Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO (PDRB) DI PROVINSI BALI TAHUN 2018-2022

Diajukan oleh:

I WAYAN ARSA ADITYA

NIM : 2107511040

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2024

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8

BAB II ................................................................................................................ 9

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


PENELITIAN .................................................................................................... 9

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................ 9

2.1.1 Pengertian pertumbuhan ekonomi ........................................................ 9

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ......................................... 12

2.1.3 Tenaga Kerja ...................................................................................... 13

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah ..................................................................... 14

2.1.5 Penanaman Modal Asing .................................................................... 16

2.2 Kerangka Konseptual................................................................................ 17

2.2.1 Hubungan tenaga kerja dengan PDRB ................................................ 17

2.2.2 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan PDRB ............................. 18

2.2.3 Hubungan Penanaman Modal Asing dengan PDRB............................ 18

2.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 19

BAB III ............................................................................................................. 20

METODE PENELITIAN ................................................................................ 20

ii
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 20

3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 20

3.3 Objek Penelitian ....................................................................................... 20

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 20

3.4.1 Identifikasi Variabel ........................................................................... 20

3.4.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel .................... 21

3.5 Jenis Data ................................................................................................. 22

3.5.1 Jenis Data........................................................................................... 22

3.5.2 Sumber Data ...................................................................................... 23

3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................ 23

3.6.1 Analisis Regresi Linear Berganda ...................................................... 23

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 25

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB/Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Persen)


Tahun 2018-2022………………………………………………………………….2

Tabel 1.2 Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Orang) Tahun 2018-
2022…………………………………………………………………….………….4

Tabel 1.3 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Milyar


Rupiah) Tahun 2018-2022…………………………………………………………5

Tabel 1.4 Penanaman Modal Asing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Juta Rupiah)
Tahun 2018-2022………………………………………………………………….6

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Berkembang dalam
hal ini berarti negara ini sedang berusaha keras untuk mengembangkan diri dengan
melakukan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kemakmurannya (Mulyani,
2017). Negara yang sedang berkembang ini sebagian besar terletak di benua Asia,
dimana Indonesia termasuk kedalam negara berkembang yang tengah fokus dalam
memajukan dan meningkatkan sektor-sektor yang ada, khusunya dalam
pembangunan sektor perekonomian. Tanpa adanya pembangunan, tentu akan ada
banyak hal yang melambat dan tak tercapai, sedangkan tanpa adanya perekonomian
yang baik dapat menyebabkan ketidakmerataan kesejahteraan yang pada
masyarakat.

Pembangunan ekonomi merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas yang


berlangsung secara berkelanjutan dan sifatnya tidaklah insidental, dimana hal itu
dilaksanakan dalam upaya menaikkan pendapatan perkapita (Mulyani, 2017).
Sedangkan menurut Makarim (2021) pembangunan ekonomi bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang baik fisik maupun
psikis ke arah yang lebih baik, dengan tercapainya kesejahteraan di masyarakat
maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup. Pembangunan ekonomi ini dapat
menjelaskan proses keterkaitan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
serta masyarakat agar menjadi lebih baik dari sebelumnya, yaitu dengan cara
mengelola sumber daya manusia ataupun sumber daya alam yang ada. Dengan
dilakukan kerjasama yang baik, nantinya dapat membuka lapangan kerja baru yang
dimana hal itu akan memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat
daerah tersebut. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang stabil akan terbentuk secara
perlahan, dimana nantinya laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat diketahui
melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) rill.

1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total output barang dan
jasa yang diproduksi di suatu daerah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu daerah. Permasalahan pada pertumbuhan suatu daerah dengan daerah yang
lain berbeda tergantung pada banyak faktor yang memengaruhinya salah satunya
adalah kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah perlu memiliki perencanaan
yang baik dan mengidentifikasi secara tepat permasalahan yang ada agar
pertumbuhan ekonomi dapat tercapai (Rahman dan Chamelia, 2015). Kemudian
ekonomi daerah dapat dijelaskan sebagai sebuah penambahan ataupun peningkatan
yang terjadi pada Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan tidak
melihat kondisi tingkat pertumbuhan penduduk yang ada didaerah tersebut
(Sukirno, 2011). Kecepatan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat menjadi dua, yaitu
positif dan negatif. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif ditandai dengan
perkembangannya yang stabil dan perlahan meningkat, sehingga aktivitas ekonomi
di daerah tersebut terlihat ramai dan subur, sedangkan negatif akan cenderung
perlahan menurun dan dalam perkembangannya sangat tidak stabil, sehingga
membuat aktivitas ekonomi di daerah tersebut terkesan sepu dan lesu. Robert Solow
berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan
kondisi perekonomian yang terjadi pada suatu negara secara berkesinambungan
untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu 1 tahun
(Kemenkeu, 2018).

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB/Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Persen)


Tahun 2018-2022

Pertumbuhan PDRB/Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi


Kabupaten/Kota Bali (Persen)
2018 2019 2020 2021 2022
Kab. Jembrana 5,59 5,56 -4,98 -0,65 2,98
Kab. Tabanan 5,71 5,58 -6,17 -1,98 2,93
Kab. Badung 6,73 5,81 -16,55 -6,74 9,97
Kab. Gianyar 6,01 5,62 -8,39 -1,05 4,04
Kab. Klungkung 5,48 5,42 -6,38 -0,23 3,12
Kab. Bangli 5,48 5,45 -4,10 -0,33 2,80

2
Lanjutan Tabel 1.1
Kab. Karangasem 5,44 5,50 -4,49 -0,56 2,58
Kab. Buleleng 5,60 5,51 -5,80 -1,27 3,11
Kota Denpasar 6,42 5,82 -9,44 -0,92 5,02
Provinsi Bali 6,31 5,60 -9,34 -2,46 4,84
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018-2022

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, Pertumbuhan PDRB/ekonomi Provinsi Bali


pada periode 2018-2022 mengalami kenaikan dan penurunan berfluktuatif yang
berarti bahwa belum optimalnya tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup manusia
serta pemerataan di seluruh wilayah Bali. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2018
sebesar 6,31 persen kemudian turun menjadi 5,60 % dan lebih parahnya tahun
berikutnya mengalami pertumbuhan negatif menjadi -9,34 % tahun 2020 dan -2,46
% tahun 2021, dan mulai mengalami kenaikan kembali tahun 2022 sebesar 4,84 %.
Menarik untuk dikaji mengingat Bali memiliki sektor pariwisata yang sangat
terkenal dan masih dimungkinkan jika diolah dengan lebih baik dan maksimal.
Dimana pada saat itu terjadi pandemi covid 19 yang terjadi di seluruh belahan
dunia.

Pengkajian yang lebih mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi


PDRB perlu dilakukan. Semua itu perlu dilakukan agar pemerintah daerah dapat
lebih baik dalam menentukan, menciptakan dan menjalankan arah kebijakan dan
guna menghindari terjadinya missing dalam meletakkan fokus ataupun sasaran,
sehingga laju pertumbuhan dapat berkembang serta meningkat secara maksimal dan
dapat terdistribusi secara merata ke setiap elemen, bidang serta masyarakat daerah
setempat. Dari banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan PDRB,
ada beberapa faktor yang juga berpengaruh terhadapnya, seperti Tenaga Kerja,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Penanaman Modal Asing (PMA), hal ini diperkuat
dengan adanya hasil dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh
Febdianti (2017), Nasution (2010) dan Untari (2017).

3
Tabel 1.2 Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Orang) Tahun 2018-2022

Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Orang)


Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2021 2022
Kab. Jembrana 165.193 145.505 165.688 179.114 179.356
Kab. Tabanan 278.317 274.263 277.098 277.828 287.569
Kab. Badung 365.988 383.662 394.943 404.664 417.078
Kab. Gianyar 315.742 308.450 292.619 290.574 337.855
Kab. Klungkung 108.538 106.993 106.852 104.268 115.235
Kab. Bangli 149.640 146.585 146.377 147.556 151.191
Kab. Karangasem 259.007 256.257 259.153 262.729 278.920
Kab. Buleleng 382.591 350.778 382.712 376.174 391.692
Kota Denpasar 536.502 535.801 542.477 537.616 579.643
Provinsi Bali 2.561.518 2.508.294 2.567.919 2.580.523 2.738.539
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018-2022

Angka pada tabel 1.2 diatas merupakan data dari penduduk yang bekerja,
yang berada pada usia kerja di Provinsi Bali yaitu usia (15-64 tahun). Dari data
diatas dapat diketahui bahwasannya jumlah tenaga kerja di setiap Kabupaten/Kota
Provinsi Bali dari tahun 2018 hingga 2022 mengalami perkembangan secara
fluktuatif, yang mana pada tahun 2018 tenaga kerja di Kabupaten Denpasar
berjumlah 536.502 ribu jiwa, lalu meningkat menjadi sebesar 579.643 ribu jiwa di
tahun 2022. Yang mana dapat diketahui melalui tabel bahwasanya walaupun dari
tahun ke tahun perkembangan nya mengalami fluktuatif, namun jika dilihat secara
besaran jumlah total keseluruhan diawal dan diakhir maka dari tahun 2018 hingga
tahun 2022 tenaga kerja mengalami peningkatan.

4
Tabel 1.3 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Milyar
Rupiah) Tahun 2018-2022

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali


Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)
2018 2019 2020 2021 2022
Kab. Jembrana 126.47 133.69 148.04 185.00 175.99
Kab. Tabanan 363.37 354.55 313.04 362.31 436.40
Kab. Badung 4,555.71 4,835.18 2,116.97 1,750.34 3,705.74
Kab. Gianyar 770.20 997.47 545.86 430.17 857.55
Kab. Klungkung 186.97 225.06 220.89 254.49 309.46
Kab. Bangli 122.68 127.04 104.32 163.53 144.00
Kab. Karangasem 200.36 233.01 219.17 252.68 301.33
Kab. Buleleng 335.55 365.59 318.98 391.98 410.56
Kota Denpasar 940.11 1,010.77 731.26 792.36 888.05
Provinsi Bali 3,718.49 4,023.15 3,069.47 3,117.07 3,863.19
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018-2022

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan daerah yang


didapatkan dari sumber-sumber di wilayahnya sendiri yang pemungutannya
diambil sesuai dengan peraturan daerah dan perundang-undangan yang berlaku
(Halim, 2001). Melihat dari data yang dilampirkan pada tabel 1.3 dapat diketahui,
bahwasanya Pendapatan Asli daerah di Kabupaten atau Kota yang ada di Provinsi
Bali mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun 2018 hingga tahun 2022,
yang dimana pada tahun 2018 Kabupaten Badung memiliki PAD tertinggi dengan
angka sebesar 4,555.71 miliar rupiah, dan Kabupaten Bangli memiliki PAD
terendah dengan angka sebesar 122.68 miliar rupiah. Hingga pada tahun 2012 total
PAD di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terus mengalami peningkatan, yang
mana Kabupaten Badung memiliki total PAD tertinggi dengan jumlah sebesar
3,705.74 miliar rupiah, tentu kenaikan ini didasarkan pada meningkatnya sumber-
sumber pendapatan yang ada. Serta dapat dilihat juga bahwa perkembangan PAD
dari setiap kabupaten/kota di Provinsi Bali mulai tahun 2018 sampai dengan 2022
mengalami pertumbuhan secara fluktuatif yang mana hal itu dapat diketahui

5
melalui tabel diatas. Peningkatan yang terjadi tentu saja memberikan dampak yang
positif dalam penguatan serta pemajuan guna membangun ekonomi pada
masyarakat, serta berguna untuk menambah total anggaran untuk pembiayaan,
pemeliharaan serta pembangunan untuk bisa mencapai masyarakat yang makmur
serta sejahtera secara merata. Hal ini tentu menandakan bahwasanya PAD memiliki
hubungan terhadap perkembangan PDRB di Provinsi Bali, dimana itu bisa dilihat
dari tabel yang dimana total PAD dari tahun 2018 hingga 2022 terus meningkat
bersamaan dengan total PDRB pada tahun 2018 sampai dengan 2022 yang juga ikut
mengalami peningkatan. Namun hal ini belum dibuktikan lebih lanjut, oleh
karenanya perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memastikan secara detail
terkait pengaruh PAD terhadap PDRB.

Tabel 1.4 Penanaman Modal Asing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Juta Rupiah)
Tahun 2018-2022

Penanaman Modal Asing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali


Kabupaten/Kota (Juta Rupiah)
2018 2019 2020 2021 2022
Kab. Jembrana 0 6.180 1.722 55.661 107.299
Kab. Tabanan 1.143 196.395 94.481 1.066.835 670.349
Kab. Badung 251.581 4.382.400 2.783.261 2.315.029 3.238.136
Kab. Gianyar 6.566 585.735 234.196 618.811 944.099
Kab. Klungkung 15.380 87.780 273.871 123.249 164.481
Kab. Bangli 0 885 1.352 4.411 8.597
Kab. Karangasem 272.339 152.550 120.010 49.639 55.008
Kab. Buleleng 1.758.680 230.505 277.252 1.108.616 126.336
Kota Denpasar 32.906 747.915 436.687 1.256.461 1.136.541
Provinsi Bali 2.338.595 6.390.345 4.222.832 6.598.711 6.450.848
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018-2022

Berdasarkan tabel 1.4 dapat diketahui, bahwa kondisi perkembangan


Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan secara fluktuatif. Pada
tahun 2018 jumlah PMA di Provinsi Bali hanya sebesar 2.338.595 milyar, namun
jumlah itu mengalami peningkatan secara signifikan tahun 2019 yaitu sebesar

6
6.390.345 milyar. Kemudian di tahun 2020, mengalami penurunan menjadi
4.222.832 Milyar. Dan melihat dari tabel 1.4 tahun 2020 didapati bahwa Kab.
Kulonprogo memiliki nilai PMDN terbesar yaitu sebanyak 11,7 triliun rupiah, dan
Kab. Gunungkidul dengan nilai PMDN terkecil dengan jumlah sebesar 192,8 miliar
rupiah. Peningkatan pada PMDN ini sejalan dengan meningkatnya PDRB di
Provinsi DI. Yogyakarta. Meningkatnya PMA merupakan sebuah modal serta
penyokong untuk daerah atau wilayah tersebut guna memajukan sektor-sektor yang
ada seperti sektor pariwisata serta yang lainnya, jumlah akumulasi modal yang
besar tentu akan menghasilkan dampak eksternalitas yang positif, dimana itu
nantinya akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat. Jika
dengan meningkatkan PAD dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
maka besar kemungkinan jika PMA juga akan mampu memberi dampak positif
pada angka pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan


judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto di
Provinsi Bali Tahun 2018-2022”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap PDRB di Bali tahun 2018-2022?
2. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah terhadap PDRB di Bali tahun
2018-2022?
3. Bagaimana pengaruh penanaman modal asing terhadap PDRB di Bali tahun
2018-2022?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap PDRB di Bali tahun
2018-2022.
2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah terhadap PDRB di
Bali tahun 2018-2022.

7
3. Untuk menganalisis pengaruh penanaman modal asing terhadap PDRB di
Bali tahun 2018-2022.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
pengembangan teori dengan melihat pengaruh antara dana alokasi umum,
tenaga kerja, pendapatan asli daerah, dan penanaman modal asing terhadap
produk domestik regional bruto di provinsi bali.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan
sebagai pertimbangan bagi pengambil kebijakan untuk mengidentifikasikan
kebijakan yang tepat mengenai faktor-faktor yang memengaruhi PDRB
Provinsi Bali. Serta menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengambilan
keputusan pada kegiatan ekonomi yang melibatkan masyarakat.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


Pada kajian pustaka bab ini dicantumkan teori-teori yang relevan dengan
variabel-variabel yang diteliti serta hasil penelitian sebelumnya dalam jurnal untuk
menunjang teori dalam rengka memberikan jawaban sementara atas masalah yang
diajukan sebelumnya.

2.1.1 Pengertian pertumbuhan ekonomi


Pertumbuhan ekonomi dipandang oleh ekonom sebagai masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses yang secara terus menerus mengubah kondisi perekonomian suatu
negara menjadi lebih baik dalam kurun waktu tertentu. Ada tiga komponen dasar
dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu (1)meningkatkan pasokan
persediaan barang secara terus-menerus; (2) kemajuan teknologi sebagai faktor
utama penentu pertumbuhan berbagai barang bagi penduduk; (3) pemanfaatan
teknologi secara luas dan efektif dalam bidang kelembagaan dan ideologi, sehingga
inovasi-inovasi yang diciptakan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
dimanfaatkan secara tepat.

Istilah pertumbuhan ekonomi sering juga disebut sebagai perkembangan


ekonomi. Perkembangan ekonomi lebih mengacu kepada masalah negara-negara
kurang berkembang, sedangkan pertumbuhan ekonomi lebih mengacu kepada
masalah negara maju. Karena di negara maju dari sumber daya sudah mumpuni dan
dikembangkan sampai batas tertentu. Pada prinsipnya, perkembangan ekonomi
berarti juga pertumbuhan ekonomi, sehingga istilah tersebut bagi negara
berkembang tidak perlu dibedakan.

9
a) Teori pertumbuhan ekonomi
1) Pertumbuhan Ekonomi menurut Neo Klasik
Menurut pemikiran neo klasik Robert Solow menjelaskan bahwa
pertumbuhan hanya dapat tumbuh apabila didukung oleh akumulasi modal
pada tingkat yang menurun dalam jangka panjang (Hasyim, 2016).
Implikasi dari model pertumbuhan ini dilihat dari negara terbelakang
dengan ekonomi terbuka yang dapat mengejar ketertinggalan dari negara
maju. Todaro dan Smith menjelaskan bahwa kehadiran modal dari negara
maju ke negara kurang berkembang dapat menghasilkan pengembalian
yang lebih tinggi atas investasi yang ditawarkan, yang mengarah pada
konvergensi ekonomi (Hasyim, 2016).
Namun, di sisi lain new growth theory bertentangan dengan teori
yang menyatakan bahwa negara tidak selalu mengalami steady state dalam
jangka panjang. Lucas (1988) menjelaskan bahwa sumber daya manusia
sebagai variabel endogen pertumbuhan ekonomi dan tidak ada diminishing
return pada akumulasi sumber daya manusia dan barang modal (Hasyim,
2016). Menurut pandangan ekonom klasik David Ricardo, Adam Smith,
Jhon Stuart Mill dan Thomas Robert Malthus terdapat beberapa faktor-
faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi (Hasyim, 2016)
yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan
kekayaan alam, tingkat teknologi.
2) Pertumbuhan Ekonomi Menurut W.W. Rostow
Teori pertumbuhan ekonomi menurut Walt Whitman Rostow dibagi
menjadi lima tahap proses pertumbuhan (Hasyim, 2016).
1. Masyarakat tradisional adalah masyarakat dengan kelangsungan
hidup yang sangat sederhana, cara berpikir yang tidak masuk akal,
hidup berdasarkan warisan leluhur dan produktivitas yang rendah.
2. Prasyarat tinggal landas adalah masa transisi untuk
mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan diri.
Kemajuan di bidang pertanian memiliki peran penting dalam
transisi sebelum mencapai tahap tinggal landas.

10
3. Lepas landas yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, mulai berkembangnya industri dan jasa
4. Tingkat kematangan, setelah perkembangan industri yang pesat,
kehidupan ekonomi mulai meningkat, artinya masa perekonomian
seimbang, sehingga tidak tergantung dengan negara lain dan
negara dapat memanfaatkan sumber daya alam serta sumber daya
manusia secara maksimal sehingga dapat memberikan peran di
bidang jasa dalam perekonomian.
5. Masa konsumsi tinggi, pada tahap ini masyarakat telah
berkembang secara mandiri. Selain itu, masyarakat juga mulai
memikirkan pada masalah yang berhubungan dengan
kesejahteraan bukan lagi pada masalah produksi dan distribusi.
Berupaya untuk mencapai kesejahteraan terhadap masyarakat
dengan memenuhi kebutuhan hidupnya.

b) Teori Klasik

1) Teori pertumbuhan Adam Smith


Menurut Adam Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan total output
(Hasyim, 2016). Pertumbuhan total output dipengaruhi oleh sumber-
sumber alam, tenaga kerja, serta modal. Namun dengan sumber daya alam
yang terbatas, pertumbuhan ekonomi menjadi sangat bergantung terhadap
sumber daya alam yang maksimal. Oleh karena itu, untuk mencapai
pertumbuhan produksi, sumber daya alam harus digunakan oleh modal dan
tenaga kerja. Penduduk adalah kunci utama dalam proses pertumbuhan.
Penduduk akan bertambah jika kebutuhan permintaan tenaga kerja juga
bertambah dan upah yang diperoleh pekerja dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dengan demikian, modal sangat mempunyai peran yang
penting dalam pertumbuhan ekonomi.
2) Teori Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo
Teori Ricardo memiliki kesamaan dengan teori pertumbuhan yang
dipaparkan oleh Adam Smith (Hasyim, 2016). Perbedaannya terletak pada
analisis mengenai distribusi pendapatan yang menggambarkan mekanisme

11
pertumbuhan dan peran sektor pertanian dalam pertumbuhan. Menurut
Ricardo, ciri-ciri perekonomian yaitu: (1) akumulasi modal, (2) perubahan
upah minimum pekerjaan, (3) jumlah tanah terbatas (4) kemajuan
teknologi dan (5) industri pertanian.
Akumulasi modal dan teknologi bertujuan dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja, tetapi berdampak pada pengurangan tenaga
kerja. Meskipun angka produktivitas kerja meningkat akan tetapi sumber
daya alam juga bisa berpengaruh karena semakin terbatasnya sumber daya
alam juga dapat menghambat produktivitas kerja. Hal inilah yang
menyebabkan pertumbuhan menjadi stagnan. Ciri-ciri pertumbuhan
stagnan yaitu: (1) jumlah penduduk tetap (2), tingkat produksi tetap (3)
tingkat upah alamiah, (4) akumulasi modal berhenti.

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah
bruto yang dihasilkan dari seluruh sektor perekonomian suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit
ekonomi pada suatu wilayah tertentu (BPS, 2022). PDRB digolongkan berdasarkan
harga berlaku dan harga konstan. PDRB berdasarkan harga berlaku artinya nilai
tambah barang dan jasa dihitung menggunakan harga berlaku setiap tahun
sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan artinya nilai tambah barang dan jasa
dihitung menggunakan harga tahun dasar atau dengan menggunakan harga pada
tahun tertentu yang ditetapkan (BPS, 2022). Menurut BPS (2022) Perhitungan
berdasarkan harga berlaku dapat dipakai untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi, sedangkan harga konstan dipakai untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.

PDRB mampu menunjukan kondisi ekonomi di suatu wilayah, semakin


tinggi PDRB menandakan semakin baik kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Selain melihat kondisi ekonomi melalui nilai PDRB itu sendiri, PDRB digunakan
juga untuk mengukur pertumbuhan ekonomi secara regional yang nantinya dapat
merepresentasikan perkembangan atau fluktuasi kondisi ekonomi dari waktu ke
waktu di suatu wilayah (Arsyad, 2010). Mengukur pertumbuhan ekonomi dengan

12
menggunakan PDRB hanya dapat menggunakan PDRB riil atau bisa juga disebut
PDRB konstan.

2.1.3 Tenaga Kerja


Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat. Sumarsono (2009) berpendapat tenaga kerja adalah
semua orang yang bekerja. Artinya bahwa semua orang yang melakukan kegiatan
pekerjaan untuk diri sendiri atau orang lain tanpa menerima upah atau mereka yang
sanggup bekerja. Pembahasan mengenai masalah penyerapan kerja mesti didahului
oleh pemahaman terhadap beberapa konsep yang mendasarinya. Tenaga kerja
adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun. Penduduk dalam usia
kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang
terlibat atau masih berusaha untuk terlibat dalam kegiaatan produktif yang
menghasilkan barang dan jasa.

Menurut UU No 13 tahun 2003, tenaga kerja merupakan orang yang mampu


melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Menurut Syahrial (2020),
dalam suatu negara penduduknya dibagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja. Penduduk dalam kelompok tenaga kerja merupakan
penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Menurut BPS, penduduk dengan usia
kerja merupakan penduduk yang berusia 15 tahun dan lebih. Menurut BPS
penduduk yang digolongkan bekerja apabila melakukan kegiatan ekonomi untuk
mendapatkan pendapatan atau keuntungan yang dilakukan minimal 1 jam dalam
seminggu terakhir. Kegiatan ekonomi yang dimaksud termasuk kegiatan tak
terbayar yang dilakukan pada suatu usaha dalam kegiatan ekonomi. Melalui
berbagai penjelasan di atas, penduduk yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga
kerja. Setiap tenaga kerja yang bekerja memiliki kemampuan dan kualitas masing-

13
masing. Berikut tiga kelompok tenaga kerja menurut kemampuan dan kualitas
menurut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi:

1) Tenaga kerja terdidik, merupakan tenaga kerja yang mempunyai pendidikan


tinggi serta ahli dalam bidang-bidang tertentu. Contohnya: dokter, arsitek,
dosen dll.
2) Tenaga kerja terampil, merupakan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian
atau keterampilan. Contohnya: supir bis, musisi, dll.
3) Tenaga kerja kasar, merupakan tenaga kerja yang tidak terdidik atau
berpendidikan rendah dan tidak terampil hanya mengandalkan tenaga dalam
melakukan pekerjaannya. Contohnya: buruh angkut. Ketiga kelompok tenaga
kerja tersebut, masing-masing memiliki perannya dan bersinergi dalam
kegiatan ekonomi. Jika kegiatan ekonomi berjalan baik, sehingga dapat
memacu pertumbuhan ekonomi.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh suatu
daerah dari sumber-sumber yang berada di dalam wilayahnya dan dipungut
berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Mulyanto, 2007). PAD sebagai salah satu sumber penerimaan
pemerintah daerah perlu terus ditingkatkan untuk dapat meringankan sebagian
beban belanja publik dalam rangka kegiatan pembangunan dan pengelolaan negara
terus meningkat setiap tahunnya. Kemandirian pemerintah daerah dapat terlaksana
dengan baik. Menurut Darise (2007) sumber PAD terbagi menjadi dua, yaitu pajak
daerah dan retribusi daerah (Permanasari, 2013). Menurut UU No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah salah satu sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah, dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu
dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian diskresi
dalam penetapan tarif.

14
Jenis Pajak Provinsi terdiri atas:

a) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


b) Pajak Kendaraan Bermotor
c) Pajak Air Permukaan
d) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
e) Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:


a) Pajak Reklame
b) Pajak Parkir
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Hotel
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g) Pajak Restoran
h) Pajak Sarang Burung Walet
i) Pajak Air Tanah
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang diberikan secara khusus oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan perorangan atau badan hukum. Objek retribusi daerah terdiri dari
3 jenis yaitu retribusi perizinan tertentu, retribusi jasa usaha dan retribusi jasa
umum.

1) Retribusi jasa usaha merupakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh


pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial dengan
memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
2) Retribusi jasa umum adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan umum dan kemanfaatan yang dapat
dinikmati oleh perorangan atau badan hukum.

15
3) Retribusi perizinan tertentu adalah bentuk pelayanan tertentu oleh
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan dengan maksud untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
sumber daya alam, sarana dan prasarana guna melindungi kepentingan
umum

2.1.5 Penanaman Modal Asing


Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanaman Modal Asing
(PMA) adalah suatu bentuk penanaman modal ke perusahaan di suatu negara yang
belum ada atau sudah berjalan agar perusahaan lebih berkembang dan mempunyai
daya saing. Dalam arti bahwa pemilik modal menanggung risiko secara langsung
dari penanaman modal tersebut. Penanaman Modal Asing memiliki keuntungan
jangka panjang dan bisa memberikan perubahan teknologi, manajemen perubahan,
dan keadilan terbuka pekerjaan baru. Kesempatan kerja sangat penting bagi Negara
sedang berkembang karena keterbatasan Pemerintah menyediakan lapangan kerja.

Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No.


25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal Penanam Modal Asing dapat dilakukan
oleh perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah
asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan
persyaratan dan batasan kepemilikan modal asing atas bidang usaha perusahaan
diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan
di Bidang Penanaman Modal.

16
2.2 Kerangka Konseptual

Tenaga Kerja (X1)

Pendapatan Asli Daerah (X2) PDRB (Y)

Penanaman Modal Asing (X3)

Keterangan: :

: Pengaruh secara simultan X1, X2, X3, terhadap Y

: Pengaruh secara parsial X1, X2, X3, terhadap Y

2.2.1 Hubungan tenaga kerja dengan PDRB


Datrini (2009) dan Walterskirchen (2013) menyatakan bahwa faktor tenaga
kerja merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDB) suatu Negara dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
suatu daerah. Menurutnya, laju pertumbuhan investasi akan menentukan
pertumbuhan tenaga kerja, selanjutnya pertumbuhan tenaga kerja menentukan
besarnya pertumbuhan output. Todaro (2011) pertumbuhan angkatan kerja mampu
menjadi salah satu faktor positif yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Jumlah tenaga kerja yang besar mampu menambah tingkat produksi. Tenaga kerja
yang beragam hingga pelosok daerah, berasal dari sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki keahliannya masing-masing. Kemampuan tenaga kerja
yang saling bersinergi dalam kehidupan ekonomi, mengakibatkan industri yang
makin berkembang, arah produksi menjadi skala besar dan efisien sehingga mampu
memacu kenaikan produksi dan pada akhirnya mampu berpengaruh pada kenaikan
PDRB di suatu wilayah. Kecenderungan faktor tenaga kerja mempengaruhi PDRB
diperkuat dengan adanya fungsi produksi yang sering disebut sebagai fungsi Cobb-
Douglas. Fungsi produksi menyatakan bahwa produksi suatu usaha dipengaruhi

17
oleh faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat
golongan yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan teknologi,

2.2.2 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan PDRB


Peningkatan pendapatan daerah yang diterima oleh pemerintah daerah akan
meningkatkan PDRB. Karena pendapatan daerah merupakan pendapatan utama
yang diperoleh dari hasil daerah. Semakin besar PAD maka semakin tinggi pula
pertumbuhan ekonominya, jika suatu daerah memiliki PAD yang rendah maka laju
pertumbuhan ekonomi akan semakin menurun. Secara teoritis, pendapatan daerah
berasal dari retribusi daerah, pajak daerah, hasil usaha di daerah dan pendapatan
asli daerah lainnya yang sah. Semakin tinggi retribusi daerah, pajak daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan penerimaan lain yang sah dari daerah, maka semakin
besar pula pendapatan asli daerah tersebut. Semakin rendah retribusi daerah, pajak
daerah, hasil perusahaan daerah dan pendapatan lain yang sah dari daerah, maka
pendapatan asli daerah juga akan semakin berkurang.

2.2.3 Hubungan Penanaman Modal Asing dengan PDRB


Dalam rangka membangun perekonomian, modal berperan penting karena
akumulasi modal akan menentukan kecepatan pertumbuhan Perekonomian
mencerminkan lambatnya perkembangan ekonomi suatu daerah. Tempat di mana
investasi dapat dilakukan dengan mengumpulkan modal bangun beberapa
bangunan dan peralatan yang berguna untuk acara tersebut produksi, maka potensi
output suatu negara akan meningkat dan berkembang Perekonomian jangka
panjang juga akan membaik. Penanaman Modal Asing (PMA) sangat menentukan
total output dan pendapatan. Dengan meningkatnya investasi, diharapkan dapat
mendorong perkembangan sektor swasta, rumah tangga dengan mengalokasikan
sumber daya yang ada pada sektor-sektor tertentu. Hal ini pada akhirnya akan
mendorong pada peningkatan PDRB, dengan harapan pertumbuhan ekonomi
daerah meningkat. Dengan demikian PMA memiliki hubungan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

18
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, didapat rumusan
hipotesis sebagai berikut:

1) Diduga ada pengaruh positif dan signifikan dari tenaga kerja terhadap PDRB
di Provinsi Bali tahun 2018-2022.
2) Diduga ada pengaruh positif dan signifikan dari pendapatan asli daerah
terhadap PDRB di Provinsi Bali tahun 2018-2022
3) Diduga ada pengaruh positif dan signifikan dari penanaman modal asing
terhadap PDRB di Provinsi Bali tahun 2018-2022

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk asosiatif. Metode asosiatif
adalah metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (X)
dalam hal ini yaitu tenaga kerja, pendapatan asli daerah, dan penanaman modal
asing terhadap variabel terikat (Y) yaitu pendapatan domestik regional bruto tahun
2018-2022 dengan menggunakan regresi linear berganda.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Provinsi Bali
dengan menggunakan data-data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) dan djkp.kemenkeu.go.id. Pemilihan lokasi ini karena Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali memiliki tingkat disparitas yang tinggi terkait tenaga kerja,
pendapatan asli daerah, dan penanaman modal asing antar masing-masing wilayah.

3.3 Objek Penelitian


Objek dalam penelitian ini difokuskan pada produk domestik regional bruto
yang dipengaruhi oleh tenaga kerja, pendapatan asli daerah, dan penanaman modal
asing.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan (Agung, 2012). Terdapat dua jenis variabel dalam

20
penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2008). Berikut
penjelasan terkait dua variabel tersebut yaitu:

1) Variabel bebas (independent variable)


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan atau
kemunculan variabel terikat, dan dinotasikan dengan simbol X.
2) Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah sebuah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas,
dan dinotasikan dengan simbol Y.

3.4.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel


Berdasarkan identifikasi variabel-variabel dalam penelitian ini, berikut
merupakan definisi operasional dari masing-masing variabel:

1) Pendapatan Regional Domestik Bruto (Y)


Pendapatan regional domestik bruto merupakan ukuran nilai keseluruhan dari
semua barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu, biasanya dalam setahun. Ini mencakup pendapatan dari semua sektor
ekonomi seperti pertanian, industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. PDRB
sering digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas ekonomi suatu wilayah dan
memberikan gambaran tentang kontribusi berbagai sektor terhadap
perekonomian regional. PDRB Provinsi Bali dalam penelitian ini
menggunakan data yang tersedia pada Badan Pusat Statistik dari tahun 2018-
2022.
2) Tenaga Kerja (X1)
Tenaga kerja mengacu pada jumlah pekerja yang tersedia dalam suatu populasi
atau pasar kerja. Ini mencakup semua individu yang berpotensi bekerja,
termasuk yang sudah bekerja, yang mencari pekerjaan, atau yang dapat bekerja
tetapi belum memasuki pasar kerja. Tenaga kerja juga mencakup berbagai
keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang dimiliki oleh individu dalam
mencari, mempertahankan, atau meningkatkan pekerjaan mereka. Dalam
penelitian ini tenaga kerja di provinsi bali diambil melalui data Badan Pusat
Statistik.

21
3) Pendapatan Asli Daerah (X2)
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh oleh suatu daerah
otonom dari sumber-sumber kekayaan yang dimilikinya, seperti pajak daerah,
retribusi daerah, hasil usaha milik daerah, serta sumber pendapatan lain yang
sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan ini digunakan
untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan dan pelayanan publik di
daerah tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan data Badan Pusat Statistik.
4) Penanaman Modal Asing (X3)
Penanaman modal asing merupakan investasi yang dilakukan oleh investor
atau perusahaan asing di suatu negara atau daerah dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atau mengembangkan bisnis mereka di negara atau
daerah tersebut. PMA bisa berupa investasi dalam bentuk modal tunai,
teknologi, keterampilan, atau sumber daya lainnya yang ditanamkan dalam
bisnis atau proyek di negara yang bersangkutan. Dalam penelitian ini PMA
dihitung dalam jumlah juta rupiah yang bersumber dari Badan Pusat Statistik.

3.5 Jenis Data


3.5.1 Jenis Data
Data adalah suatu keterangan yang dikumpulkan dari responden penelitian
yang terkait dengan variabel penelitian yang dikumpulkan. Pada penelitian ini
digunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam
bentuk angka-angka dapat dinyatakan dan diukur dengan satuan hitung (Sugiyono,
2013). Data kuantitatif menurut Kuncoro (2003) adalah data yang diukur dalam
skala numerik yang dapat dibedakan menjadi data dengan skala pengukuran
variabel interval dan rasio (Marhaeni, 2019). Adapun rincian data sebagai berikut:

a) Data PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali periode tahun 2018-2022


b) Data tenaga kerja, pendapatan asli daerah, penanaman modal asing di Provinsi
Bali tahun 2018-2022

22
3.5.2 Sumber Data
Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti melainkan
dari sumber data lainnya atau singkatnya dalam data sekunder peneliti bertindak
sebagai pihak kedua yang menerima hasil olah data oleh pihak terkait. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang memuat rentetan
waktu (time series) yang telah dikumpulkan oleh pihak-pihak terkait dengan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2018 hingga 2022.
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) yang berisi mengenai variabel-variabel dalam penelitian
seperti jumlah tenaga kerja, pendapatan asli daerah, dan penanaman modal asing
pada tahun 2018-2022.

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk
mempelajari hubungan antar dua atau lebih variabel. Analisis regresi linear
berganda juga dapat digunakan untuk mencari seberapa besar pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat (Noer, 2011). Dalam hal ini variabel bebas (X)
adalah tenaga kerja, pendapatan asli daerah, dan penanaman modal asing sementara
variabel terikat (Y) adalah produk domestik regional bruto.

Untuk menghasilkan analisis data, data yang diperoleh akan diolah dengan
menggunakan software atau perangkat lunak Eviews. Adapun bentuk dari
persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Penggunaan secara umum digambarkan dalam persamaan sebagai berikut:

Model regresi data panel Y = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + e

di mana:

Y = PDRB Provinsi Bali

23
X1 = Tenaga Kerja

X2 = PAD

X3 = PMA

β0 = konstanta/intersep

β1, β2, β3 = koefisien regresi

e = error

24
DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. (2018). Metodelogi Penelitian Bisnis. Malang: Universitas Brawijaya


Press.

Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik. (2023, Maret 31). Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://bali.bps.go.id/indicator/6/123/1/penduduk-angkatan-kerja-provinsi-
bali-menurut-kabupaten-kota.html

Badan Pusat Statistik. (2023, Maret 31). Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://bali.bps.go.id/indicator/13/244/1/pendapatan-asli-daerah-pad-
kabupaten-kota-di-provinsi-bali.html

Badan Pusat Statistik. (2023, Maret 31). Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://bali.bps.go.id/indicator/52/111/1/pertumbuhan-pdrb-ekonomi-
kabupaten-kota-di-provinsi-bali.html

Badan Pusat Statistik. (2023, Maret 31). Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://bali.bps.go.id/indicator/13/247/1/penanaman-modal-asing.html

Darise, N. (2007). Pengelolaan Keuangan Daerah. Makassar: PT INDEKS.

Datrini, L. (2009). Dampak Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Bali. Jurnal Sarathi, 16.

Hasyim, I. A. (2016). Ekonomi Makro Edisi Pertama . Jakarta: PT. Kharisma Putra
Utama.

Marhaeni, A. &. (2019). Metode Riset Jilid 1 dan 2. Denpasar : CV Sastra Utama .

Mulyani, E. (2017). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UNY Press.

Rahman, Y. &. (2015). Faktor-faktor yang memengaruhi pdrb kabupaten/kota jawa


tengah 2008-2012. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan , 8.

25
Sugiyono. (2017). Metode penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sukirno, S. (2011). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Tadoro, M. P. (2011). Pembangunan Ekonomi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Umayanti, N. S., & Utama, M. S. (2019). PENGARUH TENAGA KERJA,


TINGKAT UPAH DAN PENANAMAN MODAL TERHADAP PDRB DI
PROVINSI BALI. E-Jurnal EP Unud Vol 8, 1608-1636.

Utama, M. S. (2016). Buku Ajar Aplikasi Analisis Kuantitatif Untuk Ekonomi dan
Bisnis. Denpasar : CV Sastra Utama .

Walterskirchen, E. (2013, Maret 31). The Relationship Between Growth,


Employment and Uemployment In The Eu.

26

Anda mungkin juga menyukai