Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manajemen Pembiayaan Pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan


perencanaan, penggunaan (pelaksanaan) dan pertanggungjawaban dana pendidikan di lembaga
pendidikan atau sekolah. Secara umum kegiatan pokok yang ada dalam manajemen pembiayaan
pendidikan meliputi: (1).Perencanaan anggaran (Budgeting) yaitu kegiatan mengkoordinir semua
sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik. (2)
Pelaksanaan (implementation involves accounting) yaitu penggunaan dana berdasarkan rencana
yang telah dibuat. (3) Pertanggung-jawaban (auditing), yaitu proses penilain terhadap
pelaksanaan program yang telah dibuat untuk pencapaian tujuan. Pertanggungjawaban adalah
proses pembuktian bahwa apa yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan, hal ini
meliputi pertanggungjawaban, penerimaan dana, penyimpanan dan pengeluaran dan sesuai
perencanaan(proporsional).

Dari sekian banyak sumber daya pendidikan, uang merupakan salah satu komponen yang
berperan sangat penting. Hal ini dikarenakan oleh asumsi bahwa keuangan atau pembiayaan
merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak dapat dikatakan hanya bergantung pada
uang atau pendanaan, tapi tanpa didukung oleh pendanaan yang memadai,maka proses
pendidikan sulit diharapkan tercapai secara efektif. Uang (pendanaan) ibarat bahan bakar dalam
sistem kerja sebuah mobil, yang mati hidupnya ditentukan oleh ketersediaan bahan bakar.

Mutu pendidikan sangat berkorelasi dengan sumber daya manusia yang menjalankan
fungsi struktur organisasi secara tepat. Dalam menjalankan roda organisasi lembaga pendidikan
membutuhkan pemimpin yang dapat mengefektifkan sumber daya menjadi sumber kekuatan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (Sukino, 2016).Hal ini karena lembaga
pendidikan merupakan sarana investasi sumber daya manusia (SDM) yang menjadi kunci
pembangunan ekonomi suatu bangsa.

Konsep investasi sumber daya manusia hampir sama dengan konsep investasi manusia,
yang nilainya dapat berkembang melalui proses pengembangan pendidikan. Menurut Syaiful
Sagala (2011) Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 49
menyatakan bahwa “dana pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari APBN dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Daerah
(APBD)” (Pemerintah Pusat, 2003) untuk memenuhi penyelenggaraan pendidikan nasional,
mengingat pentingnya investasi sumber daya manusia untuk kemajuan ekonomi negara.
Menurut Mendikbud anggaran Pendidikan di dalam APBD harus menyentuh angka 20
persen. Dengan realisasi anggaran pendidikan tersebut diharapkan dunia pendidikan nasional
bisa berkembang lebih baik dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Alokasi
anggaran memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kualitas pendidikan, hal
tersebut dapat terlihat dari besarnya biaya pendidikan yang ditetapkan setiap tahunnya di
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga dapat dikatakan kuatnya keadaan
ekonomi suatu negara akan berpengaruh terhadap pengalokasian sumber biaya pendidikan
maupun terhadap kebijakan yang akan diambil dan dilaksanakan oleh suatu negara dalam bidang
pendidikannya.

Pendapatan ekonomi yang berbeda-beda di setiap wilayah menyebabkan melambatnya


kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk pendidikan. Di sini menjadi tugas pemerintah untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Pemerintah harus mengawasi agar anggaran
pendidikan benar-benar sudah disalurkan secara merata.

Supriadi (2003:76) menyatakan bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu komponen
masukan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan diperlukan
untuk memfasilitasi pelaksanaan kebijakan program sekolah, terlaksananya aktivitas sekolah
(intra maupun ekstra), dan dapat mengembangkan sekolah sebagai lembaga yang bermutu. Biaya
pendidikan diperlukan juga untuk memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan program sekolah,
terlaksananya aktivitas sekolah baik intra maupun ekstra dan dapat mengembangkan sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang bermutu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Pemerintah ikut bertanggung jawab atas pendidikan warga negaranya.
Pemerintah wajib membiayai pendidikan setiap warga negaranya dengan anggaran pendidikan
minimal 20% dari APBD. Dengan demikian diharapkan setiap warga negara dapat memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin.
Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi pembaharuan
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas,
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Alokasi Anggaran Pendidikan


Berdasarkan Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke-4 mengamanatkan bahwa negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta
dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Menteri
Keuangan, Sri Mulyani menyebut “bahwa belanja negara untuk pendidikan pada tahun
2021 naik 5 kali lipat menjadi Rp550 triliun. Kenaikan anggaran dilakukan untuk
mendukung bidang pendidikan di masa pandemi covid-19.” (Merdeka, 2021, diakses dari
merdeka.com)

Pengalokasian anggaran pendidikan dapat melalui:


a. Anggaran Pendidkan dan Melalui Pembiayaan
Alokasi pendidikan melalui pembiayaan dilakukan melalui pengelolaan
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional dan dana abadi penelitian. Pembiayaan
ini bersifat investasi. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional menjamin
keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya yang
pengelolaannya dilakukan oleh BLU Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan
(LPDP).
Anggaran pendidikan melalui pembiayaan digunakan untuk dana
pengembangan pendidikan nasional, dana abadi penelitian, dana abadi
kebudayaan dan dana abadi perguruan tinggi. Dana tersebut diharapkan dapat
digunakan untuk program bantuan beasiswa mahasiswa dan mendukung proses
pengembangan inovasi penelitian.

b. Anggaran Pendidikan Melalui Belanja Pemerintah Pusat


Terdapat dua komponen anggaran pendidikan melalui belanja pemerintah pusat,
yaitu anggaran pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan
anggaran pendidikan pada Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA
BUN).

c. Anggaran Pendidikan Melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa


Transfer ke daerah dan dana desa merupakan wujud aplikasi dari pelaksanaan
kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bagaikan dua
sisi koin yang tidak terpisah satu sama lain. Otonomi daerah sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 adalah hak, kewajiban, dan
wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Konsekuensinya, beberapa
urusan Pemerintah Pusat diserahkan kepada daerah otonom, termasuk di
dalamnya penyerahan wewenang untuk mengatur dan mengelola anggaran belanja
daerah (desentralisasi fiskal). Desentralisasi fiskal mengakomodasi kebutuhan
pemerintah daerah karena dianggap lebih mengetahui kebutuhan daerahnya.

Negara Indonesia sendiri sudah merealisasikan anggaran pendidikan hingga mencapai 20% dari
tahun ke tahun yang dapat dilihat pada diagram di bawah.

Tabel 2.1 Anggaran Pendidikan Di Indonesia

B. Pengalokasian Anggaran Pendidikan


Anggaran pendidikan dialokasikan atau didistribusikan untuk menentukan berapa banyak
uang yang akan digunakan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah (Depdiknas: 2009).
Dalam situasi ini, peran kepala sekolah atau pemimpin madrasah sangat penting karena kepala
sekolah menentukan kebijakan anggaran. Rohmat (2016) Rencana Anggaran Pendapatan Belanja
Madrasah (RAPBM) selalu dikaitkan dengan pengalokasian dana pendidikan. Rencana ini dapat
disusun secara rutin tiap tahun sekali dan dapat dilakukan oleh kepala madrasah, guru, siswa,
bendahara, dan komite sekolah setiap semester, sesuai dengan tahapan penyusunan anggaran
(Fatah, 2012). Anggaran memiliki peran manajemen dalam hal perencanaan dan pengawasan.
Karena itu, desain anggaran yang tepat menjadi salah satu komponen yang sangat penting. Ainul
Mardiyah Usman pada tahun 2017. Sekolah membuat RAPBS berdasarkan anggaran rutin, yang
mencakup biaya untuk staf, barang, dan jasa, belanja modal dan biaya pemeliharaan. APBK
dimaksudkan untuk memberikan insentif kepada wali kelas. Dana yang bersumber dari APBN
dialokasikan untuk pengembangan kompetensi lulusan, seperti insentif pengayaan sore hari,
pengembangan profesi guru, biaya remedial dan pengayaan, rehabilitasi gedung, PMR, dan
pengadaan mebeler yang dianggap sedang dan tidak membutuhkan banyak dana. Untuk tujuan
pendidikan, dana dapat dialokasikan dengan cara berikut:
1. Pengalokasian dana DIPA
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pelaksanaan
tahun anggaran yang bersangkutan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dimulai dengan penyusunan dan pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran.
Dokumen pelaksanaan anggaran ini disebut Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
dan disusun dan disahkan oleh pengguna anggaran. Berikut adalah contoh penggunaan
dana DIPA: 1) Belanja pegawai (kode 51), 2) Belanja barang (kode 52), 3) Belanja modal
(kode 53), 4) Belanja gaji pegawai, belanja tunjangan seperti sertifikasi dan tukin.

2. BOS (Dana Bantuan Operasional Sekolah)


BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan biaya
operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib
belajar, Adapun dana BOS dialokasikan sebagai berikut.
a. Penerimaan peserta didik baru (PPDB)
b. Pengembangan perpustakaan
c. Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
d. Kegiatan asesmen /evaluasi pembelajaran
e. Administrasi kegiatan sekolah
f. Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan
g. Layanan daya dan jasa
h. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
i. Penyediaan alat multimedia pembelajaran
j. Pembayaran guru berstatus non Aparatur Sipil Negara (ASN

3. Komite Sekolah
Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang terdiri dari komunitas sekolah, orang tua
dan wali siswa, serta orang lain yang peduli dengan pendidikan. Komite sekolah dibentuk
atas prakarsa masyarakat dan sudah diatur oleh UUSPN No 20 tahun 2003. UUSPN No
20 tahun 2003 menyatakan komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang
dibentuk dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana prasarana, dan
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Oleh karena itu, komite sekolah
harus memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang tua, pemerintah setempat, dunia
usaha, dan masyarakat umum bahwa sekolah itu dapat dipercaya. Salah satu tugas
sekolah adalah mendorong sumbangan. Bagaimana dana komite digunakan, antara lain:
Pengadaan sarana dan prasarana, Pengadaan toilet siswa, Pembuatan sarana olah raga,
Pembuatan gedung aula, Pembuatan ruang kelas, Dana sosial untuk siswa sakit,
Penghargaan siswa berprestasi dan beasiswa siswa berprestasi jalur akademik maupun
non akademik, Kegiatan kreativitas siswa, Karnaval, Acara pentas seni pada saat
pelepasan siswa baru, Bulan Bahasa, Expo kampus, Kegiatan hari besar keagamaan dan
hari besar nasional.

Setiap alokasi dana harus selalu dievaluasi dengan tujuan menentukan tindakan yang
tepat dan tidak tepat serta menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kinerja di masa
depan. Fungsi evaluasi yang sah adalah mencegah kesalahan terjadi lagi. Tiga hal membentuk
evaluasi dan pertanggung jawaban keuangan sekolah: metode untuk mengontrol penggunaan
dana, jenis pertanggung jawaban keuangan sekolah, dan pengawasan eksternal. Sekolah harus
memenuhi standar nasional dalam monitoring dan evaluasi. Standar pembiayaan sekolah
adalah salah satunya (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).

Tabel 2.2

Dari seluruh tahapan pengelolaan dan pengalokasian dana kegiatan evaluasi merupakan tahapan
terakhir setelah tahap perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Evaluasi
didefinisikan oleh Nanang Fattah sebagai proses pembuatan pertimbangan menurut suatu
perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Fattah juga
mengemukakan bahwa diantara tujuan evaluasi adalah untuk
a. Memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah dicapai,
dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.
b. Menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi kepada
penggunaan sumber daya pendidikan (manusia atau tenaga, sarana dan prasarana, biaya)
secara efisien dan ekonomis.

C. Implementasi Alokasi Anggaran Pendidikan di Indonesia


Pendidikan yang berkualitas tentunya tidak terlepas dari alokasi anggaran pendidikan
yang dikelola dengan baik dan tepat agar dapat mendukung terciptanya pendidikan yang
bermutu. Karena itu alokasi anggaran pendidikan sangat berperan penting terhadap
pengimplementasian program-program pendidikan di Indonesia, selain itu yang menjadi prioritas
bagi Indonesia yaitu mengurangi adanya ketimpangan pendidikan di setiap daerah dengan
memberikan fasilitas pendidikan yang sama dan merata.

Setiap daerah di Indonesia pasti mengharapkan masyarakatnya sejahtera dengan memiliki


pertumbuhan ekonomi yang baik, kehidupan yang layak, keterampilan yang mumpuni yang
dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Harapan tersebut tentunya
tidak terlepas dari peran pendidikan yang dapat menciptakan sumber daya manusia yang unggul
dan berkualitas karena itu Gaffar dalam Sugiatmo, Harjoko (2011, hlm.2) menyatakan bahwa
“usaha untuk melanjutkan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun” dan “
peningkatan alokasi anggaran pendidikan dan peningkatan fungsi-fungsi pengawasan”
merupakan bagian dari “agenda mendasar …untuk memajukan sistem pendidikan nasional”.
Dengan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pentingnya ketepatan dalam mengelola
anggaran pendidikan agar dapat menunjang program pendidikan yang dilaksanakan.

Sumber dana untuk pendidikan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (provinsi


kabupaten/kota), swadaya lembaga sekolah dan masyarakat. Dana yang berasal dari Pemerintah
Daerah diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang mengatur besarnya alokasi anggaran pendidikan
melalui belanja negara sebagai bentuk implementasi kebijakan otonomi daerah pada fungsi
pendidikan. Menurut Kemendikbud RI (2020), Anggaran Pendidikan Daerah yaitu anggaran
pendidikan menurut urusan pendidikan di luar transfer daerah. Transfer ke daerah merupakan
wujud aplikasi dari pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang bersumber dari APBN.

Dalam mengalokasikan anggaran Pendidikan daerah, Dinas Pendidikan Indonesia


memprioritaskan 7 program yakni Program Pendidikan Menengah, Program Pendidikan Khusus
dan Pendidikan Layanan Khusus, Program Pembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Penyusunan Rencana
Pengendalian dan Evaluasi serta Pelaporan, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Dinas Pendidikan, dan Program Pendukung Administrasi Perkantoran Pemerintah Daerah Dinas
Pendidikan. Usaha memaksimalkan penyerapan serta pendistribusian anggaran pendidikan yang
dialokasikan mampu menjadi sarana dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan
menjadikannya aset bangsa yang sesungguhnya.
Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari APBN dan APBD, Oleh karena itu semakin besar pendapatan
yang diterima negara dan daerah maka semakin besar pula alokasi dana untuk pendidikan. Di
Indonesia sendiri pengalokasian untuk dana pendidikan di setiap daerah masih banyak yang
belum mencapai 20% dari total APBD, pada tahun 2015 tidak ada daerah yang menyentuh
persentase 20% dan kesenjangan tingkat persentase tiap daerah cukup tinggi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya ketimpangan pendidikan yang cukup serius, namun pada tahun 2020
banyak daerah yang mengalokasikan anggaran pendidikan lebih dari 20% dari APBD murni
tanpa transfer daerah.

Tabel 2.3

Persentase alokasi anggaran urusan pendidikan terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun dan diharapkan dengan alokasi anggaran pendidikan yang semakin meningkat juga
dapat beriringan dengan kualitas pendidikan yang semakin meningkat di setiap daerah

D.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget


merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun
waktu tertentu. Oleh karena itu,dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan anggaran (penganggaran/budgeting) merupakan
langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini
melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan
negosiasi atau perundingan/kesepakatan antara puncak pimpinan dengan pimpinan di bawahnya
dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi
merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap
sumber dana. Perencanaan penganggaran dilandasi prinsip-prinsip dan posedur yang tepat.
Kepala sekolah belum menerapkan perencanaan penganggaran berbasis manajemen mutu
terpadu. Terutama dalam hal pemilihan bentuk desain anggaran yang digunakan. Pengalokasian
penggunaan dana BOS belum sesuai juknis. Dalam penyusunan RKAS kepala sekolah telah
melibatkan seluruh stakeholder sekolah.

Dalam pengalokasian dana pendidikan mengambil kebijakan (pimpinan sekolah/madrasah) harus


selalu berpegang pada prinsip transparansi dan akuntabilitas. Sebagai upaya mengelola dana
pendidikan yang efektif dan efisien dan memperhatikan skala prioritas dari ketersediaan dana
dengan mempertimbangan antara ketersediaan dana dengan kebutuhan yang lebih utama dalam
rangka memperlancar dan meningkatkan mutu proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai