝐼 𝑎 ) ∙ 𝑅𝐵𝑜𝑥
𝑎

o Voltmeter: 𝟔𝟗𝟏, 𝟒 ± 𝟏𝟒𝟐, 𝟖𝟑 𝑶𝒉𝒎


o Amperemeter: 𝟔𝟏, 𝟎𝟔 ± 𝟐𝟑, 𝟑𝟐𝟔 𝑶𝒉𝒎
4.3 Dapat mengukur daerah pengukuran voltmeter dan amperemeter

41
SRI MULYANI

200110190060

TUGAS AKHIR

1. Hitunglah Vbox untuk setiap perubahan Rbox pada rangkaian


pengukuran kuat arus.

Pada rangkaian (1-a)

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑰 ± ∆𝑰 𝑽 𝒃𝒐𝒙 ± 𝑽 𝒃𝒐𝒙 (𝑽)


(Ohm) (Ampere)

1 1100 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,066 ± 0,0165

2 900 ± 0,5 0,00003 ± 0,000015 0,027 ± 0,0135

3 700 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,042 ± 0,0105

4 500 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,03 ± 0,00753

5 300 ± 0,5 0,00003 ± 0,000015 0,009 ± 0,0045

Rata – rata 0,0348 ± 0,0094

Pada rangkaian (1-b)

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑹𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝑰 ± ∆𝑰 𝑽 𝒃𝒐𝒙 ± 𝑽 𝒃𝒐𝒙 (𝑽)


(Ohm) (Ohm) (Ampere)
1 10 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,0006 ± 0,00018

2 30 ± 0,5 0,00007 ± 0,000015 0,0021 ± 0,00048


82 ± 0,5
3 50 ± 0,5 0,00005 ± 0,000015 0,0025 ± 0,00078

4 70 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,0054 ± 0,00138

42
SRI MULYANI

200110190060

5 90 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,00296 ± 0,0008

2. Buatlah hubungan grafik Vbox terhadap Rbox untuk rangkaian


pengukuran kuat arus.

Grafik Hubungan Vbox Terhadap Rbox


0,07

0,06
Vbox (Volt)

0,05

0,04

0,03

0,02

0,01

0
0 200 400 600 800 1000 1200

Rbox (Ohm)

Grafik Hubungan Vbox Terhadap Rbox


0,006

0,005
Vbox (Volt)

0,004

0,003

0,002

0,001

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rbox (Ohm)

43
SRI MULYANI

200110190060

3. Hitunglah Ibox untuk setiap perubahan Rbox pada rangkaian pengukuran


beda tegangan.

No 𝑹𝒃𝒐𝒙 ± ∆𝑹 𝑰 ± ∆𝑰 𝑽 ± ∆𝑽
(Ohm) (Ampere) (Volt)

1 870 ± 0,5 0,00004 ± 0,000015 0,008 ± 0,0015

2 470 ± 0,5 0,00005 ± 0,000015 0,007 ± 0,0015

3 270 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,006 ± 0,0015

4 150 ± 0,5 0,00007 ± 0,000015 0,006 ± 0,0015

5 120 ± 0,5 0,00006 ± 0,000015 0,004 ± 0,0015

4. Buatlah grafik Ibox terhadap Rbox

Grafik Hubungan Ibox terhadap Rbox


0,000045
0,00004
Ibox (Ampere)

0,000035
0,00003
0,000025
0,00002
0,000015
0,00001
0,000005
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Rbox (Ohm)

44
SRI MULYANI

200110190060

5. Apa yang terjadi apabila yang kita gunakan dalam percobaan ini
menggunakan sumber tegangan bolak – balik (AC) !

Arus dan tegangan pada AC dan DC berbeda. Pada arus DC, tegangan
yang terukur relative konsisten dengan tegangan awal. Tegangannya pun hanya
berlangsung searah, sehingga gelombang tegangannya stabil. Sedangkan arus AC
adalah arus yang berlangsung bolak – balik, sehingga gelombang tegangannya
tidak stabil.

45
SRI MULYANI

200110190060

DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1 Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar
Keterampilan Elektronika. Bandung: ITB. Sutrisno. 1985. Elektronika Teori dan
Penerapannya. Bandung: ITB.
Bishop, Owen. 2002. Electronics a First Course. Amsterdam: Newnes.
L.Boylestad, Robert .2010. Introductory Circuit Analysis. New york: Prentice
Hall.
L.eggleston, Dennis. 2011. Basics electronics. Cambridge: Cambridge University
Press.

46
SRI MULYANI

200110190060

LAMPIRAN

47
SRI MULYANI

200110190060

48
SRI MULYANI

200110190060

49
SRI MULYANI

200110190060

50

Anda mungkin juga menyukai