Anda di halaman 1dari 17

( KOEFISIEN MUAI LINIER)

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
2013/2014

Oleh :
SISTEM KOMPUTER

KOORDINATOR JURUSAN
FAJAR GUNTARA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


LABORATORIUM DASAR
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


KOEFISIEN MUAI LINIER
2013/2014

Oleh :
SISTEM KOMPUTER

Padang, November 2013

Disetujui :

Koordinator Umum

Koordinator Jurusan

(LINA MUAWANAH NASIR)

(FAJAR GUNTARA)
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
a. Mempelajari proses pemuaian panjang dari logam
b. Mencari koefisien muai linier berbagai jenis logam
1.2 LANDASAN TEORI
Pemuaian adalah bertambah nya ukuran suatu benda karena pengaruh
perubahan suhu atau bertambah nya ukuran suatu benda Karena menerima

kalor .Pemuaian terjadi pada zat padat, zatcair, dan zat gas.Pemuaian pada zat
padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang untuk satu dimensidan pemuaian
volume untuk 3 dimensi.Sedangkan pada zatcair dan zat gas hanya muai volume
saja, khususnya padazat gas biasanya diambil nilai koefisien muai volumenya
sama dengan 1/273.
Pada umumnya ukuran suatubenda akan berubah apabila suhunya berubah.
Koefisien muai panjang suatu benda adalah perbandingan antara pertambahan
panjang terhadap panjang awal benda persatuan pernaikan waktu.
Jika suatu benda padatdi panaskan maka benda tersebut akan memuai kesegala
arah, dengan kata lain bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Alat untuk membandingkan muai panjang dari berbagai logam
adalah suatu muschen brock.Ketika tiga batang logam yang berbagai jenis
(tembaga, aluminium, besi) dan sama panjang walaupun panjangnya dari ketiga
logam mengalami kenaikan suhu yang sama. Tetapi pertambahan panjangnya
berbeda.
Peristiwa yang mengikuti penambahan temperature pada bahan adalah
perubahan ukuran dan keadaannya. Keadaan temperature akan mengakibatkan
terjadinya penambahan jarak rata-rata atom bahan. Hal ini mengakibatkan
terjadinya pemuaian atau ekspensi pada seluruh padatan tersebut. Penambahan
dimensi linier disebut muai linier.Pada pemuian panjang nilai lebar, panjang,dan
tebal sangat kecil bila dibandingkan nilai panjang. Sehingga nilai lebar dan tebal
dianggap tidak ada.

Sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan dan mengecil bila di
dinginkan. Banyak pemuaian atau menajadi kecil bervariasi tergantung pada jenis
material.
L0
T0
L
T
L
Berdasarkan eksperimen yang diamati perubahan panjang ( L ) sebanding
dengan perubahansuhu untuk hamper semua benda padat. Perubahan panjang juga
sebanding dengan panjang mula-mula L sepert igambar diatas.
Kesetaraan ini dapat ditulis :
L=L0T
L=L0(1+T)
Keterangan :
L = Pertambahan panjang
L = Panjang akhir
L0= Panjang awal
= Koefisien muai panjang
Besarnya koefisien muai linier ditentukan oleh bahan pembentuk logam.
Dalam eksperimen untuk pengukuran koefisien ini dilakukan dengan mencari
perbedaan panjang ( L ) dari batang yang ditempatkan pada ruang dengan sumbu
t1 dan pada uap panas pada t2 perubahan panjang sebanding dengan panjang awal
L1 dan penambahan suhu t2-t1, Koefisien muai linier dapat ditulis:
= L
1
L2
t2-t1
Nilai koefisienmuai linier adalah konstan dan besarnya tergantung jenis
benda koefisien.Koefisien ini telah di ukur dengan sangat teliti.Untuk sebagian
besar zat dengan contoh, kalau suhu sepotong baja dengan panjang tertentu naik 1
panjang baja itu akan bertambah 0,0001 demikian juga potongan baja itu
akan berkurang panjangnya dengan factor yang sama apabila turun 1

Pertambahan panjang setiap zat berbeda-beda tergantung pada koefisien zat.


Pertambahan panjang zat padat untuk 1

pada zat sepanjang 1 m disebut

koefisien muai panjang ( ).


Koefisien
Zat

Muai

Panjang

Alumunium

0,000024

Perunggu

0.000019

Besi

0,000012

Grafit

0,000079

Kaca

0,000029

Baja

0,000011

Pemuaian yang terjadi pada zat dapat berupa muai panjang, muai luas, dan
muai volume. Koefisien muai panjang alumunium jauh lebih besar dari tembaga
maupun besi sehingga pertambahan panjang yang terbesar terjadi pada
alumunium, tembaga, kemudian besi. Muai luas pada logam yang berbentuk
lempengan tipis (berupa segi empat, segitiga, atau lingkaran), ukuran volume
dapat diabaikan, ketika lempengan tersebut mendapat pemanasan, maka yang
dapat diamati hanya pemuaian luas saja. Dengan kata lain, zat padat tersebut
mengalami muai luas.
Muai luas dapat diamati pada kaca jendela saat suhu udara panas, dan suhu
kaca menjadi naik sehingga terjadi pemuaian, maka kaca memuai lebih besar dari
pemuaian bingkainya, akibatnya kaca terlihat terpasang sangat rapat pada bingkai.
Benda yang mengalami muai luas akan menjadi lebih besar dari semula.
Pemuaian yang terjadi pada sebuah benda padat ketebalannya jauh lebih kecil
maka yang terjadi adalah muai luas. Pada zat cair hanya dikenal muai volume.
Makin tinggi perubahan suhu maka makin tinggi perubahan volume zat cair.
Perubahan volume zat car antara satu dengan yang lainnya berbeda mekipun
volume zat cair mula-mula sama. Untuk seluruh zat cair pemuaian makin besar
jika kenaikan suhu bertambah. Pemuaan zat cair dapat dimanfaatkan pengguanaan
termometer zat car, biasanya zat cair yag digunakan adalah air raksa atau alkohol.

BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Alat dan Bahan
1.Set peralatan muai panjang
2. Dial gauge
Berfungsi untuk :
- untuk mengukur kerataan bidang datar.
- untuk mengukur kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros
- untuk mengukur kebengkokan poros, tun out,kesejajaran dan lain-lain
3. Termometer
Berfungsi untuk mengukur suhu
4. Beberapa logam uji.
2.2 Cara kerja
1. Alat dan bahan disiap kan
2. Batang logam yang akan diukur dimasukan kedalam peralatan muai linear, dan
thermometer dipasang tepat menempel pada batang logam
3. Panjang batang logam di ukur dan suhu mula-mula logam dicatat
4. Batang logam dipanaskan hingga terjadi pemuaian yang ditunjukan oleh alat
dial
gauge atau indicator
5. Perubahaan suhu dan panjang ang telah memuai dicatat
6. Pada jenis logam yang berbeda lakukan hal 1-4

2.3 Skema alat

Keterangan
1.
2.
3.
4.

Logam uji yang digunakan


Spiritus
Thermometer
Dial gauge

BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN


3.1 JURNAL

JURNAL
KOEFISIEN MUAI LINEAR (P7)
Jenis logam : Kuningan
No
1.
2.
3.

L0 (cm)
45

t 1 (s)
27
27
27

T 2 (s)
27,5
27,5
27,5

S
5
8
11

L (cm)
0,005
0,008
0,011

0,000055
0,000017
0,000036

t 1 (s)
27
27
27

T 2 (s)
28
29
31

S
5
20
15

L (cm)
0,005
0,01
0,015

0,000108
0,000434
0,001304

t 1 (s)
27
27
27

T 2 (s)
29,5
30
31

S
5
8
11

L (cm)
0,005
0,008
0,011

0,000272
0,00053
0,000977

Jenis logam : Aluminium


No
1.
2.
3.

L0 (cm)
46

Jenis Logam : Tembaga


No
1.
2.
3.

L0 (cm)
45

Mengetahui :
Asisten

Padang, 4 oktober 2013


Praktikan

VIVI LISPA YENTI

RAHMAT ZAITUL IKHLAS


NO BP: 131511034

Rekan kerja :
1.UMMU HANI DWIREFTI
2.MARREZA RIFA SAPUTRA

3.2 PERHITUNGAN

A. Logam Aluminium
L0 = 46 cm
T1 = 27
T2 = 28
= T2-T1 = 28-27 = 1

L = S x Ketelitian = 0,05 mm = 0,0005 cm


=

L
L0T

0,005
46 cm x 1

= 0,000108 /

Tabel
No
1.
2.
3.

Tabel ralat
No
1.
2.
3.

L0

T1

T2

L (cm)

46

27
27
27

28
29
31

5
10
15

0,005
0,01
0,15

0,000108
0,000434
0,001304

128 x 10 -8

RM =

128 x 10-8)

= 6,4 x 10 -7
RN =

RM

0,00061
0,00061
0,00061

( - )
-502 x 10 -6
-0,00017
-0,000654

( - )2
25 x 10-8
63 x 10-8
48 x 10-8

0,000108
0,000434
0,001304

6,4 x 10

x 100%

= 0,1049 %

B. Logam Kuningan
L0 = 45 cm
T1 = 27 oC
T2 = 27,5 oC
L=S x ketelitian=0.005 cm
= L
Lo . L
=

0,005
45 x 0,5
= 0,000055 / oC
Tabel
No
.
1.
2.
3.

Lo

T1

T2

L cm

45

27
27
27

27,5
28
28,5

5
8
11

0,005
0,008
0,011

0,00005
0,00017
0,00036

Tabel Ralat

No
.
1.
0,00005
2.
0,00017
3.
0,00036

RM = =

()

5,8 x 10-4
5,8 x 10-4
5,8 x 10-4

(7,5 x 107)
2

=3,75 x 10-7

RN = 3,75 x 10-7 x 100%


5,8 x 10-4
RN = 0,064 %

-5,3 x 10-4
-4,1 x 10-4
-5,5 x 10-4
=7,5 x 10-7

()
2,8 x 10-7
1,6 x 10-7
3,2 x 10-7

C. Logam Tembaga
L0 = 45 cm
T1 = 27 oC
T2 = 27,5 oC

L=S x ketelitian=0.005 cm

= L
Lo . T
=0,000272/

Table
no
1
2
3

Lo

T1

45

27

T2
29,5
30
31

L(cm)
0.0005
0,0008
0,011

S
5
8
11

0,00027
2
0,00053
0,00097
7

Tabel ralat
N
o
1
2
3

(- )

(- )2

0,000272
0,00053
0,000977

5,93 x 10-4
5,93 x 10-4
5,93 x 10-4

-32,1x10-5
-6,3x10-5
3,84x10-5

1,03x10-7
3,9x10-9
1,4x10-7
2,4x10-7

RM =

2,4 x 107
=1,2 x 107
2

1,2 x 107
RN =
x 100 =2,02 x 1012 %
7
5,93 x 10

3.3 ANALISA
Pada percobaan yang dilakukan dengan tujuan mengetahui dari berbagai
koefisien linier pada logam tertentu. Bagaimana hubungan antara suhu yang
diberikanapakah member dampak pada logam yang diuji. Dimana logam uji yang
digunakan diantaranya adalah aluminium, kuningan, dan tembaga. Pada
aluminium dilakukan 3 kali percobaan supaya hasilnya akan mendekati kepastian.
Pada 3 kali percobaan yang dilakukan pada aluminium percobaan pertama
mendekati literature yang mana koefisien logam aluminium adalah 0.000024.
namun pada percobaan yang kedua justru lumayan jauh berbeda dengan literature
yang ada.
Pada percobaan untuk logam tembaga juga dilakukan 3 pengukuran agar
hasilnya mendekati literature. Jika dibandingkan dengan literature yang ada hasil
praktikum kali ini mendekati literature. Dimana hasil dari pengukuran yang
dilakukan pada praktikum adalah 0.000272 pada percobaan pertama, begitu juga
dengan percobaan kedua maupun percobaan ketiga yang hasilnya tidak jauh beda
dengan literature. Literature untuk logam kuningan adalah 0.000019.
Percobaan untuk logam kuningan tidak jauh beda dengan percobaan logam
tembaga dan logam aluminium. Berdasarkan hsail yang didapatkan dari praktikum
diperoleh koefisien muai linier dari logam kuningan adalah 0.000055. inilah yang
merupakan paling mirip dengan literature. Walaupun pada percobaan pertama
hasilnya tetap mirip dengan literature yang diberikan.
Penyebab hsail praktikum ini memusakan dikarenakan oleh beberapa hal,
namun ada juga hasil praktikum kali ini yang berbeda dengan literatur yang
disebabkan juga oleh beberapa hal. Kesalahan yang mungkin terjadi kali ini
karena berbagai kesalahan diantaranya kesalahan acak yang menyebabkan ralat
nisbih diatas 1%. Dari analisa kesalahan masih banyak praktikan yang belum
mengerti. Ketika melakukan praktikum, praktikan masih kurang tepat melihat dari
dial gaugenya. Dan juga kesalahan sistematis yang menyebabkan susunan kacau.

Selain kesalahan acak dan sistematis juga ditemukan kesalahan oleh


praktikan seperti bahanbakarnya kurang pas sehingga suhu yang dihasilkan juga
tidak mempengaruhi dari pertambahan panjang logam karena perubahan suhu hal
ini disebut koefisien muai linier. Dimana ketika suhu semakin dinaikan maka
pertambahan panjang sebanding dengan kenaikan suhu. Begitu juga pada kaca
yang sering kita lihat dirumah kaca itu akan semakin memuai jika suhu
lingkungan meningkat. Hal demikian juga terjadi pada logam yang di uji oleh
praktikan. Dimana pada keadaan tertentu seperti semakin panas maka logam
dengan sendirinya akan memanjang.
Ketika melakukan praktikum yang menyebabkan terjadinya perbedaan
antara literature dan juga hasil praktikum. Adalah kesalahan yang tidak
seharusnya terjadi. Namun pada praktikum minggu ini praktikan mendapatkan
hasil ralat mutlak dibawah 1%. Atau bahkan tidak ada yang di atas 5%. Seperti
pada logam aluminium praktikan menemukan ralat nisbinya adalah 0.1%. padahal
literature yang tidak berbeda. Begitu juga pada logam-logam lainnya seperti
12
kuningan yang juga ralat nisbinya adalah 2x 10
%. Merupakan ralat terkecil
persentase nisbinya.
Praktikan mendapatkan rekan kerja yang maksimal sehingga ralatnya
sangat kecil dan kesalahan-kesalahan terjadi lebih sedikit dari minggu-minggu
sebelumnya yang dilakukan oleh praktikan yang mana pada minggu sebelumnya
mendapatkan ralat yang lumayan yaitu diatas 2% namun pada praktikan kali ini.
Praktikan sangat berhati-hati yang menyebabkan nisbinya dibawahnya 1%.
Walaupun ralat nisbinya di bawah 1% tetap terjadi kesalahan yang
menyebabkan masih terjadinya perbedaan jauh antara literature dengan hasil
praktikum. Dari analisa kesalahan dapat kita simpulkan bahwa masih banyak hal
yang belum dipahami oleh praktikan dan masih belum telitinya praktikan.

BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Pemuaian adalah bertambahnya panjang suatu benda karena perubahan
suhu atau menerima kalor.
2. Perubahan suhu sebanding dengan pertambahan panjang.
3. Pemuaian linier mempunyai koefisien muai linier. Mencarinya dengan
koefisien muai linier adalah perubahan panjang dibagi panjang awal yang
dikalikan dengan perubahan suhu.
4.2. SARAN
Untuk pratikum selanjutnya, pratikan harus lebih bersabar, tidak ceroboh,
harus lebih teliti. Dan untuk ralat nisbi yang dibawah 1% harus ditingkatkan lagi.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai linier, koefisien muai luas, dan
koefisien muai volume?
a. Koefisien muai linier adalah bertambahnya ukuran panjang suatu
benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran
panjang suatu benda karena menerima kalor.
b. Koefisien muai luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda
karena menerima kalor.
c. Koefisien muai volume adalah bertambahnya volume suatu benda
karena menerima kalor.
2. Tetukan satuan dan dimensi dari koefisien muai linier, koefisien muai luas,
dan koefisien muai volume.
a. Koefisien muai linier mempunyai satuan C-1 dan dimensinya adalah
L-1.
b. Koefisien muai luas mempunyai satuan C -1 dan dimensinya adalah L2
-1.
c. Koefisien muai volume mempunyai satuan C-1 dan dimensinya adalah
L3 -1.
3. Apa yang mempengaruhi koefisien muai?
Yang mempengaruhi kofsien mua iadalah suhu dan kalor.
4. Buktikan bahwa koefsien mua iluas logam 2 koefsien muai linier.
5. Muai linier merupakan pemuaian koefsien muai panjang.

Alaasnnya karena koefisien muai volume merupakan benda yang 3


dimensi.
6. Buatlah bagan data pengamatan.
No
1.

o (cm)

t1

t2

2.
3.

DAFTAR PUSTAKA
Brillian, Jordi. 1999. INSTALASI FISIKA DAN KAJIANNYA. Bandung:
Alfabeta.
Tipler. 2004. FISIKA UNTUK SAINS DAN TEKNIK. Jakarta: Erlangga.
Yunus, Anshari. 2004. FISIKA MODERN. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai