Anda di halaman 1dari 13

DISKRIMINASI HARGA PADA PASAR MONOPOLI DAN PENGATURAN

MONOPOLI OLEH PEMERINTAH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu :
Dr. Retna Ngesti Sedyati, M.P.
Lisana Oktavisanti Mardiyana, S.Pd. M.Pd.

Disusun oleh kelompok 3


Kelas B :

Naufal Herlambang 200210301046


Novita Pungky Fardatul Komaria 200210301059
Elvira Tri Ainurrahma 200210301060
Zam Aditama 200210301068
Fatkhul Anjani Dwi Putri 200210301082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2


PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN.................................................................................................................. 3
B. JENIS – JENIS DISKRIMINASI HARGA.................................................................... 4
C. BAGAIMANA MONOPOLIS DISKRIMINASI HARGA MENCAPAI
KESEIMBANGAN .................................................................................................................. 9
D. PENGATURAN MONOPOLI OLEH PEMERINTAH ............................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13

2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan
dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena
alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua perbedaan harga
mencerminkan diskriminasi harga.

Diskriminasi harga seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Monopolis


menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan mereka untuk
meningkatkan keuntungan. Dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin bisa mendapatkan
pasar untuk para pembeli yang berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk pebeli yang
enggan. Dengan memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan harga
tinggi dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan
keuntungan serta kepuasan pelanggannya.

Tujuan utama pelaku usaha melakukan diskriminasi harga yaitu untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut

Diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar dibayar oleh
konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya kenyataan bahwa konsumen
sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka perusahaan akan berusaha merebut
surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan diskriminasi harga

Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga adalah sebagai berikut :

 Sikap pengguna
Pembeli tidak peduli dengan perbezaan harga barang tersebut kerana beberapa sebab
seperti layanan yang diterima lebih baik, jarak kedai dengan rumah yang lebih dekat, telah
biasa dengan kedai tersebut dan sebagainya.

 Pasaran hendaklah terpisah


Pasaran hendaklah dipisahkan supaya tidak berlaku perpindahan penjual dan pembeli
di antara dua pasaran. Contohnya penjual dari pasaran barang yang murah harganya
kepada pasaran barang yang mahal harganya dan sebaliknya.

3
 Barang tidak boleh dipindahkan.
Seseorang penjual yang membeli barang di pasar yang murah tidak boleh menjualnya
semula di pasar yang mahal harganya ( arbitrage). Ini kerana harga barang di pasar yang
murah tadi akan meningkat disebabkan kekurangan penawaran dan harga barang di pasar
yang mahal akan berkurangan disebabkan pertambahan penawaran Ini akan menyebabkan
amalan diskriminasi harga tidak berjaya.

 Keanjalan permintaan berbeza.


Keadaan pasaran mestilah dibezakan mengikut kebolehan untuk membayar atau
keanjalan permintaan yang berlainan. Ini bermakna penjual di pasar yang permintaannya
anjal boleh menjual dengan harga yang lebih rendah manakala penjual di pasar yang
permintaannya kurang anjal boleh menjual dengan harga yang lebih tinggi untuk
menambahkan jumlah hasil.

 Kos memisahkan pasaran tidak melebihi keuntungan.


Kos untuk memisahkan pasaran seperti kos pengangkutan, kos pengiklanan dan
sebagainya mestilah kurang daripada keuntungan yang diperolehi.

B. JENIS – JENIS DISKRIMINASI HARGA

1. Diskriminasi harga derajat 1


Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh: seorang
dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi
harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1


4
Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik
tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat P1,
P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q
rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen
menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk
tersebut, Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat
banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.

Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus


konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun
menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price discrimination
karena memperoleh surplus konsumen paling besar.

 Kasus Diskriminasi Harga Derajat I


Diskriminasi harga derajat I dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Walaupun harga
yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang dikeluarkan oleh produsen adalah sama.

Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat terbang.
Menurut hasil wawancara, memang pada prakteknya dokter tidak menerapkan beban biaya yang
sama kepada setiap pasien nya. Jika si dokter mengetahui bahwa tingkat ekonomi pasien lemah,
dokter bisa meminimalkan biaya bahkan bisa menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk
pasien yang mampu secara ekonomi dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter
untuk menangani setiap pasien sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi
pasien, dokter tidak menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.

Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga derajat I. Harga Tiket Pesawat
Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 5 Febuari 2013
pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 500.000,00.
Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat yang sama) harganya
menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hamper 150%. Dalam satu pesawat yang sama,
kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang

5
dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen sama. Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi
harga derajat I, ketika perbedaan harga dibedakan berdasarkan daya beli setiap konsumen.

2. Diskriminasi harga derajat 2


Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price konsumen. Contoh: perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1
bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya. Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan
kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik
tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah dan
harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada
harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli
barang eceran.

 Kasus Diskriminasi Harga Derajat II


Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda
pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price konsumen. Contoh: perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1
bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.

6
Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT.
Indofood sukses makmur, yang di jual di Carrefour Indonesia, pada bulan Januari 2013, sebagai
berikut :

Tabel 1. Perbandingan Harga Indomie Pada Pembelian Kardus Dan Eceran

Nama produk Harga per Harga satuan Harga Selisih


Kardus bila membeli satuan Harga
(Rp) 1 Kardus eceran (Rp)
(Rp) ( Rp )
Indomie Ayam bawang 51.500 1.287,5 1.400 112,5
Indomie Soto 51.500 1.287,5 1.400 112,5
Indomie Kari ayam 57.500 1.437,5 1.600 162,5
Indomie Goreng 56.500 1.412,5 1.600 187,5
Indomie Goreng 56.500 1.412,5 1.600 187,5
rendang
Keterangan :. 1 Kardus mie instan isi 40 pcs

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perbedaan harga pembelian eceran dan


pembelian banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5 sampai dengan
Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara eceran sebenarnya
menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen. Ketika membeli secara kardus, produsen
mendapatkan keuntungan pembelian 40 pcs secara langsung walaupun secara nominal lebih
sedikit dengan keuntungan pembelian 40 pcs secara eceran. Konsumen pun merasa diuntungkan
dengan harga yang lebih murah bila membeli banyak (kardus). Bagi konsumen yang tidak
memerlukan mie instan dalam jumlah banyak, pembelian secara eceran sangat menguntungkan
konsumen. Bagi produsen pun, penjualan secara eceran akan menambah keuntungan.

Kebijakan diskriminasi harga derajat II dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen


karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha
menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran.
Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per kardus, sehingga konsumen lebih baik membeli
barang langsung per kardus daripada membeli barang eceran.

3. Diskriminasi harga derajat 3


Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
7
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui
reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok
konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik
konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala di
pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan
kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3

Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 3.


Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang lebih
inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

 Kasus Diskriminasi Harga Derajat III


Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui
reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok
konsumen.

Contoh kasus dari diskriminasi harga derajat ketiga adalah perbedaan harga yang
ditawarkan di Restoran Solaria. Harga makanan yang ditetapkan Restoran Solaria di Margo City,
Depok dan di Bandara Soekarno Hatta berbeda Rp 5.000,00, sedangkan untuk harga minuman
berbeda Rp. 2.000,00. Perbedaan harga ini disebabkan karena menurut produsen, terjadi
perbedaan kemampuan atau daya beli antara dua lokasi tersebut. Produsen menganggap bahwa
bandara merupakan kawasan yang cukup elit, sehingga produsen menganggap bahwa konsumen
8
mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di
Margo City dan di Bandara Soekarno Hatta adalah sama. Tetapi karena daya belinya yang
berbeda, harga yang ditawarkan pun berbeda.

C. BAGAIMANA MONOPOLIS DISKRIMINASI HARGA MENCAPAI


KESEIMBANGAN

Monopolis akan mencapai keseimbangan apabila menjual barangnya di setiap pasaran


sehingga hasil Marjinal Revenue (MR) bagi setiap pasaran itu adalah sama dan monopolis
akan mendapat untung yang maksimum (MC=MR).
Tabel. 2 Tabel Hasil Penerimaan Monopolis

Qty Pasar A Pasar B

(UniT) H(RP) HP(RP) HS(RP) H(RP) HP(RP) HS(RP)

1 8 8 8 12 12 12

2 7,5 15 7 11 22 10

3 7,0 21 6 10 30 8

4 6,5 26 5 9 36 6

5 6,0 30 4 8 40 4

6 5,5 33 3 7 42 2

Dari tabel di atas, monopolis akan menjual 5 unit di pasar A dan 5 unit di pasar B kerana
HS pasar A = HS pasar B. Harga yang dikenakan di pasar A ialah Rp.6.00 dan di pasar B ialah
Rp.8.00.

9
Jumlah hasil yang diperoleh oleh monopolis di pasar A adalah Rp.30 (5 X Rp.6) dan di pasar B
adalah Rp.40 (5 X Rp.8). Andaikan jumlah biaya untuk mengeluarkan 10 unit barang tersebut
adalah Rp.45. Oleh itu keuntungan yang diperolehi adalah:

Keuntungan = Jumlah hasil – Jumlah Biaya

= (Rp.30 + Rp.40) – Rp.45

= Rp.25.

Jika monopolis tidak mengamalkan diskriminasi harga dan menjual 10 unit barang dengan harga
Rp.5, maka keuntungan yang diperolehi adalah:

Keuntungan = (10 X Rp.5 ) – Rp.45

= Rp.5

Oleh itu diskriminasi harga telah menambahkan keuntungan sebanyak Rp.20 ( Rp.25 – Rp.5)

Secara gambar juga dapat ditunjukkan bagaimana monopolis diskriminasi harga


mencapai keseimbangan.

Monopolis diskriminasi harga akan mencapai keseimbangan apabila HS di pasar A = HS dipasar


B. Kuantiti keseimbangan adalah OQ + OQ1 iaitu apabila HS = KS pada titik e. Harga barang di
pasar A ialah OPo dan di pasar B ialah OP1. Jika monopolis menjual di pasar A saja atau di pasar
B saja keuntungan adalah seperti kawasan yang diatsir (lebih kecil). Tetapi jika penjual
menjalankan diskriminasi harga maka keuntungannya seperti kawasan beratsir (lebih besar).

10
D. PENGATURAN MONOPOLI OLEH PEMERINTAH

Karena dalam monopoli kekuasaan pengusaha tunggal pada suatu pasar dapat menjadi amat
besar, maka biasanya pemerintah ikut campur tangan dalam sektor yang dikuasai oleh
monopolis tersebut untuk mencegah jangan sampai besarnya kekuasaan tersebuut
disalahgunakan. Ada beberapa cara bentuk campur tangan pemerintah tersebut, diantaranya:

 Pertama, pemerintah dapat membuat undang-undang yang melarang adanya monopoli


dan atau kolusi diantara para pengusaha yang mempunyai akibat yang sama dengan
monopoli.
 Mengimpor barang dari luar negeri untuk membatasi kekuatan monopoli
 Kedua, pemerintah dapat mengusahakan sendiri bidang usaha ini. Misalnya pos,
telepon, air, listrik dan sebagainya ditempatkan dalam perusahaan pemerintah, agar
kepentingan masyarakat banyak selalu diperhatikan.
 Ketiga, pemerintah dapat menerapkan pajak progresif atas dasar besar kecilnya pangsa
pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Seorang monopolist murni akan mendapat
beban tertinggi karena pangsa pasar yang dikuasainya adalah seratus persen.
 Keempat, yaitu dengan membatasi kebebasan para monopolis yaitu dengan penentuan
produksi dan penentuan harga. Untuk penentuan harga pemerintah dapat menentukan
harga tertinggi atau harga maksimum yang boleh ditetapkan oleh monopolis

11
Monopolist akan menetapkan harga sebesar PM dsan menjual outputnya sebanyak QM,
maka pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi sebesar P1(sama dengan biaya marjinal),
dan monopolist masih mendapat untung sebesar diatas normal. Dengan demikian harga menjadi
lebih rendah dan kuantitas menjadi lebih banyak, yaitu Q1. Konsumen pada keadaan demikian
akan mendapatkan kesejahteraan yang semakin besar dengan semakin besarnya surplus
konsumen dan semakin besarnya kebutuhan yang dapat dipenuhi karena persediaan barang di
pasar yang mampu di belinya semakin besar. Disamping itu, perluasan produksi akan
menyebabkan perluasan kesempatan kerja. Jika usaha ini dikuasai oleh pemerintah, pemerintah
mungkin akan menetapkan harga patokan setinggi P2 atau sama dengan biaya rata-rata. Pada
harga P2 harga menjadi lebih rendah sehingga akan menaikkan taraf kehidupan masyarakat.
Kesempatan kerja juga semakin meluas dengan semakin luasnya jumlah produksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai