Anda di halaman 1dari 22

EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DARI

LEMBAGA ZAKAT SAAT INI DAN KEDEPAN


(BAZNAS PROVINSI BANTEN)

Mata Kuliah
Ekonomi Pendidikan Islam
Altaf Syauqy Iqbal Saifani
NIM : 2022050800006

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Suhendar Sulaeman, M.S
Dr. Andry Priharta, MM
Dr. Oneng Nurul Bariyah M.Ag

PROGRAM DOKTORAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1444 H / 2023 M
A. LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk Indonesia per Juni 2016 mencapai 257 juta jiwa. Jika mengacu
hitungan akhir Biro Pusat Statistik bahwa orang miskin di Indonesia mencapai hampir 11
persen (10,86 persen), maka ada lebih dari 28 juta penduduk yang masuk kategori miskin. Di
sisi lain, meski jumlah umat Islam hari ini mencapai 85 persen, namun Muslim yang masuk
dalam kategori miskin secara presentase  lebih dari 85 persen.

Salah satu akar permasalahan pendidikan pada umumnya adalah pembiayaan. Orang
tua tidak memiliki dana cukup membiayai pendidikan anaknya karena pendapatan rendah,
tidak sebanding dengan tingginya biaya pendidikan yang harus ditanggung. Tidak memiliki
biaya adalah faktor rendahnya tingkat pendidikan menjadi faktor utama. Ketiadaan ilmu,
hilangnya kesempatan memperoleh Pendidikan akan  melahirkan ketidakmampuan untuk
mengoptimalkan apa yang dimilikinya, muaranya kemiskinan. Dalam sebuah hadits
Rasulullah menjelaskan bahwa “Kemiskinan bukan karena seseorang tidak memiliki satu atau
dua buah kurma, melainkan karena ketidakmampuan mengelola sumber daya”

Sebenarnya, kesadaran bahwa pendidikan penting, disadari oleh banyak lembaga


Islam. Muhammadiyah, saat ini, memiliki lebih dari 8 ribu sekolah mulai dari TK sampai
SMA. Beberapa lembaga amil zakat juga mulai memiliki program sekolah bebas biaya.
Meski secara umum, sekolah-sekolah Islam memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan
mutu dan daya saingnya terutama jika dibandingkan dengan sekolah Kristen dan sekolah
Katolik. Sebagai informasi, saat ini, ada lebih dari 5.000 sekolah Kristen dan 60 persen
berada di wilayah Timur.

Bukan hendak membandingkan sekolah Islam dengan sekolah non Islam, namun
ketika berbicara kemiskinan yang dialami mayoritas Muslim akibat rendahnya pendidikan,
sebenarnya kita telah memiliki solusinya, melalui zakat. Dalam buku Hukum Zakat, karya Dr
Yusuf Qardhawi, dinyatakan secara tegas bahwa seandainya kaum muslimin melaksanakan
kewajiban zakat sebagai rukun agama, tentu di kalangan umat tidak akan ditemukan lagi
orang-orang yang hidupnya sengsara.

“…. Kini mereka menjadi tanggungan penganut agama lain, sehingga pendidikan anak-
anaknya pun diserahkan ke sekolah-sekolah misi Kristen…. Bila mereka ditanya mengapa
mereka tidak mendirikan sekolah itu.. Mereka berkata, ”Kami tidak mempunyai biaya untuk
mendirikannya.”…
Memang tidak mudah berikhtiar dalam menjalankan program pendidikan. Dibutuhkan
kesabaran dan ketelatenan. Pendidikan bukanlah program pendek dengan hasil cepat.
Pendidikan adalah agenda panjang dengan Saat membuat sekolah bebas biaya bagi anak-anak
mustahik, maka dibutuhkan biaya besar untuk membangun infrastruktur awal dan biaya
yang lebih besar lagi untuk merawat para guru, pendidik anak-anak di sekolah.
Untuk sekolah-sekolah yang lahir dari inisiasi dari masyarakat, anggaran untuk hak para guru
seringkali mengagetkan para pendirinya. Lebih dari separuh biaya rutin sekolah
diperuntukkan untuk ini. Memuliakan para pendidik adalah budaya sangat dianjurkan dalam
Islam.
Zakat merupakan konsep ibadah yang diajarkan oleh agama Islam dengan
memberikan berbagai kemaslahatan baik untuk mustahik (penerima zakat) maupun muzakki
(pemberi zakat). Sebagai aset utama yang sangat berharga maka zakat dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan sosial masyarakat termasuk diantaranya permasalahan
pendidikan. Dalam hal ini peneliti hanya akan mengkonsentrasikan keterlibatan lembaga
Amil Zakat Baznas Provinsi Banten pada bidang pendidikan yang nantinya dapat dilihat
berbagai hal yang meliputi Potensi Zakat Provinsi Banten, Program Pendayagunaan Zakat
BAZNAS Provinsi Banten, Zakat untuk Pembiayaan Pendidikan, dan Alokasi
Pendayagunaan Zakat untuk Pendidikan di Provinsi Banten.

B. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN


1. POTENSI ZAKAT DI PROVINSI BANTEN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 38 Provinsi dan 520 Kabupaten
dan Kota dari sabang sampai merauke yang memiliki otonomi daerahnya masing-masing.
BAZNAS sebagai lembaga non struktural (LNS) yang diamanahi undang-undang mengelola
zakat secara nasional juga terdapat diseluruh level daerah yaitu BAZNAS Pusat, BAZNAS
Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. Selain BAZNAS, pengelolaan zakat di Indonesia
juga dibantu oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang juga berada di setiap level daerah. Setiap
Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) juga memiliki kewenangan untuk mengelola dana Zakat,
Infak Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (ZIS DSKL) di daerahnya masing-
masing, dan melaporkan pengelolaan zakatnya ke level yang lebih atas dan juga ke
pemerintah daerah masing-masing. Untuk meningkatkan jumlah pengumpulan ZIS di setiap
daerah perlu diketahui apa yang menjadi potensi ekonomi terbesar di suatu wilayah sehingga
strategi pengumpulan yang diterapkan tepat sasaran.
Pada tahun 2019, Puskas BAZNAS telah menyusun sebuah instrumen untuk memetakan
potensi zakat tidak hanya pada level nasional tetapi juga dapat diukur pada skala daerah
(provinsi dan kabupaten/kota). Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) merupakan alat ukur
perhitungan potensi zakat suatu wilayah yang mencakup seluruh objek zakat (Puskas
BAZNAS, 2019). Pada tahun 2019 IPPZ dilakukan secara nasional di 34 Provinsi di seluruh
Indonesia, hanya saja belum diuraikan berdasarkan potensi zakat kota dan kabupaten.
Berdasarkan IPPZ per tahun 2019, potensi zakat Indonesia tercatat senilai Rp.233,8 triliun
atau setara dengan 1,72% dari PDB tahun 2018 yang senilai Rp.13.588,8 triliun (Puskas
BAZNAS, 2019). Tahun 2019, zakat perusahaan memiliki potensi sebesar Rp.6,71 triliun.
Adapun kemudian di tahun 2020 potensi zakat perusahaan mencapai angka Rp.144,5 triliun.
Dengan kata lain, total potensi zakat di Indonesia pada tahun 2020 adalah Rp.327,6 triliun 1
(Puskas BAZNAS, 2020).

Salah satu aspek penting dalam peningkatan pengelolaan zakat adalah penerapan strategi
pengumpulan zakat yang tepat sasaran. Sebagaimana tercantum dalam pilar pengumpulan
pada Rencana Strategis (Renstra) BAZNAS RI tahun 2020 - 2025 terdapat target optimalisasi
potensi zakat nasional. Program prioritas untuk mencapai target tersebut adalah pemetaan
potensi zakat dan kebijakan strategi optimalisasi potensi berbasis wilayah dan jenis zakat
berbasis kabupaten/kota di Indonesia. BAZNAS RI pada tahun 2022 telah berhasil
memetakan seluruh potensi zakat kabupaten/kota di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat pasal 4 disebutkan bahwa BAZNAS
Provinsi membentuk UPZ BAZNAS Provinsi pada institusi antara lain (a) kantor instansi
vertical, (b) kantor satuan kerja perangkat daerah/lembaga daerah provinsi, (c) badan usaha
milik daerah provinsi, (d) perusahaan swasta skala provinsi, (e) perguruan tinggi, pendidikan
menengah atau nama lainnya dan (f) masjid raya.

Potensi zakat BAZNAS Provinsi yang dipetakan dalam kajian adalah objek zakat
penghasilan ASN dan Non ASN, zakat perusahaan BUMD provinsi, dan zakat ritel.
Berdasarkan uraian diatas, kajian ini bertujuan untuk memetakan potensi zakat BAZNAS
Provinsi di Indonesia dan menyusun strategi optimalisasi pengumpulan zakat berdasarkan
potensi yang telah dipetakan

1
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS) Jakarta : 2022 hal 7
Provinsi Banten dengan total masyarakat yang beragama muslim sebesar 95% 2
berdasarkan Pemetaan potensi zakat sebagai upaya pengukuran potensi zakat skala provinsi
yang meliputi objek zakat penghasilan ASN dan Non ASN, zakat perusahaan BUMD
provinsi, dan zakat ritel maka Potensi Zakat Provinsi Banten sebesar 105 Milyar.

1) Potensi Zakat Penghasilan ASN


a. Potensi Zakat Penghasilan Guru Provinsi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 disebutkan bahwa pemerintah provinsi bertanggung jawab atas pendidikan setingkat
SMA/SMK. Regulasi tersebut berdampak pada pengalihan status guru ASN SMA/SMK
yang sebelumnya berada di bawah pemerintah daerah kabupaten/kota menjadi ASN
provinsi.
Provinsi Banten memiliki Satuan Pendidikan Jenjang SMA sebesar 161 dan jenjang
SMK sebesar 91 dengan jumlah guru 10.490 jiwa dengan potensi zakat sebesar 11,8
milyar
b. Potensi Zakat Penghasilan Zakat ASN Non Guru
Potensi Zakat Penghasilan Zakat ASN Non guru untuk provinsi Banten 10,2 Milyar
c. Potensi Zakat Penghasilan ASN Dosen Provinsi Banten dengan Jumlah PTN
sebanyak 2 dan Jumlah Dosen sebanyak 1473 dengan potensi zakat 1,7 milyar
2) Potensi Zakat Penghasilan Non ASN

Potensi zakat penghasilan non ASN terdiri dari potensi zakat penghasilan guru swasta,
dosen PTS, pegawai BUMD dan karyawan industri skala provinsi.

a. Potensi Zakat Penghasilan Guru Swasta


Jumlah SMA dan SMK swasta pada tahun 2021 di Provinsi Banten mencapai 438 unit
setingkat SMA dan 658 unit setingkat SMK dengan jumlah guru mencapai 14.310
jiwa, potensi zakat penghasilan guru swasta di Provinsi Banten yaitu 10,2 Milyar.
b. Potensi Zakat Penghasilan Dosen PTS
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi jumlah
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) pada tahun 2021 di Banten sebanyak 118 unit 3
dengan jumlah dosen mencapai 9.171 jiwa. Potensi zakat penghasilan dosen PTS di
Indonesia mencapai Rp.6,5 miliar.
2
Kemenag 2022
3
PTS dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
c. Potensi Zakat Penghasilan Pegawai BUMD
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2020 tentang Statistik Keuangan Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, jumlah pegawai BUMD
Provinsi Banten mencapai 2.124 jiwa. Potensi zakat penghasilan pegawai BUMD
Provinsi mencapai Rp. 4 miliar.
d. Potensi Zakat Penghasilan Karyawan Industri Skala Provinsi
Potensi zakat penghasilan karyawan industri skala provinsi mencapai Rp.49,3 miliar.
e. Potensi Zakat Perusahaan
Potensi zakat perusahaan provinsi dihitung dari nilai laba perusahaan milik daerah
(BUMD). Total laba BUMD Provinsi Banten pada tahun 2020 mencapai Rp. 187,6
Milyar dengan potensi zakat perusahaan BUMD sebesar Rp.4,7 miliar.
f. Potensi Zakat Ritel
Berdasarkan PP No 14 tahun 2014 Selain pengumpulan melalui UPZ, BAZNAS dan
LAZ Provinsi juga dapat melakukan pengumpulan zakat secara langsung atau retail.
Potensi zakat ritel dan industri skala provinsi di Banten mencapai 6,5 Milyar.

Dari sekian Potensi Zakat yang ada, Baznas Provinsi Banten Mengalokasikan Dana
Zakat untuk bidang Kemanusiaan mengingat virus covid 19 melanda Indonesia.

Table penerima manfaat zakat per januari - desember 2021.4

No Uraian Realisasi
1. Penerimaa Manfaat Bidang Pendidikan 1.517
2. Penerimaa Manfaat Bidang Kesehatan 44
3. Penerimaa Manfaat Bidang Kemanusiaan 15.599
4. Penerimaa Manfaat Bidang ekonomi 237
5. Penerimaa Manfaat Bidang Dakwah dan Advokasi 317
TOTAL 17.714

3) Optimalisasi Potensi Zakat Skala Provinsi

Berdasarkan hasil penghitungan Potensi zakat di wilayah Provinsi Banten sebesar 105,0
Milyar rupiah. Adapun Rata-rata Indeks Literasi Zakat (ILZ) di Banten adalah 64,07%, maka
angka optimalisasi pengumpulan zakat mencapai Rp. 67,27 Milyar.
4
Buku Laporan UPZ Baznas Banten 2021
4) Strategi Optimalisasi Zakat

Dari hasil pemetaan potensi zakat skala provinsi diatas diperlukan strategi yang
sifatnya lebih teknis dan operasional agar potensi zakat dapat dikelola secara optimal. Berikut
ini adalah strategi optimalisasi zakat skala provinsi.

a. Mengkoordinir dan mengoptimalkan pengelolaan zakat melalui pembentukan UPZ


BAZNAS Provinsi pada kantor instansi vertical, kantor satuan kerja perangkat
daerah/lembaga daerah provinsi, badan usaha milik daerah provinsi, perusahaan
swasta skala provinsi, perguruan tinggi, dan masjid raya.
b. Dalam meningkatkan pengumpulan ritel perlu banyak melakukan kampanye zakat di
kawasan yang ramai di kunjungi misalnya tempat wisata yang dikelola oleh Provinsi.
c. Bekerjasama dengan gubernur untuk optimalisasi pengumpulan zakat di wilayah
SKPD.
d. Sinergi dengan tokoh-tokoh pesantren dan pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam
untuk penguatan pengumpulan zakat.
e. Melakukan sharing knowledge dengan lembaga zakat lainnya
f. Memaksimalkan infak natura kepada penyedia jasa pasang iklan billboard di pusat
keramaian. Sehingga BAZNAS Provinsi dapat memasang iklan gratis sebagai bentuk
infak perusahaan iklan tersebut.
g. BAZNAS Provinsi menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi untuk
pengumpulan zakat penghasilan guru SMA/SMK/ yang setara.
h. BAZNAS Provinsi menjalin Kerjasama dengan pelaku industri untuk
mengoptimalkan zakat perusahaan dan pendapatan dan jasa.
i. Program kerjasama BAZNAS Provinsi dengan dengan Direktur Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) Provinsi untuk mengumpulan zakat perusahaan dan karyawan
BUMD melalui pembentukan UPZ;
2. PROGRAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT BAZNAS PROVINSI BANTEN

Baznas Provinsi Banten mulai berkiprah berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun


2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten tanggal 17 Oktober 2000 sebagai wujud
merealisasikan motto Provinsi Banten “Iman dan Taqwa” serta untuk melaksanakan Undang-
undang di atas, Provinsi Banten telah dibentuk Badan Amil Zakat Daerah Provinsi Banten
dengan surat keputusan Gubernur Banten No. 451/Kep.184-Huk/2002 tanggal 3 Desember
2002. Pengurus BAZDA Provinsi Banten terdiri dari para ’alim ulama dan profesional.
dengan membawa Visi: “Menjadi Pilihan Pertama Menunaikan Zakat, Lembaga Utama
Menyejahterakan Umat” serta mempunyai misi :
 Membangun BAZNAS Banten yang kuat, terpercaya dan modern sebagai lembaga
pemerintah non-struktural yang berwenang dalam pengelolaan zakat.
 Memaksimalkan sosialisasi, edukasi dan literasi zakat di Banten dalam rangka
peningkatan pengumpulan ZIS-DSKL secara massif dan terukur.
 Memaksimalkan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS-DSKL untuk mengentaskan
kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan umat, dan mengurangi kesenjangan social.
 Membangun kemitraan antara muzaki, mustahik, instansi, Lembaga dan perusahaan
dengan mengoptimalkan ZIS dan DSKL serta dana CSR dalam pemberdayaan dan
penanggulangan kemiskinan.
 Memperkuat sistem perencanaan, pengendalian, pelaporan, pertanggungjawaban , dan
koordinasi pengelolaan zakat secara nasional di Provinsi Banten.
 Memperkuat kompetensi, profesionalisme, integritas, dan kesejahteraan amil zakat
BAZNAS Banten secara berkelanjutan.
 Modernisasi dan digitalisasi pengelolaan zakat di Provinsi Banten dengan system
manajemen berbasis data yang kokoh dan terukur.

BAZNAS Provinsi Banten mempunyai lima Macam Program ; Pertama Yaitu Banten
Cerdas Sebuah Program Kerja Baznas Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia Yang Utuh, Program Banten Cerdas Ini Salah Satu Programnya yaitu Satu Keluarga
Satu Sarjana (SKSS) dan Rumah Pintar Baznas. Kedua Banten Makmur, Sebuah program
kerja baznas dalam upaya meningkatkan kesejahteraan manusia, dimana masyarakat
diberikan sebuah kesempatan untuk berwirausaha guna mencapai kemakmuran hidup. Ketiga
Banten Taqwa, Sebuah program kerja baznas dalam upaya meningkatkan ketaqwaan
manusia, dimana masyarakat diberikan sarana prasarana untuk meningkatkan pengetahuan
religi dalam bidang agama Islam. Keempat Banten Sehat, Sebuah program kerja baznas
dalam upaya meningkatkan daya tahan kesehatan masyarakat, dimana masyarakat diberikan
sarana prasarana atau peralatan dan bantuan kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kelima Program Banten Peduli, Sebuah program kerja baznas dalam upaya
meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat, terutama bagi masyarakat lansia, dhuafa dan
anak yatim. Dimana masyarakat diberikan bantuan berupa sandang, pangan dan papan.5

Secara lebih terperinci Program BAZNAS Provinsi Banten yakni ;


5
(http://repository.uinbanten.ac.id (di akses pada tanggal 22 mei 2023)
1. Bidang Ekonomi

a. Insan Mandiri
b. Bantuan Modal Usaha (modal Bergulir/MB)
c. Balai Ternak
d. Kampung Zakat
2. Bidang Pendidikan
a. Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS).
b. Rumah Pintar BAZNAS.
c. Bantuan Pendidikan SLTA.
d. Bantuan Paket Sekolah
e. Penebusan Ijazah.
3. Bidang Kesehatan
a. Masjid Cemerlang (Bersih-Bersih Masjid)
b. Pengadaan fasilitas air bersih
c. Bedah Rumah
d. Bantuan biaya pengobatan dan alat kesehatan
4. Bidang Kemanusiaan
a. Santunan seumur hidup untuk lanjut usia (Lansia).
b. Bantuan orang terlantar (ibnu sabil)
c. BTB (BAZNAS Tanggap Bencana)
d. Kurban berdayakan desa
e. Pembangunan Hunian Tetap bagi Keluarga Penyintas bencana Tsunami di Tanjung Jaya
Panimbang-Pandeglang
5. Bidang Dakwah dan Advokasi
a. Santunan Guru Ngaji
b. Santunan Guru Madrasah
c. Bantuan Sarana Prasarana/Operasional Lembaga Pendidikan Keagamaan (LPK)
d. Bantuan Sarana Prasarana/Operasional Masjid/Mushola
e. Pesantren Ramadhan.
f. Buka Puasa Bersama Yatim dan Dhuafa
g. Fundraising zakat;
3. ZAKAT UNTUK PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Berdasarkan kesepakatan mayoritas para ulama/intelek Islam tentang fungsi sosial
zakat, maka dikembangkanlah satu kerangka pemberdayaan zakat untuk pembiayaan
pendidikan. Cara yang lazim digunakan adalah dengan menyalurkan dana zakat (selain infaq
dan sadaqah) sebagai sumber beasiswa bagi anak-anak muslim yang kurang mampu. Cara ini
lazim digunakan oleh Badan/Lembaga Amil Zakat di Indonesia.
Selain itu ada pula kerangka pengembangan pemberdayaan zakat yang tidak ditujukan
kepada perorangan, tapi disalurkan seperti untuk biaya operasional Pendidikan
disekolah/madrasah seperti bangunan fisik. Hal ini mengundang perdebatan, karena untuk
keperluan-keperluan tersebut tidak disebutkan secara tegas sebagai bagian dari delapan aṣnaf
yang berhak menerima zakat (mustahik). Sebagaimana diketahui delapan aṣhnaf yang berhak
menerima zakat adalah :
a. Kaum fakir (al-fuqarā’)
Definisi fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan, sangat
membutuhkan pertolongan orang lain.6 Yusuf Qaradawi menambahkan bahwa selain itu,
orang fakir juga tidak mampu bekerja atau tidak mempunyai keahlian dalam bekerja,
sehingga ia tergolong tuna-karya secara permanen. Mereka ini hendaknya disantuni hidupnya
dari harta zakat, baik melalui panti sosial, panti jompo dan lain sebagainya. Dengan tujuan
agar hidupnya terasa tenteram dan bermartabat sebagai seorang muslim.7
b. Kaum miskin (al-masākīn)
Definisi miskin adalah orang yang harta dan pekerjaannya tidak mencukupi untuk
keperluan hidup sehari-hari.8 Mereka ini hendaknya diberi dana zakat yang mencukupi untuk
menunjang usahanya agar keluar dari kemiskinan. Bagi yang belum mendapatkan pekerjaan
hendaknya diberi peralatan bekerja atau lapangan usaha yang layak untuk memenuhi
kehidupannya sehari-hari.9
c. Para pengurus zakat (al-‘āmilīn ‘alaiha)
Definisi amil zakat adalah orang yang ditunjuk untuk mengumpulkan, menyimpan,
membagikan dan membuat pembukuan dana zakat. Singkatnya, amil zakat adalah orang yang
bekerja untuk mengurus segala hal berkenaan dengan zakat. Mereka ini hendaknya
disediakan alokasi dana yang diambil dari dana zakat guna untuk pemberian insentif. Adapun
besar anggarannya adalah tidak boleh lebih dari seperdelapan dana zakat yang terkumpul.
d. Orang yang baru masuk Islam (al-muallafah qulūbuhum)
Muallaf yang berhak atas dana zakat terbagi empat macam, yaitu:

6
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Pedoman Zakat Seri 9., h. 81
7
Lukman Mohammad Baga, Sari Penting Kitab Fiqh Zakat Dr. Yusuf Al-Qaraḍawy, artikel dalam “Islamic
Network”, Mei 1997, h. 18.
8
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Pedoman Zakat Seri 9., h. 82.
9
Lukman Mohammad Baga, Sari Penting Kitab Fiqh Zakat Dr. Yusuf Al-Qaraḍawy, h.19
1) Muallaf yang imannya masih sangat lemah sehingga perlu dikuatkan dengan pemberian
dana zakat.
2) Muallaf yang mempunyai pengaruh di tengah kaumnya untuk ikut masuk Islam.
3) Muallaf yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk melindungi umat Islam dari
kejahatan kaum kafir.
4) Muallaf yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk mengatasi kaum yang
membangkan menunaikan zakat.
e. Budak yang hendak memerdekakan diri (fī al-riqāb)
Riqab adalah budak belian yang hendak menebus dirinya agar memperoleh kemerdekaan dari
tuannya. Mereka ini hendaknya diberi bantuan dana zakat sebesar yang ia perlukan untuk
menebus dirinya.
f. Orang yang terjerat hutang (al-ghārimīn)
Gharim yang berhak atas dana zakat ada tiga macam, yaitu:
1) Orang yang berhutang untuk menghindari dari fitnah, atau untuk
menyelesaikan/mendamaikan perkara/pertikaian yang melibatkan seorang yang saleh.
2) Orang yang berhutang demi kemaslahatan dirinya atau keluarganya.
3) Orang yang berhutang karena tanggungan sosial, seperti untuk kepentingan masjid,
madrasah dan sebagainya.
Syarat yang harus dipenuhi ghārim untuk mendapatkan zakat adalah sebagai berikut:
1) Ia tidak mempunyai harta untuk melunasi hutangnya
2) Hutangnya dipergunakan di jalan yang diperbolehkan dalam syari’at Islam
3) Hutangnya mendesak untuk segera dilunasi
4) Hutangnya berakibat suatu muḍarat bila tidak segera dilunasi.
g. Orang yang sedang dalam tugas agama (fī sabīlillah)
Definisi fī sabīlillah adalah jalan yang menjadi sarana menuju keridhaan Allah, baik
berupa ilmu maupun amal. Jumhur ulama mengartikannya dengan makna khusus jihad dalam
medan perang.
h. Orang yang sedang dalam perjalanan agama (ibn al-sabīl)
Ibn al-sabīl adalah orang yang sedang dalam perjalanan untuk maksud yang diridhai
Allah. Ia bisa memperoleh dana zakat dari negara/daerah yang dilalui. Adapun tujuannya
adalah untuk membantu dana perjalanannya jika diperlukan.10 Namun demikian ulama
kontemporer umumnya memandang bahwa untuk kategori fī sabīlillah mencakup segala hal

10
Abd. Rahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘alā al-Madhāhib al-Arba’ah, Juz 1., h. 626.
yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat, termasuk di dalamnya pendanaan kegiatan
dakwah dan pendidikan, pembangunan fasilitas umum dan sebagainya.
Oleh karena itu muncul gagasan bahwa pendayagunaan zakat juga dipergunakan
untuk keperluan pembiayaan proses penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Mulai gaji
guru dan tenaga kependidikan, fasilitas belajar, sarana pergedungan termasuk juga
operasional lembaga riset. Alokasi dana zakat yang dimanfaatkan tidak terbatas pada kategori
fī sabīlillah saja, tapi juga melalui kategori fakir, miskin, amil (sekolah berinisiatif sebagai
amil), fi sabilillah dan ibn al-sabil.11
Direktorat pemberdayaan zakat Departemen Agama RI juga menafsirkan golongan fi
sabilillah dalam arti luas yaitu sebagai usaha guna meninggikan syi’ar Islam. Hak fī sabīlillah
terhadap dana zakat dapat dipergunakan untuk kepentingan sosial keagamaan seperti untuk
membangun tempat ibadah, sekolah/madrasah, membuat irigasi/saluran air dan sebaginya.
Sedangkan ibn al-sabīl dapat dimasukkan di dalamnya para pelajar/ santri/mahasiswa yang
ada diperantauan, yang mengalami kesulitan biaya, baik biaya hidup maupun pendidikan.
Menurut Rafiqah Hidayati, masalah zakat bukan lagi melulu masalah umat Islam,
tetapi telah menjadi masalah bersama bangsa Indonesia. Peran pemerintah dan masyarakat
merupakan perwujudan amanah para pendiri bangsa, bahwa Pendidikan adalah hak dasar
warga negara, maka zakat dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan, tidak saja terkait
dengan amanat undang-undang, tetapi juga amanat agama untuk menuntut ilmu.12
Menurut Ahmad Supardi Hasibuan, perlu adanya penyegaran pemahaman tentang
zakat, sehingga dengan demikian konsepsi zakat berubah dari konsep yang bersifat konsumtif
menjadi konsep yang bersifat produktif. Perubahan paradigma menuju paradigma yang baru
tersebut dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Merubah pandangan yang menyatakan bahwa zakat adalah bersifat sukarela dan belas
kasihan orang kaya terhadap fakir-miskin, menjadi zakat adalah merupakan perintah
Allah dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan.
2) Zakat dibayarkan setelah satu tahun, menjadi zakat dibayarkan tidak mesti satu tahun
tapi dapat dicicil tiap bulan (sistem kredit).
3) Zakat adalah untuk kiyai, tuan guru ngaji, menjadi zakat adalah untuk delapan aṣhnaf.

11
Muhammad Ali, Zakat Progresif untuk Pengembangan Pendidikan, (Jakarta: PP. Muhammadiyah,
2001).
12
Rafiqah Hidayati, Pengelolaan Zakat untuk Pendidikan, dalam “Kabar Indonesia” Tanggal 2 Juni
2008.
4) Zakat yang pada mulanya diserahkan secara langsung kepada perorangan, menjadi zakat
diserahkan melalui Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan
diserahkan kepada sekelompok orang.
5) Zakat harus dibagi delapan aṣnaf sama besar, menjadi zakat dibagi secara prioritas sesuai
kebutuhan yang paling mendesak.
6) Zakat dikelola secara konsumtif murni, menjadi zakat harus dikelola secara produktif.
7) Zakat hanya dapat dirasakan seketika, menjadi zakat harus bermanfaat ganda dan bersifat
jangka panjang.
8) Zakat cenderung tidak mendidik, menjadi zakat harus mendidik masyarakat keluar dari
kemiskinan yang menyelimutinya.
9) Hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah yang terdapat dalam konsep fiqh klasik,
menjadi hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah semua perolehan dan
penghasilan yang baik.
10) Zakat dianggap mengurangi kekayaan muzakkī, menjadi zakat justru menambah dan
memberkahi kekayaan muzakki.13
Selanjutnya agar penyaluran zakat dapat mengakomodir kepentingan umat secara luas,
maka pendistribusian zakat perlu memperhatikan sektor-sektor kehidupan sebagai berikut:
1) Lingkaran masalah ekonomi, meliputi pendapat masyarakat yang relatif rendah akibat
kekurangan modal usaha, kurang mampu dalam menggarap lahan pertanian dan
lemahnya kinerja dalam bidang agribisnis.
2) Lingkaran masalah sektor agama seperti lembaga pendidikan agama dan kelompok
masyarakat yang bergerak dalam bidang keagamaan seperti gharim, imam, juru dakwah,
guru TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an), guru MD (Madrasah Diniyah), petugas
kematian dan lain sebagainya yang kurang mendapat perhatian dari masyarakat.
3) Lingkaran masalah sosial kemasyarakatan seperti kurangnya sarana dan fasilitas
pelayanan umum (poli klinik, modal usaha, koperasi bagi petani kecil dan sebagainya).
4) Lingkaran masalah perkantoran seperti golongan tertentu yang harus diberdayakan, dan
perlu penanganan khusus (musibah, sakit dan beban hutang).
5) Lingkaran masalah lingkungan perusahaan seperti masalah pendidikan, rumah ibadah,
pemberdayaan ekonomi masyarakat berupa pertaniaan dan pelayanan sosial.34
Terkait dengan hal tersebut, dalam buku pedoman zakat dijelaskan bahwa pola
pemberdayaan zakat ada empat macam, yaitu:

13
Ahmad Supardi Hasibuan, Menyegarkan Pemahaman Tentang Zakat, dalam http://depag.go.id. 2007.
1) Konsumtif tradisional, yaitu zakat yang dibagikan kepada mustahik untuk memenuhi
kebutuha sehari-hari para aṣnaf.
2) Konsumtif kreatif, yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain, seperti diberikan
dalam bentuk alat-alat sekolah, beasiswa, cangkul, gerabah dan sebagainya.
3) Produktif tradisional, di mana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang
produktif, seperti kambing, sapi, alat cukur, alat pertukangan, mesin jahit dan lain-lain.
Pemberian dalam bentuk ini dapat memfasilitasi produktivitas kerja fakir-miskin.
4) Produktif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan bergulir, baik untuk
permodalan protek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal pengusaha
kecil.
Berdasarkan kategori tersebut, maka pemberdayaan zakat untuk Pendidikan termasuk
dalam zakat konsumtif kreatif. Cara yang biasa dialakukan adalah melalui bantuan
pendidikan dan beasiswa. Biasanya lembaga pendidikan Islam yang ada seperti, madrasah
yang berstatus swasta, tentu sangat memerlukan bantuan. Di samping bantuan dana, juga
memerlukan bantuan guru, kelengkapan buku/ referensi dan lain sebagainya. Masalah lain
yang dihadapi oleh masyarakat Islam adalah tingkat kehidupan sosial yang sebagian besar
memang masih jauh dari garis kecukupan, akibatnya banyak anak – anak yang tidak dapat
melanjutkan sekolah, bahkan tidak sedikit yang putus sekolah. Masalah-masalah seperti
inilah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan konsep atau program tertentu dalam rangka
pendayagunaan zakat, sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Islam.
Dalam hal ini program-program yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
bantuan kepada organisasi atau yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan, baik yang
berupa uang yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengurus, atau
berupa sarana pendidikan yang mendesak untuk disediakan. Bantuan tersebut dapat diberikan
secara insidental sebagai usaha memberikan perangsang atau juga secara rutin untuk
meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Selain hal tersebut dapat dilakukan juga dalam
bentuk bantuan beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu, sehingga dapat melanjutkan
pendidikan, minimal pendidikan dasar 9 tahun.

Dilihat dari aspek hukum, maka pemberdayaan zakat untuk pendidikan, khususnya
yang disalurkan kepada lembaga, bukan kepada individu, merupakan sebuah terobosan ijtihad
yang perlu diperkuat lagi. Sehingga umat Islam dapat menerimanya sebagai bagian ajaran
Islam. Terkait dengan ini, dapat kiranya berkaca terhadap ijtihadnya para pemimpin terdahulu
seperti, ijtihad yang dilakukan Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Khattab memanfaatkan zakat sebagai sumber anggaran negara, Ketika
seluruh aṣhnaf telah memperoleh haknya dari harta zakat. Dalam satu riwayat disebutkan
bahwa pada tahun pertama pemerintahan Umar bin Khattab, dana zakat mengalami surplus
1/3 dari total dana zakat yang masuk. Surplus tersebut dimasukkan ke dalam kas negara.
Tahun kedua terjadi surplus ½ dari total dana zakat. Pada tahun ketiga semua dana zakat
dikembalikan ke pemerintah pusat (kas negara), karena sudah tidak ada lagi mustahik, kerena
semua penduduknya sudah menjadi muzakki. Pada akhirnya dana tersebut dialihkan
pemanfatannya untuk keperluan sosial, termasuk pendidikan.

Sementara pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, sebagaimana diriwayatkan oleh
Abu Udaid, karena terjadi surplus, maka dana zakat dimanfaatkan untuk memberikan upah
kepada para karyawan, khususnya yang bergerak dalam bidang pendidikan. Namun karena
dana zakat masih melimpah, maka Umar bin Abdul Aziz menginstruksikan untuk
memberikan dana zakat tersebut kepada mereka yang berhutang dan tidak boros. Namun
dana zakat masih mengalami surplus, maka Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk
mencari orang lajang yag ingin menikah dan dibayarkan maharnya. Akhirnya Umar bin
Abdul Aziz juga memerintahkan untuk mencari orang yang kekurangan modal usaha, lalu
diberikan modal dari dana zakat yang masih melimpah di bait al-māl.

Dua kisah teladan tersebut hendaknya menjadi cermin upaya-upaya terobosan dalam
pengelolaan zakat secara bermanfaat bagi kepentingan umat. Kasus yang ada di Indonesia
saat ini sangat diperlukan pemberdayaan zakat untuk Pendidikan.

4. ALOKASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK PENDIDIKAN DI PROVINSI


BANTEN
a. SKSS (SATU KELUARGA SATU SARJANA)

Di Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Banten Selain melakukan pengumpulan zakat
memiliki program Satu keluarga Satu Sarjana (SKSS). Program SKSS Merupakan salah satu
program yang ada di Badan Amil Zakat Nasional Yang dikenal BAZNAS. Baznas Membuat
Terobosan di Bidang pendidikan dengan Menciptakan Program Satu keluarga Satu Sarjana
(SKSS).
SKSS Merupakan program pemberdayaan mahasiswa berprestasi dari kalangan
masyarakat kurang mampu melalui penyaluran beasiswa dengan pembinaan dan
pendampingan secara intensif. Program ini untuk Mahasiswa yang berasal dari keluarga yang
kurang mampu dan di antara anggota keluarganya belum pernah ada yang menempuh
pendidikan di jenjang perguruan tinggi.
Melalui Program SKSS diharapkan Keluarga tak mampu dapat menghasilkan sarjana
mandiri, mampu mengembangkan wilayah, sebagai solusi pemerataan pembangunan dan
pengurangan konsentrasi kemiskinan. Dan selanjutnya para lulusannya supaya menjadi duta
zakat pada masa yang akan datang. Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Banten dalam hal
ini telah memberikan kepada anak negeri Banten untuk mendapatkan beasiswa pendidikan
program satu keluarga satu sarjana yang berkuliah khususnya di Kampus Negeri yang ada di
Banten yaitu UNTIRTA dan UIN SMH BANTEN. Dari kedua kampus itu yang paling
banyak mendapatkan beasiswa tersebut yaitu Kampus UIN SMH BANTEN. Fasilitas yang
mereka dapatkan setelah menjadi penerima dana zakat program SKSS berupa Biaya UKT
Full 8 semester,dan Pembinaan Selama menjadi penerima dana zakat program SKSS. 14

Dari hasil analisa dan pembahasan tentang pendistribusian zakat pada program
beasiswa satu keluarga satu sarjana (SKSS) di Badan Amil Zakat Nasional provinsi Banten,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pendistribusikan zakat yang sudah terkumpul di
BAZNAS provinsi Banten. Pendistribusian zakat ini diberikan diberikan secara transfer dari
BAZNAS ke Bank untuk Pembayaran UKT. Penyaluran dana zakat program satu keluarga
satu sarjana di BAZNAS Provinsi Banten pada tahun 2019-2024 sudah tersalurkan dengan
baik, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dari BAZNAS Provinsi Banten.

b. ANAK ASUH DAN RUMAH PINTAR BAZNAS

Kegiatan anak asuh BAZNAS Banten dan rumah pintar BAZNAS Banten
Berdasarkan data yang dihasilkan, program pembinaan siswa SD, SMP, dan SMA sederajat
yang menerima manfaat program anak asuh BAZNAS Banten yakni kegiatan pembinaan di
rumah pintar BAZNAS setiap minggunya. Pembinaan anak asuh BAZNAS Banten dikelola
oleh relawan SKSS dalam program pembinaan setiap minggunya. Dalam setiap minggu,
muatan materi yang diajarkan berbedabeda sesuai dengan kesepakatan relawan SKSS selaku
tutornya. Pembinaan tersebut dilaksanakan di rumah pintar, oleh karenanya antara anak asuh
BAZNAS Banten dan rumah pintar BAZNAS juga Satu Keluarga Satu Sarjana memiliki
kesinambungan satu sama lain. Kegiatan rumah pintar BAZNAS Banten meliputi
pembelajaran dengan materi yang berbeda-beda dan telah direncanakan oleh relawan SKSS.

14
Ahmad Bukhori dkk, Peran Baznas Provinsi Banten Dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Masyarakat
Prasejahtera Melalui Program Banten Cerdas, Untirta Civic Education Journal, Vol. 5 No. 1, Desember 2020,
Hal.120
Di rumah pintar juga terdapat buku yang beragam yang dapat diakses masyarakat sekitar.
Saat ini BAZNAS Banten memiliki delapan rumah pintar,

Adapun hal yang dilakukan BAZNAS Prov. Banten tersebut senada dengan amanat
UU No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin pada pasal 7 ayat (1) yang
berbunyi “penanganan fakir miskin dilaksanakan dalam bentuk: a) pengembangan potensi
diri; b) bantuan pangan dan sandang; c) penyediaan pelayanan perumahan; d) penyediaan
pelayanan kesehatan; e) penyediaan pelayanan pendidikan; f) penyediaan akses kesempatan
kerja dan berusaha; g) bantuan hukum; dan/atau h) pelayanan sosial.

c. SASARAN PENERIMA MANFAAT

Sasaran kegiatan-kegiatan tersebut ialah para penerima manfaat program banten


cerdas terutama anak asuh BAZNAS dan SKSS. Para penerima manfaat tersebut untuk dapat
menerima manfaat itu dipilih berdasarkan ketentuan yang ditetapkan. Pada dasarnya sasaran
penerima manfaat ialah masyarakat yang berasal dari golongan fakir-miskin atau prasejahtera
dan memiliki kemauan dan kemampuan untuk berusaha memperoleh manfaat tersebut.

Masing-masing subprogram memiliki mekanismenya sendiri. Adapun kriteria khusus


yang menjadi syarat utama penerima manfaat program ialah harus orang yang kondisi
hidupnya prasejahtera/fakir miskin, dan khusus SKSS tidak memiliki anggota keluarga yang
sudah berstatus sarjana. Hal ini senada dengan dengan yang diamanatkan Undang-Undang
No.13 Tahun 2011 Penanganan Fakir Miskin pada pasal 3 huruf c yang berbunyi “ Fakir
miskin berhak memperoleh pendidikan yang dapat meningkatkan martabatnya”.

5. EFEKTIVITAS PENYALURAN DANA ZAKAT PENDIDIKAN DI BAZNAS


PROVINSI BANTEN

Suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai target yang harus
dicapai atau tujuannya. Dalam setiap Lembaga pasti ada target yang harus dicapai sesuai
dengan perencanaan dalam waktu satu tahun kedepan, begitu pula Baznas Provinsi
Banten yang memiliki target mengubah mustahiq hingga menjadi muzakki. Bahkan
Baznas Provinsi Banten slalu memiliki target disetiap programnya. Seperti pada program
Banten Cerdas yang ditargetkan untuk memberi pelayanan kepada pelajar sehingga
pelajar yang kurang mampu dapat bersekolah atau belajar hingga perguruan tinggi.
Dalam menentukan efektivitas penyaluran zakat, peneliti menganalisisnya
berdasarkan kriteria menurut Prof. DR. Sondang P. Siagian.15 Adapun kriterianya sebagai
berikut:
a. Kejelasan Tujuan Yang Hendak Dicapai.
Pada BAZNAS Provinsi Banten sendiri sudah memiliki tujuan yang dicapai yakni
membutuhkan kepercayaan muzakki agar zakatnya disalurkan oleh BAZNAS
Provinsi Banten dengan baik dah tepat sasaran dan mengubah mustahiq menjadi
muzakki dengan mengangkat kaum dhuafa melalui ekonomi produktif dan juga
berkeinginan menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Banten. Dalam
penerapannya, BAZNAS Provinsi Banten sedah mencapai salah satu tujuan yang
diinginkannya melalui program Banten Makmur yang tadinya mustahiq karena
adanya bantuan dari BAZNAS Provinsi Banten yang memberikan modal sekarang
sudah menjadi muzakki.
Dan untuk program Banten Cerdas ini sendiri, menurut peneliti BAZNAS Provinsi
Banten sudah mencapai tujuan yang dinginkannya seperti banyaknya siswa yang
kurang mampu untuk melanjutkan Pendidikan namun karena adanya bantuan dari
BAZNAS Provinsi Banten sehingga siswa yang kurang mampu tersebut mampu
melanjutkan pendidikannya bahkan sampai tingkat sarjana. Dan ini adalah tujuan dari
program Banten Cerdas itu sendiri.
b. Proses Analisa dan Perumusan Kebijakan Yang Mantap.
Dalam proses menganalisa dan merumuskan kebijakan, BAZNAS Provinsi Banten
sudah melakukannya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Seperti BAZNAS
Provinsi Banten Menyusun system pengelolaan mulai dari awal tahun sampai
mengadakan evaluasi dalam setiap kegiatan, dan dalam menganalisis data dan
merumuskan penyaluran zakat yang menggunakan skala prioritas dengan
mengutamakan mustahiq mana yang paling membutuhkan. Seperti halnya dalam
program Banten Cerdas pihak BAZNAS Provinsi Banten sangat teliti dalam
menentukan siswa siswa yang berhak menerima bantuan zakat Pendidikan, pihak
BAZNAS Provinsi Banten rela mengunjungi satu persatu rumah calon penerima
bantuan dengan tujuan agar bantuan tersebut benar-benar tepat sasaran sehingga para

15
Muhammad Rizal, Efektivitas Penyaluran Dana Zakat oleh BAZNAS Provinsi Banten melalui
Program Banten Cerdas. Kota Serang : UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2022 hal 66
muzakki pun percaya kepada pihak BAZNAS Provinsi Banten sehingga para muzakki
tidak ragu-ragu dalam memberikan dananya kepada BAZNAS Provinsi Banten.
c. Pelaksanaan yang Efektif
Pada tahun 2016 BAZNAS Provinsi Banten menyediakan dana untuk program
Pendidikan sebesar Rp.660.550.000 dan berhasil menyalurkan sebesar Rp.
625.633.000, dengan tingkat persentase 99%, pada tahun 2017 menyediakan dana
sebesar Rp.890.602.171 dan terealisasi sebessar Rp. 816.141.000, dengan tingkat
persentase 92% dan pada tahun 2018 BAZNAS Provinsi Banten menyediakan dana
cukup besar dengan dana Rp. 2.180.273.285 dan teralisasi sebesar Rp. 1.627.739.000,
dengan tingkat persentase 75%.
Jika dilihat efektif penyaluran dalam jumlah dana tersebut, BAZNAS Provinsi Banten
sudah melakukannya dengan efektif karena jumlah dana yang dikeluarkan oleh
BAZNAS Provinsi Banten setiap tahunnya terus meningkat dengan demikian
semakin bertambahnya dana yang dikeluarkan maka semakin banyak siswa yang
menerima dana zakat tersebut dan itu sudah terbukti dengan adanya laporan keuangan
tersebut.
d. Akuntabilitas
Untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja dapat dipertanggung jawabkan dan
diperkuat dengan adanya laporan keuangan berkala priode yang telah diaudit oleh
Lembaga auditor independent yang terakreditasi dengan baik dan dapat diterima oleh
masyarakat umum bersifat transparan.
Dan BAZNAS Provinsi Banten telah memiliki Lembaga auditor independen yang
baik. Sehingga penghimpunan dan penyaluran zakatpun dapat dibuktikan dengan
adanya laporan keuangan. Berikut adalah laporan penyaluran keuangan Baznas
Provinsi Banten.
6. KESIMPULAN
a. Peran BAZNAS Provinsi Banten dalam memenuhi hak pendidikan masyarakat
prasejahtera melalui program banten cerdas dapat dilihat dalam beberapa aspek.
Aspek pertama ialah dalam pembiayaan bantuan pendidikan, dalam memberikan
bantuan biaya pendidikan BAZNAS Prov. Banten memberikan bantuan biaya
pendidikan melalui program anak asuh BAZNAS Banten, SKSS, beasiswa stimulan,
dan insidentil. Aspek yang kedua dari program banten cerdas BAZNAS Banten
tersebut juga mengadakan pembinaan khususnya bagi penerima manfaat anak asuh
BAZNAS Banten dan Satu Keluarga Satu Sarjana.
Adapun anggaran yang dikeluarkan ialah berasal dari penghimpunan dana Zakat,
Infak, dan Sedekah pertahunnya. Aspek terakhir ialah melalui program Banten Cerdas
tersebut juga, BAZNAS Banten berupaya untuk membantu hak pendidikan
masyarakat prasejahtera tetap terjaga, dengan memberikan bantuan biaya hidup bagi
mahasiswa, paket sekolah, biaya penebusan ijazah dan SPP diharapkan mampu
mencegah terenggutnya hak pendidikan masyarakat prasejahtera.
b. Bentuk kegiatan dalam program banten cerdas yang dilaksanakan BAZNAS Provinsi
Banten dalam memenuhi hak pendidikan masyarakat prasejahtera ialah meliputi
kegiatan pembinaan kepada penerima manfaat anak asuh BAZNAS Banten, Satu
Keluarga Satu Sarjana, dan rumah pintar BAZNAS Banten. Adapun sasaran penerima
manfaat tersebut yang mendasar ialah berasal dari keluarga prasejahtera, dan khusus
SKSS belum terdapat sarjana dikeluarganya
DAFTAR PUSTAKA

A. Muhyi, 2019, Gambaran Umum Baznas Provinsi Banten, dalam


repository.uinbanten.ac.id

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Keuangan Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah 2020

Badan Pusat Statistisk Provinsi Banten. (2021). Provinsi Banten Dalam Angka 2021.
Tanggerang: BPS Provinsi Banten.

Baga, Lukman Mohammad. (1997). Sari Penting Kitab Fiqh Zakat Dr. Yusuf Al-
Qaraḍawy, Bogor

BAZNAS Provinsi Banten. 2015. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Zakat.


Serang

Bukhori, Ahmad, dkk,. 2020 Peran Baznas Provinsi Banten Dalam Pemenuhan Hak
Pendidikan Masyarakat Prasejahtera Melalui Program Banten Cerdas, Untirta Civic
Education Journal, Vol. 5 No. 1.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2022. Data Pokok Pendidikan Republik


Indonesia. 2022 diakses pada : https://dapo.kemdikbud.go.id/

Kementerian Agama Republik Indonesia. 2022. Data Umat berdasarkan Agama 2022.
Diakses pada : https://data.kemenag.go.id/statistik/agama/umat/agama

Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS). (2019).
Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ). Puskas BAZNAS. Jakarta.

Puskas Baznas. (2020). Laporan Hasil Survey Indeks Literasi Zakat 2020. Jakarta

Qardhawi, Yusuf. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,


(Terjemahan. Sari Narulita, Dauru az-Zakah fi ilaj al-Musykila al-Iqtis diyah), Jakarta: Zikrul
Media Intelektual, 2005
Republik Indonesia.2011. Undang-Undang No.13 Tahun 2011 tentang Penanganan
Fakir Miskin. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No 83. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Zakat

Republik Indonesia. 2014 Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2014 Tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Rizal, Muhammad. 2022. Efektivitas Penyaluran Dana Zakat oleh BAZNAS Provinsi
Banten melalui Program Banten Cerdas. Kota Serang. UIN SMH Banten.

Usman, Suparman dkk. “Profil BAZDA Provinsi Banten”,Serang-Banten: Sehati


Grafika, November 201

Tim Penulis BAZNAS. 2018. Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan
Amil Zakat Nasional.

Anda mungkin juga menyukai