Anda di halaman 1dari 33

Judul

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii


BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 5
DESAIN PROGRAM ............................................................................................................. 5
A. 15
B. 17
C. 20
D. 21
BAB IV ................................................................................................................................ 21
ADVOKASI DAN KOORDINASI PROGRAM ....................................................................... 21
A. 22
B. 23
C. 25
BAB V ................................................................................................................................. 25
PEMANTAUAN DAN EVALUASI ........................................................................................ 25
A. 26
B. 27
C. 27
D. 28
E. 28
F. 29
BAB VI ................................................................................................................................ 29
PENUTUP........................................................................................................................... 29
CATATAN AKHIR ............................................................................................................... 30

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemerintah dalam upaya memenuhi amanat Pasal 31 UUD 1945 bahwa “setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan” dan “setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”

Melalui peningkatan dana pendidikan hingga sebesar 20% pada APBN dan
APBD dan implementasi berbagai program, Pemerintah telah berhasil
meningkatkan partisipasi pendidikan warga negara. Berdasarkan data
Kemendikbudristek, pada tahun 2022/2023 angka partisipasi murni (APM)
tingkat pendidikan sekolah dasar (SD/MI sederajat) mencapai 91,81% dan
berdasarkan hasil perhitungan terhadap data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) 2022 yang diolah UNICEF diperkirakan terdapat sekitar 197.000 anak
usia sekolah dasar (7-12 Tahun) yang tidak bersekolah.

Namun demikian, masih ditemukan beragam tantangan di lapangan yang


menjadi penyebab anak tidak sekolah. Berdasarkan Strategi Nasional
Penanganan Anak Tidak Sekolah di Indonesia yang disusun oleh Bappenas dan
UNICEF, ada 4 faktor dominan yang saling berhubungan yang menjadi
penyebab anak tidak bersekolah, yaitu: (a) kurangnya ketersediaan dan
keterjangkauan layanan pendidikan dan pelatihan di beberapa daerah, (b)
kurangnya relevansi serta mutu layanan pendidikan dan pelatihan dalam
memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat, (c) hambatan
ekonomi dan kemiskinan dan (d) hambatan yang berakar pada faktor sosial-
budaya dan persepsi negatif terhadap pentingnya pendidikan.

Jika melihat kategorinya, anak tidak sekolah meliputi: (a) anak yang putus
sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu, (b) anak usia sekolah yang
belum pernah sekolah, dan (c) anak yang telah lulus pada suatu jenjang
pendidikan tertentu namun tidak melanjutkan pada jenjang pendidikan
berikutnya.

1
Fenomena anak tidak sekolah dapat dengan mudah ditemukan pada anak anak
yang berasal dari keluarga tidak mampu (misal: anak jalanan, anak terlantar,
anak yang bekerja), anak penyandang disabilitas, anak yang berhadapan
dengan hukum, serta anak yang menikah dini atau ibu remaja, dan anak di
daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Oleh karena itu, sebagai upaya meningkatkan layanan pendidikan yang


berkualitas, berkeadilan dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, maka
telah dirumuskan tujuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) 2020-20244 yaitu: (1) perluasan akses
pendidikan bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan dan inklusif; (2)
penguatan mutu dan relevansi pendidikan yang berpusat pada perkembangan
peserta didik; (3) pengembangan potensi peserta didik yang berkarakter; (4)
pelestarian dan pemajuan budaya, bahasa dan sastra serta pengarus-
utamaannya dalam pendidikan; dan (5) penguatan sistem tata kelola pendidikan
dan kebudayaan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Dalam rangka mendukung tujuan Kemendikbudristek, Direktorat Sekolah Dasar


terus berupaya memberikan layanan pendidikan formal bagi anak usia SD yang
tidak sekolah, melalui program kembali bersekolah bagi ATS di Sekolah Dasar.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus;

2
8. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindung Anak;
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah 2020-2024;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2016
tentang Program Indonesia Pintar;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal;
12. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020 – 2024;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32 Tahun 2022
tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 tahun 2021 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Minimal.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-
2024;
16. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah
Menengah Kejuruan.

C. TUJUAN
Panduan ini ditujukan untuk menjadi acuan, pedoman dan rambu-rambu kepada
pemerintah kabupaten/kota dan satuan Pendidikan dalam implementasi
“Program Kembali Bersekolah bagi Anak Tidak Sekolah (ATS) di Sekolah
Dasar.”

D. SASARAN
Sasaran panduan ini adalah:
1. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;

3
2. Bappeda Kabupaten/Kota;
3. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten;
4. Dinas Sosial Kabupaten/Kota;
5. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
6. Dinas Tenaga Kerja;
7. Kandep Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
8. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM;
9. Tim Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan
Kabupaten/Kota;
10. Pemerintah Desa/Kelurahan;
11. Pengawas Sekolah;
12. Satuan Pendidikan SD;
13. Komite Sekolah;
14. Lembaga Penggiat Pendidikan; dan
15. Masyarakat.

4
BAB II
DESAIN PROGRAM

A. KONSEP PROGRAM
Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh Direktorat Sekolah Dasar untuk melaksanakan amanat pasal 5
dan 34 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Selain itu program kembali bersekolah merupakan salah satu strategi
dalam upaya untuk meningkatkan tingkat partisipasi warga negara dalam
pendidikan. Tingkat partisipasi pendidikan merupakan salah satu indikator dalam
pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan. SPM
Pendidikan adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar
pendidikan yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh
setiap Peserta Didik secara minimal.
Program kembali bersekolah memanfaatkan sumber daya yang telah ada,
seperti ruang kelas (sekolah) dan guru pada SD sasaran program, namun
pelaksanaan pembelajarannya terpisah dari kelas reguler. Meskipun demikian,
kurikulum, bahan ajar, dan lama belajar mengikuti aturan yang berlaku pada
kelas reguler. Hal ini akan bermanfaat bagi ATS yang telah dikembalikan ke
sekolah, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri pada saat mengikuti
pembelajaran di kelas reguler.

Program ini sesungguhnya merupakan kegiatan remediasi di bidang akademis,


psikologis, dan sosiologis. Program ini dimulai dengan pendataan, pemetaan,
dan penjangkauan anak usia sekolah dasar yang tidak sekolah yang difasilitasi
oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. ATS yang telah kembali bersekolah
dimasukkan ke dalam program remediasi yang bersifat sementara, minimal
selama 3 (tiga) bulan dan maksimal selama 1 (satu) tahun ajaran.

Apabila peserta didik yang mengikuti program dan berdasarkan asesmen telah
dinyatakan berhasil, maka sesuai dengan jenjang kelas dan tingkat kesiapan
belajar, peserta didik memperoleh surat keterangan untuk selanjutnya kembali
belajar di kelas reguler. Sebaliknya, jika setelah satu tahun ajaran peserta didik

5
dinilai belum/tidak berhasil, maka peserta didik akan dialihkan ke program
pendidikan non-formal.

Keputusan untuk mengalihkan peserta didik dari program remediasi ke kelas


reguler atau ke program pembinaan lainnya, dilaksanakan oleh pihak satuan
pendidikan setelah peserta didik mengikuti program antara selama 3 bulan dan
untuk asesmen selanjutnya. Tahapan program dapat dilihat pada gambar 1.

Prosedur penerimaan dan pembinaan peserta didik dalam Program Kembali


Bersekolah Bagi ATS di SD sebagai berikut:

1. Pendataan, Verifikasi dan Pemetaan ATS


Pendataan dan pemetaan ATS dilaksanakan atas fasilitasi dinas pendidikan
kabupaten/kota untuk menjaring informasi penting yang perlu diketahui. Informasi
tersebut adalah tentang siapa, dimana dan mengapa seorang anak usia sekolah
dasar tidak sekolah, serta apakah ATS ingin kembali ke sekolah formal.
Kegiatan pendataan dapat dilakukan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
yang tergabung dalam tim koordinasi penerapan SPM. Selain itu tim pendataan
juga melibatkan satuan pendidikan dan masyarakat.
kegiatan pendataan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan menggunakan data
yang ada di aplikasi verval yang ada di dinas pendidikan. adapun aplikasi verval
yang ada dinas pendidikan seperti di bawah ini .

6
Kegiatan pendataan dapat dilakukan secara langsung dari rumah ke rumah warga
dengan memanfaatkan masyarakat lokal sebagai pendata untuk mencari ATS.
Cara lain dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pemerintah desa/kelurahan
dan atau jejaring dinas pendidikan di tingkat desa/kelurahan, seperti satuan
pendidikan, pengawas dan sebagainya.
Selain itu, data ATS dapat pula diperoleh dari data sekunder yang ada. Misalnya,
Data Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) yang dikelola
oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Selain menggunakan data SIPBM, data sekunder dapat juga didapatkan dengan
cara membandingkan Data Kependudukan dengan Data Pokok Pendidikan
(Dapodik) yang dikelola oleh Kemendikbud dan data Education Management
Information System (EMIS) yang dikelola oleh Kementerian Agama. Namun, data
sekunder ini masih perlu diklarifikasi kembali atau direkonfirmasi, sehingga dapat
menjawab bukan saja tentang berapa dan siapa ATS, tapi, dimana dan mengapa
anak tidak berada disekolah.
2. Rekonfirmasi ATS
Dalam hal data ATS telah tersedia, maka tahapan selanjutnya adalah
rekonfirmasi terhadap ATS, kemudian dikumpulkan di suatu tempat (dapat
berbasis desa/kelurahan, sesuai dengan jumlah ATS) kemudian
dikonfirmasi kembali kesediaan mereka untuk kembali bersekolah di SD.
ATS mendapatkan penjelasan tentang “masa adaptasi” yang mereka akan
lewati dalam proses mediasi di sekolah, termasuk mengidentifikasi
kebutuhan ATS (buku, pakaian seragam dan lainnya) untuk kembali
bersekolah. Selanjutnya ATS diarahkan untuk memilih sekolah yang
diminatinya.
3. Pengembalian ATS ke SD dilakukan setelah adanya rekonfirmasi oleh pihak
yang berwenang untuk seluruh kelas (kelas 1 sampai 6) di SD.
4. Proses pengembalian ATS yang telah kembali bersekolah dilaksanakan
dengan pendekatan individu/kelompok.
5. Pelaksanaan pembinaan berlangsung selama 3 sampai 12 bulan dan terpisah
dari kelas reguler.
6. Bagi ATS yang dinilai telah memiliki kemampuan mental, sikap dan sosial
yang memadai untuk beradaptasi dengan siswa reguler, maka dapat
diintegrasikan ke kelas reguler.
7. Keputusan untuk menetapkan peserta didik Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di SD menjadi siswa reguler harus diketahui dan disetujui oleh pihak-

7
pihak yang terkait, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan orang tua peserta
didik yang bersangkutan serta dilaporkan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
8. Rentang waktu peserta didik berada di Program Kembali Bersekolah bagi ATS
di SD, minimal tiga bulan dan maksimal satu tahun pelajaran. Apabila dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun pelajaran belum dapat diintegrasikan ke kelas
reguler, maka peserta didik dialihkan ke program pembinaan lain.

B. TUJUAN PROGRAM
1. Tujuan Umum
Mengembalikan anak tidak sekolah (ATS) pada usia jenjang SD yang putus
sekolah atau belum bersekolah karena alasan ekonomi, sosial budaya,
kondisi geografis, dan anak berkebutuhan khusus (ABK) agar dapat
melanjutkan atau memperoleh kesempatan belajar pada pendidikan formal
dan non-formal hingga tamat dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan angka partisipasi sekolah dan pencapaian indeks
pembangunan manusia di wilayahnya.
b. Menjadikan siswa berkepribadian sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

C. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM


1. Indikator Keluaran
a. Angka partisipasi sekolah meningkat.
b. Peserta didik yang kembali bersekolah dapat menguasai ilmu dasar yaitu
mampu membaca dan menulis serta menghitung secara sederhana untuk
mengembangkan diri (literasi dan numerasi).
c. Peserta didik yang kembali bersekolah memiliki Profil Pelajar Pancasila.
d. Peserta didik yang kembali bersekolah dapat menguasai pengembangan
keterampilan hidup, yang terdiri dari:
● Kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri (secara mental,
emosional, intelektual); dan

8
● Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
sehingga siap dan mampu untuk kembali belajar di sekolah formal
dan non-formal.
2. Indikator Dampak
Peserta didik yang kembali bersekolah dikatakan berhasil apabila
menyelesaikan/menamatkan dan melanjutkan proses belajar ke jenjang
pendidikan selanjutnya.

D. SASARAN PROGRAM
Sasaran program adalah kabupaten/kota yang memiliki anak usia sekolah dasar
yang tidak sekolah karena alasan ekonomi, sosial budaya, kondisi geografis, dan
anak berkebutuhan khusus (ABK) mengakibatkan mereka tidak dapat secara
langsung mengikuti program pendidikan formal dan non-formal.
ATS yang menjadi sasaran program memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Anak dengan usia antara 7-15 tahun;
2. Putus sekolah atau belum pernah bersekolah karena alasan ekonomi, sosial
budaya, kondisi geografis, dan anak berkebutuhan khusus (ABK);
3. Masih memiliki orang tua/wali dan tempat tinggal yang menetap.

E. PRINSIP -PRINSIP PROGRAM


Program ATS memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Inklusif
Inklusif bermakna bahwa program ini dapat diikuti oleh setiap ATS yang
berusia 7- 15 tahun sesuai dengan sasaran yang ditetapkan tanpa
memandang latar belakang sosial, ekonomi dan budaya termasuk ATS
penyandang disabilitas;
2. Transparan
Transparan bermakna bahwa seluruh kegiatan dalam program ini
dilaksanakan secara terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat;
3. Akuntabel
Akuntabel bermakna bahwa seluruh kegiatan dalam program ini
dilaksanakan secara bertanggung jawab;

9
4. Berkesinambungan
Berkesinambungan bermakna bahwa program ini dilakukan secara
berkelanjutan untuk memastikan ATS memperoleh kesempatan belajar di
SD dan peserta didik yang telah mengikuti program dipantau
perkembangannya hingga melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya;
5. Partisipatif
Partisipatif bermakna bahwa program ini dilaksanakan dengan melibatkan
pihak- pihak yang berkompeten secara partisipatif mulai dari proses
pendataan hingga pemantauan perkembangan ATS yang telah kembali
bersekolah.

F. KOMPONEN PELAKSANA PROGRAM


1. Direktorat Sekolah Dasar
Membuat kebijakan tentang pelaksanaan Program Kembali Bersekolah bagi
ATS di SD, yang terdiri dari kegiatan:
a. Merancang pelaksanaan program;
b. Menyusun standar prosedur;
c. Melakukan sosialisasi ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
d. Menyelenggarakan pembinaan program kepada pelaksana di
kabupaten/kota;
e. Melaksanakan supervisi pelaksanaan program.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
a. Penetapan regulasi yang mendukung program;
b. Melaksanakan sosialisasi program;
c. Melakukan perencanaan program kembali bersekolah ke dalam dokumen
perencanaan daerah;
d. Menyediakan penganggaran program kembali bersekolah;
e. Melaksanakan monitor dan evaluasi pelaksanaan program.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a. Menyosialisasikan program ke pengawas, KKG, dan satuan pendidikan;
b. Melakukan pendataan dan pemetaan ATS;
c. Melakukan Rekonfirmasi ATS;

10
d. Menetapkan satuan pendidikan penyelenggara Program Kembali
Bersekolah bagi ATS di SD;
e. Menganggarkan pembiayaan Program Kembali Bersekolah bagi ATS di
SD;
f. Melakukan penugasan kepada guru yang menangani Program Kembali
Bersekolah bagi ATS di SD;
g. Menyelenggarakan pembinaan program kepada satuan pendidikan;
h. Melaksanakan supervisi, pendampingan, monitor, dan evaluasi;
i. Membantu pembiayaan peserta didik Program Kembali Bersekolah bagi
ATS di SD yang sudah masuk kelas reguler melalui APBD dan Program
Indonesia Pintar.
4. Pengawas Satuan Pendidikan
a. Bekerjasama dalam pelaksanaan pendataan dan pemetaan ATS;
b. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan melakukan penjangkauan ATS;
c. Membantu Dinas Pendidikan dalam penetapan satuan
pendidikan penyelenggara Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD;
d. Membantu pelaksanaan penugasan guru yang menangani Program
Kembali Bersekolah bagi ATS di SD;
e. Membantu pelaksanaan dan pembinaan program kepada satuan
pendidikan;
f. Melaksanakan supervisi, pendampingan, monitor dan evaluasi.

5. Satuan Pendidikan SD
Penyelenggara Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD di satuan
pendidikan terdiri dari:
a. Kepala sekolah
Kepala sekolah bertugas dan bertanggung jawab untuk:
⮚ Mengikuti pelatihan/pendampingan program;
⮚ Menyosialisasikan program ke masyarakat sekolah;
⮚ Membantu melakukan penugasan guru;
⮚ Memfasilitasi sarana dan prasarana;
⮚ Mengelola pelaksanaan program;
⮚ Melakukan supervisi pembelajaran;

11
⮚ Melakukan penetapan peserta didik yang telah siap belajar di kelas
reguler atau ke program lain;
⮚ Membantu kelancaran pelaksanaan monitor dan evaluasi terhadap
pembelajaran;
⮚ Membuat laporan (program dan keuangan) pelaksanaan program di
sekolahnya;
⮚ Mendorong keberlanjutan pendidikan peserta didik untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya termasuk
mengupayakan pendanaan dari berbagai sumber;
⮚ Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan SMP untuk membantu
peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan di SD.
b. Guru
Guru dalam Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD, memiliki
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
⮚ Mengikuti pelatihan/pendampingan;
⮚ Melakukan asesmen awal;
⮚ Mengelompokkan siswa sesuai dengan tingkat kelasnya;
⮚ Melaksanakan pembelajaran yang memfasilitasi perkembangan
psikologis, sosial, dan akademik sehingga dapat mengikuti
pembelajaran di kelas regular;
⮚ Melakukan asesmen hasil pendampingan;
⮚ Merekomendasikan dan mengusulkan peserta didik dalam program
untuk dialihkan ke kelas reguler kepada kepala sekolah;
⮚ Membantu mendampingi peserta didik dalam program yang telah
masuk kelas reguler sampai dengan peserta didik dapat
menyesuaikan diri di kelas reguler.
c. Komite Sekolah
Komite sekolah dalam Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD,
memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain:
⮚ Membantu pelaksanaan program secara umum;
⮚ Membantu pendataan dan penjangkauan ATS;

12
⮚ Membantu pemantauan perkembangan peserta didik yang
mengikuti program.

G. KOMPONEN PENDUKUNG PROGRAM


Komponen pendukung Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD, sebagai
berikut:
1. Bappeda Kabupaten/Kota;
2. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten (PMDK);
3. Dinas Sosial Kabupaten/Kota;
4. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
5. Pemerintah Desa/Kelurahan;
6. Lembaga Penggiat Pendidikan/Masyarakat;
7. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI);
8. Media;
9. Perguruan Tinggi.

Adapun uraian tugas komponen pendukung program adalah sebagai berikut:


1. Bappeda Kabupaten/Kota: Memfasilitasi perencanaan dan pengalokasian
anggaran untuk Program Kembali Bersekolah bagi ATS dalam dokumen
RPJMD dan RKPD dan APBD Kabupaten/Kota.
2. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa: Memfasilitasi proses perencanaan
pembangunan di tingkat desa (RPJMDes) dan (APBDes) terkait dengan
program.
3. Dinas Sosial Kabupaten/Kota: Membantu penyediaan data ATS dan integrasi
ATS yang telah dikembalikan ke sekolah ke dalam Basis Data Terpadu (BDT)
untuk menjadi peserta Program Indonesia Pintar (PIP).
4. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Membantu penyediaan data ATS melalui aplikasi SIMFONI dan penguatan
keluarga.
5. Pemerintah Desa/Kelurahan
a. Membantu menyosialisasikan program kembali bersekolah;
b. Membantu menyediakan data ATS;

13
c. Membantu memfasilitasi rekonfirmasi dan pengembalian ATS ke sekolah
dasar;
d. Membantu menyediakan anggaran untuk ATS sesuai dengan
kewenangannya.
6. Lembaga Penggiat Pendidikan/Masyarakat: Lembaga Penggiat
Pendidikan/Masyarakat adalah unsur dari masyarakat yang membantu
program kembali bersekolah dalam melakukan sosialisasi program,
pendataan ATS, rekonfirmasi data ATS, pengembalian ATS ke sekolah, dan
mendampingi ATS dalam program dan penggalangan dana untuk membantu
ATS serta melakukan advokasi.
7. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI): Membantu program melalui dana
Corporate Social Responsibility (CSR).
8. Media: Membantu sosialisasi, publikasi dan advokasi program.
9. Perguruan Tinggi: Mendukung program kembali bersekolah kegiatan
pengabdian masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

14
BAB III
TAHAPAN IMPLEMENTASI
Implementasi Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD dibagi menjadi 4
(empat) tahap, meliputi:
1. pendataan ATS;
2. rekonfirmasi ATS;
3. pengembalian ATS ke satuan pendidikan dan pembelajaran ATS;
4. supervisi dan pendampingan program.

A. PENDATAAN ATS
Penyajian data ATS yang akurat merupakan langkah pertama dan hal utama
yang wajib dilakukan dalam implementasi program kembali bersekolah bagi ATS
di SD. Data ATS yang akurat memudahkan proses intervensi Program Kembali
Bersekolah bagi ATS di SD.
Sebelum mengumpulkan data ATS, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
bekerjasama dengan instansi lain, perlu membentuk tim yang pada pokoknya
bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, memantau proses pengumpulan
data dan penjaringan data ATS.
Data ATS dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1. Memanfaatkan data yang sudah ada
a. Data Pemerintah Desa
Pemerintah desa memiliki data ATS mengingat isu ATS menjadi salah satu
perhatian penting pemerintah desa. Dalam Permendesa PDT Nomor 13
Tahun 2020 disebutkan secara jelas tentang Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) atau SDGs (Sustainable Development Goals) desa,
dimana terdapat “desa peduli pendidikan” yang menjadi salah satu poin
pentingnya. Guna mengakses data ini, Dinas Pendidikan Kabupaten
berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten
dan Pemerintah Desa.
b. Penyandingan Beberapa Jenis Data
Dalam rangka memperoleh data ATS, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dapat menyandingkan beberapa jenis data yang telah ada untuk mencari

15
informasi terkait ATS. Berikut beberapa sumber data sekunder yang ada di
tingkat kabupaten/kota dan memuat informasi terkait ATS:
⮚ Data Pokok Pendidikan (Dapodik): Melalui operator Dapodik di tingkat
kabupaten/kota, Dinas Pendidikan menjaring data ATS usia 7-15 tahun
yang putus sekolah di tingkat SD.
⮚ Basis Data Terpadu (BDT): Melalui operator di Dinas Sosial
Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan dapat meminta data anak usia 7-
15 tahun menurut status pendidikannya.
⮚ Data sekunder lainnya yang tersedia di kabupaten/kota yang memuat
informasi tentang ATS usia 7-15 tahun.
⮚ Data ATS yang bersumber dari data yang sudah ada memerlukan
pembaruan melalui mekanisme konfirmasi data (dibahas pada bagian
penjangkauan ATS).
2. Pendataan Data ATS Secara Langsung
Pendataan ATS secara langsung adalah kegiatan mengumpulkan data ATS
dari rumah ke rumah di tingkat desa/kelurahan atau dusun/lingkungan atau
RT/RW secara sensus (seluruh keluarga dicatat) dengan menggunakan
instrumen pendataan berupa instrumen pendataan manual atau
digital/aplikasi.

Instrumen pendataan ATS wajib memuat pertanyaan-pertanyaan dasar


terkait siapa (nama), dimana (alamat), umur, tahun putus sekolah dan alasan
yang menjadi penyebab anak usia 7-15 tahun tidak berada di sekolah, serta
kategori ATS usia 7-15 tahun (apakah belum pernah sekolah atau putus
sekolah). Selain itu, instrumen pendataan ATS memuat pula pertanyaan-
pertanyaan tentang kondisi keluarga ATS (nama orang tua/wali, pekerjaan
orang tua/wali) serta beberapa informasi lain yang diperlukan untuk
mengungkap profil sosial-ekonomi keluarga ATS.

Salah satu mekanisme dalam menjaring atau memperoleh data ATS secara
langsung baik yang telah atau sedang dilakukan di berbagai kabupaten/kota
adalah dengan pendekatan Sistem Informasi Pembangunan/Pendidikan
Berbasis Masyarakat (SIPBM)5. SIPBM merupakan inisiasi yang dibangun
oleh Kemdikbudristek bersama UNICEF sejak tahun 2002 yang kemudian
dikembangkan oleh Kemendesa atas dukungan UNICEF sejak tahun 2016

16
hingga saat ini. Metode pendataan yang digunakan SIPBM adalah sensus
dan unit penelitiannya berbasis keluarga (bukan rumah tangga).
Pengumpulan data dalam SIPBM dilakukan secara partisipatif dan wajib
melibatkan masyarakat lokal yang ada di suatu dusun atau lingkungan atau
RT/RW sebagai pendata. Kegiatan pendataan secara sensus dapat dilakukan
kepada seluruh keluarga pada suatu wilayah atau bisa pula dibatasi pada
keluarga yang mempunyai anak usia SD (7 – 15 tahun) yang kemudian
disebut dengan sensus terbatas. Instrumen yang digunakan untuk pendataan
disesuaikan dengan keluaran yang diharapkan.

B. PENJANGKAUAN ATS
Penjangkauan ATS meliputi 3 (tiga) kegiatan yang dilakukan secara bersamaan,
yaitu:
1. rekonfirmasi data ATS;
2. kegiatan klarifikasi ATS dan;
3. penetapan satuan pendidikan formal dan non-formal target tempat ATS
kembali bersekolah.
Kegiatan penjangkauan ATS dilakukan dengan 2 (dua) cara dan dapat memilih
atau menggabungkan kedua cara tersebut dalam implementasinya. Pertama,
mengumpulkan ATS bersama orang tuanya di suatu tempat pertemuan
(berbasis desa/kelurahan atau bergantung pada jumlah ATS). Kedua,
melakukan kunjungan ke rumah-rumah ATS.

1. Rekonfirmasi Data ATS


Rekonfirmasi data adalah kegiatan menegaskan kembali data ATS yang
telah ada untuk memastikan akurasi data ATS. Rekonfirmasi data wajib
dilakukan pada data ATS yang bersumber dari data yang ada, namun dapat
pula dilakukan pada hasil pendataan ATS yang dilakukan secara langsung.
Data yang direkonfirmasi paling tidak meliputi: nama, umur dan tahun putus
sekolah ATS, serta alamat dan nama orang tua/wali (Instrumen terlampir).

17
2. Klarifikasi ATS
Dalam kegiatan penjangkauan ATS, dilakukan pula klarifikasi apakah ATS
bersedia kembali bersekolah.
Pada tahapan ini perlu pula diidentifikasi ATS yang memiliki Nomor Induk
Siswa Nasional (NISN).

3. Penetapan Satuan Pendidikan


Penetapan sekolah ditetapkan oleh Dinas Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan aspek zonasi, daya tampung, kesiapan SDM dan sarana
prasarana satuan pendidikan tersebut untuk melaksanakan program ini.
Setelah tahapan penjangkauan ATS, seluruh ATS yang akan kembali
bersekolah ditetapkan dalam suatu surat keputusan resmi, dapat melalui
Surat Keputusan Bupati/Walikota atau Surat Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.

Di samping itu, beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian selama
kegiatan penjangkauan, meliputi:
1. Perencanaan Penjangkauan
Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan pelaksanaan
penjangkauan ATS, tahapannya sebagai berikut:
a. Membentuk tim pelaksana (yang terdiri dari unsur dalam komponen
pelaksana dan komponen pendukung);
b. Menetapkan wilayah jangkauan (menentukan prioritas wilayah
jangkauan);
c. Membuat jadwal pelaksanaan penjangkauan ATS (mulai dari proses
awal – sampai pelaksanaan penjangkauan ATS);
d. Membuat daftar mitra/jejaring yang akan terlibat dalam penjangkauan
ATS untuk memudahkan penjangkauan.
e. Menyiapkan kebutuhan kegiatan penjangkauan, meliputi: data ATS
dan formulir penjangkauan yang memuat informasi yang dibutuhkan
dalam rekonfirmasi data, klarifikasi data ATS dan penetapan SD
target;

18
f. Menentukan metode penjangkauan ATS.
⮚ Kunjungan rumah; dan atau
⮚ Menyelenggarakan pertemuan dengan ATS dan orang tua/wali di
suatu tempat pertemuan.

2. Pendekatan yang akan digunakan dalam penjangkauan


Penjangkauan ini dilakukan tidak hanya untuk mengembalikan ATS ke
Satuan Pendidikan Formal dan Non-formal, tetapi juga harus
memikirkan keberlanjutan pendidikan setelah menamatkan SD.
Karenanya perlu beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan latar
belakang masalah yang menjadi penyebab anak tidak sekolah, antara
lain:
a. Permasalahan ekonomi
Tim yang melakukan kegiatan penjangkauan membantu
mengoordinasikan situasi ekonomi keluarga kepada para pihak
terkait dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga.
b. Kekerasan yang dialami anak di sekolah
Tim yang melakukan kegiatan penjangkauan berkoordinasi dengan
para pihak terkait untuk melakukan asesmen kasus yang dialami
ATS sehingga putus sekolah, untuk melihat apakah ATS
membutuhkan rehabilitasi sosial lebih lanjut atau hanya memerlukan
rujukan standar sesuai kebutuhan anak (kebutuhan akan psikolog,
psikiater, atau lainnya).
c. Budaya lingkungan sekitar
Tim yang melakukan kegiatan penjangkauan berkoordinasi dengan
tokoh masyarakat, tokoh agama atau organisasi kemasyarakatan
lainnya untuk membangun relasi dan kepercayaan dari keluarga
ATS agar anak mau kembali bersekolah.
d. Letak geografis
Tim yang melakukan kegiatan penjangkauan berkoordinasi dengan
para pihak terkait yang bisa membantu memudahkan akses ATS ke
satuan pendidikan formal dan non-formal.

19
3. Pelaksanaan Penjangkauan ATS
Selain memperhatikan hal-hal di atas, dalam kegiatan penjangkauan
ATS, tim membuat “Berita Acara Kebersediaan ATS Kembali
Bersekolah.”
4. Laporan Hasil penjangkauan
Laporan hasil penjangkauan disusun sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan dan berfungsi untuk dokumentasi pelaksanaan
penjangkauan serta untuk menjadi bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

C. PENGEMBALIAN ATS KE SATUAN PENDIDIKAN


Setelah kembali bersekolah, ATS mengikuti kegiatan pembelajaran di Satuan
Pendidikan. Berikut rincian kegiatannya ATS:
1. Program Antara
ATS mengikuti program antara selama 3 hingga 12 bulan di sekolah. Jika
kurang dari 3 bulan anak sudah mampu untuk beradaptasi dengan baik,
maka ATS bisa dipindahkan ke kelas reguler. Asesmen pertama dilakukan
setelah peserta didik mengikuti program antara selama 3 bulan, dan untuk
asesmen selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan oleh satuan
pendidikan. Asesmen dilakukan sebagai bahan pengambilan keputusan
bagi satuan pendidikan untuk menilai apakah ATS telah layak masuk ke
kelas reguler atau justru dialihkan ke mekanisme pembinaan lainnya.
Jika ATS dialihkan ke mekanisme pembinaan lainnya, Dinas Pendidikan
bertanggung jawab untuk memfasilitasi ATS dalam mengakses mekanisme
pembinaan atau pembelajaran lainnya.
2. Kembali ke Satuan Pendidikan
a. Berdasarkan hasil asesmen awal, guru mengelompokkan ATS
berdasarkan kebutuhan secara homogen.
b. Bagi ATS yang telah memiliki NISN, sekolah melakukan penarikan data
untuk sinkronisasi ke Dapodik.
c. Bagi ATS yang belum memiliki NISN, sekolah mengusulkan ke Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.

20
3. Pendampingan dan Pemantauan oleh guru
Guru melakukan pendampingan dan pemantauan secara berkesinambungan
terhadap peningkatan kemampuan peserta didik yang kembali bersekolah di
Satuan Pendidikan Formal dan Non-formal untuk melihat perkembangan
kemampuan anak yang kembali bersekolah, sehingga sesuai dengan standar
kelulusan, yang meliputi profil pelajar pancasila, literasi, dan numerasi sampai
peserta didik menyelesaikan pendidikannya di tingkat Satuan Pendidikan SD.

D. SUPERVISI DAN PENDAMPINGAN PROGRAM


Kegiatan supervisi dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau
Kementerian Pendidikan dibantu oleh Pengawas Bina dan Penilik terhadap
satuan pendidikan, untuk:
1. Keberadaan ATS di Satuan Pendidikan;
2. Perkembangan Profil Pelajar Pancasila ATS di Satuan Pendidikan;
3. Perkembangan Literasi dan Numerasi ATS di Satuan Pendidikan.
Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen supervisi
dan dilakukan satu tahun sekali untuk mengetahui ketercapaian program.
Selain supervisi program, dilakukan pula kegiatan pendampingan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan Pengawas Bina dan Penilik terhadap satuan
pendidikan.

Kegiatan pendampingan dimaksudkan untuk membantu satuan pendidikan


yang menghadapi kendala dan tantangan dalam melaksanakan Program
Kembali Bersekolah bagi ATS. Pendampingan dilakukan selama proses
implementasi program dan bersifat insidental serta terfokus pada satuan
pendidikan yang menghadapi kendala dan tantangan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh satuan pendidikan, baik dalam proses remediasi ATS
maupun pada masa belajar di Satuan Pendidikan.

21
BAB IV
ADVOKASI DAN KOORDINASI PROGRAM
Salah satu faktor penentu keberhasilan Program Kembali Bersekolah bagi ATS di
Satuan pendidikan terletak pada dukungan dan maksimalisasi peran para
pemangku kepentingan dalam seluruh tahapan implementasi program. Mulai dari
pendataan, penjangkauan, pengembalian ke satuan pendidikan, pembelajaran
sehingga peserta didik dapat menamatkan pendidikannya. Pada bagian ini
diuraikan peran para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk advokasi dan
koordinasi program.

A. PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemangku kepentingan adalah para pihak yang terkait dengan sektor
pendidikan pada umumnya, dan isu ATS khususnya. Pemangku kepentingan
dalam konteks program ini dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok, meliputi:
1. Pemangku kunci adalah pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk
membuat, mengubah, dan menjalankan kebijakan terkait Program Kembali
Bersekolah bagi ATS di SD, yaitu: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan DPRD Kabupaten/Kota.
2. Pemangku utama adalah pihak-pihak yang melaksanakan Program Kembali
Bersekolah bagi ATS di SD. Pemangku utama dalam program ini adalah
Direktorat Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar dan Komite Sekolah.
3. Pemangku pendukung adalah pihak-pihak yang terlibat secara langsung
atau tidak langsung dalam implementasi Program Kembali Bersekolah bagi
ATS di sekolah dasar, namun memiliki keterkaitan peran, informasi, data dan
kepedulian terhadap masalah ATS. Mereka dapat memainkan peran baik
pada advokasi kebijakan maupun untuk membantu secara teknis dan non-
teknis pelaksanaan program. Pemangku pendukung dalam program ini
adalah Bappeda, Dinas PMD, Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Anak, Dinas Tenaga Kerja, Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) lainnya, pemerintahan desa, lembaga akademik, organisasi

22
masyarakat, media, dan dunia usaha dunia industri (DUDI) termasuk unsur
masyarakat yang mau terlibat secara perseorangan.

B. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN


Selain uraian tugas yang telah disebutkan pada bagian komponen pelaksana dan
pendukung program di BAB II, peran para pemangku kepentingan pada bagian ini
dimaksudkan sebagai bentuk advokasi dalam rangka keberhasilan Program
Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan Pendidikan. Advokasi program
menggunakan beberapa model dan saluran komunikasi baik di level pusat dan
kabupaten/kota maupun di tingkat satuan pendidikan.
Berikut bentuk-bentuk kegiatan advokasi dari para pemangku kepentingan
dalam implementasi Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan
Pendidikan:

PEMANGKU KUNCI KEGIATAN ADVOKASI


Pemerintah Pusat: Menetapkan kebijakan di pusat untuk
Kemendikburistek Program Kembali Bersekolah bagi ATS di
Satuan Pendidikan.
Pemerintah Daerah a. Menetapkan kebijakan dan anggaran di
Kabupaten/Kota daerah yang mendukung Program
Kembali Bersekolah bagi ATS;
b. Melakukan pembinaan, pendampingan,
pengawasan program kembali bersekolah;
dan
c. Melakukan monitoring dan evaluasi.
DPRD Kabupaten/Kota Menetapkan kebijakan dan anggaran di
daerah yang mendukung Program Kembali
Bersekolah bagi ATS.

23
PEMANGKU UTAMA KEGIATAN ADVOKASI
Direktorat Sekolah Dasar a. Mengembangkan pedoman Program Kembali
Bersekolah bagi ATS sebagai arahan pelaksanaan
program.
b. Mengusulkan pembiayaan kegiatan Program
Kembali Bersekolah bagi ATS di SD melalui APBN;
c. Melakukan koordinasi lintas kementerian untuk
mendukung Program Kembali Bersekolah bagi ATS;
d. Kampanye Program Kembali Bersekolah bagi ATS di
Satuan Pendidikan melalui laman GIAT SD, media
sosial dan media massa lainnya;
e. Melakukan rakor, pelatihan, bimtek dan
pendampingan terhadap Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan atau Kepala Sekolah dan atau
Guru dan Komite Sekolah terkait dengan Program
Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan Pendidikan;
f. Menyebarluaskan informasi perkembangan program
kepada publik.
Dinas Pendidikan a. Mengintegrasikan Program Kembali Bersekolah bagi
Kabupaten/ Kota ATS ke dalam perencanaan daerah;
b. Mengusulkan pembiayaan kegiatan Program Kembali
Bersekolah bagi ATS melalui APBD;
c. Menyusun rencana kerja teknis implementasi Program
Kembali Bersekolah bagi ATS;
d. Melakukan koordinasi lintas OPD untuk mendukung
Program Kembali Bersekolah bagi ATS;
e. Menetapkan satuan-satuan pendidikan pelaksana
Program Kembali Bersekolah bagi ATS kepada
masyarakat dibantu oleh pengawas bina dan penilik;
f. Menetapkan dalam bentuk surat keputusan tentang
ATS yang kembali bersekolah di Satuan pendidikan;
g. Melakukan kampanye Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di SD kepada masyarakat melalui berbagai
saluran komunikasi;
h. Menyebarluaskan informasi perkembangan program
kepada publik.
Satuan Pendidikan a. Melakukan kampanye Program Kembali Bersekolah
bagi ATS kepada masyarakat;
b. Menjaring dukungan dari masyarakat untuk
mendukung Program Kembali Bersekolah bagi ATS;
c. Meyakinkan ATS dan orang tua/wali sehingga ATS
dapat kembali bersekolah di Satuan pendidikan.
d. Mengkomunikasikan perkembangan ATS yang
mengikuti program kepada orangtua/wali.

24
Komite Sekolah a. Membantu kampanye Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di SD kepada masyarakat;
b. Membantu meyakinkan ATS dan orang tua/wali
sehingga ATS dapat kembali bersekolah di SD.

PEMANGKU PENDUKUNG KEGIATAN ADVOKASI


Bappeda, Dinas PMD dan Dinas a. Memberikan dukungan terhadap
Sosial, dan OPD lainnya implementasi Program Kembali Bersekolah
Pemerintah Desa/Kelurahan, bagi ATS kepada masyarakat;
Lembaga Akademik, Organisasi b. Memantau perkembangan implementasi
Masyarakat, Media dan Unsur Program Kembali Bersekolah bagi ATS
Masyarakat Secara Perorangan kepada masyarakat.

C. KOORDINASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN


Program Kembali Bersekolah bagi ATS di SD merupakan program yang
melibatkan multi- sektoral sehingga koordinasi lintas sektoral menjadi hal mutlak
dilakukan. Koordinasi dalam konteks ini dimaknai sebagai bentuk kerjasama guna
memobilisasi dukungan dari berbagai pihak dalam implementasi seluruh tahapan
Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan pendidikan.
Koordinasi para pemangku kepentingan di tingkat pusat dilaksanakan oleh
Direktorat Sekolah Dasar dan Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Bentuk
koordinasi yang dilakukan, berupa:
1. Membentuk tim koordinasi lintas sektor untuk Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di Satuan pendidikan di tingkat pusat dan daerah;
2. Menetapkan sekretariat koordinasi program di tingkat pusat dan daerah;
3. Menetapkan rencana kerja teknis implementasi program;
4. Menetapkan pertemuan regular lintas sektor untuk memantau perkembangan
program;
5. Melakukan pemantauan bersama atau kunjungan lapangan lintas sektor
untuk memantau perkembangan program.

25
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Untuk mengukur kinerja program, kegiatan pemantauan dan evaluasi mutlak
dilakukan. Pemantauan dan evaluasi dalam Program Kembali Bersekolah bagi ATS
di SD dilaksanakan secara berjenjang dan berkala oleh para pemangku kepentingan
yang dikoordinasikan oleh Direktorat SD dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

A. TUJUAN
Kegiatan pemantauan dan evaluasi pada Program Kembali Bersekolah bagi ATS
di SD memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu; (1) refleksi dan (2) evaluasi guna memastikan
ketercapaian hasil program yang ditetapkan serta memberi dampak yang
konstruktif bagi ATS selaku penerima manfaat.
Sebagai fungsi reflektif, pemantauan dan evaluasi program dilakukan dengan
tujuan:
1. Koordinasi horizontal: kegiatan pemantauan dan evaluasi program
memungkinkan pemangku kepentingan di pusat (kementerian terkait/lintas
sektoral), menelaah dan melakukan sinkronisasi kebijakan guna mendukung
ketercapaian hasil yang diharapkan oleh program.
2. Koordinasi vertikal: kegiatan pemantauan dan evaluasi program
memungkinkan pemangku kunci lintas jenjang yaitu pemerintah pusat dan
daerah untuk menelaah efektivitas kebijakan Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di Satuan Pendidikan dan sejumlah kendala dalam
pelaksanaannya.

Sebagai fungsi evaluasi, pemantauan dan evaluasi program bertujuan untuk


menghasilkan peta permasalahan implementasi Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di Satuan Pendidikan di setiap kabupaten/kota sebagai dasar evaluasi
kebijakan yang dirumuskan oleh Kemendikbudristek.
Di samping itu, kegiatan pemantauan dan evaluasi program juga bertujuan untuk
mengidentifikasi pembelajaran atau praktik baik selama implementasi program
untuk proses pelembagaan dan diseminasi Program Kembali Bersekolah bagi
ATS di Satuan Pendidikan.

26
B. PRINSIP DASAR
Guna menghasilkan data dan informasi yang akurat dan kredibel, pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi mengacu kepada sejumlah prinsip. Berikut adalah
prinsip dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi:
1. Partisipatif
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program melibatkan para pemangku
kepentingan mulai dari pra-desain, desain hingga pelaksanaan pemantauan
dan evaluasi serta penyusunan laporan hasil.
2. Kesetaraan
Para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pemantauan dan evaluasi
program memiliki tanggung jawab dan hak yang setara, sesuai dengan tugas
dan peran masing masing.
3. Prosedural
Pemantauan dan evaluasi program dilaksanakan dengan menggunakan
metodologi yang termaktub dalam instrumen penilaian.
4. Jujur
Pelaksanaan dan pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi program,
berdasarkan fakta dan temuan di lapangan, tidak terkecuali jika ditemukan
ketidaksesuaian dengan rencana dengan hasil, dan bahkan kegagalan
program.
5. Terbuka
Hasil pelaporan pemantauan dan evaluasi program berdasarkan data dan
informasi yang valid dan akurat yang dilakukan secara terbuka sehingga
dapat dipertanggungjawabkan.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pemantauan dan evaluasi program meliputi
permasalahan akses, tata kelola dan mutu dalam implementasi Program
Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan Pendidikan.
Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi akses ATS dan masyarakat
terhadap program, tata kelola dan mutu program. Selanjutnya, data dan
informasi tersebut diolah dan dianalisis serta merumuskan solusi atas
permasalahan yang terungkap, dan dituangkan dalam laporan.

27
D. SASARAN
Sasaran pemantauan dan evaluasi adalah ATS sebagai peserta didik, satuan
pendidikan Sekolah Dasar sebagai pelaksana Program Kembali Bersekolah
bagi ATS di Satuan Pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan para
pemangku kepentingan lainnya yang dianggap relevan.

E. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program
meliputi: wawancara, observasi dan diskusi kelompok terpumpun. Implementasi
pemantauan dan evaluasi program dilakukan secara tatap muka dan daring
(online).
1. Wawancara
Wawancara dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dalam
rangka menggali data dan informasi secara detail terkait implementasi
Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan Pendidikan di lapangan.
Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan pedoman wawancara.
Wawancara didesain tidak saja untuk menggali data dan informasi yang
bersifat kuantitatif, melainkan juga mengeksplorasi beragam hal guna
mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang kondisi riil pelaksanaan
program.

2. Dokumentasi
Pengumpulan beragam arsip dan dokumentasi pelaksanaan program. Satuan
pendidikan Sekolah Dasar Yang telah menjalankan program dapat dibuktikan
keabsahannya melalui metode ini.

3. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melakukan kunjungan langsung dan tatap
muka kepada sasaran pemantauan dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk
memverifikasi data yang diperoleh melalui wawancara (memeriksa
kesesuaian antara hasil wawancara dengan kondisi riil di lapangan) dan juga
mengamati hal-hal lain yang mungkin tidak terungkap dalam wawancara.

28
4. Kelompok Diskusi Terpumpun (KDT)
Mengumpulkan data dan informasi yang lebih spesifik pada suatu tema atau
isu yang dinilai krusial terkait dengan implementasi Program Kembali
Bersekolah bagi ATS di Satuan Pendidikan. Metode ini memiliki karakteristik
utama yaitu menggunakan data interaksi yang dihasilkan dari diskusi di antara
para partisipan . Mendalami data dan informasi kualitatif dari hasil wawancara
dan observasi dilakukan dengan KDT. Tema atau isu dan daftar pertanyaan
dalam KDT disusun secara khusus oleh tim pelaksana pemantauan dan
evaluasi berdasarkan hasil wawancara dan observasi.

F. LAPORAN AKHIR
Data dan informasi yang diperoleh dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
diolah oleh Direktorat SD untuk merumuskan hasil akhir berupa penilaian secara
keseluruhan yang menunjukan keberhasilan maupun kegagalan Program
Kembali Bersekolah bagi ATS di satuan pendidikan pada seluruh wilayah
intervensi program.
Laporan akhir memuat analisis sejumlah faktor penyebab keberhasilan atau
kegagalan yang nantinya akan menjadi rekomendasi untuk perbaikan program.
Data dan informasi juga dapat menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan
untuk mereplikasi Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan pendidikan.
Hasil pemantauan dan evaluasi selanjutnya disebarluaskan kepada para pihak
terkait sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi diri untuk peningkatan kualitas
Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan pendidikan.

29
BAB VI
PENUTUP
Buku Panduan Program Kembali Bersekolah disusun sebagai pedoman
kegiatan program Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten/Kota agar dalam
pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan sesuai dengan maksud dan tujuan dari
program tersebut sehingga masalah ATS dapat dituntaskan.
Melalui Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan pendidikan,
fenomena ATS diharapkan dapat berkurang, bahkan dituntaskan. Bukan hanya
dengan mengembalikan dan mendaftarkan ATS ke satuan pendidikan, namun juga
memastikan agar ATS memiliki Profil Pelajar Pancasila, dan kemampuan literasi
maupun numerasi hingga mereka menamatkan pendidikannya di jenjang sekolah
dasar.
Demikian panduan ini disusun agar dapat memberikan arahan dan petunjuk
praktis kepada pihak-pihak yang terkait untuk berkolaborasi dalam memahami
Program Kembali Bersekolah bagi ATS di Satuan pendidikan.

30
CATATAN AKHIR
1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, APK/APM
Kemdikbud dan Kemenag Indonesia, diakses pada 24 April 2021
darihttps://apkapm.data.kemdikbud.go.id/index.php/cberanda/apkapmsekolahmad
rasah?kode_wilayah=000000&tahun=2019#sd.

2 United
Nations Children’s Fund Indonesia, Situasi Anak di Indonesia,
UNICEF Jakarta, 2020, hlm 37.

3Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan UNICEF, Strategi


Nasional PenangananAnak Tidak Sekolah, Jakarta, 2019, hlm 19-20.

4 Kemdikbud, Tujuan Kemdikbud, diakses pada 24 April 2021


darihttps://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-kemdikbud/visi-dan-
misi#:~:text=Tujuan%20Kemendikbud%20pada%202020%2D2024,berpusat%20pada%
20perkembangan%20peserta%20didik.&text=Pelestarian%20dan%20pemajuan%20bud
aya%2C%20bahasa,serta%20pengarus%2Dutamaannya%20dalam%20pendidikan

5 Informasi lebih lanjut tentang SIPBM dapat diperoleh pada beberapa


website resmi pemerintah, misalnya:
https://sdm.data.kemdikbud.go.id/upload/files/PDSPK.pdf,
http://sipbm.kemendesa.go.id/

6 Suryana, A, Strategi Monitoring dan Evaluasi Sistem Menjaminan Mutu


Internal Sekolah, diakses pada 29 April 2021
darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197203211
999031
-ASEP_SURYANA/Copy_of_STRATEGI_MONITORING_DAN_EVALUASI.pdf.

7 Afianti,Y, Focused Group Discussion Sebagai Metode Pengumpulan Data


Penelitian Kualitatif, diakses pada 29 April 2021 dari
https://media.neliti.com/media/publications/110859-ID-focus-group-discussion-
diskusi-kelompok.pdf.

Sustainable Development Goals, diakses pada 11 Mei


2021 darihttps://www.sdg2030indonesia.org/

Kemkes. Pengertian CSR, diakses pada 11 Mei


2021
darihttps://promkes.kemkes.go.id/csr/pengertian-csr

31

Anda mungkin juga menyukai