Anda di halaman 1dari 16

OBJEK FILSAFAT ILMU DAN INTEGRASI

Oleh
ERVITA SARI
NIM: 2021040201010
No Absen: 04

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KENDARI

KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial

maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya

perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat Ilmu Pengetahuan

merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang berkenaan

dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha

membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan

sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha

memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap,

serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki

yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Sehingga kita

dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentukan mana

yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu

pengetahuan.

Dalam mempelajari fillsafat ilmu, tentu kita juga harus memahami tujuan,

manfaat, dan objek filsafat ilmu itu sendiri. Tujuan dari filsafat ilmu antara lain yaitu

(1) Mendalami unsur unsur pokok ilmu, (2) Memahami sejarah pertumbuhan,

perkembangan, dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, (3) Menjadi pedoman bagi

para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi diperguruan tinggi, (4)

1
Mendorong pada calon ilmuwan dan ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami

ilmu dan mengembangkannya.

Selain tujuan, kita juga akan membahas tentang objek filsafat ilmu. Objek filsafat

ilmu sendiri terbagi menjadi 2 macam yaitu objek material dan objek formal. Dalam

makalah ini akan di bahas lebih rinci mengenai objek material dan objek formal

kajian filsafat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian objek material filsafat ilmu?

2. Apa pengertian objek formal filsafat ilmu?

3. Apa Perbedaan objek material dan objek formal filsafat ilmu?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian objek material filsafat

2. Mengetahui pengertian objek formal filsafat

3. Mengetahui perbedaan objek material dan  objek forml filsafat

2
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah

mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan. Sejak zaman kuno, pertengahan dan

modern telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai

variasinya. Dalam proses tersebut melahirkan pemikiran yang mengantarkan

pemikiran umat manusia dari mitologi oriented pada arah menuju pola pikir ilmiah

(perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris).

Setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales,

Anaximenes, Phitagoras, Heraklitos, Parminides, dan pemikir-pemikir lainnya maka

pemikiran filsafat berkembang secara cepat karena adanya arus gerakan rasionalisme,

empirisme, dan positivisme. Gerakan ini dipelopori oleh pemikir kotemporer yang

mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada

pengetahuan ilmiah.

Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka

lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat umum. Filsafat ilmu

sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya ilmu (pengetahuan).

Filsafat adalah peletak dasar suatu pengetahuan. Oleh sebab itu filsafat disebut

sebagai induk segala ilmu pengetahuan (mater scientarium). Filsafat berasal dari kata

Yunani yaitu “philosophia” yang artinya cinta keraifan. Akar katanya adalah philos

(philia : cinta, kekasih, sahabat, kecenderungan pada sesuatu) dan sophia (kearifan,

3
kebijaksanaan, pengetahuan). Jadi secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan atau

pengetahuan.

Filsafat adalah suatu studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan

pemikiran manusia secara kritis, mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi,

memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari

proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah. Filsafat dimulai

dari perenungan untuk mengusahakan kejelasan, keruntutan dan keadaan memadai

dari pengetahuan agar memperoleh pemahaman.

Filsafat memiliki karakteristik seperti :

1. Filsafat sebagai berpikir secara kritis

2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis

3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut

4. Filsafat adalah berpikir secara rasional

5. Filsafat bersifat komprehensif

Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup

pengalaman kita. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten

dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Hakikat ilmu bersifat pramatis yaitu

ilmu tidak mencari kebenaran absolut tetapi kebenaran yang bermanfaat bagi manusia

dalm tahap perkembangan tertentu. Ilmu bersifat konsisten artinya penemuan yang

satu didasarkan kepada penemuan-penemuan sebelumnya.

Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan

mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemologis, maupun

4
aksiologis. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologis

(filsafat pengetahuan) yang secara spesific mengkaji hakikat ilmu.

Menurut Prof. Dr. Absori, Filsafat ilmu adalah sebagai filsafat yang

membicarakan/merefleksikan secara mendasar dan integral mengenai hakikat ilmu

tertenti. Sedangkan filsafat adalah berpikir mencari jawaban, dimana jawaban yang

ditemukan tidak bersifat mutlak. Sedangkan menurut Prof. Dr. Musa Asy’ari, filsafat

adalah berpikir radikal dalam mencari akar dari realistis metafisis bebas.

Tujuan filsafat ilmu adalah memberikan pemahaman tentang apa dan bagaimana

hakikat, sifat dan kedudukan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam cakrawala

pengetahuan manusia. Disamping itu filsafat ilmu juga memperluas wawasan ilmiah

sebagai kesiapan dalam menghadapi perkembangan iptek yang berlangsung dan maju

dengan begitu pesatnya, cepat, spektakuler, mendasar, yang secara intensif

menyentuh segi dan sendi kehidupan dan secar intensif merombak budaya manusia.

Dengan begitu filsafat ilmu merupakan penerus pengembangan filsafat pengetahuan.

Pada dasarnya, filsafat ilmu bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari

kehidupan sehari-hari. Hal ini karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta

dapat dipikirkan bisa menjadi objek filsafat apabila selau dipertanyakan, dipikirkan

secara radikal guna mencapai kebenaran. Louis Kattsoff menyebutkan bahwa

lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan

manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Langeveld (1955)

menyatakan bahwa filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan sarwa sekalian

secara radikal dan menurut sistem. Sementara itu, Mulder (1966) menjelaskan bahwa

5
tiap tiap manusia yang mulai berpikir tentang diri sendiri dan tempat-tempatnya

dalam dunia akan menghadapi beberapa persoalan yang begitu penting. Dengan

demikian, persoalan itu dapat disebut persoalan pokok, yaitu: (1) adakah Tuhan dan

siapakah Tuhan itu? (2) apa dan siapakah manusia?, (3) apakah hakikat dari segala

realitas, apakah maknanya, dan apakah intisarinya? Lebih jauh, E.C. Ewing dalam

bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962) menyatakan bahwa

pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukkan objek filsafat)

adalah: truth (kebenaran), matter (materi), mind (pikiran), the relation of matter and

mind (hubungan antara materi dan pikiran), space and time (ruang dan waktu), cause

(sebab-sebab), freedom (kebebasan), monism versus pluralism (serba tunggal lawan

serba banyak), dan God (Tuhan).

Sebagaimana yang dijelaskan A. Susanto, bahwa Isi filsafat ditentukan oleh

objek yang dipikirkan. Objek adalah sesuatu yang menjadi bahan kajian dari suatu

penelaahan atau penelitian tentang pengetahuan. Objek yang difikirkan oleh filosof

adalah sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dan setiap ilmu pengetahuan pasti

mempunyai objek, baik yang bersifat materiil maupun formal. Atau dengan kata lain,

objek adalah sasaran pokok atau tujuan penyelidikan keilmuan, baik objek materiil

maupun objek formal.

Pendapat – pendapat tersebut menggambarkan betapa luas dan mencangkupnya

objek filsafat, baik dilihat dari sustansi masalah maupun sudut pandangnya terhadap

masalah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala

sesuatu yang maujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal).

6
Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat dalam objek materiil dan

objek formal.

2.1. Objek Materiil

Objek materiil dari filsafat adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan

pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materiil filsafat

ini mencakup segala hal, baik hal-hal yang konkret maupun yang tidak konkret (hal-

hal yang nyata maupun hal-hal yang abstrak atau tidak nampak). Menurut

Poedjawijatma (1980) objek materiil filsafat ialah yang ada yang mungkin ada. Objek

filsafat materiil ini meliputi segala hal dari keseluruhan ilmu yang mnyelidiki segala

sesuatu. Muhammad Noor (1981) berpendapat bahwa objek filsafat itu dibedakan atas

objek materiil dan non materiil. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang ada

dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil

meliputi hal-hal yang abstrak dan psikis. Termasuk juga objek non materiil ini adalah

pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai, dan lain-lain.

Tentang objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materiil sains,

namun bedanya, satu, sains menyelidiki objek materiil yang empiris, semntara filsafat

menyelidiki bagian objek yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan,

hari akhir, yaitu objek materiil yang selamanya tidak empiris.

Jadi dengan melihat beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini  dapat

dipahami bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan kata lain, objek

filsafat ini tidak terbatas, yang dalam pandangan Louis O. Kattsoff dalam

burhanuddian Salam (1988), bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya,

7
yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin

diketahui manusia. Begitu luasnya kajian atau objek filsafat ini menyangkut hal-hal

yang tampak fisik maupun psikis. Hal-hal fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik

yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun yang dalam kemungkinan.

Meliputi juga lam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia.

Sedangkan hal-hal yang psikis atau non fisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan,

norma-norma, nilai, keyakinan dan lainnya.

Suatu objek materiil, merupakan suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk

diketahui. Karena didalamnya terkandung segi-segi kuantitatif berganda, berjenis-

jenis dan kualitatif bertingkat-tingkat dari yang konkret ke tingkat abstrak. Sebagai

contoh objek materiilnya adalah ‘manusia’, dari segi kuantitatif meliputi banyak jenis

menurut ras, suku, ciri khas, dan individualitasnya yang selanjutnya menjadi

kompleks dalam setiap perilaku hidupnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa

objek materiil memiliki segi yang jumlahnya tak terhitung. Sedangkan kemampuan

akal fikir manusia bersifat terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh

pengetahuan yang benar, dan pasti mengenai suatu objek maka perlu dilakukan

pembatasan-pembatasan jenis objek, dan selanjutnya titik pandang artinya dari segi

mana objek materiil itu diselidiki.

Objek material filsafat dapat dibagi atas tiga persoalan pokok :

1.     Hakikat Tuhan (Teologi)

2.     Hakikat Alam (Kosmologi)

3.     Hakikat Manusia (Antropologi)

8
2.2. Objek Formal

Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-

dalamnya sampai ke akarnaya) tentang objek materi filsafat. Menurut Oemar Amin

Hoesin, objek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang sedalam-

dalamnya tentang objek material filsafat (segala sesuatu yang ada dan mungkin ada).

Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah sudut pandang

menyeluruh, yang secara umum dapat mencapai hakikat dari objek materiilnya.

Objek formal filsafat adalah cara memandang atau cara meninjau yang dilakukan

oleh seorang   peneliti terhadap objek materialnya, seperti prinsip-prinsip yang

digunakannya.  Objek formal filsafat membahas objek material secara menyeluruh

sehingga sampai pada hakikat dari objek materialnya.  Objek formal suatu ilmu tidak

hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi secara bersamaan dibedakan dari bidang-

bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga

menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Jadi, objek filsafat ini membahas objek

materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.

Misalnya, objek materi manusia. Dari segi kejiwaan, keragaan, keindividuan,

kesosialan dan segi dirinya sebagai makhluk Tuhan, masing-masing menentukan

lingkup dan wawasannya sendiri sendiri yang berbeda-beda. Karena itu, sudut

kejiwaan nanti akan melahirkan hasil keilmuan yang berbeda dengan keragaan.

Kesehatan jiwa dan raga tentunya berbeda. Apalagi dari sisi sosial dan individu juga

merupakan bidang keilmuan yang berbeda sudut pandangnya. Oleh sebab itu,

9
wajarlah jika pengetahuan yang diperoleh juga berlainan tergantung sudut pandang

atau pendekatan yang dipilih gunakannya.

Objek formal filsafat dibagi menjadi 3 landasan pengembangan ilmu pengetahuan :

1.     Landasan ontologis

2.    Landasan epistemologis

3.    Landasan aksiologis

Peran objek formal hanya menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek

di dalam imu penegetahuan. Selanjutnya, ia menentukan jenis ilmu pengetahuan yang

tergolong studi ilmu apa, dan tergolong sifat ilmu yang kualitatif ataukah kuantitatif.

Hal ini berarti bahwa dengan objek formal ruang lingkup ilmu pengetahuan bisa

ditentukan.

3.3. Perbedaan Objek Materiil dan Objek Formal

Penjelasan diatas, dapat dianalisa dan dijelaskan tentang perbedaan antara

objek material dan objek formal filsafat ilmu.

Pertama, Objek materiIl filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan

penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang

atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang

konkret ataupun yang abstrak.  Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas

pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang

nyata maupun yang abstrak.

10
Kedua, Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal, yaitu segala sesuatu

yang ada dan realistis, sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu

bersifat khusus dan empiris.

Objek materiil mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi

hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang

sebenarnya.  Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu

guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti objek materiIl itu secara hakiki,

mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam. Objek formal inilah sudut

pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat

berusaha memahami sesuatu se-dalam dalamnya. Selanjutnya mempunyai kedudukan

dan peran yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu

pengetahuan, kemudianmia menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong

bidang studi apa, dan sifat ilmu pengetahuan yang tergolong kualitatif dan kuantitatif.

Jadi, objek formal filsafat ilmu adalah esensi ilmu pengetahuan, artinya filsafat

ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan

seperti: apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran

ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem-problem inilah yang

dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan

ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Selanjutnya pendalaman analisa, terkait persoalan mendasar mengenai objek

formal yang menjadi esensi daripada ilmu pengetahuan, sekaligus memiliki peran

yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, akan

11
tetapi tanpa tanpa adanya objek material tidak akan pula ada sumber pengetahuan.

Hal ini memberikan pernyataan, dan pemahaman bahwa objek material dan objek

formal merupakan satu-kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan dalam bingkai

aspek kefilsafatan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Objek kajian filsafat dibagi menjadi dua macam, yaitu: objek materiIl dan objek

formal.

Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran. Sesuatu

hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek materiial mencakup apa

saja, baik hal-hal yang konkret maupun hal hal yang abstrak. Objek formal adalah

cara memandang atau cara meninjau yang dilakukan oleh seorang   peneliti terhadap

objek materialnya, seperti prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal filsafat

membahas objek material secara menyeluruh sehingga sampai pada hakikat dari

objek materialnya. Jadi, objek formal filsafat ilmu adalah esensi ilmu pengetahuan,

artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar

ilmu pengetahuan seperti: apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara

memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia?

Problem-problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu

pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Pembeda antara objek materiil dan objek formal salah satunya yaitu objek

materiil filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh

suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkret ataupun yang

abstrak.  Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu

13
diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang

abstrak.

Pembeda antara filsafat dengan ilmu-ilmu yang lainnya terletak dalam objek

materiil dan objek formalnya. Objek materiil filsafat tidak membatas diri, sedangkan

ilmu yang lainnya objek materialnya membatasi diri.

Objek materiil filsafat bersifat universal (umum) yaitu segala sesuatu yang

ada(realita), sedangkan objek formal filsafat bersifat khusus dan empiris.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Amsal. (2014). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hamdani. (2011). Filsafat Sains. Bandung: CV Pustaka Setia

Lubis, Yusuf. (2015). Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press Printing

Fakhry, Majid. (2002). Sejarah Filsafat Islam. Bandung: Misan Media Utama

Sumarna, Cecep. Filsafat Ilmu (2020). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

15

Anda mungkin juga menyukai