BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
a. Mempelajari proses pemuaian panjang dari logam,
b. Mencari koefisien muai linier berbagai jenis logam.
1.2 LANDASAN TEORI
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh
perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda. Karena menerima kalor.
Pemuaian terjadi pada zat padat, zat cair, dan zat gas. Pemuaian pada zat padat
ada 3 jenis yaitu, pemuaian panjang untuk satu dimensi dan pemuaian volume
untuk 3 dimensi. Sedangkan pada zat cair dan zat gas hanya muai volume saja.
Khususnya pada zat gas biasanya diambil nilai koefisien muai volumenya sama
dengan 1/273.
Pada umumnya ukuran suatu benda akan berubah apabila suhunya
berubah.
Sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan dan mengecil bila di
dinginkan. Banyak pemuaian atau menjadi kecil bervariasi tergantung pada jenis
material.
L0
T0
L
T
L
Berdasarkan eksperimen yang diamati perubahan panjang ( L ) sebanding
dengan perubahan suhu untuk hampir semua benda padat. Perubahan panjang juga
sebanding dengan panjang mula-mula L seperti gambar diatas.
Kesetaraan ini dapat ditulis :
L = L0T...................................................................................(1)
L = L0(1+T)...............................................................................(2)
Keterangan :
L
= Pertambahan panjang
L
= Panjang akhir
L0
= Panjang awal
( )
Nilai koefisien muai linier adalah konstan dan besarnya tergantung jenis
benda koefisien. Koefisien ini telah di ukur dengan sangat teliti. Untuk sebagian
besar zat dengan contoh, kalau suhu sepotong baja dengan panjang tertentu naik 1
panjang baja itu akan bertambah 0,0001 demikian juga potongan baja itu
Muai
Panjang
Alumunium
0,000024
Perunggu
0.000019
Besi
0,000012
Grafit
0,000079
Kaca
0,000029
Baja
0,000011
Pemuaian yang terjadi pada zat dapat berupa muai panjang, muai luas, dan
muai volume. Koefisien muai panjang alumunium jauh lebih besar dari tembaga
maupun besi sehingga pertambahan panjang yang terbesar terjadi pada
alumunium, tembaga, kemudian besi. Muai luas pada logam yang berbentuk
lempengan tipis (berupa segi empat, segitiga, atau lingkaran), ukuran volume
dapat diabaikan, ketika lempengan tersebut mendapat pemanasan, maka yang
dapat diamati hanya pemuaian luas saja. Dengan kata lain, zat padat tersebut
mengalami muai luas.
Muai luas dapat diamati pada kaca jendela saat suhu udara panas, dan suhu
kaca menjadi naik sehingga terjadi pemuaian, maka kaca memuai lebih besar dari
pemuaian bingkainya, akibatnya kaca terlihat terpasang sangat rapat pada bingkai.
Benda yang mengalami muai luas akan menjadi lebih besar dari semula.
Pemuaian yang terjadi pada sebuah benda padat ketebalannya jauh lebih kecil
maka yang terjadi adalah muai luas. Pada zat cair hanya dikenal muai volume.
Makin tinggi perubahan suhu maka makin tinggi perubahan volume zat cair.
Perubahan volume zat car antara satu dengan yang lainnya berbeda mekipun
volume zat cair mula-mula sama. Untuk seluruh zat cair pemuaian makin besar
Koefisien Muai Linear( P7)
157
Sistem Komputer
jika kenaikan suhu bertambah. Pemuaan zat cair dapat dimanfaatkan pengguanaan
termometer zat car, biasanya zat cair yag digunakan adalah air raksa atau alkohol.
BAB II
PROSEDUR KERJA
Keterangan
1.
2.
3.
4.
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 JURNAL
JURNAL
KOEFISIEN MUAI LINEAR (P7)
Jenis logam : Kuningan
No
1.
2.
3.
L0 (cm)
45
t 1 (s)
27
27
27
T 2 (s)
27,5
27,5
27,5
S
5
8
11
L (cm)
0,005
0,008
0,011
0,000055
0,000017
0,000036
t 1 (s)
27
27
27
T 2 (s)
28
29
31
S
5
20
15
L (cm)
0,005
0,01
0,015
0,000108
0,000434
0,001304
t 1 (s)
27
27
27
T 2 (s)
29,5
30
31
S
5
8
11
L (cm)
0,005
0,008
0,011
0,000272
0,00053
0,000977
L0 (cm)
46
L0 (cm)
45
Mengetahui :
Asisten
3.2 PERHITUNGAN
A. Logam Aluminium
L0 = 46 cm
T1 = 27
T2 = 28
T
= T2-T1 = 28-27 = 1
L
L0T
0,005
46 cm x 1
= 0,000108 /
Tabel 3.1
No
1.
2.
3.
Tabel ralat
No
1.
2.
3.
L0
T1
T2
L (cm)
46
27
27
27
28
29
31
5
10
15
0,005
0,01
0,15
0,000108
0,000434
0,001304
128 x 10 -8
RM =
128 x 10-8)
0,00061
0,00061
0,00061
( - )
-502 x 10 -6
-0,00017
-0,000654
( - )2
25 x 10-8
63 x 10-8
48 x 10-8
0,000108
0,000434
0,001304
= 6,4 x 10 -7
RN =
=
RM
6,4 x 10
x 100%
= 0,1049 %
B. Logam Kuningan
L0 = 45 cm
T1 = 27 oC
T2 = 27,5 oC
L=S x ketelitian=0.005 cm
= L
Lo . L
=
0,005
45 x 0,5
= 0,000055 / oC
Tabel 3.2
No
Lo
.
1.
2.
45
3.
Tabel Ralat
No
.
1.
0,00005
2.
0,00017
3.
0,00036
T1
T2
L cm
27
27
27
27,5
28
28,5
5
8
11
0,005
0,008
0,011
0,00005
0,00017
0,00036
5,8 x 10-4
5,8 x 10-4
5,8 x 10-4
()
-5,3 x 10-4
-4,1 x 10-4
-5,5 x 10-4
=7,5 x 10-7
()
2,8 x 10-7
1,6 x 10-7
3,2 x 10-7
RM = =
(7,5 x 107)
2
=3,75 x 10-7
Lo . T
=0,000272/
Tabel 3.3
no
1
2
3
Lo
T1
45
27
T2
29,5
30
31
L(cm)
0.0005
0,0008
0,011
S
5
8
11
0,000272
0,00053
0,000977
Tabel ralat
No
1
2
3
RM =
0,000272
0,00053
0,000977
5,93 x 10-4
5,93 x 10-4
5,93 x 10-4
2,4 x 107
=1,2 x 107
2
(- )
-32,1x10-5
-6,3x10-5
3,84x10-5
(- )2
1,03x10-7
3,9x10-9
1,4x10-7
2,4x10-7
RN =
1,2 x 107
12
x 100 =2,02 x 10
7
%
5,93 x 10
3.3 ANALISA
Pada percobaan yang dilakukan dengan tujuan mengetahui dari berbagai
koefisien linier pada logam tertentu. Bagaimana hubungan antara suhu yang
diberikan apakah memberi dampak pada logam yang diuji. Dimana logam uji
yang digunakan diantaranya adalah aluminium, kuningan, dan tembaga. Pada
aluminium dilakukan 3 kali percobaan supaya hasilnya akan mendekati kepastian.
Pada 3 kali percobaan yang dilakukan pada aluminium percobaan pertama
mendekati literatur yang mana koefisien logam aluminium adalah 0.000024.
Namun pada percobaan yang kedua justru lumayan jauh berbeda dengan literatur
yang ada.
Pada percobaan untuk logam tembaga juga dilakukan 3 pengukuran agar
hasilnya mendekati literatur. Jika dibandingkan dengan literatur yang ada hasil
praktikum kali ini mendekati literatur. Dimana hasil dari pengukuran yang
dilakukan pada praktikum adalah 0.000272 pada percobaan pertama, begitu juga
dengan percobaan kedua maupun percobaan ketiga yang hasilnya tidak jauh beda
dengan literatur. Literatur untuk logam kuningan adalah 0.000019.
Percobaan untuk logam kuningan tidak jauh beda dengan percobaan logam
tembaga dan logam aluminium. Berdasarkan hsail yang didapatkan dari praktikum
diperoleh koefisien muai linier dari logam kuningan adalah 0.000055. Inilah yang
merupakan paling mirip dengan literatur. Walaupun pada percobaan pertama
hasilnya tetap mirip dengan literature yang diberikan.
Penyebab hasil praktikum ini memuaskan dikarenakan oleh beberapa hal,
namun ada juga hasil praktikum kali ini yang berbeda dengan literatur yang
disebabkan juga oleh beberapa hal. Kesalahan yang mungkin terjadi kali ini
karena berbagai kesalahan diantaranya kesalahan acak yang menyebabkan ralat
nisbih diatas 1%. Dari analisa kesalahan masih banyak praktikan yang belum
Koefisien Muai Linear( P7)
165
Sistem Komputer
mengerti. Ketika melakukan praktikum, praktikan masih kurang tepat melihat dari
dial gaugenya. Dan juga kesalahan sistematis yang menyebabkan susunan kacau.
Selain kesalahan acak dan sistematis juga ditemukan kesalahan oleh
praktikan seperti bahan bakarnya kurang pas sehingga suhu yang dihasilkan juga
tidak mempengaruhi dari pertambahan panjang logam karena perubahan suhu hal
ini disebut koefisien muai linier. Dimana ketika suhu semakin dinaikan maka
pertambahan panjang sebanding dengan kenaikan suhu. Begitu juga pada kaca
yang sering kita lihat dirumah kaca itu akan semakin memuai jika suhu
lingkungan meningkat. Hal demikian juga terjadi pada logam yang di uji oleh
praktikan. Dimana pada keadaan tertentu seperti semakin panas maka logam
dengan sendirinya akan memanjang.
Ketika melakukan praktikum yang menyebabkan terjadinya perbedaan
antara literatur dan juga hasil praktikum. Adalah kesalahan yang tidak seharusnya
terjadi. Namun pada praktikum minggu ini praktikan mendapatkan hasil ralat
mutlak dibawah 1%. Atau bahkan tidak ada yang di atas 5%. Seperti pada logam
aluminium praktikan menemukan ralat nisbinya adalah 0.1%. Padahal literatur
yang tidak berbeda. Begitu juga pada logam-logam lainnya seperti, kuningan yang
12
juga ralat nisbinya adalah 2x 10
%. Merupakan ralat terkecil persentase
nisbinya.
Praktikan mendapatkan rekan kerja yang maksimal sehingga ralatnya
sangat kecil dan kesalahan-kesalahan terjadi lebih sedikit dari minggu-minggu
sebelumnya yang dilakukan oleh praktikan yang mana pada minggu sebelumnya
mendapatkan ralat yang lumayan yaitu diatas 2% namun pada praktikan kali ini.
Praktikan sangat berhati-hati yang menyebabkan nisbinya dibawahnya 1%.
Walaupun ralat nisbinya di bawah 1% tetap terjadi kesalahan yang
menyebabkan masih terjadinya perbedaan jauh antara literatur dengan hasil
praktikum. Dari analisa kesalahan dapat kita simpulkan bahwa masih banyak hal
yang belum dipahami oleh praktikan dan masih belum telitinya praktikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Pemuaian adalah bertambahnya panjang suatu benda karena perubahan
suhu atau menerima kalor.
2. Perubahan suhu sebanding dengan pertambahan panjang.
3. Pemuaian linier mempunyai koefisien muai linier. Mencarinya dengan
koefisien muai linier adalah perubahan panjang dibagi panjang awal yang
dikalikan dengan perubahan suhu.
4.2. SARAN
Koefisien Muai Linear( P7)
167
Sistem Komputer
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai linier, koefisien muai luas, dan
koefisien muai volume?
a. Koefisien muai linier adalah bertambahnya ukuran panjang suatu
benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran
panjang suatu benda karena menerima kalor.
b. Koefisien muai luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda
karena menerima kalor.
c. Koefisien muai volume adalah bertambahnya volume suatu benda
karena menerima kalor.
2. Tetukan satuan dan dimensi dari koefisien muai linier, koefisien muai luas,
dan koefisien muai volume!
Koefisien Muai Linear( P7)
168
Sistem Komputer
o (cm)
t1
2.
3.
t2