Anda di halaman 1dari 54

USULAN PENELITIAN TESIS

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN SEKTOR POTENSIAL


DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DAN
MENGATASI MASALAH KETENAGAKERJAAN DI KOTA
MAKASSAR

disusun dan diajukan oleh

ANDI NUR WAHYUNINGSIH


A052211002

Kepada

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR .......................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
2.1 Tinjauan Konseptual ........................................................ 11
2.1.1 Teori Penyerapan Tenaga Kerja......................... 11
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi .............................. 12
2.1.3 Sektor Basis ....................................................... 16
2.1.4 Sektor Unggulan ................................................. 21
2.1.5 Sektor Potensial ................................................. 23
2.1.6 Kaitan Sektor Unggulan dan Sektor Potensial
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja .......................... 24
2.2 Tinjauan Empiris dan Hasil Penelitian .............................. 25
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ....................... 29
3.1 Kerangka Pemikiran ......................................................... 29
3.2 Hipotesis .......................................................................... 31
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 32
4.1 Rancangan Penelitian ...................................................... 32
4.2 Lokasi Penelitian .............................................................. 32
4.3 Jenis dan Sumber Data ................................................... 33
4.4 Metode Pengumpulan Data .............................................. 33
4.5 Metode Analisis Data ....................................................... 34
4.5.1 LQ (Location Quotient)........................................ 34
4.5.2 Analisis Shift Share (ASS) .................................. 37
4.5.3 Analisis Overlay .................................................. 41
4.5.4 Regresi Linier Berganda ..................................... 41
4.5.3.1 Uji Hipotesis ............................................... 43
4.6 Definisi Operasional ........................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR

Grafik 1.1 Presentase Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Selatan

dan Kota Makassar Tahun 2010-

2019……...………...………...………...…...………...…………...7

Grafik 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Sulawesi Selatan 2010-

2019………………...………...…………...………......…………..7
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB MenurutKabupaten/Kota Di Provinsi

Sulawesi Selatan 2015- 2019 ..……………...……………3

Tabel 1.2. Distribusi Presentase PDRB Kota Makassar Atas Harga

Konstan Menurut Lapangan Usaha 2016-2020 ………..5


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian suatu wilayah ialah wujud dari upaya dalam

membangun dan meningkatkan kehidupan serta kesejahteraan

masyarakat dari berbagai aspek. Perekonomian yang terus berkembang

tentu menjadi salah satu tujuan nasional oleh suatu wilayah.

Berkembangnya perekonomian suatu negara ataupun wilayah dapat

dilihat dari beberapa indikator ekonomi dan sektor-sektor yang

mendukungnya, sebab pembangunan yang dilakukan harus sesuai

dengan kondisi potensi dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan

berkembang. Jika pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang

sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka

pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Maka

dari itu upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah

memerlukan kebijkan utama seperti mengusahakan semaksimal mungkin

agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Seringkali masalah pokok yang terjadi dalam pembangunan daerah ialah

pada penekanan terhadap kebijkan-kebijakan pembangunan yang

didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

menggunakan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaa fisik secara

lokal (Arsyad,2005)

1
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan utama pemerintah

daerah dalam mengembangkan kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan masyarakat adalah mengidentifikasi sektor unggulan

dalam perekonomian daerah. Untuk memperkirakan potensi pertumbuhan

ekonomi daerah, pemerintah daerah harus bekerja sama dengan

masyarakatnya dan menggunakan sumber daya secara bijak. Menurut

(Sukirno,2002) pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan, sehingga semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi maka semakin baik kesejahteraan masyarakat, meskipun

terdapat indikator lain yaitu pemerataan pendapatan.

Produk domestik regional bruto (PDB) merupakan indikator ekonomi

yang penting untuk mengukur kinerja suatu daerah. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dapat mengidentifikasi totalitas barang dan jasa

yang diproduksi di suatu daerah, yang kemudian digunakan sebagai dasar

perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah.

Kota Makassar merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, dimana

sektor-sektor di kota ini sangat mendukung perkembangan kota, mulai

dari sektor pendidikan, social, pariwisata, infrastruktur, kesehatan dan

berbagai sektor lainnya yang mendorong terciptanya kesejahteraan

masyarakat. Hal tersebut merupakan salah satu alasan Kota Makassar

dinilai lebih unggul dibanding dengan kota atau kabupaten lain yang ada

di Sulawesi Selatan. Maka tentu Kota Makassar ingin terus meningkatkan

2
keunggulannya dan mengurangi permasalahan yang terjadi. Seperti

halnya masalah perekonomian dan ketenagakerjaan. Terlebih lagi Kota

Makassar menjadi pusat wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan dalam

mencari pekerjaan sementara ketersediaan lapangan pekerjaan tidak

mampu untuk menampung seluruh pencari kerja yang ada.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB MenurutKabupaten/Kota Di

Provinsi Sulawesi Selatan 2015- 2019(persen)

Kabupaten/Kota Pertumbuhan per Tahun

2014 2015 2016 2017* 2018**


1 2 3 4 5 6
Kep Selayar 9,01 8,83 7,35 7,61 8,77
Bulukumba 8,54 5,62 6,77 6,89 5,05
Bantaeng 8,33 6,64 7,39 7,31 8,08
Jeneponto 7,93 6,54 8,32 8,25 6,3
Takalar 9,76 8,42 9,61 7,37 6,65
Gowa 7,17 6,79 7,57 7,21 7,11
Sinjai 6,98 7,55 7,09 7,23 7,49
Maros 4,73 8,44 9,5 6,81 6,19
Pangkep 10,41 7,63 8,31 6,6 4,76
Barru 7,35 6,32 6,01 6,48 7,08
Bone 9,53 8,30 9,01 8,41 8,9
Soppeng 6,89 5,11 8,11 8,29 8,15
Wajo 9,67 7,06 4,96 5,21 1,07
Sidrap 7,87 8,03 8,77 7,09 5,02
Pinrang 8,11 8,24 7,44 7,84 6,91
Enrekang 5,99 6,91 7,63 6,84 3,12
Luwu 8,81 7,26 7,88 6,79 6,85
Tana Toraja 6,80 6,85 7,29 7,47 7,93
Luwu Utara 8,82 6,67 7,49 7,6 8,42
Luwu Timur 8,10 6,42 1,58 3,07 3,44
Toraja Utara 7,64 7,76 8,01 8,22 8,11
Kota Makasar 7,39 7,55 8,03 8,2 8,42
Kota Pare Pare 6,33 6,30 6,87 6,97 5,58
Kota Palopo 7,05 6,47 6,95 7,17 7,52
Sulawesi Selatan 7,54 7,19 7,42 7,21 7,07

3
Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 0.70 persen.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang didukung oleh data Produk

Domestik Regional bruto selama Lima tahun terakhir mengalami

penurunan, bahkan penurunan yang terjadi di tahun 2020 sangatlah

drastis yaitu menurun di angka 0.70 persen dari sebelumnya sebesar 6.91

persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2020, seluruh wilayah

mengalami dampak dari adanya wabah virus yakni covid 19, dampak dari

masa pandemic tersebut mengakibatkan seluruh sektor mengalami

penurunan produktivitas yang berujung pada pemasukan pendapatan.

Tercatat terdapat 5 kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi

dibawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Selatan (-0.70%), yaitu Kepulauan

Selayar (-1.78%), Maros (-10.87%), Pangkep (-1.69%), Wajo (-1.17%) dan

Makassar (-1.27%). Kota Makassar menjadi salah satu kota yang

pertumbuhan ekonominya berada dibawah rata-rata provinsi Sulawesi

Selatan, Kota Makassar pertumbuhan ekonominya mengalami

peningkatan laju pertumbuhan hingga tahun 2019. Pada tahun 2016 Kota

Makassar mengalami peningkatan dengan angka (7.55%), tahun 2017

(8.03%), tahun 2018 (8.2%), dan tahun 2019 (8.79%), akan tetapi di tahun

2020 mengalami penurunan yang sangat drastis, yakni di angka (-1.27%).

4
Tabel 1.2 Distribusi Presentase PDRB Kota Makassar Atas Harga

Konstan Menurut Lapangan Usaha 2016-2020 (Rupiah)

Lap Usaha PDRB (New) PDRB ADHK Kota Makassar Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2016 2017 2018 2019 2020
Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan
A-Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 497706.13 505587.75 504691.82 526000 508925.2
B-Pertambangan dan Penggalian 841.69 766.19 659.14 576 0
C-Industri Pengolahan 19558171.44 20806595.5 20856675.21 22728078 21767900.1
D-Pengadaan Listrik dan Gas 42286.84 45001.64 49359.15 53873 51516
E-Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 201330.93 215192.43 228605.78 224811 236015.7
Limbah dan Daur Ulang
F-Konstruksi 15585748.97 16897850.75 18397670.52 20034234 20232795.6
G-Perdagangan Besar dan Eceran; 18271241.32 20112433.32 22484333.68 25142390 23777629.4
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H-Transportasi dan Pergudangan 2312601.47 2516610.11 2737517.94 2995637 2476090.8
I-Penyediaan Akomodasi dan Makan 2184961.72 2375280.61 2682317.25 2849880 2284794.4
Minum
J-Informasi dan Komunikasi 11081117.23 12168289.18 13735373.82 14916417 16487162.8
K-Jasa Keuangan dan Asuransi 5520289.31 5841805.52 6152597.01 6366608 6482785.2
L-Real Estate 3418456.42 3497115.1 3648893.57 3835373 3838843.7
M,N-Jasa Perusahaan 1009674.04 1094116.04 1205392.97 1354929 1200576.1
O-Administrasi Pemerintahan, 2840632.16 3003995.51 3500853.42 3770957 3754745.8
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P-Jasa Pendidikan 8596482.56 9442548.37 10434496.34 11120166 11302838
Q-Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2464252.78 2707720.96 3001174.54 3285554 3680339.3
R,S,T,U-Jasa lainnya 2371843.02 2595246.92 2947802.72 3260347 2822793.9
PDRB 95957638.04 103826155.9 112568414.9 1.22E+08 120905752

Berdasarkan tabel distribusi presentase Kota Makassar sektor yang

memberikan peranan terbesar adalah sektor indutri pengolahan sebesar

Rp.21.767.900.1 dan sektor perdagangan besar dan ecer sebesar

Rp.23.777.629.4. Sedangkan sektor lainnya dilihat dari peranan persektor

terhadap PDRB masih rendah.

5
Kemudian masalah ketenagakerjaan juga erat kaitannya dengan

perekonomian daerah. Pada negara berkembang persoalan ekonomi yang

kerap terjadi ialah jumlah lapangan pekerjaan yang tidak mampu untuk

menyerap seluruh angkatan kerja yang ada, tak terkecuali Indonesia.

Persoalan pengangguran yang dinilai kompleks sebab setiap tahunnya

jumlah angkatan kerja terus meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk, maka dari itu harus diimbangi dengan peningkatan

lapangan kerja di berbagai sektor, sebab apabila masalah pengangguran

tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka akan menciptakan masalah

baru. Dengan masalah tersebut maka diperlukan usaha dan kebijakan

pemerintah dengan tujuan ekonomi, yakni menyediakan lapangan

pekerjaan baru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan perbaikan

pendapatan.

Perekonomian dan masalah ketenagakerjaan yang teratasi dengan

bijak dan baik merupakan dua hal penting yang ingin dicapai oleh setiap

pemerintah daerah ataupun kota, tak terkecuali Pemerintah Kota

Makassar yang terus berusaha menciptakan perekonomian yang stabil

dan mampu mensejahterakan masyarakatnya. Akan tetapi pada awal

tahun 2020, seluruh kota di Indonesia termasuk Kota Makassar

mengalami dampak dari pandemic yang diakibatkan oleh virus COVID-19,

dimana sangat mempengaruhi produktifitas di berbagai sektor.penunjang

perekonomian. Pada tahun 2019 sebelum memasuki masa pandemic,

Makassar masih menjadi dengan angka pengangguran tertinggi di

6
Sulawesi Selatan yakni sebesar 10.39 persen, dapat dilihat pada grafik

1.1.

14
12
10
8
Sulawesi Selatan
6
Makassar
4
2
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS (2010-2019) dan Dinas Tenaga Kerja Makassar

Grafik 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Selatan dan

Kota Makassar 2010-2019

120
2019
100
2018
80
2017
60
2016
40
2015
20
2014
0
Pinrang
Enrekang

Toraja Utara
Bone

Wajo
Maros

Tana Toraja

Pare Pare
Palopo
Gowa
Bantaeng
Jeneponto

Sinjai

Pangkep

Soppeng

Makassar
Bulukumba

Takalar

Barru

Sidrap

Luwu Timur
Luwu

Luwu Utara
Kepulauan Selayar

2013
2012
2011
2010

Sumber: Badan Pusat Statistik (2010-2019)

Grafik 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Selatan 2010-2019

7
Pada Grafik 1.2 dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran Kota

Makassar masih tertingg dengan kabupatenkota yang ada di Sulawesi

Selatan, hingga di tahuntahun tertentu seperti pada tahun

2010,2013,2014,2015,2018,2019 Makassar masih menjadi kota dnegan

tingkat pengangguran tertinggi di Sulawesi Selatan. Pada Grafik 1.1

menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir jumlah pengangguran

di Kota Makassar masih berfluktuasi dan cenderung mengalami

peningkatan. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tingkat

pengangguran terbuka di Kota Makassar memiliki angka yang lebih tinggi

jika dibandingkan angka dari tingkat pengangguran terbuka Sulawesi

Selatan yang memiliki tren menurun. Selain itu tingkat pengangguran

terbuka di Kota Makassar terus meningkat setiap tahun sejak tahun 2010

dengan angka 12.17 persen, dan setelahnya terus mengalami fluktuasi

hingga pada tahun 2018 kembali meningkat dengan angka sebesar 12.19

persen, sedangkan tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Selatan

pada tahun tersebut menurun dengan angka 5.34 persen. Meskipun pada

tahun 2019 tingkat pengangguran terbuka Kota Makassar mengalami

penurunan sebesar 1.8 persen, akan tetapi tetap menjadi kota dengan

tngkat pengangguran tertinggi di Sulawesi Selatan.

Peranan pemerintah sangat besar dalam mengatasi perekonomian

Kota Makassar serta masalah makro lainnya seperti ketenagakerjaan,

perlunya penentuan sektor unggulan dan sektor potensial agar kemudian

pemerintah dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang efektif untuk

8
terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan melakukan perbaikan sektor

apabila terjadi permasalah perekonomian menjadi landasan penulis untuk

melakukan kajian tentang sektor unggulan dan sektor potensial yang

meningkatkan perekonomian Kota Makassar dan mengurangi masalah

ketenagakerjaan yang sedang terjadi dengan judul Analisis Sektor

Unggulan Dan Sektor Potensial Dalam Meningkatkan Perekonomian

Dan Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan Di Kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan dalam latar

belakang masalah, maka masalah yang akan penulis teliti adalah:

1. Apakah sektor unggulan yang dimiliki Kota Makassar?

2. Apakah sektor potensial yang dapat dikembangkan sebagai

penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar?

3. Apakah sektor unggulan dan potensial berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang dikemukakan, maka

tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis sektor unggulan yang terdapat di Kota Makassar

2. Menganalisis sektor potensial yang dapat menunjang pertumbuhan

ekonomi di Kota Makassar

9
3. Menganalisis pengaruh sektor unggulan dan sektor potensial

terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar

1.4 Manfaat Penelitan

Berdasarkan uraian tujuan penelitian yang diuraikan diatas, maka

manfaat penelitian adalah:

1. Sebagai tambahan literatur dan referensi serta menambah

pengetahuan penulis serta pembaca mengenai Perekonomian

Kota Makassar.

2. Dapat menambah wawasan dan literature serta informasi bagi

mahasiswa/I Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Hasanuddin

yang akan melakukan penelitian.

3. Dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan untuk

menentukan kebijkaan apa yang akan diambil sebagai pedoman

dalam sektor unggulan dan potensi ekonomi.

4. Dapat dijadikan sebagai suatu informasi mengenai peningkatan

kesejahteraan daerah.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konseptual

2.1.1 Teori Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan banyaknya jumlah lapangan

kerja yang sudah terisi dan tercermin dari banyaknya jumlah penduduk

yang bekerja. Penduduk yang bekerja tersebu terserap di berbagai sektor

perekonomian. Penduduk yang terserap dalam lapangan kerja disebabkan

karena adanya permintaan tenaga kerja, walaupun terserap di berbagai

sektor, tiap sektor mengalami pertumbuhan yang berbeda, sama halnya

tiap sektor berbeda dalam menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga

kerja juga dapat diartikan banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi

tercermin dari banyaknya jumlah angkatan kerja yang bekerja. Penduduk

tersebut terserap dan tersebar diberbagai sektor perekonomian.

Teori Keynes menjelaskan bahwa perekonmian yang dilandaskan

pada kekuatan mekanisme pasar tentu akan selalu mencapai

keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi equilibrium, semua sumber

daya, termasuk tenaga kerja akan digunakan secara penuh (ful-

employed). Maka teori Keynes menyimpulkan bahwa sistem yang

dilandaskan pada mekanisme pasar tidak akan ada pengangguran.

Keynes menyatakan penduduk bersedia bekerja dengan tingkat upah

11
yang lebih rendah disbanding tidak bekerja dan tidak memperoleh

pendapatan sama sekali. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat upah

lebih rendah tersebut akan membuat perusahaan mempekerjakan pekerja

lebih banyak, dan terjadilah penyerapan tenaga kerja pada sektor yang

tersedia.

Berbeda dengan Teori Klasik, Teori Keynes mengatakan bahwa

sesungguhnya pengangguran terjadi akibat permintaan agregat yang

rendah sehingga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan ekonomi bukan

disebabkan oleh produksi yang rendah, tetapi rendahnya konsumsi.

Apabila terjadi peningkatan tenaga kerja, upah akan turun hal tersebut

merugikan karena penurunan upah berarti menurunkan daya beli

masyarkat terhadap barang-barang dan berujung pada kerugian dan tidak

dapat menyerap tenaga kerja.

Jumlah orang yang mendapat pekerjaan atau yang terserap dalam

lapangan kerja dipengaruhi oleh pasar barang, apabila pasar barang naik,

maka pasar tenaga kerja juga naik, dan sebaliknya. Keynes menekankan

proses makro ialah proses dalam mencapai keseimbangan umum

(Mankiw, 2008 dalam Alfisyahrin Ayu, 2020).

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznet, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada

penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan

12
teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang

diperlukan (Jinghan,2012).

Sadono Sukirno berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi berarti

perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu

negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industry,

perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan

produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Untuk

memberikan suatu gambaran kasar mengani prtumbuhan ekonomi yang

dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat

pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai (Sukirno,2011).

Dalam model solow, kenaikan dalam tingkat tabungan memunculkan

periode pertumbuhan yang cepat, tetapi berangsur-angsur pertumbuhan

itu melambat ketika kondisi mapan yang baru dicapai. Jadi, meskipun

tingkat tabungan yang tinggi menghasilkan tingkat output kondisi mapan

yang tinggi, tabungan sendiri tidak dapat menghasilkan pertumbuhan

ekonomi yang berkesinambungan. Model pertumbuhan solow, dan model-

model pertumbuhan endogen yang lebih mutakhir menunjukkan

bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi

berinteraksi dalam menentukan tingkat dan pertumbuhan dalam standar

kehidupan suatu negara (Mankiw,2000)

Menurut teori Neoklasik, tingkat pertumbuhan berasal dari tiga

sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja,

13
dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau

kemajuan teknik sehingga produktivitas per kapita meningkat

(Taringan,2005)

Setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa

yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik

karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive

advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang

sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar,

dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume

sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Agar pasarnya

terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing

pada pasar luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong

sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan

akan tumbuh.

Teori pertumbuhan wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu

sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah lain

melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas.

Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan

wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lain yang akan

mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan

ekonomi dari wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di

suatu wilayah serta interrelasi.

14
Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan

pemerintah, khususnya dalam bilang ekonomi (Sirojuzilam : 2008).

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari

berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung

menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator

penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel

ekonomi dari suatu sub sistem spasial atau bangsa atau negara dan juga

dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah.

Pertumbuhan yang terjadi dapat ditinjau dari peningkatan produksi

sejumlah komoditas yang diperoleh suatu wilayah.

Pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-

penentu endogen ataupun eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat di

dalam daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah,

atau kombinasi dari keduanya (Glasson,1977). Penentu endogen, meliputi

distribusi faktorfaktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal

sedangkan penentu eksogen adalah tingkat permintaan dari daerah lain

terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 2007) penetapan Gross Domestic

Product (GDP) dapat dilakukan dari tiga sudut pandang, yaitu:

1. Sudut pandang produksi, GDP merupakan jumlah nilai produksi netto

dari barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu wilayah dalam jangka

waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dibagi menjadi

15
sembilan kelompok usaha, yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan

dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air,

sektor; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor

angkutan dan komunikasi; sektor lembaga keuangan, sewa bangunan dan

jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

2. Sudut pandang pendapatan, GDP merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi dalam suatu wilayah dan dalam jangka waktu tertentu.

3. Sudut pandang pengeluaran, GDP merupakan jumlah pengeluaran

rumah tangga lembaga swasta yang tidak mencari untung dan

pengeluaran pemerintah sebagai konsumen pengeluaran untuk

pembentukan modal tetap serta perubahan stok dan ekspor netto di suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu

Faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber penting yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno,1994) antara lain:

1. Tanah dan kekayaan lainnya

2. Jumlah mutu pendudu dan tenaga kerja

3. Barang modal dan tingkat teknologi

4. Sistem social dan sikap masyarakat

Luas pasar dan sumber pertumbuhan

2.1.3 Sektor Basis

16
Teori basis ekonomi dikemukakan oleh Harry W. Ricardson (1973)

yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi

suatu daerah adalah hubungan langsung dengan permintaan jasa dari

luar daerah. Dalam teori ini semua wilayah merupakan sebuah system,

sosio ekonomi terpadu. Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik

loqation quention, yaitun teknik yang membantu dalam menentukan

kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembada suatu

sektor.Teknik inilah yang mendasari pemikiran Location Quention

(LQ),yaitu teknik yang membantu dalam menetukan kapsitas ekspor

perekonomian daerah dan derajat ke swasembada suatu sektor. Teori

basis ini digolongkan dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non

basis. Sektor basis merupakan sektor yang melakukan aktifitas

berorientasi ekspor keluar batas wilayah perekonomian yang

bersangkutan. Sektor basis memiliki peran peran penggerak utama dalam

pertumbuhan suatu wilayah. semakin besar ekspor suatu wilayah semakin

maju pertumbuhan wilayah.

Sektor basis adalah yang menjadi tulang punggung perekonomian

daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive

Adventage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-

sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang

sektor basis atau service industries (Sjafrizal,2008))

Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara yang saling

berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk

17
mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan

komparatif maka kedua negara tersebut akan beruntung (Ricardo dalam

Taringan, 2005). Tenyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam

perdangangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam

ekonomi regional.

Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah

adalah bahwa komodoti itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain

di daerahnya.Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk

perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil.

Pada saat ini istilah yang sering dipakai adalah competitive advantage

(keunggulan kompetitif). Keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan

suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah/luar

negeri/pasar global. Istilah keunggulan kompetitif lebih mudah dimengerti,

yaitu cukup melihat apakah produk yang dihasilkan bisa dijual di pasar

global secara global secara menguntungkan. Hal ini tidak lagi

membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu negara dengan

negara lainya, melainkan membandingkan potensi komoditi suatu suatu

negara terhadap komoditi semua negara pesaingnya di pasar global.

Terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif hal

ini dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: Sumber daya alam, teknologi,

akses wilayah, pasar, sentra produksi, tenaga kerja, sifat masyarakat

dankebijakan pemerintah.

18
Kegiatan basis merupakan kegiatan yang melakukan aktivitas yang

berorientasi ekspor (barang dan jasa) ke luar batas wilayah perekonomian

yang bersangkutan. Kegiatan non-basis adalah kegiatan yang

menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang

berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan Luas

lingkup produksi dan pemasaranya adalah bersifat lokal.

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer

mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu

wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut,

dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis

akan menimbulkan efek ganda (multiplyer effect) dalam perekonomian

regional (Adisasmita,2013).

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik

yang lazim didigunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient). LQ

digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-

sektor basis atau unggulan (Leading Sectors).

Analisis Location Quotient dapat menggunakan variabel tenaga kerja

dan Produk Domestik Bruto (PDRB) di suatu wilayah (Kabupaten)

dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama diprovinsi

dimana kabupaten tersebut dalam lingkupnya. (Adisasmita,2013).

Ada 4 peran yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses

pembanguanan ekonomi daerah yaitu, Entrepreneur, Koordinator,

Fasilitator, Stimulator. Dengan peranya sebagai entrepreneur, Pemerintah

19
daerah ber-tanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis

dengan cara pengembangan suatu usaha sendiri (BUMD). Perannya

sebagai koordinator, Pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-

lembaga pemerintah lainya, dunia usaha dan masyarakat dalam

penyusunan sasaran ekonomi, rencanarencana, dan strategi-srategi.

Perannya sebagai Fasilitator, Pemerintah daerah dapat mempercepat

pembangunan melalui perbaikan lingkungan(perilaku atau budaya

masyarakat) di daerahnaya. Perannya sebagai Stimulator Pemerintah

daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui

tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-

perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar

perusahaanperusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.

Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lain: pembuatan brosur-

brosur, pembangunan kawasan industri, pembuatan outlets untuk produk-

produk indusri kecil, membantu indusri-industri kecil melakukan pameran.

(Arsyad,2009).

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer

mover)dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu

wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut,

dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis

akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekenomian

regional (Adisasmita,2008).

20
Teori basis ekonomi ini merupakan faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena berhubungan langsung

dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan

industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga

kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan

daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) (Arsyad,2005).

Teori basis ekonomi ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu

wilayah harus meningkatkan arus atau aliran langsung dari luar wilayah

agar bisa tumbuh secara efektif, yaitu dengan cara meningkatkan ekspor.

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Tiebout, mengemukakan bahwa

pasar ekspor merupakan penggerak utama atau sebagai mesin

pertumbuhan ekonomi wilayah. Hasil ekspor mendatangkan pendapatan

dan pendapatan tambahan melalui pengaruh pengganda (multiplier).

Dengan demikian, kegiatan ekspor mengakibatkan pemasukan uang ke

dalam wilayah dan dorongan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian

wilayah.

2.1.4 Sektor Unggulan

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak

pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan

pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous depelovment)

dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan

sumberdaya fisik secara local (daerah) (Arsyad,2005) . Orientasi ini

mengarahkan pada pengambilan inisiatifinisiatif yang berasal dari daerah

21
tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan

kerja dan merangsang peningkatan ekonomi. Pembangunan ekonomi

dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada

percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada

perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. sektor unggulan adalah

sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai potensi, kinerja dan

prospek yang lebih baik dibandingkan dengan sektor lainnya sehingga

diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan

lainnya, demi terciptanya kemandirian pembangunan wilayah (Emma,

2014). Sektor unggulan dapat pula diartikan sebagai sektor yang dapat

menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar yang ditunjukkan

dengan parameter-parameter seperti:

1. Sumbangan sektor perekonomian terhadap perekonomian wilayah

yang cukup tinggi.

2. Sektor yang mempunyai multiplier effect yang tinggi.

3. Sektor yang kandungan depositnya melimpah.

4. Memiliki potensi added value yang cukup baik.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar

perencanaan pembangunan daerah yang sesuai era otonomi daerah saat

ini, dimana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat

kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat

pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran

22
masyarakat. ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor

prioritas, yaitu :

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai

permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang

cepat akibat dari efek permintaan tersebut.

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka

fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang

lebih luas.

3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi

sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.

Sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh

terhadap sektor-sektor lainnya

2.1.5 Sektor Potensial

Persoalan pokok dalam pembangunan daerah terletak pada sumber

daya dan potensi yang dimiliki guna menciptakan penigkatan jumlah dan

jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut ada kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk dapat

mengidentifikasi potensi-potensi yang ada dalam daerah dan diperlukan

sebagai kekuatan untuk pembangunan perekonomian wilayah.

Sektor ekonomi potensial atau sektor ungggulan dapat diartikan

sebagai sektor perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif

dikembangkan sebagai potensi pembangunan serta dapat menjadi basis

perekonomian suatu wilayah dibanding sektor-sektor lain dalam suatu

23
keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung (Tjokroamidjojo,

1993).Sektor ekonomi dapat dikatakan sebagai sektor potensial jika

memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Merupakan sektor ekonomi yang dapat menjadisektor basis wilayah,

sehingga semakin besar barang dan jasa yang dapat diekspor maka

semakin besar pula tingkat pendapatan yang diperoleh suatu wilayah.

2. Memiliki kemampuan daya saing (competitive advantage) yang relative

baik dibanding sektor sejenis dari wilayah lain. Perkembangan sektor ini

akan merangsang perkembangan sektor sektor lain baik yang terkait

langsung maupuntidak langsung yang pada akhirnya akan memberikan

dampak positif terhadap perekonomian wilayah.

3. Memiliki sumberdaya yang dapat mendukung bagi pengembangannya,

yang meliputi sumer daya alam dan sumber daya manusia. Semakin tinggi

tingkat ketersediaan sumber daya yang dimiliki maka semakin tinggi pula

tingkat pertumbuhan sektor ekonomi wilayah tersebut.

2.1.6 Kaitan Sektor Unggulan dan Sektor Potensial Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja

PDRB sebagai salah satu indikator penting dalam potensi ekonomi

disuatu wilayah tentunya mempunyai hubungan dalam penyerapan tenaga

kerja. Setiap sektor perekonomian atau lapangan pekerjaan memiliki daya

serap tenaga kerja dan laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Perbedaan

ini menyebabkan terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja

24
serta terjadinya perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja

maupun perannya dalam pendapatan nasional (Simanjutak, 1998).

Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh

lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama

adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu

akumulasi modal, pertumbuan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan

teknologi. Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan

memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang

bersangkutan (Rachbini,2001). Sektor unggulan adalah satu grup sektor

atau subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi,

ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor

unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas

dan perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Rachbini,2001).

Menurut Ambardi dan Socia (2002), salah satu kriteria komoditas

unggulan suatu daerah yaitu mampu menyerap tenaga kerja berkualitas

secara optimal sesuai dengan skala produksinya.

2.2 Tinjauan Empiris dan Hasil Penelitian

Irwaty Masloman (2020) dalam penelitiannya “Analisis Sektor

Potensial dan Sektor Unggulan di Kota Tomohon”. Metode analisis yang

digunakan ialah analisis tipologi klasen dan analisis location quotient.

Hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada penelitiannya tersebut

dapat diketahui berdasarkan hasil analisis per sektor, terdapat enam

25
sektor potensial, yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri

pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minun, informasi dan

komunikasi, jasa keuangan dan asuransi dan administrasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial wajib dan terdapat tujuh sektor unggulan

di Kota Tomohon. Sektor ekonomi yang memiliki nilai LQ paling tinggi

yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang

dengan nilai LQ rata-rata 4.07 (LQ>1), positif menunjukkan sektor ini

mempunyai daya saing yang tinggi di tingkat provinsi, sehingga

pertumbuhannya di daerah lebih cepat dari provinsi.

Sri Maryanti dan Rinayanti Rasyad (2015) dalam penelitiannya

“Analisis Sektor Unggulan Terhadap Kinerja Ekonomi Dalam Menyerap

Tenaga Kerja di Kota Pekanbaru”. Metode penelitian yang digunakan

adalah analisis Location Equation untuk menganalisis sektor ekonomi

unggulan dalam menyerap tenaga kerja dan membandingkannya dengan

tenaga kerja per sektor antar Kota Pekanbaru dengan Propinsi Riau.

Untuk menganalisis kinerja ekonomi menggunakan metode Shift Share

untuk melihat potensi wilayah yang harus dikembangkan untuk masa akan

datang dan memacu pertumbuhan potensi wiyalah yang belum termasuk

dalam sektor basis. Dari hasil penelitian diperoleh enam sektor yang

menjadi sektor basis yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor

bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan

dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan

sektor jasa-jasa dan tiga sektor lainnya yang menjadi sektor non basis

26
yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor

industri. Yang menyerap tenaga kerja lebih sedikit adalah sektor pertanian

dan pertambangan. Artinya semakin tinggi jumlah PDRB belum mampu

menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Thufall Rafii Grischa erlita (2019) dalam penelitiannya berjudul

“Analisis Sektor Unggulan Terhadap Penyerapan Tenaga kerja di

Kabupaten Sragen tahun 2013-2017”. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ) untuk menentukan

sektor basis dan non basis, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) untuk

membandingkan pertumbuhan baik dalam sekala kecil atau lebih luas,

dan Overlay untuk melihat keunggulan dan potensi ekonomi di Kabupaten

Sragen. Dari hasil analisis LQ yang menjadi sektor basis adalah

penggabungan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, sepeda

motor, penyediaan akomodasi dan makan minum serta sektor pertanian,

kehutanan, perikanan. Berdasarkan analisis MRP sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan memiliki nilai

RPr dan RPs positif hasil tersebut menunjukan bahwa kedua sektor

mengalami pertumbuhan baik di Kabupaten Sragen maupun di Provinsi

Jawa Tengah dan berdasarkan analisis MRP dalam pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan di Kabupaten Sragen

mengalami pertumbuhan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Provinsi

Jawa Tengah. Berdasarkan analisis overlay sektor pertanian, kehutanan,

dan perikanan layak untuk dijadikan sebagai sektor unggulan dan layak

27
untuk dijadikan prioritas pembangunan karena sektor tersebut adalah

satu-satunya yang memiliki tingkat pertumbuhan dan kontribusi yang

positif.

Fidyan Bagus Pratama, dkk (2021), dalam penelitiannya berjudul

Pengaruh Sektor Unggulan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota

Samarinda”. Menggunakan metode regresi liier sederhana dan alat bantu

SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sektor unggulan

perdagangan, hotel, dan restoran sangat berperan terhadap sektor tenaga

kerja perdagangan, hotel, dan restoran.

Maria Ponto, dkk (2015), dalam penelitian berjudul “Analisis

Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja di Kota Jayapura”. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah (1) Analisis Shift share, untuk mengetahui pergeseran struktur

ekonomi. (2) Analisis Location Quotient untuk mengetahui sektor basis. (3)

Analisis MRP (Model Rasio Pertumbuhan) unuk mengukur pertumbuhan

wilayah kota Jayapura. (4) Analisis Overlay unuk mengetahui sektor

ekonomi unggulan di kota Jayapura. (5) Analisis Rasio Tenaga Kerja

(RTK) untuk mengetahui peluang kesempatan kerja. Hasil analisis RTK

menunjukkan nilai RTK yang diatas 10% adalah sektor perdagangan,

hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Meskipun sektor perdagangan,

hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa bukan merupakan sektor unggulan

kota Jayapura, namun sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang

tinggi.

28
BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah merupakan

hasil dari kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah setempat

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan

mengembangkan ekonomi di berbagai sektor agar lebih menguntungkan

semua pihak. Masing-masing daerah memiliki potensi ekonomi, namun

semua potensi ekonomi yang ada belum teridentifikasi dengan benar,

maka dari itu penelitian ini mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi melalui

LQ dan analisis shift share. Pertumbuhan ekonomi melalui PDRB yang

terus meningkat diharapkan dapat menyerap tenaga kerja. Karena dengan

kenaikan pendapatan nasional dapat meningkatkan kapasitas produksi

yang mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dimana tenaga

kerja merupakan salah satu faktor produksi yang dapat mendorong

peningkatan produksi. Kemudian peningkatan penyerapan tenaga kerja ini

dapat mengurangi pengangguran. (Alghofari.2010)

Untuk menentukan sektor unggulan, penelitian ini menggunakan alat

analisis Location Quotient (LQ) untuk menentukan sektor basis dan non

basis dalam perekonomian Kota Makassar dan Analisis Shift Share

digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran struktur

perekonomian Kota Makassar. maka diharapkan pemerintah Kota

29
Makassar dapat mengetahui apa saja yang memiliki potensi untuk

dikembangkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan mengatasi

masalah ketenagakerjaan di Kota Makassar. Serta Analisis Overlay

digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan ekonomiyang potensial,

dengan menggunakan kriteria pertumbuhan dan kriteri keunggulan

komparatif. (Suyana Utama, 2010)

Identifikasi Sektor Unggulan dan Sektor


Potensial

Analisis Location Analisis Shift Analisis Overlay


Quotient (LQ) Share

Analisis Model Rasio


LQ> 1 Sektor Pertumbuhan (MRP)
Dj>0 Sektor tumbuh
Basis lebih cepat dari provinsi
LQ<1 Sektor Non Dj<0 Sektor tumbuh RPs kurang dari satu dan LQ
Basis lebih lambat dari provinsi (≥1), memiliki arti suatu
kegiatan pertumbuhannya
rendah tapi mempunyai
keunggulan komparatif.

RPs kurang dari satu dan LQ


(≤1), memiliki arti suatu
kegiatan pertumbuhannya
rendah dan tidak potensial

Sektor Unggulan (X1) dan Sektor


Potensial (X2) Perekonomian Kota
Makassar

Penyerapan Tenaga Kerja (Y)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual penelitian

30
3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap

pertanyaan yang diajukan dari permasalahan di atas dapat dikemukakan

hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga Kota Makassar memiliki sektor unggulan dalam

meningkatkan perekonomian Kota Makassar

2. Diduga Kota Makassar memiliki sektor potensial yang dapat

dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota

Makassar

3. Diduga sektor unggul dan sektor potensial berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Makassar

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian kuantitatif ialah salah satu jenis penelitian dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi

(pengukuran), digunakan dalam meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang

ditetapkan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,

PDRB provinsi, PDRB laju pertumbuhan per sektor Kota Makassar,

pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Makasar untuk menentukan sektor

unggulan dan sektor potensial yag terdapat di Kota Makassar lalu

menganalisis bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian Kota

Makassar dan pengaruh penyerapan tenaga kerja pada sektor unggulan

dan sektor potensial terhadap penyerapan tenaga kerja secara

keseluruhan di Kota Makassar. Perekonomian kota Makassar dari segi

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan hinga tahun 2019, tetapi

pada tahun 2020 hingga 2021 mengalami permasalahan akibat masalah

32
global yaitu pandemic covid-19, sehingga penting untuk di teliti sektor apa

saja yang mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian Kota

Makassar dan akan menjadi pondasi perekonomian untuk kedepannya

dan bagaimana pengaruh penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut

dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan Kota Makassar.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat statistik (BPS) dan Dinas Tenaga Kerja

serta data yang diperoleh dari berbagai situs yang berkaitan dengan

penelitian. Selain itu penulis juga melakukan studi pustaka dengan

membaca jurnal, buku, artikel internet, dan berbagai literatur lainnya.

Analisis dan penelitian dilakukan dengan menggunakan data time series

yaitu dari tahun 2007-2021.

Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yaitu tingkat

pertumbuhan ekonomi dan PDRB Provinsi, laju pertumbuhan per sektor,

data dari Dinas Tenaga Kerja yaitu, tingkat pengangguran dan jumlah

angkatan kerja yang bekerja, dan jumlah angkatan kerja.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi

pustaka. Studi pustaka merupakan teknik analisa untuk mendapatkan

informasi melalui catatan, literatur, dan lain-lain yang masih relevan, dan

teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan

33
mendokumentasikan data-data, publikasi data oleh Badan Pusat Statistik

dan publikasi Makassar Dalam Angka). Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah pencatatan langsung berupa data time series, data time

series merupakan data yang terdiri atas satu atau lebih variabel yang

dikumpulkan dari waktu ke waktu. (Gujarati, 2004)

4.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan 3 alat analisis, yaitu Location Quotient

(LQ), Analisis Shift Share (ASS), dan Regresi Linier Berganda secara

ringkas metode ini akan dijelaskan sebagai berikut:

4.5.1 LQ (Location Qoutient)

Pada dasarnya model LQ mengacu pada teori ekonomi basis.

Teori ekonomi basis mendasarkan pandangannya bahwa laju

pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh besarnya nilai

dari kegiatan ekspor sebuah wilayah. Semakin besar kegiatan

ekspor semakin besar kontribusi nilai ekspor terhadap

perkembangan kegiatan ekonomi lainnya. Demikian halnya

sebaliknya.

Metode LQ sendiri merupakan metode yang paling banyak

diterapkan untuk mengetahui sektor-sektor basis suatu daerah.

Metode ini berkembang sesuai dengan peruntukannya. Beberapa

peneliti ataupun perencana menggunakannya dengan maksud

34
untuk mengetahui sektor ataupun komoditas yang memiliki

keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, melalui LQ

akan teridentifikasi sektor-sektor yang dianggap unggul dan tidak

unggul

Perhitungan LQ sangat sederhana yakni hanya

membandingkan peran atau sumbangan sebuah sektor

perekonomian daerah dengan sektor perekonomian yang sama

pada cakupan daerah wilayah yang lebih luas. Dengan kata lain,

LQ adalah sutau metode untuk menghitung perbandingan relative

sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah

(Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang

bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Misalnya, share

sektor pertanian (output) di Kabupaten A dibandingkan dengan

share sketor pertanian di provinsi atau share sektor pertanian di

Kota A dibandingkan dengan share sektor pertanian di Provinsi.

Dapat pula diperbandingkan antara share sektor pertanian di

daerah A dibandingkan dengan share sektor pertanian pada skala

nasional.

Adapun rumus untuk LQ adalah :

35
Dimana :

𝐿𝑄𝑖= nilai kuosion lokasi sektor i.

𝑂𝑖= Output sektor i di Provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2007-

2021.

𝑂𝑃 = Total Output di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2007-

2021.

𝑂𝑖 = Output sektor I tingkat nasional pada tahun 2007-2021

𝑂𝑛 = Total Output tingkat nasional paa tahun 2007-2021.

Kriteria penggolongannya adalah sebagai berikut :

1. Jika LQ > 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut

merupakan sektor basis (B) yang mampu mengekspor hasil

produksinya ke daerah lain.

2. Jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut

merupakan sektor non basis (NB) dan cenderung mengimpor dari

daerah lain.

3. Jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah

tersebut habis dikonsumsi daerah tersebut.

Ketika sebuah sektor terkategori basis terindikasi bahwa sektor

tersebut adalah unggul dibandingkan dengan sektor lainnya (bukan

basis). Misalnya jika sektor pertanian di Provinsi A setelah

36
dibandingkan sumbangannya terhadap skala Nasional dan

memperoleh nilai LQ > 1, berarti bahwa sektor pertanian dapat

dikategorikan sebagai sektor basis dan olehnya itu biasa

dikategorikan sebagai sektor unggulan di Provinsi tersebut

4.5.2 Analisis Shift Share (ASS)

Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan

dan pergeseran sektor pada perekonomia suatu daerah biasanya

menggunakan rentang waktu tertentu bisa 2 tahun, rentang waktu 5

tahun, 10 tahun dan seterusnya.

Metode analisis Shift-Share menghendaki pengisolasian

pengaruh dari struktur ekonomi suatu daerah terhadap

pertumbuhan selama periode tertentu. Proses pertumbuhan suatu

daerah diuraikan dengan memperlihatkan variablevariable penting

seperti kesempatan kerja, pendapatan atau nilai tambah suatu

daerah yang merupakan sejumlah komponen. (Soepono : 1993)

Pertmbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu

perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen berdasarkan

model shift-share perubahan relative kinerja pembangunan daerah

terhadap nasional dapat dilihat dari :

1. Pertumbuhan ekonomi nasional (national growth); komponen ini

memperlihatkan besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi

nasional terhadap daerah. Suatu daerah mengalami pertumbuhan

37
dari suatu periode tertentu disebabkan oleh peran pertumbuhan

pada tingkat nasional.

2. Pergeseran proporsi (proportional shift); mengukur perubahan

relative (naik/turun) suatu sektor di daerah terhadap sektor yang

sama ditingkat nasional. Disebut juga pengaruh bauran industry

(industry mix) yang disingkat dengan IM.

3. Pergeseran diferensial (differential shift); mengetahui seberapa

kompetitif sektor tertentu daerah dibanding nasional. Jika nilainya

(+) berarti kompetitif, jika nilainya (-) tidak kompetitif. Disebut juga

pengaruh keunggulan kompetitif.

Pada awalnya model shift share digambarkan oleh Perloff et al

(1960) yang berfokus pada total tenaga kerja regional dan hanya

mempunyai dua komponen (Stimson : 2006) sebagai berikut:

A. Total shift (TS) yang dinyatakan sebagai:

𝑇𝑆 = ∑𝑖e𝑖, − ∑𝑖e𝑖,−1(E𝑡/E𝑖−1) (1)

B. Differential shift (DS) dinyatakan sebagai:

DS = ∑𝑖e𝑖,−1 (e𝑖,𝑡/e𝑖,𝑡−1 − E𝑖,𝑡/E𝑖,𝑡−1) (2)

Dimana :

e𝑖 dan E𝑖 secara berturut-turut adalah tenaga kerja regional dan

nasional di industry i

38
e dan E secara berturut-turut adalah total tenaga kerja regional dan

nasional dalam seluruh industry dan t-1 adalah periode awal

pengamatan dan t adalah periode akhir pengamatan.

Memperkanalkan model tingkat perbedaan pertumbuhan pada

industry individu yang dikenal sebagai “proportionality effect” yang

mana ekuivalen dengan komposisi industry atau efek bauran

industry (IM) yang dijelaskan sebelumnya (Dunn : 1996). Tiga

komponen model perubahan regional yaitu menggambungkan

national share (NS), industry mix (IM) dan reginal shift (RS)

sehingga menjadi :

Dimana:

∆𝑡= e𝑖, - e𝑖,−1= NS𝑖 + IM𝑖 + RS𝑖 (3)

NS𝑖 = e𝑖, (E𝑡/E𝑡−1 − 1) (4)

IM𝑖 = e𝑖,−1(E𝑖,𝑡/E𝑖,𝑡−1 − E𝑡/E𝑡−1) (5)

RS𝑖 = e𝑖,−1(e𝑖,𝑡/e𝑖,𝑡−1 − E𝑖,𝑡/E𝑖,𝑡−1) (6)

Model klasik untuk shift share ini telah digunakan secara

intensif oleh ahli ekonomi, perencana dan maupun ahli ekonomi

regional dalam menganalisis daerah yang kemudian penekanannya

tidak hanya pada peran perubahan regional untuk indusri yang

spesifik, tetapi juga pada pergeseran regional atau komponen daya

saing sebagai sebuah ukuran relative kinerja daerah pada industri

39
tertentu. Pergeseran posisi sebuah daerah diinterprestasikan

sebagai sesuatu yang berkaitan dengan keunggulan comparative

atau keunggulan competitive daerah yang berasal dari industri

tertentu.

Dampak nyata pertumbuhan ekonomi daerah dapat juga dilihat

berdasarkan model shift share yang sedikit lebih singkat dan

mudah dipahami adalah:

𝐷𝑖𝑗 = 𝑁𝑖𝑗 + 𝑀𝑖𝑗 + 𝐶𝑖j

Dimana 𝐷𝑖𝑗 = 𝐸𝑖𝑗∗ - 𝐸𝑖𝑗 (8)

Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional :

𝑁𝑖𝑗 = 𝐸𝑖𝑗 X 𝑟𝑛 (9)

Pengaruh bauran industry :

𝑀𝑖𝑗 = 𝐸𝑖𝑗 (𝑟𝑖𝑛-𝑟𝑛) (10)

Pengaruh keunggulan kompetitif :

𝐶𝑖𝑗 = 𝐸𝑖𝑗 (𝑟𝑖𝑗 - 𝑟𝑖𝑛) (11)

Keterangan :

𝐸𝑖𝑗= adalah tenaga kerja di sektor i daerah j

𝐸𝑖𝑗∗ = adalah tenaga kerja di sektor i daerah j pada tahun akhir

pengamatan

40
𝐸𝑖𝑛 = adalah tenaga kerja di sektor I nasional

𝑟𝑖𝑗 = adalah laju pertumbuhan sektor I di daerah j

𝑟𝑖𝑛 = adalah laju pertumbuhan sektor I nasional

𝑟𝑛 = adalah laju pertumbuhan ekonomi nasional

4.5.3 Analisis Overlay

Analisis Overlay digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan

ekonomi yang potensial, dengan menggunakan kriteria

pertumbuhan dan kriteria keunggulan komparatif. (Suyana Utama,

2010: 67). Terdapat berbagai kategori sektor perekonomian yang

memiliki nilai yang berbeda-beda, diantaranya:

a) RPs kurang dari satu dan LQ (≥1), memiliki arti suatu kegiatan

pertumbuhannya dominan dan keunggulan komparatif.

b) RPs lebih dari satu dan LQ (≤1), memiliki arti suatu kegiatan

pertumbuhannya dominan tapi tidak mempunyai keunggulan

komparatif.

c) RPs kurang dari satu dan LQ (≥1), memiliki arti suatu kegiatan

pertumbuhannya rendah tapi mempunyai keunggulan komparatif.

d) RPs kurang dari satu dan LQ (≤1), memiliki arti suatu kegiatan

pertumbuhannya rendah dan tidak potensial

4.5.4 Regresi Linier Berganda

Metode analisis regresi linier berganda yang ditransformasikan

dengan logaritma berganda yaitu menggunakan Logaritma Natural

41
(ln) dengan menggunakan alat analisis program Eviews 9.0.

Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

penyerapan tenaga kerja setiap sektor unggulan terhadap

penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan di Kota Makassar.

Dikatakan regresi linier berganda karena jumlah variabel bebas

(independen) lebih dari satu. Maka digunakan persamaan regresi

linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka model analisis data adalah sebagai berikut:

Y = βo + β1X1+ β2X2 + e

Dimana:

Y = Jumlah Penyerapan tenaga kerja Kota Makassar

Βo = Konstanta

β1 β2 : Koefisien regresi variabel

X1 = Sektor Unggulan

X2 = Sektor Potensial

e : Error term (Variabel Penganggu)

Model regresi linier berganda tersebut diubah dalam bentuk

persamaan logaritma linear (log-linear) seperti berikut:

Y = βo + β1lnX1+ β2lnX2+e

42
Y = Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Kota Makassar

Βo = Konstanta

β1 β2 : Koefisien regresi variabel

X1 = Sektor Unggulan

X2 = Sektor Potensial

e : Error term (Variabel Penganggu)

4.5.3.1 Uji Hipotesis

a. pengujian Parsial (Uji T)

Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Hipotesis no (H0) yang

hendak di uji adalah apakh suatu parameter (βi)sama dengan nol,

atau H0: βi ≤ 0 artinya suatu variabel bebas bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat atau X tidak

mempengaruhi Y. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter satu

variabel tidak sama dengan nol, atau Ha : βi > 0 artinya variabel

tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

terikat (Gujarati.2010)

Tingkat signifikansi (α) yang digunakan α= 5%. Jika t hitung >

t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima atau jika nilai probabilitas

t< α= 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika t

43
hitung< t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak atau jika nilai

probabilitas t > α= 0,05 maka H0 diterima dan ha ditolak.

b. Pengujian Simultan (Uji F)

Menurut (Gujarati, 2010) uji F bertujuan untuk meilihat signifikan

dari pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikat dengan menganggap variabel bebas adalah

konstan. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

H0 : β1 = β2= …= βk ≤ 0 artiya semua variabel bebas bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

Berarti tidak ada pengaruh belanja modal, pertumbuhan

ekonomi, indeks pembangunan manusia, dan upah minimum

terhadap pengangguran. Ha : β1 = β2 = …= βk > 0 artinya

semua variabel bebas secara simultan merupakan penjelas

yang signfikan terhadap variabel terikat. Berarti ada pengaruh

belanja modal, pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan

manusia, dan upah minimum terhadap pengangguran.

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yang digunkan α= 5 %

3. Membuat keputusan

Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima jika F

hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak jika nilai

probabilitas F < α = 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima jika

nilai probabilitas F>α=0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

44
4. Membuat kesimpulan

c. Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisian determinasi (R2) adalah suatu ukuran yang

menunjukkan besarnya sumbangan dari variabel X yang

mempunyai pengaruh linier terhadap variasi (naik turunnya). Sifat-

sifat R2 yaitu nilai R2 selalu non negatif, sebab rasio dua jumlah

kuadrat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu

atau 0≤R2≤1. Makin besar nilai R2 maka makin tepat/cocok suatu

garis regresi, sebaliknya makin kecil R2 maka makin tidak tepat

garis regresi tersebut untuk mewakili data hasil observasi

(Gujarati.2010).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan R2 untuk mengukur

besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Cara yang

terbaik untuk mengukur kecocokan data dengan garis estimasi

adalah dengan menggunakan R2 yang disesuaikan atau adjusted

R2 .

4.6 Definisi operasional

Untuk mempersamakan pengertian istilah-istilah dan memudahkan

dalam pengumpulan dan analisis data, maka variabel-variabel yang

didefinisikan atau diukur dan dapat dijadikan sebagai acuan selama

penelitian adalah:

1.Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dinyatakan

sebagai peningkatan pendapatan wilayah. Adapun indikator

45
pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan. Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Makassar atas dasar harga

konstan tahun 2007-2021 yang berdasarkan dalam perhitungan-

perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar yang

tersaji dalam bentuk Rupiah dan periode tahunan

2. Penyerapan Tenaga Kerja (Y1)

Penyerapan Tenaga Kerja adalah rasio antara jumlah penduduk

yang bekerja dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam

persen.

3. Sektor Unggulan (X1)

Sektor Unggulan adalah sektor yang memiliki peranan yang relative

besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya terhadap

ekonomi wilayah (PDRB) untuk jangka waktu satu tahun.

5. Sektor Potensial (X2)

Sektor yang mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dan

meningkatan kapasitas produksi untuk mencapai penambahan

output, yang diukur menggunakan Produk DomestikBruto (PDB)

maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu

wilayah.

46
DAFTAR PUSTAKA

Ambardi, U.M Dan Socia, P. 2002. “Pengembangan Wilayah Dan Otonomi


Daerah.” Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah
(P2KTPW-BPPT), Jakarta

Arsyad, Lincolin. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi


Daerah Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE.

Badan Pusat Statistik Kota Makassar.. Kota Makassar Dalam Angka 2005-
2019. Makassar: Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Kota Makassar.. Laju Pertumbuhan PDRB


Menurutkabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan 2015-
2019(Persen). Makassar: Badan Pusat Statistik

Bintoro Tjokroamidjojo. 1993. Pengantar Administrasi Pembangunan.


Jakarta: PT. Pustaka LP3SES Indonesia

Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

Emma Ratnasari. 2014. Sectors Analysis And Determination Of Gdp


Fprming Leading Sector In Distract Kebumen. Jurnal Fokus
Bisnis. Vol 13

Erlita. 2019. Thufall Rafii Grischa. Analisis Sektor Unggulan Terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Sragen Tahun 2013-
2017. Jurnal Ekonomi Pembangunan

Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta:Kansius

Glasson,John 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul


Sitohang. Lebaga Penerbit FE UI. Jakarta

Jhingan, M. 2002. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

47
Mankiw, N. Gregory. 2008. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Maryanti Sri Dan Rinayanti Rasyad. 2015. Analisis Sektor Unggulan


Terhadap Kinerja Ekonomi Dalam Menyerap Tenaga Kerja Di
Kota Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis.

Masloman Irawaty. 2020. Analisis Sektor Potensial Dan Sektor Unggulan


Di Kota Tomohon. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas
Sam Ratulangi Manado.ISSN 2303-1174

Rachbini, Didik J. 2001. Pembangunan Ekonomi Dan Sumber Daya


Manusia. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Richardson, Harry W. 1973. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional,


Terjemahan Paul Sitohang, Edisi Revisi , Lembaga Penerbit FE
UI, Jakarta

Simanjuntak J.P. 2004. Isu Ketenagakerjaan Yang Mendesak.Jakarta.


Artikel Pada Buletin Pemerintah Baru.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori Dan Aplikasi. Baduose Media,


Cetakan Pertam. Padang

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja


Garfindo.

Tarigan, R. 2014. Ekonomi Regional: Teori Dan Aplikasi (Cet-7). PT. Bumi
Aksara, Jakarta.

Pratama Fidyan Bagus. 2022. Pengaruh Sektor Unggulan Terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Samarinda. Jurnal Ilmu
Ekonomi Mulawarman

48
Ponto Maria, Dkk. 2015. Analisis Penentuan Sektor Unggulan
Perekonomian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota
Jayapura. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.

49

Anda mungkin juga menyukai