MAKALAH
Dosen Pengampu :
Wiwin Hartanto, S.Pd. M.Pd.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Data Makro Ekonomi” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Makro yakni bapak Wiwin Hartanto, S.Pd, M.Pd. .Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Data Makro Ekonomi” bagi
para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Wiwin Hartanto, S.Pd, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi perekonomian secara keseluruhan berpengaruh sangat besar terhadap kita
semua, maka dari itu penting untuk membahas sejumlah data yang digunakan oleh para
ekonom dan pembuat kebijakan untuk memonitor kinerja perekonomian secara
keseluruhan. Ilmu ekonomi makro adalah ilmu tentang fenomena perekonomian secara
luas, termasuk inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam ilmu ekonomi makro, untuk mengukur suatu pendapatan total dari sebuah
negara dapat menggunakan PDB atau Produk Domestik Bruto dan untuk mengukur
keseluruhan dari biaya hidup para ekonom dan departemen statistik menggunakan IHK
atau Indeks Harga Konsumen serta mengukur tingkat pengangguran.
Dalam sebuah negara penting untuk mengetahui perkembangan atau pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. Ilmu ekonomi makro menjelaskan dengan berupa data yang
konkret tentang bagaimana suatu negara dapat tumbuh dan berkembang bahkan suatu
negara dapat melemah dalam bidang ekonomi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan materi dan pengertian secara jelas dan lengkap tentang GDP.
2. Menjelaskan dan mengetahui bahwa bagaimana pengukuran tingkat pengangguran.
3. Menjelaskan dan mengetahui bagaimana menghitung biaya hidup secara jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menghitung nilai aktivitas ekonomi (GDP)
a. Pengertian GDP
GDP adalah kependekan dari Gross Domestic Product atau yang dalam bahasa
Indonesia disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator
kemajuan perekonomian suatu negara. GDP didapatkan dari penjumlahan setiap nilai
tambah yang diperoleh dari seluruh unit usaha di dalam suatu negara.
Bisa juga berasal dari hasil akhir dari jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh
semua unit perekonomian. Secara umum, GDP dapat menjadi sebuah metode dalam
menghitung pendapatan nasional.
b. Bagaimana Menghitung GDP?
Bila GDP adalah gambaran dari nilai total dari penjualan seluruh barang dan jasa yang
diproduksi selama jangka waktu tertentu, maka GDP juga bisa disebut sebagai
seluruh penghasilan dari masyarakat dan bisnis, termasuk di dalamnya gaji para pekerja
atau karyawan. Dari GDP, kita nanti bisa mengetahui sektor perekonomian mana saja yang
mengalami peningkatan dan penurunan.
Menghitung GDP tidaklah mudah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan
sebagai pendekatan, seperti:
1. Lewat Pendekatan Produksi
GDP adalah jumlah nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh unit-unit
usaha di suatu negara dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Unit-unit
produksi tersebut akan dikelompokkan menjadi 9 sektor, yaitu:
➢ Pertambangan dan penggalian
➢ Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan
➢ Listrik, gas, dan air bersih
➢ Perdagangan, hotel, dan restoran
➢ Pengangkutan dan komunikasi
➢ Konstruksi
➢ Jasa-jasa pelayanan pemerintah
➢ Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan
➢ Industri pengolahan
2. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan ini, GDP adalah total dari balas jasa yang diperoleh dari elemen-
elemen produksi yang turut andil dalam proses produksi di dalam sebuah negara pada kurun
waktu tertentu.
Metode perhitungannya dengan cara menjumlahkan pendapatan seluruh karyawan,
keuntungan perusahaan, pendapatan dari hak cipta, pendapatan dari sewa dan pendapatan
bunga bersih atau net interest income (NII).
Contoh Soal :
Sewa sebesar Rp. 200 juta, upah yang diterima per individu sebesar Rp. 150 ribu, profit
pengusaha mencapai Rp. 350 juta, ekspor luar negeri sebesar Rp. 450 juta, bunga pemilik
modal sebesar Rp. 350 juta, dan impor luar negeri sebesar Rp. 230 juta.
Berapa jumlah Pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan
pendapatan?
Jawab :
Diketahui :
r = 200 juta, w = 150 ribu, i = 350 juta, p = 450 juta
x = 350 juta
m = 230 juta
Jawab :
Y=r+w+i+p
Y = 200 juta + 150 ribu + 350 juta + 450 juta = 1.000.150.000
3. Pendekatan Pengeluaran
Y=C+I+G+(X–M)
Keterangan:
Y = Pendapatan nasional
C = consumption ( konsumsi rumah tangga )
I = investment ( investasi )
G = government expenditure ( pengeluaran pemerintah )
X = ekspor
M = impor
Contoh Soal :
Diketahui data sebagai berikut :
➢ Upah = Rp. 40
➢ Ekspor = Rp. 30
➢ Impor = Rp. 25
➢ Bunga = Rp. 25
➢ Investasi = Rp. 15
➢ Profit = Rp. 15
➢ Konsumsi = Rp. 20
➢ Sewa = Rp. 10
➢ Pengeluaran pemerintah = Rp. 40
Tentukan besarnya pendapatan nasional berdasarkan pendekatan
Pengeluaran?
Jawab :
Pendapatan nasional berdasarkan metode pendekatan hanya menjumlahkan besarnya
konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto.
Y = C + I + G + (X-M)
Y = 20 + 15 + 40 + (30-25)
Y = Rp. 90
➢ GDP Nominal
Bicara mengenai GDP, kita juga akan menyinggung tentang GDP nominal dan GDP
riil. Menurut Ricky W. Griffin, GDP nominal tidak terpengaruh dan tidak
memperhitungkan inflasi, sedangkan GDP riil sebaliknya, sangat memperhitungkan inflasi
yang ada.
Dalam GDP nominal, nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada jangka waktu tertentu,
bisa tahunan atau kuartal, dihitung sesuai dengan harga yang berlaku pada waktu tersebut.
Namun, harga-harga yang ada biasanya akan mengalami kenaikan karena inflasi dan
menyebabkan GDP nominal mengalami kenaikan, meskipun jumlah barang dan jasa yang
diproduksi tidak berubah.
Walaupun demikian, data yang ditunjukkan oleh GDP nominal tidak merepresentasikan
kenaikan harga. Dari sini kemudian GDP riil ambil bagian. GDP riil digunakan untuk
mengukur GDP secara tahunan hal ini karena data yang dihasilkan diklaim lebih akurat
menggambarkan bagaimana perekonomian sebuah negara sebenarnya.
Indeks harga konsumen (IHK-consumer price index(CPI)) adalah ukuran suatu biaya
barang dan jasa (komoditas) yang di beli oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Badan Pusat Statistic secara rutin melaporkan IHK.
Tujuh kelompok komoditi, yaitu: (1) Bahan makanan; (2) Makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau; (3) Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan;
(6) Pendidikan, rekreasi dan olah raga; dan (7) Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan,
adapun didalam tujuh kelompok komoditi tersebut terdapat sub kelompok komoditi
Indeks harga konsumen merupakan indicator yang di gunakan untuk mengetahui tingkat
inflasi. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau
tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa.
a. Kategori Pengangguran
1. Bekerja
Kategori ini adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan/pekerja, karyawan tidak
dibayar di usahanya atau di bisnis keluarga pada saat survei. Kategori ini juga mencakup
orang-orang yang memiliki pekerjaan tetapi sedang tidak bekerja karena pekerjaan
sementara. Waktu luang karena liburan, sakit, cuaca buruk, dll.
2. Tidak bekerja
Kategori ini mencakup orang-orang yang menganggur, ingin bekerja, dan sedang
berusaha mencari pekerjaan selama sebulan. Kategori ini juga mencakup orang-orang yang
menunggu panggilan balik dari tempat mereka diberhentikan.
3. Tidak termasuk dalam angkatan kerja
Kategori ini mencakup orang-orang yang tidak termasuk dalam kategori baseline.
Diantaranya adalah mahasiswa, ibu rumah tangga dan pensiunan.
Ada juga golongan orang-orang yang sebenarnya ingin bekerja, tetapi tidak memiliki
kemauan untuk mencari kerja. Putus asa dalam mencari pekerjaan, menyerah. Golongan
ini biasa disebut "discourage worker", tidak dianggap sebagai angkatan kerja. Masuk dalam
kategori ketiga.
Angkatan kerja (labor force) adalah jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang
menganggur. Tingkat pengangguran (unemployment rate) merupakan persentase dari
angkatan kerja yang tidak bekerja.
Angkatan kerja = Jumlah Orang yang Bekerja + Jumlah Penganggur
Tingkat Pengangguran = Jumlah Penganggur x 100 Angkatan Kerja
Sedangkan persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja atau
yang biasa disebut tingkat partisipasi angkatan kerja ( labor-force participation rate)
dihitung dengan cara:
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Angkatan Kerja x 100 Populasi Dewasa
Banyak ekonom sekarang memperkirakan bahwa partisipasi tenaga kerja akan menurun
dalam beberapa dekade mendatang. Ini karena alasan populasi (demografis). Orang-orang
saat ini cenderung hidup lebih lama dan memiliki lebih sedikit anak daripada orang-orang
pada usia yang sama yang hidup pada generasi sebelumnya. Akibatnya, sebagian penduduk
semakin didominasi oleh kaum lanjut usia. Orang yang lebih tua lebih mungkin untuk
pensiun dan kurang aktif. Peningkatan jumlah kauni semacam itu dalam populasi
cenderung mengurangi partisipasi angkatan kerja dalam perekonomian.
Dengan kenyataan ini, tentu saja terjadi perubahan besar dalam dunia kerja. Sulit bagi
pembuat kebijakan untuk memutuskan ke arah mana negara akan pergi. Meningkatkan
kualitas pendidikan, memastikan tenaga kerja terampil dan terbentuk benih unggul yang
mereka butuhkan. Membuat peraturan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat dan
bangsa. Pastikan ketersediaan pekerjaan untuk orang-orang Anda sendiri. Membuat para
penganggur tertarik untuk meningkatkan kualitas dan mengikuti kompetisi untuk
mendapatkan pekerjaan. Menjembatani sektor bisnis kreatif untuk menikmati berkreasi.
Kami berharap ini akan mengurangi tingkat pengangguran dan membuat masyarakat lebih
sejahtera.
Jumlah tersebut dihitung berdasarkan usia, di mana yang meliputi usia dewasa ialah yang
berumur 15 tahun atau lebih. Pakar statistika membagi kelompok orang dewasa tersebut
menjadi tiga kategori, yaitu bekerja, tidak bekerja, dan tidak termasuk angkatan kerja.
Sebagai contoh, untuk menghitung nilai-nilai tersebut, mari gunakan data yang ada
pada diagram di atas. Pada tahun 2018 terdapat 124 juta jiwa yang bekerja dan tujuh juta jiwa
yang tidak bekerja. Oleh karena itu, nilai angkatan kerja adalah:
Karena jumlah populasi orang dewasa sebanyak 194 juta jiwa, maka tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah:
Dengan demikian, pada tahun 2018, dua pertiga dari seluruh populasi orang dewasa di
Indonesia berpartisipasi di pasar tenaga kerja dan 5,3 persen dari jumlah yang berpartisipasi
tersebut tidak bekerja.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan