Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDIDIKAN

Di ajukan untuk memenuhi tugas akhir semester


Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan dalam Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Samrin M.Pd.I

Oleh: Ervita Sari

NIM: 2021040201010

PROGRAM PASCASARJANA

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KENDARI

2022
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDIDIKAN

Abstrak

Pelaksanaan anggaran merupakan salah satu tahapan dari siklus anggaran yang dimulai
dari perencanaan anggaran, penetapan dan pengesahan anggaran oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran. Tahapan pelaksanaan anggaran ini dimulai ketika UU Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disahkan oleh DPR. Dalam melaksanakan anggaran
pendidikan yang telah dirancang, tentunya perlu di ketahui sumber dana suatu lembaga
pendidikan dan juga pengalokasian dana yang disusun dalam Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Sekolah (RAPBS).

I. PENDAHULUAN
Dalam Ketentuan Umum, dan pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan dijelaskan bahwa dana pendidikan adalah
sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan.
Sedangkan pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan
untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Dana pendidikan yang dimiliki lembaga
pendidikan haruslah dapat dikelola sesuai dengan kebutuhannya. Seringkali dana yang dimiliki
lembaga pendidikan terbatas atau kurang, sehingga lembaga pendidikan harus membuat daftar
anggaran pengeluaran sesuai dengan prioritas kebutuhan lembaga pendidikan.
Terkait dengan pendanaan pendidikan hukumnya adalah Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Selanjutnya pada Pasal 47 dinyatakan bahwa sumber pendanaan pendidikan ditentukan
berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan. Maksud prinsip keadilan di
sini adalah sumber pendanaan ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat daerah yang
bersangkutan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan sumber lain biaya penyelenggaraan
pendidikan. Begitu juga prinsip kecukupan adalah bahwa dana penyelenggaraan pendidikan
mencukupi untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sebagaimana ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005). Sedangkan
prinsip keberlanjutan di sini adalah bahwa dana pendidikan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan juga mewajibkan
pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota juga menganggarkan dana pendidikan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun dari sumber sumber
pendanaan pendidikan tersebut apakah cukup untuk membiayai pendidikan saat ini. Hal inilah
yang akan di bahas dalam makalah ini, bagaimanakah pelaksanaan anggaran pendidikan di
sebuah lembaga pendidikan.

II. PEMBAHASAN

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan
Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
Pelaksanaan anggaran merupakan salah satu tahapan dari siklus anggaran yang dimulai dari
perencanaan anggaran, penetapan dan pengesahan anggaran oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran. Tahapan pelaksanaan anggaran ini dimulai ketika UU Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) disahkan oleh DPR. Dalam rangka terjadinya kesatuan pemahaman
serta kesatuan langkah dalam pelaksanaan, pemerintah sebagai pelaksana dari UU APBN
selanjutnya menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sebagai dasar hukum pelaksanaan APBN. Pada saat ini keppres
yang berlaku adalah Keppres nomor 42 tahun 2002. Setelah perencanaan pembiayaan pendidikan
selesai dan disetujui oleh semua komponen yang terlibat, dan menghasilkan sebuah Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), tahapan manajemen selanjutnya yaitu
pelaksanaan pembiayaan pendidikan.
1. Sumber Dana Sekolah
Sumber dana pendidikan berasal dari semua pihak pihak yang memberikan bantuan subsidi
dan sumbangan yang diterima oleh lembaga sekolah, baik dari lembaga sumber resmi ataupun
dari masyarakat sendiri secara teratur. Diperjelas dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional No. 78 pasal 1 menjelaskan bahwa dana pendidikan adalah
sumber daya keuangan yang disediakan untuk penyelenggaraan dan mengelola pendidikan.
Sedangkan pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan
untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
Penerimaan pendapatan sekolah pada dasarnya ada beberapa sumber. Sumber yang
pertama adalah dari pemerintah yang kemudian dikenal dengan istilah dana BOS (Biaya
Operasional Sekolah). Dana BOS didapat dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Sumber yang kedua adalah berasal dari iuran komite sekolah (sumbangan
masyarakat). Sumber yang ketiga adalah dari unit usaha sekolah, bisa berupa koperasi sekolah,
persewaan sarana sekolah, hasil peternakan dan pertanian sekolah, bengkel milik sekolah dan
jasa-jasa yang lain. Sumber yang keempat adalah berasal dari sponsor atau mitra kerja. Biasanya
yang termasuk dalam mitra kerja adalah perusahaan bonafit yang bekerja sama saling
menguntungkan satu sama lain.

2. Pengalokasian Dana
Pengalokasian atau distribusi anggaran pendidikan adalah suatu rencana penetapan jumlah
dan prioritas uang yang akan digunakan dalam pelaksanaan pendidikan disekolah (Depdiknas:
2009). Dalam konteks ini fungsi pemimpin madrasah/sekolah sangat mentukan karena
pengambilan kebijakan dalam masalah anggaran ditentukan oleh kepala sekolah. Dalam rangka
pengalokasian dana pendidikan selalu mengacu pada Rencana Anggaran Pendapatan Belanja
Madrasah (RAPBM) ,yang penyusunannya bisa dilakukan secara rutin tiap satu tahun sekali dan
bisa dilakukan tiap semester dilakukan oleh kepala madrasah, guru, siswa, bendahara dan komite
sekolah sesuai dengan tahapan tahapan penyusunan anggaran. Pihak madrasah menyusun
RAPBS berdasarkan anggaran rutin meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, biaya
pemeliharaan, serta belanja modal. Adapun pengalokasian dana pendidikan dapat diperuntukan
sebagai berikut:
a. Pengalokasian Dana DIPA
Menurut undang undang no 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara dan undang undang
No1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada suatu tahun anggaran dimulai dengan penyusunan dan pengesahan
dokumen pelaksanaan anggaran, dokumen pelaksanaan anggran yang selanjutnya disebut sebagai
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
disusun oleh pengguna anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara (BUN). Adapun penggunaan dana DIPA adalah sebagai berikut:
1) Belanja pegawai
2) Belanja barang
3) Belanja modal
4) Belanja gaji pegawai, belanja tunjangan seperti sertifikasi dan tukin.
b. Dana BOS (Dana Bantuan Operasional Sekolah )
Dana BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan
biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib
belajar, Adapun dana BOS dialokasikan sebagai berikut:
1) Penerimaan peserta didik baru (PPDB)
2) Pengembangan perpustakaan
3) Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
4) Kegiatan asesmen /evaluasi pembelajaran
5) Administrasi kegiatan sekolah
6) Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan
7) Layanan daya dan jasa
8) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
9) Penyediaan alat multimedia pembelajaran
10) Pembayaran guru berstatus non Aparatur Sipil Negara (ASN)

c. Komite Sekolah
Komite sekolah merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/ wali peserta
didik, komunitas sekolah serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Komite sekolah
dibentuk atas prakarsa dari masyarakat dan sudah diatur dalam (UUSPN) No 20 tahun 2003
pasal 56 ayat 3 menyatakan komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan. Juga berdasarkan (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 pasal 8 yang menyatakan bahwa
masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan. Jadi komite sekolah harus mampu menyakinkan orang tua, pemerintah
setempat, dunia usaha dan masyarakat pada umumnya bahwa sekolah itu dapat dipercaya. Salah
satu peran sekolah adalah mobilisasi sumbangan. Adapun penggunaan dana komite di alokasikan
antara lain:
1. Pengadaan sarana dan prasarana
a. Pengadaan toilet siswa
b. Pembuatan sarana olah raga
c. Pembuatan gedung aula
d. Pembuatan ruang kelas
2. Dana sosial untuk siswa sakit
3. Penghargaan siswa berprestasi dan beasiswa siswa berprestasi jalur akademik maupun
non akademik
4. Kegiatan kreatifitas siswa
a. Karnaval
b. Acara pentas seni pada saat pelepasan siswa baru
c. dll.
3. Pelaksanaan Anggaran (Accounting)

Dalam manajemen pembiayaan pendidikan salah satu hal yang penting yaitu pelaksanaan
anggaran (accounting)/pembukuan, atau kegiatan pengurusan keuangan. Pengertian dari
accounting atau pembukuan adalah kegiatan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
pelaporan, dan penganalisisan data keuangan di sekolah yang dilakukan oleh bendahara sekolah.
Pengurusan keuangan meliputi 2 hal yaitu:

1. Pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima dan


mengeluarkan uang, pengurusan ini disebut dengan kepengurusan ketatausahaan.
2. Pengurusan tindak lanjut dari kepengurusan yang pertama yakni, menerima, menyimpan
dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan menentukan,
tetapi hanya melaksanakan dan dikenal dengan istilah kebendaharawanan. Bendaharawan
adalah orang atau badan yang oleh negara diberikan tugas untuk menerima, menyimpan,
dan membayar atau menyerahkan uang dan surat berharga sehingga dengan jabatan itu
mereka mempunyai kewajiban mempertanggungjawabkan terhadap urusannya kepada
Badan Pemerikasa Keuangan (BPK).

Peran dan fungsi pembukuan dalam pendidikan adalah menyediakan informasi keuangan
agar berguna dalam menentukan kebijakan anggaran yang dilakukan oleh sekolah. Secara garis
besarnya pelaksanaan keuangan dikelompokkan dalam dua kegiatan, yaitu penerimaan dan
pengeluaran keuangan.

Bagian yang sangat penting dalam tata kelola keuangan dalam suatu organisasi termasuk
sekolah adalah pembukuan. Pembukuan merupakan sumber informasi dari pertanggungjawaban
keuangan yang akan disajikan dalam bentuk laporan. Dalam tahap pembukuan ini semua
penerimaan dan pengeluaran uang harus dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu
dibukukan sesuai dengan norma/ aturan yang baku.

Secara umum pembukuan didefinisikan sebagai pencatatan semua transaksi penerimaan dan
pengeluaran dana yang dilakukan sekolah baik secara manual ataupun menggunakan komputer
ke dalam buku- buku sesuai dengan peraturan yang berlaku. Undang- undang Nomor 28 tahun
2007 mendefinisikan pembukuan sebagai proses pencatatan data dan informasi keuangan.
Karena pengertian ini masih merupakan pengertian umum, maka perlu dicari pengertian yang
lebih spesifik. Untuk tingkat sekolah, Buku Panduan BOS 2014 memberikan definisi pembukuan
sebagai pencatatan penerimaan dan pengeluaran dana oleh sekolah, di dalam buku kas umum dan
kas pembantu. Dari definisi tersebut ada beberapa hal pentimg yang harus dipahami untuk dapat
menyelenggarakan pembukuan dengan baik, yaitu: Jenis transaksi, jenis buku dan proses atau
alur pembukuan. Pembukuan suatu transaksi tergantung pada jenis transaksi.

Pembukuan juga berarti membukukan pada buku- buku yang tepat karena ada keterkaitan
dengan buku yang lainnya. Pembukuan yang dilakukan secara baik dan benar akan memberikan
manfaat bagi sekolah, karena melalui pembukuan memiliki data dan rincian yang berkaitan
dengan:

1. Setiap penerimaan dan pengeluaran sekolah/ madrasah sesuai dengan waktu terjadinya.
Informasi mengenai jenis, jumlah dan waktu penerimaan atau pengeluaran dengan mudah
dapat diketahui.
2. Dana yang masih tersedia dan telah terpakai pada periode tertentu.
3. Dasar penyusunan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
sekolah/ madrasah.

Pembukuan setiap transaksi yang berpengaruh terhadap penerimaan dan pengeluaran


yang wajib dicatat oleh benbdaharawan dalam buku kas yang berupa Buku Kas Umum (BKU)
dan Buku Kas Pembantu (BKP). Pencatatan di BKU dan BKP dilakukan sepanjang waktu setiap
ada transaksi penerimaan dan pengeluaran uang. Dengan pembukuan yang tertib, akan mudah
diketahui perbandingan antara keberadaan sumber daya fisik dan sumber daya manusia. Setiap
saat pembukuan harus dapat menggambarkan mutasi yang paling akhir. Dari pembukuan yang
baik, tertib dan teratur serta lengkap akan dapat disajikan pelaporan yang baik, lengkap dan
bermanfaat. Pembuatan laporan dilakukan secara langsung dan periodik dan dipertanggung
jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

III.PENUTUP
Kesimpulan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap siap. Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan
adalah kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu: pengurusan
yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, serta
tindak lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang.

Daftar Pustaka
Mujayaroh, Rohmat (2020). Pengelolaaln dan Pengalokasian Dana Pendidikan di Lembaga
Pendidikan. (Jurnal Of Islamic Education. Vol.1 No:1 Desember 2020)

Rumlus, dkk. (2021). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja. (Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial. Vol. 10 No:2 November 2021).

Sanisah, Siti (2022). Pelaksanaan Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan. (Jurnal Kajian,
Penelitian, dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 10 No:1 April 2022).

Putera, R.E (2010). Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan dalam Mewujudkan


Peningkatan Era Otonomi Daerah di Kabupaten Solok. Vol. 10 No:2 2010.

Ramadjani, Y. Nasrah (2019). Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah (APBD) Pada Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Soppeng. (Jurnal Ilmiah Sistem Informasi dan Tekhnik Informatika. Vol.2
No: 2 2019).

Anda mungkin juga menyukai