Anda di halaman 1dari 89

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL


MENGGUNAKAN SINGLE INDEX MODEL PADA
MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI PADA INDEKS LQ 45
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI))

ANDI BESSE RAFIANA. AS


1993142077

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................10
D. Manfaat Penelitian................................................................................................10
BAB II...................................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................12
A. Kajian Pustaka......................................................................................................12
B. Penelitian Terdahulu............................................................................................28
C. Kerangka Pikir.....................................................................................................34
BAB III..................................................................................................................51
METODE PENELITIAN....................................................................................51
A. Variabel dan Desain Penelitian.............................................................................51
B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel....................................................53
C. Populasi dan Sampel............................................................................................60
D. Teknik Pengumpulan data....................................................................................62
E. Teknik Analisis Data............................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Indeks LQ 45 Tahun 2020-2021


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal2


Gambar 2.2 Kurva Indifereren3
Gambar 2.3 Kerangka Pikir36
Gambar 3.1 Desain Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan ekonomi dan sikap konsumtif yang semakin meningkat

menuntut masyarakat untuk mampu meningkatkan pendapatan guna memenuhi

kebutuhan hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan

kegiatan investasi. Investasi merupakan aktivitas yang erat kaitannya dengan

dunia ekonomi dan bisnis di era globalisasi. Investasi dapat menjadi salah satu

pilihan dalam mengelola keuangan dan dapat menjadi nilai tambah pendapatan

masyarakat. Untuk melakukan transaksi atau kegiatan investasi dapat dilakukan

melalui pasar modal.

Bagi perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peranan yang

sangat penting sebagai roda perekonomian. Pasar modal berfungsi sebagai sarana

pendanaan usaha bagi perusahaan yang didapatkan dari pemilik modal (investor).

Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk berinvestasi

pada instrument keuangan dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa

depan.

Hampir semua bentuk investasi mempunyai unsur ketidakpastian. Dalam

melakukan investasi, investor tidak tahu pasti besarnya tingkat pengembalian atau

return yang diperoleh dari hasil investasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan

hubungan antara return dan risiko berbanding lurus, artinya jika investor

mengharapkan return yang tinggi atas investasi yang dilakukan maka investor

juga harus menanggung tingkat risiko yang besar pula, begitu pun sebaliknya.

1
2

Keputusan yang diambil oleh investor, pada dasarnya berhubungan erat dengan

perilaku investor terhadap risiko.

Setiap individu pada dasarnya tidak menyukai atau enggan menanggung

risiko, sehingga kebanyakan investor berupaya untuk memperoleh imbal hasil

dengan risiko yang paling rendah. Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa

terdapat berbagai risiko yang tidak terduga dalam berinvestasi. Salah satunya

yaitu peristiwa Covid-19 di Indonesia yang menyebabkan kondisi pasar modal

mengalami fluktuasi. Coronavirus disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit

baru berupa virus yang pertama kali berjangkit di kota Wuhan, Tiongkok. Di

Indonesia, Covid-19 mulai masuk pada Maret 2020. Coronavirus merupakan

virus yang menyebabkan flu biasa hingga penyakit yang lebih parah.

Dampak adanya virus ini tidak hanya mengancam kesehatan saja melainkan

juga pasar modal di Indonesia. Covid-19 menyebabkan perkembangan pasar

modal di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan semenjak

pengumuman kasus pasien positif pertama pada 2 Maret 2020. Berdasarkan data

dari Yahoo Finance pada tanggal 2 Maret 2020 IHSG ditutup 91 poin atau sekitar

1,7% dan menyentuh harga 5.361. Penurunan IHSG terus berlanjut, hingga pada

19 Maret 2020 IHSG ditutup turun hingga menyentuh harga 4.105. Sampai pada

perdagangan 24 Maret 2020 IHSG mengalami penurunan yang cukup parah

hingga menyentuh harga 3.937. Pada akhir 2020, IHSG mengakhiri perdagangan

dengan ditutup di zona merah dan melemah sebesar 57,1 poin atau 0,95% ke

posisi 5.979 (Nurpiana dkk, 2022). Namun, pada tahun 2021 IHSG mengalami
3

pemulihan yang cukup baik semenjak pengumuman pertama kali kasus Covid-19

sampai saat ini.

Peristiwa Covid-19 juga mempengaruhi indeks LQ-45. Indeks LQ 45

merupakan gabungan dari 45 emiten saham dengan likuditas tinggi, yang mana

dalam pemilihan emiten agar termasuk dalam indeks LQ 45 dilakukan seleksi

dengan beberapa kriteria pemilihan, sehingga dari sisi risiko saham LQ 45 dapat

menjadi kandidat investasi dengan risiko terendah dibandingkan dengan saham

lainnya karena terdiri dari saham gabungan dari perusahaan yang memiliki

likuiditas yang tinggi sehingga perputarannya lebih cepat (Martini & Djohan,

2020).

Kelebihan kelompok saham yang termasuk dalam indeks LQ 45

dibandingkan dengan indeks saham lainnya yaitu tidak bersifat tetap, artinya

setiap 6 bulan sekali dilakukan penetapan saham yang memenuhi kriteria dan

mengeliminasi saham yang tidak lagi memenuhi kriteria dengan melakukan

evaluasi setiap 3 bulan sekali, sehingga saham yang masuk pada kategori indeks

LQ 45 tergolong saham pilihan yang baik (Almunfarijah, 2017). Namun, indeks

LQ-45 tidak terlepas dari resiko yang tak terduga seperti peristiwa Covid-19.

Indeks LQ 45 pada awal pandemi Covid-19 memiliki performa yang

menurun. Berikut perkembangan Indeks LQ 45 Tahun 2020-2021

Tabel 1.1 Perkembangan Indeks LQ 45 Tahun 2020-2021


Perkembangan Indeks Perkembangan Indeks
Bulan (2020) (2021)
Januari 961,98 911,98
Februari 879,53 944,75
Maret 691,13 902,79
April 713,64 893,73
4

Mei 725,83 888,65


Juni 756,2 844,85
Juli 803,01 823,04
Agustus 824,19 866,49
Septembe
r 737,15 894,68
Oktober 790,5 952,59
November 883,06 930,98
Desember 934,89 931,41
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa kinerja indeks LQ-45

mengalami fluktuasi, pada bulan Januari 2020 kinerja Indeks LQ 45 dengan nilai

961,98 mengalami penurunan pada bulan Februari sebesar 8,6% dengan nilai

879,53. Pada awal Covid-19 muncul pada bulan Maret 2020, indeks LQ-45

mengalami penurunan yang signifikan sebesar 21,4% dengan nilai 691,13. Pada

bulan April-Agustus Indeks LQ 45 sempat mengalami peningkatan, hingga

September 2020 kembali mengalami penurunan sebesar 10,6% dengan nilai 790,5

akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat tahap kedua

oleh pemerintah pada tanggal 14 September 2020. Hingga pada bulan November

2020-Juni 2021 Indeks LQ 45 mengalami kenaikan namun masih di bawah pada

awal tahun 2020. Namun pada bulan Juli 2021 Kinerja indeks mengalami

penurunan sebesar 2,6% dengan nilai 823,04 akibat penerapan PPKM level 3 dan

4. Hingga pada Oktober 2021 Indeks LQ-45 mampu naik signifikan sebesar 6,5%

dengan nilai 952,59 dan berhasil menutup perdagangan pada tahun 2021 dengan

nilai 931,41. Meskipun indeks LQ 45 merupakan indeks yang memiliki

kapitalisasi pasar yang besar dan likuiditas yang tinggi, namun tidak terlepas dari

peristiwa Covid-19 yang menyebabkan performa dari saham LQ 45 mengalami


5

penurunan sehingga berpengaruh terhadap kinerja saham (Martini & Djohan,

2020)

Penyebaran virus yang sangat cepat telah berpengaruh besar terhadap

perekenomian di dunia. Untuk mencegah penyebaran, banyak negara membuat

kebijakan dengan pemberlakuan lockdown dan pembatasan kegiatan bisnis

berskala besar. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menghimbau

masyarakat untuk menjaga jarak atau physical distancing sebagai cara untuk

menghindari penyebaran Covid-19 yang lebih luas. Hal ini sangat berdampak

terhadap kegiatan perekonomian mulai dari pemotongan upah kerja hingga

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Masa pandemi ini, investasi dapat menjadi alternatif mata penghasilan baru

ditengah melambatnya aktivitas ekonomi. Pemberlakuan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah membuat masyarakat memilih untuk

menyalurkan dananya ke bisnis online yang lebih menjanjikan dibandingkan

bisnis real yang sedang mengalami keterpurukan akibat Covid-19. Hal ini dilihat

dari meningkatnya jumlah investor di pasar modal. Diambil dari PT. Kustodian

Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada tahun 2020 jumlah investor mengalami

peningkatan yang signifikan dari 3.880.753 atau naik sebesar 56,21% dari tahun

sebelumnya sebesar 2.484.354 atau sebesar 53,41% pada tahun 2019. Pada akhir

tahun 2021, jumlah investor mengalami peningkatan yang sangat pesat dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 7.489.337 atau sebesar 92,99%. Hal ini menandakan

adanya peningkatan minat masyarakat Indonesia terhadap investasi di pasar

modal.
6

Setiap investasi pasti memiliki resikonya masing-masing, terlebih lagi

adanya pandemi Covid-19 yang berdampak besar terhadap perekonomian di

Indonesia. Dalam pengambilan keputusan investasi pada kondisi yang tidak pasti,

investor cukup mempertimbangkan berapa hasil atau pendapatan yang diharapkan

dan berapa besar risiko investasi tersebut. Risiko investasi dapat diperkecil dengan

tindakan pembentukan portofolio, sehingga tingginya risiko setiap sekuritas yang

membentuk portofolio dapat ditekan atau direndahkan. Maka dari itu, investor

membutuhkan diversifikasi atau portofolio guna meminimalkan risiko investasi

yang tidak dapat dihilangkan.

Upaya pembentukan sebuah portofolio optimal harus dilakukan oleh setiap

investor. Menurut Sudana (2019: 46) “Portofolio merupakan sekumpulan

investasi yang mempunyai keunggulan karena dapat mengurangi risiko dengan

jalan diversifikasi”. Dengan melakukan diversifikasi investasi, maka variabilitas

pendapatan yang diharapkan akan lebih stabil. Investor perlu melakukan analisis

terhadap saham-saham yang dapat memberikan tingkat return yang tinggi dengan

risiko tertentu ataupun sebaliknya. Sehingga, investor dapat dengan mudah

menentukan portofolio mana yang paling efisien.

Penentuan portofolio efisien merupakan hal terpenting yang perlu

diperhatikan dalam menentukan portofolio optimal. Menurut Hartono (2017: 385)

“Suatu portofolio optimal juga sekaligus merupakan portofolio efisien, tetapi

suatu portofolio efisien belum tentu portofolio optimal”. Dalam pembentukan

portofolio efisien, investor perlu memaksimalkan pengembalian yang diharapkan

dari investasi dengan risiko yang diterima. “Suatu portofolio dikatakan efisien jika
7

mampu memberikan tingkat imbal hasil yang diharapkan dengan risiko yang

sama, atau memberikan risiko terkecil dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan

yang sama” (Ekananda, 2019:131). Masalah utama dalam portofolio yaitu

bagaimana investor menentukan portofolio mana yang paling optimal dengan

kombinasi return dan risk yang terbaik.

Pembentukan portofolio terdiri beberapa perhitungan yang dapat

digunakan, yaitu model Markowitz dan model indeks tunggal (single index

model). Model Markowitz diperkenalkan oleh Harry M Markowitz pada tahun

1950 sedangkan model indeks tunggal (single index model) diperkenalkan oleh

William Sharpe pada tahun 1963 dengan menyederhanakan perhitungan dari teori

model Markowitz. Dalam model Markowitz, pemilihan portofolio investor

didasarkan pada preferensi investor yang hanya didasarkan pada return

ekspektasian dan risiko portofolio (Tandelilin, 2017:167). Selain itu, model

Markowitz membatasi pilihan investor hanya pada portofolio yang terdiri dari aset

berisiko. Model indeks tunggal menyederhanakan teori model Markowitz yaitu

dengan memperkecil input analisis portofolio dan mereduksi jumlah variabel yang

perlu ditaksir serta dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasian dan

risiko portofolio (Syam, 2021). Model indeks tunggal juga mempunyai pilihan

untuk memasukkan aktiva bebas risiko ke dalam suatu portofolio. Kesederhanaan

dalam model ini menyebabkan investor lebih memilih model indeks tunggal

karena dianggap lebih mudah dan merupakan bentuk sederhana dari model

Markowitz (Ariasih dan Mustanda, 2018)


8

Perhitungan portofolio optimal dalam indeks tunggal (single index model)

didasarkan pada nilai Excess Return to Beta (ERB) dan cut of point (C*) dengan

cara membandingkan nilai dari masing-masing saham. Dalam metode indeks

tunggal, nilai Excess Return to Beta (ERB) dijadikan sebagai dasar pemilihan

saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio optimal, sedangkan cut of point

(C*) merupakan nilai batas yang digunakan untuk menentukan nilai tertinggi dari

Excess Return to Beta (ERB), dimana jika nilai ERB > C* merupakan sekuritas

yang membentuk portofolio, sedangkan ERB < C* tidak dimasukkan ke dalam

kandidat portofolio optimal.

Portofolio optimal dapat dibentuk dengan menggunakan saham-saham yang

termasuk dalam indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fokus pada penelitian ini,

yaitu indeks LQ 45 yang secara konsisten masuk dan terdaftar dalam periode

penelitian. Walaupun secara umum Indeks LQ-45 termasuk ke dalam kapitalisasi

pasar yang besar dan likuiditas yang tinggi namun tidak terlepas dari

ketidakpastian akan tingkat pengembalian yang diterima investor. Selain itu,

indeks LQ-45 juga tidak terlepas dari unsur risiko yang tidak terduga seperti

peristiwa Covid-19 sehingga investor perlu mempertimbangkan berbagai

ketidakpastian yang mungkin terjadi ketika berinvestasi. Maka dari itu, perlunya

dilakukan diversifikasi dengan cara pembentukan portofolio optimal yang dapat

membantu investor untuk mengetahui saham-saham perusahaan Indeks LQ-45

yang membentuk portofolio optimal.

Penelitian mengenai portofolio optimal menggunakan single index model

sudah dilakukan sebelumnya. Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Hanif,
9

dkk (2022), Pusptasari, dkk (2022), Syam, dkk (2021), Rahmawati, dkk (2020),

Pratama (2019), dan Almunfarijah (2017). Dari 6 penelitian terdahulu tersebut

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah terletak pada variabel dan objek penelitian yaitu Indeks LQ 45

menggunakan Single Index Model. Sedangkan perbedaan antara penelitian

terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak periode penelitian.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

pembentukan portofolio optimal. Dalam penelitian ini dilakukan kembali

penerapan single index model dengan pembentukan portofolio optimal pada

saham LQ 45 pada masa Pandemi Covid-19 periode Maret 2020-Desember 2021.

LQ 45 dipilih karena merupakan kumpulan indeks saham yang paling diminati

investor. Hal ini karena indeks LQ 45 merupakan indeks yang aktif

diperdagangkan, memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi serta mempresentasikan

45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan uraian di atas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis

Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Single Index Model pada

Masa Pandemi Covid-19 (Studi pada Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

(BEI)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


10

1. Bagaimana komposisi portofolio optimal pada saham indeks LQ 45 pada masa

pandemi Covid-19 periode Maret 2020-Desember 2021 dengan menggunakan

single index model?

2. Berapa besarnya proporsi dana yang membentuk portofolio saham indeks LQ

45 pada masa pandemi Covid-19 periode Maret 2020-Desember 2021?

3. Berapa besarnya expected return dan risiko portofolio saham indeks LQ45

pada masa pandemi Covid-19 periode Maret 2020-Desember 2021 dengan

menggunakan single index model?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui komposisi portofolio saham optimal indeks LQ 45 dengan

menggunakan single index model pada masa pandemi Covid-19 periode Maret

2020-Desember 2021

2. Untuk mengetahui besarnya proporsi dana yang membentuk portofolio saham

indeks LQ 45 pada masa pandemi Covid-19 periode Maret 2020-Desember

2021 menggunakan single index model

3. Untuk mengetahui besarnya expected return dan risiko portofolio saham

indeks LQ 45 pada masa pandemi covid 19 periode Maret 2020- Desember

2021 menggunakan single index model

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

berbagai pihak. Adapun manfaat tersebut terdiri dari dua yaitu:


11

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan

mengenai investasi di pasar modal serta cara diversifikasi dengan

membentuk portofolio optimal menggunakan single index model.

b. Bagi Akademis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan menjadi bahan

pembelajaran mengenai investasi pada saham dan pembentukan portofolio

optimal menggunakan single index model.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Investor dan Calon Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor atau

calon investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal,

khususnya saham-saham yang termasuk dalam indeks LQ 45 di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau saran bagi

perusahaan yang termasuk ke dalam saham indeks LQ 45 untuk

meningkatkan kinerja sehingga dapat menarik dan menjadi incaran

investor atau calon investor untuk berinvestasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pasar Modal

a. Definisi Pasar Modal

Pada era globalisasi saat ini, pasar modal merupakan salah satu tonggak

penting dalam perekonomian sehingga banyak perusahaan menggunakan pasar

modal sebagai investasi dan memperkuat posisi keuangan. Pasar modal pada

dasarnya sama dengan pasar lainnya dimana terdapat penjual dan pembeli, yang

membedakan yaitu komoditas dan perdagangannya. Menurut Halim (2015:1)

“Pasar modal (capital market) adalah pasar yang mempertemukan pihak yang

menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, seperti saham dan

obligasi.” Sedangkan Menurut Tandelilin (2017:25) “Pasar modal adalah

pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang

membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas”. Adapun Menurut

Ekananda (2019: 35) ‘Pasar modal (capital market) adalah pasar untuk berbagai

instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik

dalam bentuk utang (obligasi), ekuitas (saham), instrument derivative, dll.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar

modal adalah tempat bertemu antara penjual yang membutuhkan dana dengan

melakukan penjualan surat berharga dan pembeli yang kelebihan dana dengan

melakukan pembelian surat berharga.

12
13

b. Peran Pasar Modal

Menurut Ekananda (2019:17-19) beberapa peran penting pasar modal

sebagai berikut:

1) Memberikan peluang bagi investor untuk menjual kembali sekuritas


yang ada setiap saat atau segera menggantinya dengan sekuritas lain
yang mampu memberikan kepuasan yang lebih baik/tinggi bagi
investor.
2) Memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlibat secara langsung
ataupun tidak langsung dalam perekonomian dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat
3) Menyediakan fasilitas interaksi antara pasar untuk melakukan
transaksi tanpa harus kontak langsung.
4) Menyediakan informasi yang cukup dan lengkap untuk menentukan
tingkat imbal hasil yang diharapkan investor
5) Mengurangi biaya informasi dan transaksi bagi investor dengan
menyediakan informasi yang akurat dan benar yang berhubungan
dengan sekuritas.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran penting

pasar modal yaitu memberi peluang bagi investor untuk menjual/ mengganti

sekuritas dan melibatkan masyarakat secara langsung/ tidak langsung,

menyediakan fasilitas interaksi antar pasar tanpa kontak langsung dan

menyediakan informasi mengenai tingkat imbal hasil dan informasi yang akurat

mengenai sekuritas.

2. Investasi

a. Definisi Investasi

Halim (2015:13) mengemukakan bahwa “Investasi pada hakekatnya

merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk

memperoleh keuntungan di masa mendatang”. Adapun menurut Syam, dkk

(2021:109) “Investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi

sekarang dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang”. Sedangkan


14

menurut Almunfarijah (2017:172) “Investasi adalah kegiatan yang dilangsungkan

dengan memanfaatkan aset berwujud maupun tidak berwujud pada masa sekarang

ini, dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi

adalah kegiatan penempatan modal yang dilakukan saat ini untuk memperoleh

keuntungan di masa mendatang.

b. Tujuan Investasi
Secara sederhana, tujuan investor melakukan investasi adalah untuk

memperoleh hasil dalam ukuran keuangan, yaitu kesejahteraan moneter. Menurut

Tandelilin (2017: 8) ada beberapa alasan atau tujuan seseorang melakukan

investasi yaitu:

1) Mendapatkan kehidupan yang layak di masa depan. Motif melakukan


investasi untuk mempertahankan tingkat pendapatan atau
meningkatkan taraf hidup dimasa depan.
2) Mengurangi risiko inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
kepemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat terhindar dari
risiko penurunan nilai kekayaan akibat inflasi.
3) Motivasi untuk menghemat pajak.
4) Fasilitas perpajakan untuk mereka yang berinvestasi dibidang tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan seorang

melakukan investasi yaitu mencapai tingkat kesejahteraan, mengurangi risiko

inflasi , motivasi pembayaran pajak dan pemberian fasilitas perpajakan.

c. Proses Keputusan Investasi


Proses keputusan investasi adalah serangkaian aktivitas menghasilkan di

dalam pembelian aset atau sekuritas. Proses investasi berhubungan tentang

keputusan investor untuk membuat keputusan-keputusan investasi untuk


15

memaksimalkan kekayaan. Investor dapat memilih sekuritas mana yang memiliki

peluang yang besar untuk memaksimalkan imbal hasil yang diharapkan.

Menurut Halim (2015:14-15) proses keputusan investasi dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan investasi


Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu: tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko
(rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
2) Melakukan analisis
Dalam tahap ini, investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek dengan tujuan untuk mengidentifikasi efek yang
salah harga.
3) Melakukan pembentukan portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap sekuritas yang akan
dipilih dan berapa porsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-
masing sekuritas tersebut.
4) Melakukan evaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun
terhadap tingkat risiko yang ditanggung.
5) Melakukan revisi kinerja portofolio
Setelah melakukan tahap evaluasi selanjutkan dilakukan revisi
(perubahan) terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
Revisi tersebut bisa dilakukan secara total dengan melakukan likuidasi
atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru.
Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas
proporsi/komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing
sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses investasi

yaitu menentukan tujuan investasi, melakukan analisis, membentuk portofolio

optimal, dan melakukan evaluasi dan revisi kinerja portofolio.

3. Saham

a. Definisi Saham

Saham adalah salah satu instrument pasar modal yang paling umum

diperdagangkan karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.


16

Menurut Adnyana (2020:93) mendefinisikan bahwa “Saham adalah kertas yang

tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak

dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya”.

Adapun menurut Bursa Efek Indonesia (BEI)

Saham adalah tanda bukti penyertaan modal seseorang atau pihak (badan
usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan. Klaim atas aset perusahaan, dan berhak turut serta
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Sedangkan menurut Hartono (2017:29) “Saham merupakan bukti

kepemilikan sebagian dari perusahaan”. Berdasarkan beberapa definisi di atas,

dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti penyertaan modal atau

kepemilikan sebagian modal atau dana pada perusahaan dan memiliki hak dari

perusahaan tersebut.

Menurut Fahmi (2015:73) bagi pihak yang memiliki saham akan

memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang diterima, yaitu:

a. Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun


b. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang
dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal.
c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis common stock (saham
biasa), seperti pada saat RUPS dan RUPSLB.
d. Dalam pengambilan kredit ke perbankan, jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki dapat dijadikan sebagai salah satu pendukung jaminan
atau jaminan tambahan. Dengan tujuan untuk membuat lebih yakin
pihak penilai kredit dalam melihat kemampuan calon debitur.

Berdasarkan penjelasan di atas beberapa keuntungan yang diperoleh bagi

pihak yang memiliki saham yaitu memperoleh dividen, memperoleh capital gain,

dan memiliki hak suara, serta dalam pengambilan kredit perbankan kepemilikan

saham dapat menjadi jaminan tambahan.

b. Jenis-jenis saham
17

Saham adalah instrument investasi yang paling popular di pasar modal.

Perusahaan mengeluarkan saham sebagai salah satu cara untuk mendapatkan dana

dari masyarakat sebagai pemodal. Menurut Hartono (2017:189-191) saham

dibedakan menjadi tiga jenis saham yaitu:

1) Saham biasa (common stock) adalah saham yang dikeluarkan


perusahaan dengan satu kelas saja. Pemegang saham adalah pemilik
dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk
menjalankan operasi perusahaan.
2) Saham Preferen (preferred stock) merupakan saham yang mempunyai
sifat gabungan antara obligasi dengan saham biasa. Dibandingkan
dengan saham biasa, saham preferen mempunyai hak atas dividen tetap
dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
3) Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang
sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali
oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai
treasuri yang nantinya dapa dijual kembali.

Berdasarkan penjelasan di atas saham terbagi menjadi tiga yaitu saham

biasa, saham preferen dan saham treasuri.

4. Return

Dalam berinvestasi, investor mempunyai tujuan untuk memperoleh

keuntungan (return). Menurut Hartono (2017:283) “ Return merupakan hasil

yang diperoleh dari investasi. Sedangkan menurut Tandelilin (2017:113) “Return

merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi

yang dilakukannya”. Adapun menurut Horne & Wachowicz, Jr (2019: 116)

“Imbal hasil (return) adalah penghasilan yang diterima dari suatu investasi

ditambah dengan perubahan harga pasar, yang biasanya dinyatakan sebagai

presentase harga pasar awal dari investasi tersebut”. Dari beberapa pendapat
18

tersebut dapat disimpulkan bahwa return adalah tingkat pengembalian atau imbal

hasil yang diharapkan dari kegiatan investasi.

Menurut Halim (2015:43) komponen return meliputi:


1) Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor
yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli
(harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
2) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor
secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan
dalam presentase dari modal yang ditanamkan.

Menurut Hartono (2017:283) “Return dapat berupa return realisasian

(realized return) yang sudah terjadi atau return ekspektasian (expected return)

yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang”.

a. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah


terjadi. return realisasian dihitung menggunakan data historis. Return
realisasian penting digunakan karena sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan, serta berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa mendatang.
Pengukuran return realisasian yang digunakan untuk menghitung
return saham (Ri) dinyatakan sebagai berikut:

Return Saham (Rit) = Pt-Pt-1 + Dt

Pt-1
Keterangan:
Rit : return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
Pt : harga saham i pada waktu t
Pt-1 : harga saham I pada waktu t
Dt : dividen yang dibagikan

b. Return ekspektasian (expected return) adalah return yang diharapkan


akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan
return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian
sifatnya belum terjadi. Secara matematik, return ekspektasian dapat
dihitung dengan metode nilai ekspektasian (expected value method)
sebagai berikut:
n
E(Ri) = ∑ (Pij) (Rij)
J=1
Keterangan:
E(Ri) : expected return dari investasi saham i
19

Pij : probabilitas hasil masa depan ke-j (untuk sekuritas ke-i)


Rij : hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i
n : jumlah dari hasil masa depan.

Menurut Hartono (2017:668) return ekspektasian juga dapat dihitung


dengan menggunakan model mean-adjusted model yang dinyatakan
sebagai berikut:
t2

E(Rit) =
∑ Rij
t =1
t
Keterangan:
E(Rit) : return ekspektasian saham i waktu t
Rij : return realisasian sekuritas i pada periode estimasi ke-j
t : lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

5. Risiko

Dalam kegiatan investasi, selain mengharapkan imbal hasil (return) tertentu,

investor juga harus menanggung tingkat risiko ketika berinvestasi. Risiko (risk)

investasi berhubungan dengan kemungkinan memperoleh hasil investasi yang

rendah pada produk bebas risiko (risk free asset). Dalam konteks manajemen

investasi, risiko merupakan perbedaan antara imbal hasil yang diharapkan dengan

imbal hasil yang benar-benar diterima oleh investor. Selisih antara imbal hasil

yang diharapkan dengan sebenarnya yang diperoleh merupakan besaran risiko.

Menurut Horne & Wachowicz, Jr (2019:117) “Risiko (risk) didefinisikan sebagai

perbedaan imbal hasil dari yang diharapkan”. Sedangkan menurut Sudana

(2009:43) “Risiko suatu investasi diartikan sebagai variabilitas hasil investasi

yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang diharapkan”.

Menurut Halim (2015:49) apabila dikaitkan dengan preferensi investor

terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) merupakan investor


yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan
20

tingkat pengembalian yang sama dengan risiko berbeda, maka ia akan


lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar.
Biasanya investor jenis ini akan bersikap agresif dan spekulatif dalam
mengambil keputusan investasi.
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) merupakan
investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama
untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup
fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi
c. Investor yang tidak suka risiko (risk averter) merupakan investor yang
apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan
tingkat pengembalian yang sama dengan tingkat risiko yang berbeda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih
kecil.

Sedangkan dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua yaitu

(Halim, 2015:50-51) :

a. Risiko sistematis (systematic risk) merupakan risiko yang tidak


dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang mempengaruhu pasar
secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga valas,
kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga sifatnya umum dan
berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan.
Risiko ini juga disebut undiversifiable.
b. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) merupakan risiko yang
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini
hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi
risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham
lainnya sehingga masing-masing saham memiliki tingkat sensitifitas
yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor:
struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan,
dan sebagainya. Risiko ini juga disebut diversifiable risk.

6. Portofolio
Dalam melakukan investasi, investor tidak dapat menghindari adanya

risiko. Maka dari itu diperlukan diversifikasi atau portofolio untuk

menekan/mengurangi risiko. “Dengan melakukan diversifikasi investasi, maka

variabilitas pendapatan yang diharapkan akan lebih stabil” (Sudana, 2009: 46).

Menurut Halim (2015:59) “Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau

sekumpulan aset, baik berupa real assets maupun financial assets yang dimiliki
21

investor”. Sedangkan menurut Horne & Wachowicz, Jr (2019:122) “Portofolio

merupakan kombinasi dari dua atau lebih sekuritas atau aset”. Adapun menurut

Ekananda (2019:96) “Portofolio diartikan sebagai kumpulan dari aset-aset yang

diinvestasikan sebagai satu kesatuan investasi yang menyeluruh”. Berdasarkan

beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa portofolio merupakan gabungan dari

aset-aset yang diinvestasikan dengan tujuan mengurangi risiko investasi.

Pembentukan portofolio pada hakikatnya adalah untuk mengurangi risiko

dengan cara diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai

alternatif investasi yang berkorelasi negatif. Dalam membentuk portofolio,

Investor dapat membentuk kombinasi sekuritas yang memberikan return dan risk

yang optimal.

Menurut Tandelilin (2017:163) ada tiga konsep dasar yang perlu dipahami

dalam pembentukan portofolio optimal, yaitu:

a. Portofolio efisien dan portofolio optimal

Menurut Halim (2015:59) “Suatu portofolio dikatakan efisien apabila

portofolio tersebut dapat memberikan expected return terbesar dengan risk yang

sama, atau memberikan risk terkecil dengan expected return yang sama”.

Adapun menurut Hartono (2017:387)

Portofolio efisien merupakan portofolio yang memberikan return


ekspektasian terbesar dengan risiko tertentu atau memberikan risiko terkecil
dengan return ekspektasian tertentu. Portofolio efisien dapat ditentukan
dengan memilih tingkat return ekspektasian tertentu kemudian
meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko tertentu dan
kemudian memaksimumkan return ekspektasiannya.

Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih dari berbagai

kumpulan portofolio efisien. Dengan demikian, portofolio optimal merupakan


22

kombinasi sekuritas yang terbaik. Adapun kurva portofolio efisien dan portofolio

optimal sebagai berikut:

Gambar 2.1 Portofolio efisien dan portofolio optimal


(Sumber: Tandelilin (2017:168)

Garis vertikal menggambarkan return yang diharapkan dan garis horizontal

menggambarkan tingkat risiko portofolio. Bidang ABCDEGH merupakan

kumpulan portofolio yang tersedia untuk investor. Garis BCDE merupakan garis

permukaan yang efisien. Permukaan efisien berisi kombinasi dari aset pembentuk

portofolio efisien dan merupakan pilihan portofolio yang terbaik bagi investor.

Garis BCDE lebih baik dari garis AGH karena dapat memberikan tingkat return

yang lebih tinggi dengan tingkat risiko yang sama dibandingkan dengan garis

AGH.

Portofolio optimal ditunjukkan oleh salah satu kombinasi portofolio yang

dipilih investor dari garis BCDE, hal ini didasarkan dari preferensi investor

bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia

ditanggungnya. Titik ui dan u2 merupakan kurva indiferen yang mempresentasikan

preferensi investor. Berdasarkan gambar 2.2 terdapat pertemuan antara kurva


23

indiferen dengan garis permukaan efisien di titik D. Oleh karena itu, portofolio

optimal bagi investor berada pada titik D karena menawarkan return ekspektasian

dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor.

b. Fungsi utilitas dan kurva indiferen

Menurut Tandelilin (2017:164)


Fungsi utilitas diartikan sebagai fungsi matematis yang menunjukkan nilai
dari semua alternatif pilihan yang ada, fungsi utilitas menunjukkan
preferensi investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan risiko
masing-masing dan tingkat return ekspektasian.

Fungsi utilitas dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai kurva

indiferen. Dalam konteks manajemen investasi, kurva indiferen merupakan suatu

kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikan return yang

tidak berbeda bagi investor (Halim, 2015: 65). Kemiringan (slope) positif kurva

indiferen menggambarkan bahwa investor selalu menginginkan return yang lebih

besar sebagai kompensasi atas risiko yang lebih tinggi. Adapun kurva indiferen

sebagai berikut:

u3
u2
u1
Return harapan, Rp

Peningkatan
utilitas
u3 u1b
u2
u1a
u1

Risiko, p

Gambar 2.2 Kurva Indiferen


Sumber: (Tandelilin, 2017: 165)
24

Kombinasi portofolio pada suatu utilitas memberikan preferensi yang tidak

berbeda bagi investor, karena semua titik dalam kurva menunjukkan seberapa

besar investor tidak menyukai risiko (risk averter). Dari gambar di atas

menunjukkan bahwa semakin jauh suatu kurva indiferen dari sumbu horizontal,

maka semakin tinggi tingkat utilitas bagi investor. Semakin tinggi utilitas kurva

indiferen berarti semakin tinggi tingkat return ekspektasian pada setiap tingkat

risiko. Dengan demikian, kombinasi portofolio u3 merupakan kombinasi portofolio

yang memberikan tingkat return ekspektasian tertinggi dan investor yang rasional

akan memilih kombinasi tersebut.

c. Aset berisiko dan aset bebas risiko

Seorang investor dapat memilih untuk menginvestasikan dananya pada

berbagai aset, baik aset risiko maupun aset bebas risiko. Semakin enggan seorang

investor terhadap risiko (risk averse), maka pilihan investasinya akan cenderung

lebih banyak pada aset yang bebas risiko. Aset berisiko adalah aset-aset yang

tingkat return aktualnya di masa depan masih mengandung ketidakpastian. Contoh

aset berisiko adalah saham. Sedangkan aset bebas risiko (risk free assets)

merupakan aset tingkat returnya dapat dipastikan saat ini yang ditunjukkan

dengan varians return yang sama dengan nol. Contoh aset bebas risiko adalah

obligasi jangka pendek yang diterbitkan pemerintah, seperti Sertifikat Bank

Indonesia (SBI).

7. Single Index Model

Model indeks tunggal adalah pendekatan lain dari penilaian imbal hasil

(return) dan risiko dari suatu saham dan portofolio. Model ini dikembangkan oleh
25

William Sharpe tahun 1993 dengan menyederhanakan perhitungan dari model

Markowitz.

Menurut Ekananda (2019:151)

Model indeks tunggal mengasumsikan bahwa pergerakan imbal hasil


hanya terkait atau berhubungan dengan pergerakan pasar. Jika pasar
mengalami peningkatan atau bergerak naik, yang dalam hal ini berarti
permintaan terhadap saham meningkat, maka akan diikuti oleh
peningkatan harga saham. Sebaliknya jika pasar modal bergerak turun,
maka harga saham di pasar juga akan menurun.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model indeks

tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga pasar selalu berfluktuasi atau

bergerak searah dengan pergerakan pasar. Hal ini menyarankan bahwa return-

return dari sekuritas mungkim berkorelasi karena adanya reaksi umum (common

response) terhadap perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari sekuritas

dan return dari indeks pasar yang umum dapat dituliskan sebagai berikut

(Hartono, 2017:428):

Ri = ai +βi . RM
Keterangan:
Ri = return sekuritas ke-i
ai = suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas
ke-i yang independen terhadap kinerja pasar
βi = koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari perubahan Rm
RM = tingkat return dari indeks pasar

Variabel ai merupakan komponen return yang tidak tergantung dari return

pasar, sehingga dapat dipecah menjadi nilai ai= αi +ei, maka akan didapatkan

persamaan model indeks tunggal sebagai berikut:

Ri = αi +βi . Rm + ei
Keterangan:
αi = nilai ekspektasian dari return sekuritas yang independen terhadap
return saham
26

ei = kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai


ekspektasinya sama dengan nol.

Model indeks tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk return

ekspektaian (expected return) dan risiko (varian return) sekuritas sebagai berikut:

Rumus return ekspektaian (expected return):

E (Ri) = αi + βi . E(RM)
Rumus risiko (varian return) sekuritas:

σi2 = βi2 . σM2 +σei2


Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal menggunakan indeks

tunggal didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah sekuritas

dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Angka tersebut adalah nilai ERB

(excess return to beta) dan membandingkan dengan nilai cut-off point atau titik

pembatas yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Nilai

ERB yang lebih kecil dari nilai pembatas atau cut-off point tidak termasuk ke

dalam portofolio optimal. Menurut Hartono (2017:450) cut-off point dapat

ditentukan sebagai berikut:

1. Mengurutkan sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB


terkecil. Nilai ERB terbesar merupakan kandidat portofolio optimal.
2. Menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i,
adapun rumusnya sebagai berikut:
Ai = ¿ ¿
2
βi
Bi = 2
σei

Keterangan:
E( Ri) = return ekspektasian untuk sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas risiko
βi2 = Beta sekuritas ke-i
σei2 = varian kesalahan residu sekuritas ke-i
3. Menghitung nilai Ci (cut-off rate)
27

Setelah mengurutkan nilai ERB dari terbesar ke terkecil, selanjutnya


menentukan nilai cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar. Nilai
ERB yang lebih besar atau sama dengan dari nilai C* (cut-off point)
merupakan portofolio optimal. Adapun rumus untuk mencari nilai Ci
(cut-off rate) adalah sebagai berikut:
i
σM
2
∑ Ai
i=1
Ci = i
1+ σM
2
∑ Bi
i=1
Keterangan:
σM2 = varian dari return indeks pasar

Setelah menentukan portofolio optimal, selanjutnya menghitung proporsi

dana dari masing-masing sekuritas yang termasuk dalam portofolio optimal.

Adapun rumus untuk menghitung besarnya proporsi dana adalah sebagai berikut

(Hartono, 2017: 454)

Zi
k
Wi =
∑ Zj
j =1

Dengan nilai Zi sebagai berikut:


βi
Zi = (ERBi –C*)
σei2
Keterangan:
Wi = proporsi sekuritas ke-i
k = jumlah sekuritas di portofolio optimal
βi = beta sekuritas ke-i
σei2 = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i
ERBi = excess return to Beta sekuritas ke-i
C* = nilai cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar.

8. Indeks LQ-45

Indeks LQ-45 mulai diperkenalkan pada tanggal 27 Februari 1997 sebagai

alternatif indeks. Pembentukan indeks LQ-45 ini dikarenakan sebagian besar

transaksi pada pasar modal masih tergolong tipis (thin market), yaitu pasar modal
28

yang sekuritasnya masih kurang aktif diperdagangkan sehingga dianggap kurang

tepat sebagai indikator kegiatan di pasar modal (Hartono, 2017:171). Indeks LQ-

45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan merupakan hari dasar indeks dengan

nilai awal 100.

Indeks LQ-45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham-saham yang

paling aktif diperdagangkan dan diperbarui setiap 6 bulan sekali pada awal bulan

Februari dan Agustus. Adapun pertimbangan yang mendasari pemilihan saham

yang termasuk kriteria indeks LQ-45 sebagai berikut (Hartono, 2017:172)

1) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam


urutan 60 terbesar di pasar reguler
2) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk
dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler
3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang dibahas dalam

penelitian ini dijadikan sebagai referensi dan sumber data pendukung bagi peneliti

dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan

Peneliti Penelitian

(Tahun)

1 Hanif, dkk Optimasi Portofolio Hasil penelitian ini Persamaan penelitian ini

(2021) Saham LQ-45 di Era menunjukkan dari 39 dengan penelitian yang

Pandemi Covid-19 perusahaan yang menjadi akan dilakukan adalah


29

Periode 2019-2020 sampel penelitian terletak pada objek yang

terdapat 9 perusahaan akan diteliti yaitu saham

yang layak masuk ke LQ-45 dengan

dalam portofolio optimal menggunakan single index

dengan proporsi dana model. Perbedaan

masing-masing yaitu penelitian ini dengan

KLBF ( 52,22%), ERAA penelitian yang akan

(11,69%), ANTM dilakukan terletak pada

(11,29%), JSMR periode penelitian. Pada

(8,98%), INCO (5,19%), penelitian ini, periode

BBCA (6,58%), EXCL penelitian pada tahun

( 2,55%), MNCN 2019-2020 sedangkan

(1,2%), dan BRPT periode penelitian yang

(0,23%) dengan expected dilakukan pada Maret

return portofolio sebesar 2020-Desember 2021.

0,74% dengan tingkat

risiko portofolio sebesar

0,27%.

2 Puspitasari, Analisis Hasil penelitian ini Persamaan penelitian ini

dkk (2022) Pembentukan menunjukkan dari 40 dengan penelitian yang

Portofolio Optimal perusahaan yang menjadi dilakukan yaitu terdapat

Di Masa Pandemi sampel penelitian pada variabel dan objek

Covid-19 Pada terdapat 5 saham yang yang digunakan dalam


30

Saham LQ 45 Tahun membentuk portofolio penelitian yaitu Indeks LQ

2020-2021 Dengan optimal dengan expected 45 menggunakan single

Menggunakan return sebesar 2,68% per index model. Adapun

Model Indeks bulan dan risiko pebedaan penelitian ini

Tunggal). portofolionya sebesar dengan penelitian yang

0,31% perbulan. dilakukan terletak pada

periode penelitian. Pada

penelitian yang dilakukan

Puspitasari, dkk (2022)

menggunakan periode

penelitian selama 12 bulan

(Maret 2020-Juli 2021).

Sedangkan penelitian yang

dikembangkan

menggunakan periode

penelitian selama 22 bulan

(Maret 2020-Desember

2021).

3 Syam, dkk Analisis Hasil penelitian ini Persamaan penelitian ini

(2021) Pembentukan menunjukkan bahwa dari dengan penelitian yang

Portofolio Optimal 65 saham yang menjadi dilakukan yaitu terdapat

Dengan Single Index sampel penelitian pada variabel dan objek

Model Untuk terdapat 18 saham yang yang digunakan dalam


31

Proyeksi Investasi membentuk portofolio penelitian yaitu Indeks LQ

Pada Saham Index optimal dengan 45 menggunakan single

LQ45 Di Bursa menghasilkan dengan index model. Adapun

expected return pebedaan penelitian ini

portofolio sebesar 3,35% dengan penelitian yang

per bulan dengan risiko dilakukan terletak pada

portofolio sebesar 0,26% periode penelitian. Pada

per bulan dan standar penelitian yang dilakukan

deviasi sebesar 5,11% Syam, dkk (2022)

per bulan. menggunakan periode

penelitian pada bulan

Februari 2017-Januari

2021. Sedangkan

penelitian yang

dikembangkan

menggunakan periode

penelitian pada bulan

Maret 2020-Desember

2021.

4 Rahmawati Analisis Hasil penelitian ini Persamaan penelitian ini

(2020) Pembentukan menunjukkan bahwa dari dengan penelitian yang

Portofolio Optimal 20 perusahan yang dilakukan yaitu terdapat

Saham LQ 45 menjadi sampel pada variabel dan objek


32

dengan Metode penelitian terdapat 6 yang digunakan dalam

Single Index Model saham yang membentuk penelitian yaitu Indeks LQ

(Studi Kasus portofolio optimal 45 menggunakan single

Perusahaan di Bursa dengan expected return index model. Adapun

Efek Indonesia sebesar 3% dengan pebedaan penelitian ini

Periode 2016-2019) tingkat risiko yang dengan penelitian yang

sebesar 1%. dilakukan terletak pada

periode penelitian. Pada

penelitian yang dilakukan

Rahmawati, dkk (2020)

menggunakan periode

penelitian pada 2016-2019

Sedangkan penelitian yang

dikembangkan

menggunakan periode

penelitian pada bulan

Maret 2020-Desember

2021.

5 Pratama Analisis Hasil penelitian ini Persamaan penelitian ini

(2019) Pembentukan menunjukkan bahwa dari dengan penelitian yang

Portofolio Saham 34 perusahaaan terdapat akan dilakukan adalah

Optimal 7 saham yang terletak pada objek yang

Menggunakan membentuk portofolio akan diteliti yaitu saham


33

Metode Single Index optimal dengan return LQ-45 dengan

Model (Studi pada portofolio sebesar 1,50% menggunakan single index

Saham Indeks LQ- perbulan dan risiko model. Perbedaan

45 di Bursa Efek portofolio sebesar 0,85% penelitian ini dengan

Indonesia) perbulan. penelitian yang dilakukan

terdapat pada periode

penelitian. Dimana pada

penelitian ini, periode

penelitian dilakukan

selama 22 bulan (Agustus

2016-Agustus 2018),

sedangkan periode

penelitian yang akan

dilakukan selama 22 bulan

(Maret 2020-Desember

2021).

6 Almunfarijah Analisis Portofolio Hasil penelitian ini Persamaan penelitian ini

(2017) Optimal Saham menunjukkan bahwa dari dengan penelitian yang

Indeks LQ-45 45 perusahaaan yang akan dilakukan adalah

dengan Model menjadi sampel terletak pada objek yang

Indeks Tunggal di penelitian terdapat 15 akan diteliti yaitu saham

Bursa Efek saham yang membentuk LQ-45 dengan

Indonesia portofolio optimal menggunakan single index


34

dengan return portofolio model. Perbedaan

sebesar 0,002107085 penelitian ini dengan

perhari dengan tingkat penelitian yang dilakukan

risiko portofolio sebesar terdapat pada periode

0,00029777 perhari. penelitian. Dimana pada

penelitian ini, periode

penelitian dilakukan

selama 6 bulan (Februari

2013- Juli 2013 ),

sedangkan periode

penelitian yang akan

dilakukan selama 22 bulan

(Maret 2020-Desember

2021).

Berdasarkan 6 penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

persamaan dan perbedaan penelitian. Adapun persamaan penelitian terdahulu

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variabel dan objek

penelitian. Pada penelitian ini menggunakan objek yang digunakan yaitu Indeks

LQ 45 dengan variabel penelitian Single Index Model. Sedangkan perbedaan

antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak

periode penelitian, pada penelitian ini periode yang digunakan yaitu bulan Maret

2020-Desember 2021.
35

C. Kerangka Pikir

Fenomena fluktuasi kinerja indeks dan kapitalisasi pasar serta adanya

fenomena pandemi Covid-19 menyebabkan ketidakpastian atas investasi yang

dilakukan oleh investor. Oleh karena itu, perlunya diversifikasi atau pembentukan

portofolio untuk meminimalkan risiko investasi yang tidak dapat dihilangkan.

Model yang digunakan dalam membentuk portofolio optimal pada penelitian ini

adalah Single Index Model pada saham indeks LQ-45. Tahap pertama yang

dilakukan adalah memilih saham-saham yang konsisten masuk dalam indeks LQ-

45 selama periode penelitian yaitu Maret 2020-Desember 2021. Selanjutnya,

mengumpulkan data-data harga saham bulanan yaitu data closing price LQ-45,

closing price IHSG, dan data BI rate. Kemudian menghitung portofolio optimal

menggunakan Single Index Model.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembentukan portofolio optimal

menggunakan Single Index Model adalah menghitung return dan expected return

dari saham individual dan pasar, menghitung alpha, beta dan variance error

residul dari masing-masing saham individual, menghitung nilai ERB (Excess

Return to Beta) masing-masing saham individual, menghitung nilai cut-off rate

(Ci) dan menentukan nilai cut-off point (C*), kemudian menentukan saham yang

termasuk dalam portofolio optimal dengan membandingkan excess return to beta

(ERB) dengan nilai cut-off point (C*) untuk masing-masing saham. Setelah

menentukan saham yang termasuk dalam portofolio optimal, langkah selanjutnya

adalah menghitung proporsi dana masing-masing saham, dan menghitung

expected return serta risk dari portofolio yang telah terbentuk.


36

Saham-saham perusahaan yang masuk dalam Indeks


LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Maret
2020-Desember 2021

Data closing price saham LQ-45, closing price IHSG,


dan BI rate

- Menghitung return, expected return dan risiko (varian dan


standar deviasi) saham individual
- Menghitung return, expected return dan risiko (varian dan
standar deviasi) pasar
- Menghitung alpha, beta dan variance error residul saham
individual
- Menghitung nilai ERB (Excess Return to Beta) masing-masing
saham individual
- Menghitung nilai cut-off rate (Ci) dan menentukan nilai cut-off
point (C*)

Menentukan saham portofolio optimal

Menghitung Menghitung
Menghitung Risk
Proporsi dana Expected Return
Portofolio
saham individual Portofolio

Gambar 2.3 Kerangka Pikir


37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan unsur penting dalam suatu penelitian.

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi kemudian ditarik kesimpulan. Adapun

variabel dalam penelitian ini adalah single index model yang digunakan untuk

pembentukan portofolio optimal.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah proses yang dilakukan peneliti dalam melakukan

penelitian mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan penelitian. Penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

merupakan penelitian yang berupa angka-angka sebagai alat analisis yang ingin

diketahui. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang pembentukan portofolio

optimal pada saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ-45 periode Maret

2020-Desember 2021 dengan menggunakan single index model. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

Penelitian kepustakaan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji berbagai

referensi, sedangkan penelitian lapangan yaitu dengan mengumpulkan data

dengan teknik dokumentasi berupa data closing price harga saham bulanan,

closing price IHSG, dan data BI rate selama periode penelitian. Data yang

dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan single index model.

51
52

Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penelitian Lapangan:
Penelitian Kepustakaan:

- Pasar modal
- Investasi Teknik Pengumpulan Data:
- Saham Dokumentasi
- Return
- Portofolio
- Single Index Model
- Indeks LQ-35

Analisis Data:

Single Index Model

Hasil Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian


53

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang berhubungan dengan

pembentukan portofolio optimal menggunakan single index model, yaitu:

1. Return realisasian (Realized Return) saham dan pasar

Return saham adalah tingkat keuntungan sebenarnya yang telah diperoleh

dari investasi saham perusahaan LQ45 selama periode penelitian. Rumus return

saham sebagai berikut:

Pit −Pit −1
Rit = (3.1)
Pit −1
Keterangan:
Rit = return realisasian saham ke-i pada periode estimasi ke-t
Pit = closing price saham i pada waktu t
Pit-1 = closing price saham i pada waktu t-1

Return realisasian pasar merupakan tingkat keuntungan sebenarnya dari

indeks pasar selama periode penelitian. Rumus return pasar sebagai berikut:

IHSGt −IHSGt−1
Rm = (3.2)
IHSGt−1
Keterangan:
Rm = return realisasian pasar pada periode estimasi ke-t
IHSGt = closing price IHSG pada waktu t
IHSGt-1 = closing price IHSG pada waktu t-1
2. Expected return saham dan pasar

Expected return saham adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh

investor dari suatu invetasi saham yang dilakukan. Rumus expected return dapat

dihitung dengan menggunakan program Microsoft Excel dengan rumus

=AVERAGE. Menurut Hartono (2017:668) rumus expected return sebagai

berikut:
54

t2

E(Rit) =
∑ Rit (3.3)
j=t
t
Keterangan:
E(Rit) = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
Rij = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
t = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai degan t2

Expected return pasar adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari

indeks pasar selama periode penelitian. Rumus expected return pasar sebagai

berikut:
t2

E(Rm) = j=t 1
∑ Rm (3.4)
t
Keterangan:
E(Rm) = return ekspektasian pasar
Rm = return pasar
t = lamanya periode estimasi yaitu dari t1 sampai t2

3. Risiko (varian dan standar deviasi) saham dan pasar

Risiko (varian dan standar deviasi) saham adalah pengukur risiko dari

expected return tiap saham perusahaan LQ45 selama periode penelitian. Varian

dapat dihitung menggunakan program Microsoft Excel menggunakan formula

=VAR sedangkan standar deviasi = STDEV. Menurut Hartono (2017:307) rumus

yang digunakan dalam menghitung varian dan standar deviasi sebagai berikut:

Rumus varian:
n

σi2 =
∑ (Rit−E ( Rit ))2 (3.5)
i=1
n
Rumus standar deviasi:

σi = √ σi 2 (3.6)
Keterangan:
55

σi2 = varians return saham i


σi = standar deviasi saham i
Rit = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
n = jumlah periode observasi

Risiko (varian dan standar deviasi) pasar merupakan pengukur risiko dari

expected return pasar selama periode penelitian. Menurut Hartono (2017:307)

rumus menghitung varian dan standar deviasi sebagai berikut:

Rumus varian:
n

σm2 =
∑ (Rm−E ( Rm ) )2 (3.7)
i=1
n
Rumus standar deviasi:

σm = √ σm 2 (3.8)

Keterangan:
σm2 = varians return saham i
σm = standar deviasi saham i
Rm = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
E(Rm) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t
n = jumlah periode observasi

4. Beta dan alpha

Beta adalah pengukur volatilitas antara return saham individual (portofolio)

dengan return pasar. Beta dapat dihitung dengan menggunakan program Microsoft

Excel dengan rumus =SLOPE. Menurut Hartono (2017:471) rumus beta saham

dapat dihitung dengan rumus berikut:

σim
βi = 2 (3.9)
σm

Keterangan:
βi = beta saham i
σim = kovarian return saham dengan return pasar
σm 2
= varian return pasar
56

Alpha merupakan return saham yang tidak dipengaruhi oleh return pasar.

Alpha dapat dihitung dengan menggunakan program microsoft excel dengan

rumus = INTERCEPT. Menurut Hartono (2017:435) alpha dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

αi = E(Rit)- βi . E(Rmt) (3.10)

Keterangan:
αi = alpha saham i
E(Rit) = return ekspektasian saham i pada waktu t
βi = beta saham i
E(Rmt) = return ekspektasian pasar pada waktu t

5. Risiko tidak sistematis (Variance error residual) saham

Risiko tidak sistematis (Variance error residual) merupakan risiko yang

terdapat pada tiap saham perusahaan LQ45 selama periode penelitian yang dapat

dihilangkan dengan cara diversifikasi. Rumus untuk menghitung risiko tidak

sistematis sebagai berikut:

σ2ei = σi2 – (βi2 x σm2) (3.11)

Keterangan:
σ2ei = variance error residual saham
σi2 =
varians return saham ke-i
βi =
beta saham ke-i
σm 2
= varians return pasar
6. Excess Return to Beta (ERB)

Excess Return merupakan selisih return ekspektasian dengan return aktiva

bebas risiko. Excess Return to Beta (ERB) mengukur kelebihan return relatif

terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan

beta (Hartono, 2017:450). Menurut Hartono (2017:450) untuk menghitung ERB

adalah sebagai berikut:


57

E ( Ri )−Rf
ERBi = (3.12)
βi

Keterangan:
ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
E(Ri) = return ekspektasian berdasarkan model indeks tunggal untuk
sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas risiko
βi = beta sekuritas ke-i

7. Cut-off rate (Ci) dan Cut-off point (C*)

Cut-off point (C*) merupakan nilai yang menjadi titik pembatas yang

digunakan untuk menentukan tiap-tiap saham perusahaan LQ45 selama periode

penelitian yang layak masuk ke dalam portofolio optimal. Untuk menentukan nilai

cut-off point terlebih dahulu kita harus menghitung nilai cut-off rate. Nilai cut-off

rate terbesar merupakan nilai pembatas atau nilai cut-off point. Menurut Hartono

(2017:451) untuk menghitung nilai cut-off rate terlebih dahulu menghitung nilai

Ai dan Bi dengan rumus sebagai berikut:

Ai = ¿ ¿ (3.13)

βi 2
Bi = (3.14)
σei 2

Keterangan:
E( Ri) = return ekspektasian untuk sekuritas ke-i
Rf = return aktiva bebas risiko
βi = Beta sekuritas ke-i
βi2 = kuadrat beta saham ke-1
σei2 = varian kesalahan residu sekuritas ke-i

Setelah menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas,

selanjutnya menghitung nilai cut-off rate (Ci) dengan rumus sebagai berikut:
58

i
σM
2
∑ Ai
i=1
Ci = i (3.15)
1+ σM
2
∑ Bi
i=1

Keterangan:
σM2 = varian dari return indeks pasar

8. Portofolio Optimal

Portofolio optimal dengan menggunakan single index model ditentukan oleh

besarnya nilai Excess Return to Beta (ERB) tiap saham perusahaan LQ-45 selama

periode penelitian yang ditentukan oleh nilai pembatas atau cut-off point (C*= Ci

terbesar). Jika nilai ERB saham perusahaan lebih besar atau sama dengan nilai

cut-off point (ERB > C*) maka saham perusahaan tersebut masuk dalam

portofolio optimal.

9. Proporsi dana

Proporsi dana adalah besarnya proporsi dana yang akan diinvestasikan pada

masing-masing saham perusahaan LQ-45 yang termasuk dalam portofolio optimal

selama periode penelitian. Menurut Hartono (2017:454-455) untuk menghitung

besarnya proporsi dana untuk setiap saham perusahaan adalah sebagai berikut:

Zi
k
Wi = (3.16)
∑ Zj
j =1

= Dimana nilai Zi dapat dihitung dengan rumus berikut:

βi
Zi = 2
(ERBi−C¿ ) (3.17)
σei

Keterangan:
Wi = proporsi sekuritas ke-i
K = jumlah sekuritas di portofolio optimal
β = beta sekuritas ke-i
59

σei2 = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i


ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
C* = Nilai cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar

10. Alpha portofolio

Alpha dari portofolio (αp) merupakan rata-rata tertimbang dari alpha tiap-

tiap saham (αi) yang masuk dalam portofolio optimal. Menurut Hartono

(2017:444) untuk menghitung alpha dari portofolio (αp) sebagai berikut:


n
αp = ∑ Wi . αi (3.18)
i=1

Keterangan:
αp = alpha portofolio
Wi = proporsi dana saham ke-i
αi = alpha saham ke-i

11. Beta portofolio

Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing

saham (βi) yang masuk dalam portofolio optimal. Menurut Hartono (2017:444)

untuk menghitung beta dari portofolio (βp) sebagai berikut:


n
βp = ∑ Wi . βi (3.19)
i=1

Keterangan:
βp = beta portofolio
Wi = proporsi dana saham ke-i
βi = beta saham ke-i

12. Expected return portofolio

Expected return portofolio merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan

dari investasi yang dilakukan dalam portofolio optimal pada saham perusahaan

LQ-45 selama periode penelitian. Menurut Hartono (2017:445) untuk menghitung

expected return portofolio dapat menggunakan rumus berikut:


60

E(Rp) = αp + βp . E(Rm) (3.20)

Keterangan:
E(Rp) = expected return portofolio
E(Rm) = expected return pasar
αp = alpha portofolio
βp = beta portofolio

13. Risiko portofolio

Risiko portofolio merupakan risiko investasi dari suatu portofolio yang

dibentuk pada saham perusahaan LQ-45 selama periode penelitian. Menurut

Hartono (2017:445) untuk menghitung risiko portofolio (varian dan standar

deviasi) adalah sebagai berikut:

Rumus varian portofolio:


n
σp2 = βp2 . σm2 + (∑ Wi . σei ¿ ¿2 (3.21)
i−1

Rumus standar deviasi portofolio:

σp = √ σp2 (3.22)

Keterangan:
σp = varians portofolio
σp 2
= standar deviasi portofolio
βp2 = beta portofolio
σm 2
= varians pasar
Wi = proporsi dana saham
σei = varians kesalahan residu

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:130) ”Populasi adalah wilayah generalisasi (suatu

kelompok) yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
61

ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sahaam

perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 periode Maret 2020-Desember

2021. Berdasarkan populasi tersebut maka diperoleh sampel penelitian sebanyak

36 sampel saham perusahaan yang konsisten tergabung dalam indeks LQ-45

selama periode Maret 2020-Desember 2021.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018:131) ”Sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan teknik

nonprobability sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian

(2018:138). Sedangkan nonprobability sampling menurut Sugiyono (2018:136)

merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan

peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih untuk menjadi sampel. Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian

ini untuk pengambilan sampel penelitian adalah:

1. Perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 periode Maret 2020-

Desember 2021

2. Data yang dibutuhkan dapat diakses dan tersedia lengkap selama periode

Maret 2020-Desember 2021

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 36 sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian


62

No. Kode Nama Emiten


1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk.
2 ADRO Adaro Energy Tbk.
3 AKRA AKR Corporindo Tbk.
4 ANTM Aneka Tambang Tbk.
5 ASII Astra International Tbk.
6 BBCA Bank Central Asia Tbk.
7 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
10 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk.
11 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
12 ERAA Erajaya Swasembada Tbk.
13 EXCL XL Axiata Tbk.
14 GGRM Gudang Garam Tbk.
15 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
16 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
17 INCO Vale Indonesia Tbk.
18 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
19 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
20 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
21 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
22 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
23 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
24 KLBF Kalbe Farma Tbk.
25 MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
26 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk.
27 PTBA Bukit Asam Tbk.
28 PTPP PP (Persero) Tbk.
29 PWON Pakuwon Jati Tbk.
30 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
31 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk.
32 TKIM Timah Tbk.
33 TLKM Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
34 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk.
35 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
36 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah)
63

D. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

dokumentasi, yaitu dengan menganalisis dan mengumpulkan dokumen-dokumen

yang sudah ada yang berhubungan dengan penelitian. Teknik dokumentasi

merupakan data sekunder yang diperoleh dari bentu publikasi, literatur, penelitian

terdahulu, dan laporan yang dipublikasikan serta website resmi penyedia data dan

informasi lainnya. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Data perusahaan (emiten) yang tergabung dalam indeks saham LQ-45

yang didapatkan dari www.idx.co.id selama periode Maret 2020-

Desember 2021

2. Data closing price bulanan saham perusahaan LQ-45 yang didapatkan dari

www.yahoo.finance.co.id periode Maret 2020-Desember 2021

3. Data closing price bulanan Indeks Harga Saham Gaabungan (IHSG) yang

didapatkan dari www.yahoo.finance.co.id periode Maret 2020-Desember

2021.

4. Data BI Rate yang didapatkan dari www.bi.go.id selama periode Maret

2020-Desember 2021
64

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah single

index model yang dihitung menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Adapun

tahapan yang dilakukan adalah sebagai beikut:

1. Mengumpulkan data closing price saham perusahaan yang tergabung

dalam LQ-45 periode Maret 2020-Desember 2021

2. Mengumpulkan data closing price indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

periode Maret 2020-Desember 2021.

3. Mengumpulkan data BI rate periode Maret 2020-Desember 2021

4. Menghitung realized return, expected return, dan risiko (varian dan

standar deviasi) masing-masing saham individual dengan persamaan (3.1),

(3.3), (3.5) dan (3.6).

5. Menghitung realized return, expected return, dan risiko (varian dan

standar deviasi) pasar dengan persamaan (3.2), (3.4), (3.7) dan (3.8).

6. Menghitung alpha, beta dan variance error residual (unsystistematicrisk)

masing-masing saham individual dengan persamaan (3.9), (3.10), dan

(3.11).

7. Menghitung nilai Excess Return to Beta (ERB) masing-masing saham

individual dengan persamaan (3.12)

8. Menghitung cut-off rate dan menentukan cut-off point dengan persamaan

(3.15)
65

9. Menentukan saham yang termasuk dalam portofolio optimal dengan

membandingkan nilai Excess Return to Beta (ERB) dengan nilai cut-off

point untuk masing-masing saham

10. Menghitung proporsi dana masing-masing saham individual yang

termasuk dalam portofolio optimal dengan persamaan (3.17)

11. Menghitung alpha dan beta portofolio dengan persamaan (3.18) dan (3.19)

12. Menghitung expected return dan risk (varian dan standar deviasi)

portofolio optimal dengan persamaan (3.20), (3.21), dan (3.22).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Bursa Efek Indonesia

a. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh dari sebelum Indonesia

merdeka yaitu sejak jaman kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1912 di

Batavia. Pada saat itu, pasar modal didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda

untuk kepentingan kolonial atau VOC (Bursa Efek Indonesia, 2021).


66

Meskipun pasar modal telah berdiri sejak tahun 1912, perkembangan

dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia,

dan berbagai kondisi lainnya.

Pada tahun Desember 1914-1918, Bursa Efek di Batavia ditutup selama

Perang Dunia I dan dibuka kembali pada tahun 1925-1942 namun ditutup

kembali pada tahun 1942 selama Perang Dunia II. Pada 10 Agustus 1977

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal hal ini

menjadi pendorong perkembangan pasar modal di Indonesia hingga saat ini.

Pada tahun 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES)

digabung dan diberi nama Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini. Kantor

Bursa Efek Indonesia saat ini bertempat di Towe 1, Lantai 6 Jl. Jendral

Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan 12190. Adapun website resmi Bursa Efek

Indonesia dapat diakses pada www.idx.co.id .

b. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia (BEI)

Adapun visi dan misi Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebagai berikut:

1) Visi

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

2) Misi

Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan

kredibel untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien,


67

serta dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui produk

dan layanan yang inovatif.

c. Jadwal Perdagangan Bursa Efek Indonesia

Jadwal aktivitas transaksi jual beli sekuritas di Bursa Efek Indonesia (BEI)

yaitu setiap hari Senin-Jumat yang dibagi dalam dua sesi setiap harinya yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jadwal Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia


Sesi Waktu
Sesi I Pukul 09.00 s/d 12.00
Sesi II Pukul 13.30 s/d 15.50
Sumber: Bursa Efek Indonesia

2. Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 merupakan salah satu indeks saham yang terdapat di Bursa

Efek Indonesia. Menurut Bursa Efek Indonesia (2022) indeks LQ 45 merupakan

indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas

tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan

yang baik. Indeks LQ 45 diperbarui setiap 6 bulan sekali pada awal bulan Februari

dan Agustus. Adapun pertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang

termasuk kriteria indeks LQ-45 sebagai berikut (Hartono, 2017:172)

1) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam

urutan 60 terbesar di pasar reguler

2) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam

urutan 60 terbesar di pasar reguler

3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

B. Penyajian Data
68

1. Harga Saham Bulanan Indeks LQ 45

Dalam menentukan return saham dalam penelitian ini menggunakan harga

penutupan saham (closing price). Berdasarkan dari populasi 45 perusahaan yang

tercatat dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Maret 2020-

Desember 2021, terdapat 36 perusahaan yang dapat memenuhi kriteria sebagai

sampel penelitian. Data harga penutupan saham (closing price) perusahaan dapat

diperoleh dari www.yahoofinance.com . Daftar harga penutupan saham Indeks

LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode Maret 2020- Desember 2021 dapat dilihat

pada lampiran 2.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) digunakan sebagai indeks yang

mengukur kinerja pasar saham dalam penelitian ini. Data Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dapat diperoleh dari www.yahoofinance.com . Berikut data

harga penutupan (closing price) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode

Maret 2020-Desember 2021.

Tabel 4.2 Closing Price IHSG Periode Maret 2020- Desember 2021

Bulan Closing Price IHSG


Mar-20 4.539
Apr-20 4.716
May-20 4.754
Jun-20 4.905
Jul-20 5.150
Aug-20 5.238
Sep-20 4.870
Oct-20 5.128
Nov-20 5.612
Dec-20 5.979
Jan-21 5.862
69

Feb-21 6.242
Mar-21 5.986
Apr-21 5.996
May-21 5.947
Jun-21 5.985
Jul-21 6.070
Aug-21 6.150
Sep-21 6.287
Oct-21 6.591
Nov-21 6.534
Dec-21 6.581
Sumber: Yahoo Finance

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dapat disimpulkan bahwa selama

periode Maret 2020-Desember 2021 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

mengalami fluktuasi. Pada awal bulan Maret 2020 nilai IHSG terendah mencapai

4.539. Adapun nilai IHSG tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2021 mencapai

harga 6.591.

3. Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) digunakan untuk mendapatkan

tingkat suku bunga bebas risiko atau risk free. Data BI Rate merupakan bunga

bulanan yang pengembaliannya dalam kurun waktu satu bulan. Data ini dapat

diperoleh dari www.bi.go.id . Berikut data dari BI Rate periode Maret 2020-

Desember 2021.

Tabel 4.3 Data BI Rate Periode Maret 2020-Desember 2021

Bulan BI Rate (%)


Mar-20 4,50
Apr-20 4,50
May-20 4,50
Jun-20 4,25
70

Jul-20 4,00
Aug-20 4,00
Sep-20 4,00
Oct-20 4,00
Nov-20 3,75
Dec-20 3,75
Jan-21 3,75
Feb-21 3,50
Mar-21 3,50
Apr-21 3,50
May-21 3,50
Jun-21 3,50
Jul-21 3,50
Aug-21 3,50
Sep-21 3,50
Oct-21 3,50
Nov-21 3,50
Dec-21 3,50
Sumber: www.bi.go.id

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa data BI Rate setiap

bulannya mengalami penurunan secara terus menerus hingga mencapai 3,5% pada

bulan Februari-Desember 2021.

C. Analisis Data Terhadap Penelitian

1. Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Single Index Model

a. Menghitung realized return dan expected return saham individual

Untuk menghitung realized return dan expected return saham individual

yaitu dengan menggunakan data penutupan saham (closing price) dari 36

perusahaan yang menjadi sampel penelitian selama periode Maret 2020-

Desember 2021. Realized return masing- masing saham dapat dihitung

menggunakan rumus dengan persamaan (3.1), dalam penelitian ini realized return

dapat dilihat pada lampiran 2. Setelah mengetahui nilai dari realized return
71

selanjutnya mencari nilai expected return masing-masing saham individual

dengan persamaan (3.3) atau dapat menggunakan rumus =AVERAGE pada

program Microsoft Excel. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan realized

return dan expected return saham individual:

Tabel 4.4 Realized Return dan Expected Return saham individual


Realized Expected
Kode Return Return
No Nama Perusahaan Saham (∑Ri) (E(Ri))
1 Ace Hardware Indonesia Tbk. ACES 0,0567 0,0027
2 Adaro Energy Tbk. ADRO 1,0063 0,0479
3 AKR Corporindo Tbk. AKRA 0,8273 0,0394
4 Aneka Tambang Tbk. ANTM 2,0080 0,0956
5 Astra International Tbk. ASII 0,4690 0,0223
6 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0,3226 0,0154
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 0,7068 0,0337
8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 0,3875 0,0185
9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 1,0779 0,0513
10 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 0,4776 0,0227
11 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN 0,2573 0,0123
12 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 1,3568 0,0646
13 XL Axiata Tbk. EXCL 0,5873 0,0280
14 Gudang Garam Tbk. GGRM -0,1724 -0,0082
15 H.M. Sampoerna Tbk. HMSP -0,3071 -0,0146
16 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ICBP -0,1138 -0,0054
17 Vale Indonesia Tbk. INCO 0,9285 0,0442
18 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 0,0431 0,0021
19 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. INKP 0,9088 0,0433
20 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP 0,0988 0,0047
21 Indo Tambangraya Megah Tbk. ITMG 1,1657 0,0555
22 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. JPFA 0,7790 0,0371
23 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,5349 0,0255
24 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0,3410 0,0162
25 Media Nusantara Citra Tbk. MNCN 0,1187 0,0057
26 Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS 0,8184 0,0390
27 Bukit Asam Tbk. PTBA 0,3313 0,0158
28 PP (Persero) Tbk. PTPP 0,8901 0,0424
29 Pakuwon Jati Tbk. PWON 0,5244 0,0250
30 Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMGR 0,0974 0,0046
72

31 Tower Bersama Infrastructure Tbk. TBIG 1,3999 0,0667


32 Timah Tbk. TKIM 0,9892 0,0471
33 Telkom Indonesia (Persero) Tbk. TLKM 0,3134 0,0149
34 Sarana Menara Nusantara Tbk. TOWR 0,6663 0,0317
35 Unilever Indonesia Tbk. UNVR -0,5072 -0,0242
36 Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA 0,4781 0,0228
Sumber: data diolah menggunakan Microsoft Excel
Keterangan:
Hijau: Tertinggi
Merah : Terendah
Abu-abu : Return negatif

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa saham perusahaan LQ 45

selama periode Maret 2020-Desember 2021 terdapat 32 saham yang memberikan

realized return dan expected return positif sedangkan 4 saham lainnya memiliki

realized return dan expected return negatif. Nilai expected return terbesar terdapat

pada saham perusahaan Aneka Tambang Tbk (ANTM) yaitu sebesar 0,0956 atau

9,56% yang berarti bahwa jika berinvestasi pada Aneka Tambang Tbk (ANTM)

akan memberikan pengembalian investasi (expected return) sebesar 9,56% dari

100% dana yang diinvestasikan. Sedangkan perusahaan yang memberikan

expected return terkecil yaitu perusahaan Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yaitu

sebesar -0,0242 atau -2,42% yang berarti jika investor berinvestasi pada

perusahaan Unilever Indonesia Tbk (UNVR) maka akan mengalami kerugian.

Adapun perusahaan yang memberikan expected return negatif lainnya yaitu

Gudang Garam Tbk (GGRM), H.M Sampoerna Tbk (HMSP), dan Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk (ICBP). Saham-saham yang memiliki expected return

negatif tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya, hal ini didasarkan

karena saham-saham dalam portofolio optimal merupakan saham-saham yang


73

memberikan expected return yang positif. Investor yang rasional pasti akan

memilih untuk berinvestasi pada saham yang memberikan expected return positif.

b. Menghitung risiko (varian dan standar deviasi) saham individual

Risiko dalam indeks tunggal terdiri dari varian dan standar deviasi. Varian

dalam penelitian dapaat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.5) atau

menggunakan rumus =VAR dalam program Microsoft Excel. Sedangkan standar

deviasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6) atau dengan

menggunakan rumus =SQRT dalam program Microsoft Excel. Berikut merupakan

tabel hasil perhitungan varian dan standar devasi.

Tabel 4.5 Risiko (varian dan standar deviasi) Saham Individual


N Kode Standar
o Nama Perusahaan Saham Varian Deviasi
1 Ace Hardware Indonesia Tbk. ACES 0,0069 0,0831
2 Adaro Energy Tbk. ADRO 0,0182 0,1348
3 AKR Corporindo Tbk. AKRA 0,0081 0,0898
4 Aneka Tambang Tbk. ANTM 0,0393 0,1983
5 Astra International Tbk. ASII 0,0087 0,0932
6 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0,0040 0,0631
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 0,0133 0,1153
8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 0,0075 0,0868
9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 0,0378 0,1945
10 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 0,0066 0,0811
11 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN 0,0071 0,0843
12 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 0,0167 0,1294
13 XL Axiata Tbk. EXCL 0,0119 0,1090
14 Vale Indonesia Tbk. INCO 0,0129 0,1135
15 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF 0,0046 0,0679
16 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. INKP 0,0236 0,1536
74

17 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP 0,0131 0,1145


18 Indo Tambangraya Megah Tbk. ITMG 0,0259 0,1609
19 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. JPFA 0,0180 0,1341
20 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,0106 0,1031
21 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0,0042 0,0646
22 Media Nusantara Citra Tbk. MNCN 0,0118 0,1085
23 Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS 0,0233 0,1525
24 Bukit Asam Tbk. PTBA 0,0116 0,1078
25 PP (Persero) Tbk. PTPP 0,0312 0,1766
26 Pakuwon Jati Tbk. PWON 0,0111 0,1052
27 Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMGR 0,0145 0,1203
28 Tower Bersama Infrastructure Tbk. TBIG 0,0201 0,1419
29 Timah Tbk. TKIM 0,0345 0,1857
30 Telkom Indonesia (Persero) Tbk. TLKM 0,0066 0,0811
31 Sarana Menara Nusantara Tbk. TOWR 0,0156 0,1248
32 Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA 0,0199 0,1412
Sumber: data diolah
Keterangan
Hijau : Tertinggi
Merah: Terendah

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa saham perusahaan

yang memiliki risiko tertinggi yaitu perusahaan Aneka Tambang Tbk (ANTM)

dengan nilai varian sebesar 0,0393 atau 3,93% dan standar deviasi sebesar 0,1983

atau sebesar 19,83%. Adapun perusahaan yang memiliki risiko terendah yaitu

perusahaan Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai varian sebesar 0,0040

atau 0,4% dan standar deviasi sebesar 0,0631 atau 6,31%. Hal ini menunjukkan

bahwa saham yang paling berisiko adalah perusahaan Aneka Tambang Tbk

(ANTM) karena semakin tinggi nilai varian dan standar deviasi maka semakin

besar pula penyimpangan antara realized return dan expected return. Adapun bagi

investor yang memiliki preferensi risk averse akan memilih berinvestasi pada
75

saham perusahaan Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki risiko yang

paling rendah dibandingkan saham lainnya.

c. Menghitung realized return, expected return, risiko (varian dan standar

deviasi) pasar

Indeks pasar yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) karena dapat menggambarkan pergerakan harga seluruh saham di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Realized return dapat dihitung dengan menggunakan rumus

persamaan (3.2), expected return dengan rumus persamaan (3.4) atau dapat

menggunakan rumus =AVERAGE dalam Microsoft Excel. Sedangkan varian dan

standar deviasi dapat menggunakan rumus pada persamaan (3.7) dan (3.8) atau

dapat menggunakan rumus pada Microsoft Excel dengan formula =VAR dan

=SQRT. Berikut tabel hasil perhitungan realized return, expected return, risiko

(varian dan standar deviasi) pasar:

Tabel 4.6 realized return, expected return, risiko (varian dan standar
deviasi) pasar
Bulan Closing Price Pasar Realized Return Pasar
Mar-20 4.539
Apr-20 4.716 0,0391
May-20 4.754 0,0079
Jun-20 4.905 0,0319
Jul-20 5.150 0,0498
Aug-20 5.238 0,0173
Sep-20 4.870 -0,0703
Oct-20 5.128 0,0530
Nov-20 5.612 0,0944
Dec-20 5.979 0,0653
Jan-21 5.862 -0,0195
Feb-21 6.242 0,0647
Mar-21 5.986 -0,0411
Apr-21 5.996 0,0017
May-21 5.947 -0,0080
76

Jun-21 5.985 0,0064


Jul-21 6.070 0,0141
Aug-21 6.150 0,0132
Sep-21 6.287 0,0222
Oct-21 6.591 0,0484
Nov-21 6.534 -0,0087
Dec-21 6.581 0,0073
Expected Return (E(Rm)) 0,0185
Varian 0,0014
Standar Deviasi 0,0370
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa data IHSG selama

periode Maret 2020-Desember 2021 berfluktuasi. Realized return terbesar terjadi

pada bulan November 2020 sebesar 0,0944 atau 9,44% dan yang terendah terjadi

pada bulan September 2020 sebesar -0,0703 atau sebesar -7,03% . Sedangkan

expected return pasar sebesar 0,0185 atau 1,85% perbulan dengan risiko yang

ditunjukkan dengan varian sebesar 0,0014 atau 0,14% dan standar deviasi sebesar

0,0370 atau 3,7%. Berdasarkan data di atas menunjukkan expected return yang

positif menandakan berinvestasi di pasar modal dapat memberikan return (imbal

hasil) yang positif bagi investor.

d. Menghitung BI Rate (risk free)

Tingkat pengembalian bebas risiko ataau (risk free) merupakan tingkat

pengembalian atas investasi bebas risiko. Untuk mempertimbangkan tingkat

pengembalian yang digunakan, maka dalam penelitian ini nilai risk free yang

digunakan yaitu data dari BI rate selama periode Maret 2020-Desember 2021

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berikut data dari BI rate selama periode

Maret 2020-Desember 2021:

Tabel 4.7 Risk Free


77

Bulan BI Rate (%)


Mar-20 4,50
Apr-20 4,50
May-20 4,50
Jun-20 4,25
Jul-20 4,00
Aug-20 4,00
Sep-20 4,00
Oct-20 4,00
Nov-20 3,75
Dec-20 3,75
Jan-21 3,75
Feb-21 3,50
Mar-21 3,50
Apr-21 3,50
May-21 3,50
Jun-21 3,50
Jul-21 3,50
Aug-21 3,50
Sep-21 3,50
Oct-21 3,50
Nov-21 3,50
Dec-21 3,50
Rata-rata
keseluruhan 3,80%
Rata-rata bulan 0,0032
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata suku bunga aktiva

bebas risiko (risk free) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia selama periode Maret

2020-Desember 2021 sebesar 0,0032 atau 0,32% perbulan. Artinya, jika investor

berinvestasi pada SBI maka investor akan memperoleh rata-rata pengembalian

sebesar 0,0032 atau 0,32% perbulan dengan risiko 0%. Hal ini karena investasi

SBI merupakan jenis investasi yang tidak memiliki risiko.

e. Menghitung alpha, beta, variance error residual (unsystematic risk)

saham individual
78

Alpha termasuk return saham yang bersifat individual atau tidak

dipengaruhi oleh return pasar. Untuk menghitung alpha masing-masing saham

dapat menggunakan rumus persamaan (3.9) atau menggunakan program microsoft

excel dengan formula = INTERCEPT. Sedangkan beta adalah koefisien yang

mengukur pengaruh pergerakan return pasar terhadap return saham. Untuk

menghitung beta dapat menggunakan rumus pada persamaan (3.10) atau

menggunakan program microsoft excel dengan formula = SLOPE. Adapun

variance error residual atau risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Untuk menghitung variance error

residual dapat menggunakan rumus pada persamaan (3.11). berikut merupakan

tabel hasil perhitungan alpha, beta, variance error residual masing-masing saham

individual:

Tabel 4.8 alpha, beta, variance error residual (unsystematic risk) saham
individual
N Kode
o Nama Perusahaan Saham αi βi σei
1 Ace Hardware Indonesia Tbk. ACES -0,0092 0,6440 0,0063
2 Adaro Energy Tbk. ADRO 0,0387 0,5002 0,0178
3 AKR Corporindo Tbk. AKRA 0,0078 1,7068 0,0041
4 Aneka Tambang Tbk. ANTM 0,0321 3,4256 0,0232
5 Astra International Tbk. ASII 0,0072 0,8187 0,0078
6 Bank Central Asia Tbk. BBCA -0,0065 1,1786 0,0021
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI -0,0061 2,1471 0,0070
8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI -0,0118 1,6321 0,0039
9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN -0,0085 3,2285 0,0235
10 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 0,0001 1,2238 0,0045
11 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN 0,0018 0,5656 0,0067
12 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 0,0469 0,9571 0,0155
13 XL Axiata Tbk. EXCL 0,0002 1,4980 0,0088
14 Vale Indonesia Tbk. INCO 0,0094 1,8812 0,0080
15 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF -0,0030 0,2712 0,0045
16 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. INKP 0,0171 1,4144 0,0208
79

17 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP -0,0195 1,3044 0,0108


18 Indo Tambangraya Megah Tbk. ITMG 0,0203 1,8986 0,0209
19 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. JPFA 0,0209 0,8733 0,0169
20 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,0022 1,2585 0,0085
21 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0,0110 0,2845 0,0041
22 Media Nusantara Citra Tbk. MNCN -0,0350 2,1950 0,0052
23 Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS -0,0252 3,4648 0,0068
24 Bukit Asam Tbk. PTBA -0,0080 1,2850 0,0094
25 PP (Persero) Tbk. PTPP -0,0269 3,7411 0,0120
26 Pakuwon Jati Tbk. PWON -0,0116 1,9758 0,0057
27 Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMGR -0,0218 1,4264 0,0117
28 Tower Bersama Infrastructure Tbk. TBIG 0,0678 -0,0628 0,0201
29 Timah Tbk. TKIM -0,0048 2,8021 0,0237
30 Telkom Indonesia (Persero) Tbk. TLKM -0,0111 1,4037 0,0039
31 Sarana Menara Nusantara Tbk. TOWR 0,0137 0,9754 0,0143
32 Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA -0,0245 2,5527 0,0110
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai alpha tertinggi

terdapat pada saham perusahaan Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

sebesar 0,0678 sedangkan nilai alpha terkecil adalah perusahaan Media Nusantara

Citra Tbk (MNCN) dengan nilai -0,0350. Hal ini berarti saham perusahaan yang

memiliki nilai alpha positif menunjukkan bahwa saham tersebut dapat

memberikan keuntungan pada expceted return sekuritas yang bersifat individual

terhadap return pasar, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai alpha negatif

berarti saham tersebut dapat memberikan kerugian pada nilai expected return

sekuritas yang individual terhadap return pasar.

Adapun saham perusahaan yang memiliki nilai beta tertinggi adalah

perusahaan PP (Persero) Tbk (PTPP) sebesar 3,7411 sedangkan nilai beta terkecil

terdapat pada perusahaan Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebesar -

0,0628. Dari 32 perusahaan yang menjadi kandidat portofolio terdapat 21


80

perusahaan yang memiliki beta > 1 artinya 21 perusahaan tersebut sensitif

terhadap pergerakan return pasar. Sedangkan 11 saham lainnya memiliki nilai

beta < 1 artinya return saham pada perusahaan tersebut tidak terlalu dipengaruhi

oleh return pasar.

Selain itu, berdasarkan pada tabel 4.8 di atas dapat diketahui nilai variance

error residual atau risiko tidak sistematis tertinggi terdapat pada saham Timah

Tbk. (TKIM) sebesar 0,0237 atau 2,37%, sedangkan risiko tidak sistematis

terendah terdapat pada perusahaan Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar

0,0021 atau 0,21% .

f. Menghitung nilai ERB (excess return to beta) saham individual

ERB (excess return to beta) mengukur kelebihan return saham atas return

aktiva bebas risiko (risk free rate) dengan beta saham. ERB juga mengukur kinerja

saham dengan risiko yang tidak dapat didiversifikasi yang menjadi faktor penentu

dalam keputusan investasi. Untuk menghitung nilai ERB dapat menggunakan

persamaan (3.12). berikut tabel hasil perhitungan Excess Return to Beta (ERB)

masing-masing saham.

Tabel 4.9 nilai ERB (excess return to beta) saham individual

Kode
No Nama Perusahaan Saham ERB
1 Ace Hardware Indonesia Tbk. ACES -0,0007
2 Adaro Energy Tbk. ADRO 0,0895
3 AKR Corporindo Tbk. AKRA 0,0212
4 Aneka Tambang Tbk. ANTM 0,0270
5 Astra International Tbk. ASII 0,0235
6 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0,0104
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 0,0142
8 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 0,0094
9 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 0,0149
81

10 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 0,0160


11 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN 0,0161
12 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 0,0642
13 XL Axiata Tbk. EXCL 0,0166
14 Vale Indonesia Tbk. INCO 0,0218
15 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF -0,0040
16 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. INKP 0,0284
17 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP 0,0012
18 Indo Tambangraya Megah Tbk. ITMG 0,0276
19 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. JPFA 0,0389
20 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,0177
21 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0,0460
22 Media Nusantara Citra Tbk. MNCN 0,0011
23 Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS 0,0103
24 Bukit Asam Tbk. PTBA 0,0098
25 PP (Persero) Tbk. PTPP 0,0105
26 Pakuwon Jati Tbk. PWON 0,0111
27 Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMGR 0,0011
28 Tower Bersama Infrastructure Tbk. TBIG -1,0117
29 Timah Tbk. TKIM 0,0157
30 Telkom Indonesia (Persero) Tbk. TLKM 0,0084
31 Sarana Menara Nusantara Tbk. TOWR 0,0293
32 Wijaya Karya (Persero) Tbk. WIKA 0,0077
Keterangan:
Abu-abu = ERB negatif
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa nilai ERB terbesar

terdapat pada perusahaan Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan nilai 0,0895,

sedangkan saham perusahaan yang memiliki nilai ERB terkecil adalah Tower

Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebesar -1,0117. Adapun saham yang

memiliki nilai ERB negatif terdapat 3 saham dan saham ini tidak dimasukkan ke

dalam portofolio optimal dan tidak dilanjutkan untuk perhitungan selanjutnya.

g. Menghitung nilai cut-off rate (Ci) dan menentukan cut-off point (C*)
82

Cut-off rate (Ci) merupakan hasil perkalian dari varian pasar dengan

kumulatif nilai Ai dan dibagi dengan penjumlahan konstanta dan hasil kali varian

pasar dengan kumulatif nilai Bi. Sedangkan nilai Cut-off point merupakan nilai

cut-off rate terbesar. Nilai cut-off point merupakan nilai yang menjadi titik

pembatas dalam menentukan saham yang masuk dalam portofolio optimal.

Sebelum menentukan nilai cut-off rate terlebih dahulu menghitung nilai Ai dan Bi

dengan menggunakan rumus pada persamaan (3.13) dan (3.14), setelah itu

menghitung nilai cut-off rate (Ci) dengan persamaan (3.15) kemudian menentukan

nilai cut-off point (C*) yaitu nilai cut-off rate (Ci) terbesar. Berikut ini merupakan

tabel hasil perhitungan nilai Ai, Bi, Ci dan C* masing-masing saham.

Tabel 4.10 nilai Ai, Bi, Cut-off Rate ( Ci) dan Cut-off Point (C*)
No Kode Saham Ai Bi Ci C*
1 ADRO 1,2558 14,0271 0,0017 0,0111
2 AKRA 15,2426 717,5206 0,0105 0,0111
3 ANTM 13,6482 505,5234 0,0111 0,0111
4 ASII 2,0232 86,2754 0,0025 0,0111
5 BBCA 6,9554 670,5401 0,0050 0,0111
6 BBNI 9,4121 662,0811 0,0068 0,0111
7 BBRI 6,4531 687,6646 0,0046 0,0111
8 BBTN 6,6183 443,3617 0,0056 0,0111
9 BMRI 5,3050 331,0730 0,0050 0,0111
10 CPIN 0,7726 47,9127 0,0010 0,0111
11 ERAA 3,8008 59,1740 0,0048 0,0111
12 EXCL 4,2307 255,2098 0,0043 0,0111
13 INCO 9,6168 440,3869 0,0082 0,0111
14 INKP 2,7238 95,9705 0,0033 0,0111
15 INTP 0,1901 157,9981 0,0002 0,0111
16 ITMG 4,7514 172,2391 0,0053 0,0111
17 JPFA 1,7499 45,0002 0,0023 0,0111
18 JSMR 3,3222 187,1841 0,0036 0,0111
19 KLBF 0,9169 19,9123 0,0012 0,0111
20 MNCN 1,0730 935,4164 0,0006 0,0111
21 PGAS 18,3163 1770,9625 0,0073 0,0111
83

22 PTBA 1,7364 176,4830 0,0019 0,0111


23 PTPP 12,2725 1169,6839 0,0065 0,0111
24 PWON 7,5508 683,2582 0,0053 0,0111
25 SMGR 0,1839 174,3608 0,0002 0,0111
26 TKIM 5,1948 331,0293 0,0049 0,0111
27 TLKM 4,2732 508,8899 0,0035 0,0111
28 TOWR 1,9541 66,6577 0,0025 0,0111
29 WIKA 4,5636 593,4571 0,0035 0,0111
Keterangan:
Hijau :Cut-off point (C*)
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui nilai cut-off rate (Ci) terbesar

atau nilai cut-off point (C*) yaitu pada perusahaan Aneka Tambang Tbk (ANTM)

dengan nilai 0,0111.

h. Menentukan saham yang termasuk dalam portofolio optimal dengan

membandingkan nilai excess return to beta (ERB) saham individual

dengan cut-off point (C*) untuk masing-masing saham.

Setelah diperoleh nilai cut-off point (C*), selanjutnya membandingkan nilai

excess return to beta (ERB) dengan nilai cut-off point (C*). Jika saham tersebut

ERB > C* maka termasuk dalam portofolio optimal. Berikut ini merupakan tabel

perbandingan nilai ERB dengan nilai Cut-off point (C*)

Tabel 4.11 perbandingan nilai ERB dengan cut-off point (C*)

Kode Keputusa
No Nama Perusahaan Saham ERB C* n
0,011
1 Adaro Energy Tbk. ADRO 0,0895 > 1 Optimal
0,011
2 AKR Corporindo Tbk. AKRA 0,0212 > 1 Optimal
0,011
3 Aneka Tambang Tbk. ANTM 0,0270 > 1 Optimal
0,011
4 Astra International Tbk. ASII 0,0235 > 1 Optimal
84

0,011
5 Bank Central Asia Tbk. BBCA 0,0104 < 1 -
Bank Negara Indonesia 0,011
6 (Persero) Tbk. BBNI 0,0142 > 1 Optimal
Bank Rakyat Indonesia 0,011
7 (Persero) Tbk. BBRI 0,0094 < 1 -
Bank Tabungan Negara 0,011
8 (Persero) Tbk. BBTN 0,0149 > 1 Optimal
Bank Mandiri (Persero) 0,011
9 Tbk. BMRI 0,0160 > 1 Optimal
Charoen Pokphand 0,011
10 Indonesia Tbk. CPIN 0,0161 > 1 Optimal
0,011
11 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 0,0642 > 1 Optimal
0,011
12 XL Axiata Tbk. EXCL 0,0166 > 1 Optimal
0,011
13 Vale Indonesia Tbk. INCO 0,0218 > 1 Optimal
Indah Kiat Pulp & Paper 0,011
14 Tbk. INKP 0,0284 > 1 Optimal
Indocement Tunggal 0,011
15 Prakarsa Tbk. INTP 0,0012 < 1 -
Indo Tambangraya Megah 0,011
16 Tbk. ITMG 0,0276 > 1 Optimal
Japfa Comfeed Indonesia 0,011
17 Tbk. JPFA 0,0389 > 1 Optimal
0,011
18 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,0177 > 1 Optimal
0,011
19 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0,0460 > 1 Optimal
Media Nusantara Citra 0,011
20 Tbk. MNCN 0,0011 < 1 -
Perusahaan Gas Negara 0,011
21 Tbk. PGAS 0,0103 < 1 -
0,011
22 Bukit Asam Tbk. PTBA 0,0098 < 1 -
0,011
23 PP (Persero) Tbk. PTPP 0,0105 < 1 -
0,011
24 Pakuwon Jati Tbk. PWON 0,0111 < 1 -
Semen Indonesia 0,011
25 (Persero) Tbk. SMGR 0,0011 < 1 -
0,011
26 Timah Tbk. TKIM 0,0157 > 1 Optimal
27 Telkom Indonesia TLKM 0,0084 < 0,011 -
85

(Persero) Tbk. 1
Sarana Menara Nusantara 0,011
28 Tbk. TOWR 0,0293 > 1 Optimal
Wijaya Karya (Persero) 0,011
29 Tbk. WIKA 0,0077 < 1 -
Keterangan:
Abu-abu : ERB < C*
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 18 saham

yang memiliki nilai ERB lebih besar dari nilai cut-off point sehingga termasuk

dalam portofolio optimal. Adapun 18 saham tersebut yaitu Adaro Energy Tbk

(ADRO), AKR Corporindo Tbk (AKRA), Aneka Tambang Tbk (ANTM), Astra

International Tbk (ASII), Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI),

Charoen Pokphand Indonesia Tbk ((CPIN), Erajaya Swasembada Tbk (ERAA),

XL Axiata Tbk (EXCL), Vale Indonesia Tbk (INCO), Indah Kiat Pulp & Paper

Tbk (INKP), Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Japfa Comfeed Indonesia

Tbk (JPFA), Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), Kalbe Farma Tbk (KLBF),

Timah Tbk (TKIM), Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

i. Menghitung proporsi dana masing-masing saham dalam portofolio

optimal

Setelah diketahui saham-saham yang layak untuk dimasukkan ke dalam

portofolio optimal, langkah selanjutnya menentukan proporsi dana (Wi) dari

masing-masing saham yang membentuk portofolio optimal. Proporsi dana

menggambarkan besarnya dana yang harus diinvestasikan oleh investor atas

investasi suatu saham yang masuk dalam portofolio optimal. Untuk menghitung

besarnya proporsi dana (Wi) masing-masing saham perusahan terlebih dahulu


86

menghitung skala tertimbang (Zi) masing-masing saham perusahaan. Proporsi

dana dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan (3.16) dan skala

tertimbang (Zi) dapat menggunakan rumus pada persamaan (3.17). Berikut tabel

hasil perhitungan Wi dan Zi masing-masing saham perusahaan.

Tabel 4.12 proporsi dana dan skala tertimbang masing-masing saham


N Kode
o Nama Perusahaan Saham Zi Wi Wi (%)
1 Adaro Energy Tbk. ADRO 2,2004 0,0746 7,46
2 AKR Corporindo Tbk. AKRA 4,2814 0,1451 14,51
3 Aneka Tambang Tbk. ANTM 2,3522 0,0797 7,97
4 Astra International Tbk. ASII 1,3058 0,0442 4,42
Bank Negara Indonesia
5 (Persero) Tbk. BBNI 0,9735 0,0330 3,30
Bank Tabungan Negara
6 (Persero) Tbk. BBTN 0,5313 0,0180 1,80
7 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 1,3432 0,0455 4,55
Charoen Pokphand Indonesia
8 Tbk. CPIN 0,4292 0,0145 1,45
9 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 3,2876 0,1114 11,14
10 XL Axiata Tbk. EXCL 0,9401 0,0319 3,19
11 Vale Indonesia Tbk. INCO 2,5232 0,0855 8,55
12 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. INKP 1,1754 0,0398 3,98
Indo Tambangraya Megah
13 Tbk. ITMG 1,4994 0,0508 5,08
14 Japfa Comfeed Indonesia Tbk. JPFA 1,4340 0,0486 4,86
15 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,9950 0,0337 3,37
16 Kalbe Farma Tbk. KLBF 2,4488 0,0830 8,30
17 Timah Tbk. TKIM 0,5474 0,0185 1,85
18 Sarana Menara Nusantara Tbk. TOWR 1,2476 0,0423 4,23
29,515
Total 3 1,000 100
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai proporsi dana

untuk masing-masing saham yaitu Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 0,0746

atau 7,46%, AKR Corporindo Tbk (AKRA) sebesar 0,1451 atau 14,51%, Aneka

Tambang Tbk (ANTM) sebesar 0,0797 atau 7,97%, Astra International Tbk
87

(ASII) sebesar 0,0442 atau 4,42% , Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

sebesar 0,0330 atau 3,3% , Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sebesar

0,0180 atau 1,8%, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 0,0455 atau

4,55%, Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sebesar 0,0145 atau 1,45%,

Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) sebesar 0,1114 atau 11,14%, XL Axiata Tbk

(EXCL) sebesar 0,0319 atau 3,19%, Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 0,0855

atau 8,55%, Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) sebesar 0,0398 atau 3,98%,

Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 0,0508 atau 5,08%, Japfa

Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) sebesar 0,0486 atau 4,86%, Jasa Marga (Persero)

Tbk (JSMR) sebesar 0,0337 atau 3,37% , Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar

0,0830 atau 8,3%, Timah Tbk (TKIM) sebesar 0,0185 atau 1,85%, dan Sarana

Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebesar 0,0423 atau 4,23%.

Adapun saham yang memiliki nilai proporsi dana terbesar yaitu terdapat

perusahaan AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan proporsi dana sebesar 0,1451

atau 14,51%, artinya jika berinvestasi pada AKRA memerlukan dana sebesar

14,51% dari total dana yang akan diinvestasikan. Sedangkan saham dengan

proporsi dana terkecil yaitu saham Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

sebesar 0,0145 atau 1,45% dari total dana yang akan digunakan untuk

berinvestasi.

j. Menghitung alpha, beta, variance error residual portofolio optimal.

Alpha, beta, dan variance error residual portofolio adalah rata-rata

tertimbang dari alpha, beta, variance error residual masing-masing saham saham

yang membentuk portofolio. Alpha, beta dan variance error residual dapat
88

dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan (3.18) dan (3.19). berikut

hasil perhitungan Alpha, beta dan variance error residual masing-masing saham

Tabel 4.13 alpha, beta, variance error residual portofolio optimal


N Kode βp σ 2ep
o Nama Perusahaan Saham α p

1 Adaro Energy Tbk. ADRO 0,0029 0,0373 0,0013


2 AKR Corporindo Tbk. AKRA 0,0011 0,2476 0,0006
3 Aneka Tambang Tbk. ANTM 0,0026 0,2730 0,0018
4 Astra International Tbk. ASII 0,0003 0,0362 0,0003
Bank Negara Indonesia
5 (Persero) Tbk. BBNI -0,0002 0,0708 0,0002
Bank Tabungan Negara
6 (Persero) Tbk. BBTN -0,0002 0,0581 0,0004
Bank Mandiri (Persero)
7 Tbk. BMRI 0,0000 0,0557 0,0002
Charoen Pokphand
8 Indonesia Tbk. CPIN 0,0000 0,0082 0,0001
9 Erajaya Swasembada Tbk. ERAA 0,0052 0,1066 0,0017
10 XL Axiata Tbk. EXCL 0,0000 0,0477 0,0003
11 Vale Indonesia Tbk. INCO 0,0008 0,1608 0,0007
Indah Kiat Pulp & Paper
12 Tbk. INKP 0,0007 0,0563 0,0008
Indo Tambangraya Megah
13 Tbk. ITMG 0,0010 0,0964 0,0011
Japfa Comfeed Indonesia
14 Tbk. JPFA 0,0010 0,0424 0,0008
15 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 0,0001 0,0424 0,0003
16 Kalbe Farma Tbk. KLBF 0,0009 0,0236 0,0003
17 Timah Tbk. TKIM -0,0001 0,0520 0,0004
Sarana Menara Nusantara
18 Tbk. TOWR 0,0006 0,0412 0,0006
Total 0,0168 1,4565 0,0121
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai alpha portofolio

sebesar 0,0168 yang menunjukkan bahwa return portofolio tidak dipengaruhi

oleh return pasar sebesar 0,0168 atau 1,68%. Nilai beta portofolio sebesar 1,4565

yang menunjukkan bahwa nilai portofolio akan bergerak mengikuti pergerakan


89

pasar sebesar 1,4565 atau 145,65%. Sedangkan nilai variance error residual

portofolio sebesar 0,0121 atau 1,21%.

k. Menghitung expected return dan risk (varian dan standar deviasi)

portofolio optimal

Expected return portofolio merupakan imbal hasil yang diharapkan dari

portofolio yang terbentuk. Rumus yang digunakan untuk menghitung expected

return portofolio optimal pada persamaan (3.20). Sedangkan risiko portofolio

merupakan risiko dari portofolio optimal yang terbentuk. Rumus yang digunakan

untuk menghitung risiko (varian dan standar deviasi) yaitu menggunakan

persamaan (3.21) dan (3.22). Berikut tabel hasil perhitungan expected return dan

risk (varian dan standar deviasi) portofolio optimal.

Tabel 4.14 expected return dan risk (varian dan standar deviasi)
portofolio optimal

E(Rp) σ 2p σp
0,0438 0,0029 0,0541
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa dari portofolio optimal

yang terbentuk mampu memberikan expected return sebesar 0,0438 atau 4,38%.

Expected return portofolio yang diperoleh lebih besar dari expected return pasar

(IHSG) sebesar 0,0185 atau 1,85%. Hal ini memberikan pengaruh terhadap

keputusan investor untuk berinvestasi pada saham LQ 45 yang membentuk

portofolio karena memiliki expected return yang lebih besar dibandingkan

expected return pasar. Adapun risiko portofolio optimal yang terbentuk dengan

nilai varian sebesar 0,0029 atau 0,29% dan standar deviasi sebesar 0,0541 atau

5,41%.
90

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 36 perusahaan yang

menjadi sampel penelitian dengan menggunakan metode single index model

selama periode Maret 2020-Desember 2021 terdapat 32 saham yang memiliki

tingkat pengembalian yang positif dan terdapat 4 perusahaan yang memiliki

tingkat pengembalian negatif. Saham yang memiliki tingkat pengembalian positif

atau capital gain menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami keuntungan

dan saham yang memiliki tingkat pengembalian negatif menandakan bahwa

saham tersebut mengalami kerugian atau capital loss selama periode penelitian.

Saham yang memiliki nilai return terbesar adalah Aneka Tambang Tbk

(ANTM) dengan nilai realized return sebesar 2,0080 atau 200,8% dan nilai

expected return sebesar 0,0956 atau 9,56%. Aneka Tambang Tbk (ANTM)

merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara

vertikal yang berorientasi ekspor. Kegiatan ANTAM mencakup eksplorasi,

penambangan, pengolahan, serta pemasaran dari komoditas bijih nikel, feronikel,

emas, perak, bauksit dan batubara (Antam.com). Dikutip dari website resmi

antam.com pada 15 Maret 2021, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengumukan

pertumbuhan kinerja operasional keuangan yang signifikan sepanjang tahun 2020.

Di tengah kondisi new normal pandemi Covid-19, ANTM mampu mencatat

kinerja penjualan bersih sebesar Rp 27,37 Triliun pada tahun 2020. Capaian laba

kotor perusahaan mencapai Rp 4,48 Triliun pada tahun 2020 tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 4,45 Triliun. Adapun laba usaha ANTM

pada tahun 2020 mencapai Rp 2,03 Triliun atau tumbuh sebesar 113%
91

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 955,61 Miliar pada tahun 2019.

Dengan adanya capaian produksi dan penjualan yang positif, ANTM mampu

mencapai laba tahun berjalan sebesar Rp 1,15 Triliun atau naik sebesar 439%

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 193,85 Miliar pada tahun 2019.

Saham ANTM juga menunjukkan kinerja positif, tercatat pada akhir Desember

2020 harga closing price ANTM tercatat sebesar Rp 1.935 per saham, meningkat

signifikan 130% dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 840 per saham. Pada akhir

Desember 2020 jumlah pemegang saham ANTM mencapai 142.007 investor,

tumbuh 114% dari jumlah pemegang saham ANTM tahun 2019 sebesar 66.466

investor. Dengan adanya lonjakan laba yang besar maka akan berdampak pada

besarnya return yang akan diperoleh investor jika berinvestasi pada saham PT.

Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Sedangkan perusahaan yang memiliki return terkecil adalah Unilever

Indonesia Tbk (UNVR) dengan nilai realized retun sebesar -0,5072 dan nilai

expected return sebesar -0,0242. Hal ini disebabkan karena adanya pandemi

Covid-19 sekaligus resesi global dan nasional yang menyebabkan kinerja

Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami penuruan baik tahun 2020 maupun

2021 (Kompas.com). Dikutip dari cnbcindonesia.com laba bersih PT Unilever

Indonesia Tbk (UNVR) sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan sebesar

Rp7,16 Triliun atau turun 3,11% dari tahun 2019 sebesar Rp7,39 Triliun dan pada

tahun 2021 UNVR mencatat laba sebesar Rp5,76 Triliun atau turun 19,6%

dibandingkan tahun 2020. Penurunan laba disebabkan karena turunnya penjualan

perusahaan. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan penjualan bersih


92

pada tahun 2020 sebesar Rp42,97 Triliun dan pada tahun 2021 UNVR mencatat

penjualan bersih sebesar Rp39,5 Triliun atau turun 7,97% dibandingkan pada

tahun 2020. Merosotnya kinerja Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menyebabkan

anjloknya harga saham dari tahun ke tahun. Penurunan harga saham ini akan

berdampak pada return atau tingkat pengembalian yang akan diterima oleh

investor.

Semakin tinggi return atau tingkat pengembalian yang diterima investor maka

akan semakin tinggi pula risiko yang akan diterima investor, begitupun

sebaliknya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan dimana saham

yang memberikan tingkat pengembalian atau return yang tinggi juga memberikan

risiko yang tinggi pula. Saham dengan risiko tertinggi berdasarkan perhitungan

varians dan standar deviasi dari masing-masing saham yaitu PT. Aneka Tambang

Tbk (ANTM) dengan varians sebesar 0,0393 atau 3,93% dan standar deviasi

0,1983 atau 19,83%. Sedangkan saham dengan varians dan standar deviasi

terendah yaitu PT. Bank Sentral Asia Tbk (BBCA) dengan varian sebesar 0,004

atau 0,4% dan standar deviasi 0,0631 atau 6,31% .

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penelitian ini

menghasilkan nilai expected return sebesar 0,0185 atau 1,85% per bulan dengan

tingkat risiko dengan hasil perhitungan varian sebesar 0,0014 atau 0,14% dan

standar deviasi sebesar 0,037 atau 3,7%. Return yang positif menunjukkan

investasi di pasar modal mampu memberikan keuntungan bagi investor.

Pada penelitian ini juga menghasilkan risk free yang dihitung dengan rata-rata

tingkat BI Rate selama periode Maret 2020-Desember 2021. Rata-rata tingkat BI


93

rate senilai 0,038 atau 3,8% pertahun atau sebesar 0,0032 atau 0,32% perbulan.

Tingkat pengembalian pasar dapat dijadikan sebagai dasar keputusan dalam

berinvestasi di pasar modal. Dimana jika tingkat pengembalian lebih besar dari

tingkat pengembalian bebas risiko (risk free) menunjukkan bahwa investasi saham

akan lebih menguntungkan walaupun dihadapkan dengan risiko. Pada penelitian

ini return pasar lebih tinggi dibandingkan return risk free. Hal ini menandakan

investasi saham dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar

dibandingkan jika berinvestasi pada aset bebas risiko.

Penentuan portofolio optimal menggunakan single index model dilakukan

dengan cara membandingkan nilai ERB dengan nilai cut-off point. Jika saham

memiliki nilai ERB lebih besar dari nilai cut-off point maka saham tersebut

masuk ke dalam kandidat portofolio optimal.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan

metode single index model pada saham indeks LQ 45 periode Maret 2020-

Desember 2021 diperoleh dari 36 saham perusahaan yang menjadi sampel

penelitian terdapat 18 saham yang membentuk portofolio optimal. Adapun 18

saham tersebut dengan masing-masing proporsi dana yang membentuk portofolio

optimal yaitu Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 0,0746 atau 7,46%, AKR

Corporindo Tbk (AKRA) sebesar 0,1451 atau 14,51%, Aneka Tambang Tbk

(ANTM) sebesar 0,0797 atau 7,97%, Astra International Tbk (ASII) sebesar

0,0442 atau 4,42% , Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 0,0330

atau 3,3% , Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sebesar 0,0180 atau

1,8%, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 0,0455 atau 4,55%, Charoen
94

Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sebesar 0,0145 atau 1,45%, Erajaya

Swasembada Tbk (ERAA) sebesar 0,1114 atau 11,14%, XL Axiata Tbk (EXCL)

sebesar 0,0319 atau 3,19%, Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 0,0855 atau

8,55%, Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) sebesar 0,0398 atau 3,98%, Indo

Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 0,0508 atau 5,08%, Japfa Comfeed

Indonesia Tbk (JPFA) sebesar 0,0486 atau 4,86%, Jasa Marga (Persero) Tbk

(JSMR) sebesar 0,0337 atau 3,37% , Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar 0,0830

atau 8,3%, Timah Tbk (TKIM) sebesar 0,0185 atau 1,85%, dan Sarana Menara

Nusantara Tbk (TOWR) sebesar 0,0423 atau 4,23%.

Adapun saham yang memiliki nilai proporsi dana terbesar yaitu terdapat

perusahaan AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan proporsi dana sebesar 0,1451

atau 14,51%, artinya jika berinvestasi pada AKRA memerlukan dana sebesar

14,51% dari 100% dana yang akan diinvestasikan pada saham lainnya. Sedangkan

saham dengan proporsi dana terkecil yaitu saham Charoen Pokphand Indonesia

Tbk (CPIN) sebesar 0,0145 atau 1,45% dari total dana yang akan digunakan untuk

berinvestasi.
95

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. M. (2020). Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: Lembaga


Penerbit Universitas Nasional (LPU-UNAS).

ALMUNFARIJAH, A. (2017). Analisis Portofolio Optimal Saham Indeks Lq-45


Dengan Model Indeks Tunggal Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Perilaku
Dan Strategi Bisnis, 5(2), 168–190.
https://doi.org/10.26486/jpsb.v5i2.356

Ariasih, N. L. P. I., & Mustanda, I. K. (2018). Pembentukan Portofolio Optimal


Menggunakan Model Indeks Tunggal pada Saham Indeks LQ-45. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1–30.

Bursa Efek Indonesia. (n.d.). Ringkasan Performa Perusahaan LQ45.


https://www.idx.co.id/id/data-pasar/laporan-statistik/fact-sheet-
perusahaan-lq45

Ekananda, M. (2019). Manajemen Investasi. Erlangga.

Fahmi, I. (2015). Pengantar Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung:


Alfabeta.
96

Halim, A. (2015). Analisis Investasi di Aset Keuangan (Pertama). Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Hanif, A., Hanun, N. R., & Febriansah, R. E. (2021). Optimasi Portofolio Saham
Lq 45 Di Era Pandemi Covid 19. 1–6.
https://doi.org/10.32528/psneb.v0i0.5143

Hartono, J. (2017). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Kesebelas).


Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Historical Data. (n.d.). Yahoo Finance. https://finance.yahoo.com/

Martini, M., & Djohan, H. A. (2020). Analisis Kinerja Saham Lq45 Sebelum Dan
Selama Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) Di Indonesia.
Jurnal Interprof, 6(2), 156–167.
https://doi.org/10.32767/interprof.v6i2.1195
Nurpiana, I., Permana, A., Kosim, B., Ekonomi dan Bisnis, F., & Muhammadiyah
Palembang, U. (2022). Perbedaan Kinerja Saham Indonesia Sebelum
Dan Selama Masa Pandemi Covid-19. MOTIVASI: Jurnal Manajemen
Dan Bisnis, 7(1), 31–41.
https://jurnal.um-palembang.ac.id/motivasi/article/view/4516

Pratama, L. A. (2019). Analisis Pembentukan Portofolio Saham Optimal


Menggunakan Metode Single Index Model (Studi Empiris Pada
Saham Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia). Universitas Negeri
Yogyakarta.

PT Bursa Efek Indonesia. (n.d.). Produk Saham. Retrieved January 25, 1 B.C.E.,
from https://www.idx.co.id/id/produk/saham

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia. (n.d.). Laporan Berkelanjutan KSEI Tahun


2021.
https://www.ksei.co.id/files/Laporan_Keberlanjutan_KSEI_Tahun_2021.
pdf

Puspitasari, A. D., Febriyanto, & Ali, K. (2022). Analisi Pembentukan Portofolio


Optimal di Masa Pandemi Covid-19 Pada Saham LQ 45 Tahun 2020-
2021 dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal. 16(8.5.2017).

Rahmawati, T. E. (2020). Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham LQ45


dengan Metode Single Indeks (Studi Kasus Perusahaan di Bursa Efek
Indonesia Periode 2016-2019). 1–18.

Statistik Pasar Modal Indonesia. (n.d.). Otoritas Jasa Keuangan. Retrieved


January 24, 2023, from https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/data-
97

dan-statistik/statistik-pasar-modal/Default.aspx#

Sudana, I. M. (2009). Manajemen Keuangan Teori dan Praktik (Pertama).


Airlangga University Press.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Syam, S., Rauf, A., & Musa, C. I. (2021). Analisis Pembentukan Portofolio
Optimal Dengan Single Index Model Untuk Proyeksi Investasi Pada
Saham Index LQ-45 Di Bursa. Jurnal Ilmu Manajemen Retail (JIMAT),
2(2), 109–121.

Tandelilin, E. (2017). Pasar Modal Manajemen Portofolio dan Investasi.


Yogyakarta: Kanisius.

Van Horne, J. C., & Wachowicz, Jr., J. M. (2019). Prinsip-prinsip Manajemen


Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai