MAKALAH
Dosen Pengampu :
Dr. Retna Ngesti Sedyati, M.P.
Lisana Oktavisanti Mardiyana, S.Pd. M.Pd.
1
DAFTAR ISI
2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan
dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena
alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua perbedaan harga
mencerminkan diskriminasi harga.
Tujuan utama pelaku usaha melakukan diskriminasi harga yaitu untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut
Diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar dibayar oleh
konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya kenyataan bahwa konsumen
sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka perusahaan akan berusaha merebut
surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan diskriminasi harga
Sikap pengguna
Pembeli tidak peduli dengan perbezaan harga barang tersebut kerana beberapa sebab
seperti layanan yang diterima lebih baik, jarak kedai dengan rumah yang lebih dekat, telah
biasa dengan kedai tersebut dan sebagainya.
3
Barang tidak boleh dipindahkan.
Seseorang penjual yang membeli barang di pasar yang murah tidak boleh menjualnya
semula di pasar yang mahal harganya ( arbitrage). Ini kerana harga barang di pasar yang
murah tadi akan meningkat disebabkan kekurangan penawaran dan harga barang di pasar
yang mahal akan berkurangan disebabkan pertambahan penawaran Ini akan menyebabkan
amalan diskriminasi harga tidak berjaya.
Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat terbang.
Menurut hasil wawancara, memang pada prakteknya dokter tidak menerapkan beban biaya yang
sama kepada setiap pasien nya. Jika si dokter mengetahui bahwa tingkat ekonomi pasien lemah,
dokter bisa meminimalkan biaya bahkan bisa menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk
pasien yang mampu secara ekonomi dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter
untuk menangani setiap pasien sama. Tetapi karena mempertimbangkan kemampuan ekonomi
pasien, dokter tidak menerapkan beban biaya yang sama kepada setiap pasiennya.
Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga derajat I. Harga Tiket Pesawat
Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal 5 Febuari 2013
pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp. 500.000,00.
Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat yang sama) harganya
menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hamper 150%. Dalam satu pesawat yang sama,
kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang
5
dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen sama. Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi
harga derajat I, ketika perbedaan harga dibedakan berdasarkan daya beli setiap konsumen.
Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik
tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah dan
harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada
harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli
barang eceran.
6
Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT.
Indofood sukses makmur, yang di jual di Carrefour Indonesia, pada bulan Januari 2013, sebagai
berikut :
Contoh kasus dari diskriminasi harga derajat ketiga adalah perbedaan harga yang
ditawarkan di Restoran Solaria. Harga makanan yang ditetapkan Restoran Solaria di Margo City,
Depok dan di Bandara Soekarno Hatta berbeda Rp 5.000,00, sedangkan untuk harga minuman
berbeda Rp. 2.000,00. Perbedaan harga ini disebabkan karena menurut produsen, terjadi
perbedaan kemampuan atau daya beli antara dua lokasi tersebut. Produsen menganggap bahwa
bandara merupakan kawasan yang cukup elit, sehingga produsen menganggap bahwa konsumen
8
mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di
Margo City dan di Bandara Soekarno Hatta adalah sama. Tetapi karena daya belinya yang
berbeda, harga yang ditawarkan pun berbeda.
1 8 8 8 12 12 12
2 7,5 15 7 11 22 10
3 7,0 21 6 10 30 8
4 6,5 26 5 9 36 6
5 6,0 30 4 8 40 4
6 5,5 33 3 7 42 2
Dari tabel di atas, monopolis akan menjual 5 unit di pasar A dan 5 unit di pasar B kerana
HS pasar A = HS pasar B. Harga yang dikenakan di pasar A ialah Rp.6.00 dan di pasar B ialah
Rp.8.00.
9
Jumlah hasil yang diperoleh oleh monopolis di pasar A adalah Rp.30 (5 X Rp.6) dan di pasar B
adalah Rp.40 (5 X Rp.8). Andaikan jumlah biaya untuk mengeluarkan 10 unit barang tersebut
adalah Rp.45. Oleh itu keuntungan yang diperolehi adalah:
= Rp.25.
Jika monopolis tidak mengamalkan diskriminasi harga dan menjual 10 unit barang dengan harga
Rp.5, maka keuntungan yang diperolehi adalah:
= Rp.5
Oleh itu diskriminasi harga telah menambahkan keuntungan sebanyak Rp.20 ( Rp.25 – Rp.5)
10
D. PENGATURAN MONOPOLI OLEH PEMERINTAH
Karena dalam monopoli kekuasaan pengusaha tunggal pada suatu pasar dapat menjadi amat
besar, maka biasanya pemerintah ikut campur tangan dalam sektor yang dikuasai oleh
monopolis tersebut untuk mencegah jangan sampai besarnya kekuasaan tersebuut
disalahgunakan. Ada beberapa cara bentuk campur tangan pemerintah tersebut, diantaranya:
11
Monopolist akan menetapkan harga sebesar PM dsan menjual outputnya sebanyak QM,
maka pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi sebesar P1(sama dengan biaya marjinal),
dan monopolist masih mendapat untung sebesar diatas normal. Dengan demikian harga menjadi
lebih rendah dan kuantitas menjadi lebih banyak, yaitu Q1. Konsumen pada keadaan demikian
akan mendapatkan kesejahteraan yang semakin besar dengan semakin besarnya surplus
konsumen dan semakin besarnya kebutuhan yang dapat dipenuhi karena persediaan barang di
pasar yang mampu di belinya semakin besar. Disamping itu, perluasan produksi akan
menyebabkan perluasan kesempatan kerja. Jika usaha ini dikuasai oleh pemerintah, pemerintah
mungkin akan menetapkan harga patokan setinggi P2 atau sama dengan biaya rata-rata. Pada
harga P2 harga menjadi lebih rendah sehingga akan menaikkan taraf kehidupan masyarakat.
Kesempatan kerja juga semakin meluas dengan semakin luasnya jumlah produksi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13