Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
Bab II Pembahasan................................................................................................5
3.1 Kesimpulan..................................................................................................19
Daftar Pustaka......................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan
sebuah produk atau jasa. Dalam kehidupan bisnis, harga merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi pemasaran suatu produk. Tinggi rendahnya harga selalu
menjadi perhatian utama para konsumen saat mereka mencari suatu produk. Sehingga
harga yang ditawarkan menjadi bahan pertimbangan khusus, sebelum mereka
memutuskan untuk membeli barang maupun menggunakan suatu jasa.
Selanjutnya dikemukakan oleh Nawawi dalam bauran pemasaran, harga merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemasaran suatu produk. Tinggi
rendahnya harga selalu menjadi perhatian utama para konsumen saat mereka mencari
suatu produk, sehingga harga yang ditawarkan menjadi bahan pertimbangan khusus,
sebelum mereka memutuskan untuk membeli barang maupun menggunakan suatu
jasa. Dari kebiasaan para konsumen, strategi penetapan harga sangat berpengaruh
terhadap penjualan maupun pemasaran produk yang ditawarkan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika harga barang dan jasa terlalu tinggi, banyak pelanggan akan menolak
membelinya. Perusahaan tidak hanya akan menyerahkan pangsa pasarnya kepada
para pesaingnya, namun juga akan menganggap dirinya tidak relevan lagi bagi
banyak pelanggan potensial. Dengan sedikitnya barang yang terjual, daya tarik pasar
menjadi hilang dan investor potensial maupun investor aktual kecewa dengan
ekspektasi keuntungan finansial dari perusahaan. Perusahaan pada akhirnya akan
menurunkan harga dalam upaya mendapatkan kembali perhatian pasar, meskipun
mungkin sudah terlambat. Sentimen konsumen dapat berubah menjadi negatif, yang
berpotensi menimbulkan tantangan hubungan masyarakat dan konsekuensi peraturan.
Ketika harga barang dan jasa terlalu rendah, perusahaan akan kehilangan
peluang penting untuk memperoleh keuntungan sebanding dengan nilai yang
diciptakannya bagi pelanggan. Meskipun harga sering kali ditetapkan rendah untuk
meningkatkan volume, perusahaan sering kali menyadari bahwa volumenya
sebenarnya tidak ada. Terlebih lagi, memasuki pasar dengan harga yang sangat
rendah akan menghasilkan ekspektasi harga yang salah untuk kategori produk
tersebut. Perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk pulih dari kesalahan tersebut
5
akan menghadapi tantangan berupa ekspektasi pelanggan terhadap produk yang
diberi harga rendah. Dalam skenario terburuk, biaya tidak dapat ditanggung dan
perusahaan menjadi bangkrut.
3. Elastisitas Permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan
pasar. Selain mempengaruhi penentuan harga, sifat permintaan pasar ini juga
mempengaruhi volume yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan
volume penjualan ini berbanding terbalik, artinya jika terjadi kenaikan harga maka
penjualan akan menurun dan sebaliknya.
· Inelastis
Jika permintaan itu bersifat inelastis, maka perubahan harga akan mengakibatkan
perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya.
6
· Elastis
Apabila permintaan itu bersifat elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan
terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar.
· Unitary Elasticity
Apabila permintaan itu bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan
menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama. Dengan
kata lain, penurunan harga sebesar 10% akan mengakibatkan naiknya volume
penjualan sebesar 10%.
4. Persaingan
Harga jual beberapa barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
Barang-barang dari hasil pertanian dijual dalam keadaan persaingan murni (pure
competition). Dalam persaingan ini penjual yang berjumlah banyak aktif
menghadapi pembeli yang berjumlah banyak pula. Sehingga dengan banyaknya
jumlah penjual dan pembeli menyulitkan penjual perorangan untuk menjual
dengan harga lebih tinggi. Macam persaingan yang lain :
· Oligopoli
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar, sehingga harga yang
ditetapkan dapat lebih tinggi daripada kalau dalam persaingan sempurna
· Monopo!i
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu, sehingga
penentuan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
- permintaan barang bersangkutan
- harga barang-barang substitusi/pengganti
7
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang
tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. sebaliknya, apabila suatu
tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun
biaya non operasi, akan rnenghasilkan keuntungan.
6. Tujuan Perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang akan
dicapai. Setiap perusahaan tidak selaiu mempunyai tujuan yang sama dengan
perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain :
* Laba maksimum
* Volume penjualan tertentu
* Penguasaan pasar
* Kembalinya modal yang tertanam dalain jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga.
Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk : penentuan
harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain
yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.
8
2. Tujuan Berorientasi pada Volume
Tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau biasa dikenal dengan istilah
volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai
target volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan penerbangan.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga.
Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan
citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra
nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa
harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya
baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi
konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka.
Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam
industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan
dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara
harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
9
dimungkinkan bagi suatu produk. Permintaan akan menurun drastis bila harga terlalu
tinggi. Biasanya terjadi hubungan yang terbalik antara harga dan jumlah permintaan,
sehingga kurva permintaan bersifat negatif atau slope menurun. Namun produk
tertentu yang dipandang bergengsi atau produk yang sulit dinilai kualitasnya secara
objektif, bisa menghasilkan kurva permintaan yang positif. Ada pula pelanggan yang
menggunakan harga sebagai indikator dari status atau kualitas produk tersebut,
sehingga terdorong untuk membeli lebih banyak pada saat harga meningkat.
3) Biaya dan Hubungannya dengan Volume Penjualan
Permintaan menentukan batas atas dari kisaran harga yang layak dan dapat
ditawarkan oleh perusahaan atas produknya, sedangkan biaya menentukan batas
bawahnya. Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Harga suatu produk haruslah
menutupi biaya untuk produksi dan pemasaran barang tersebut, paling tidak untuk
jangka panjang, sebagaimana halnya pendapatan yang layak diterima oleh
perusahaan atas investasi yang telah dilakukan dan resiko yang harus ditanggungnya.
Ada dua jenis biaya yang umumnya digunakan di perusahaan, yakni:
Biaya tetap (fixed costs) yang sifatnya tetap untuk jangka pendek, tanpa
dipengaruhi oleh volume produksi atau pendapatan dari penjualan. Tercakup di
dalamnya adalah bunga, sewa, gaji eksekutif, dan departemen fungsional (seperti
pembelian dan R & D) yang dibutuhkan untuk mendukung produk yang dihasilkan
oleh perusahaan. Karena biaya tetap secara keseluruhan tetap jumlahnya tanpa
tergantung pada volume, maka biaya tetap per unit produk akan menurun apabila
perusahaan memproduksi dan menjual lebih banyak produk tersebut dalam suatu
periode tertentu
Biaya variabel (variable costs) bervariasi secara keseluruhan terkait dengan
taraf produksi, namun biaya per unit tetap sama tanpa tergantung pada jumlah
produksi. Tercakup di dalamnya adalah biaya bahan baku, kemasan, dan tenaga
buruh yang diperlukan untuk memproduksi setiap unit produk.
Dalam hubungannya dengan volume penjualan, ada dua hal yang harus
diperhitungkan untuk penetapan harga, yakni skala ekonomis (economies of scale)
dan kurva belajar (learning/experience curve). Dalam jangka pendek, skala
ekonomis diperoleh dari penggunaan kapasitas yang ada secara maksimal, sedangkan
dalam jangka panjang perusahaan mendapatkannya dengan membangun fasilitas
yang lebih besar dan lebih efisien. Kurva belajar menghasilkan penurunan biaya
1
0
produksi dan biaya pemasaran per unit sejalan dengan semakin banyaknya
pengalaman yang diperoleh. Cara kerja yang lebih efisien dan akumulasi usaha
pemasaran telah dapat dirasakan hasilnya, yang terkait dengan daur hidup produk.
1
2
akomodasi, dan konsumsi. Metode ini memberikan manfat besar bagi pembeli dan
penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total, sedangkan penjual dapat menekan
biaya pemasarannya.
2. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan
aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang
ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung,
biaya overhead, dan laba. Metode penetapan harga berbasis biaya terdiri dari:
a. Standard Markup Pricing
Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan
persentase (markup) tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.
Persentase markup besarnya bervariasi tergantung pada jenis produk yang dijual.
Biasanya produk yang tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup yang lebih
kecil daripada produk yang tingkat perputarannya rendah.
b. Cost Plus Persentage of Cost Pricing
Merupakan penetapan harga yang ditentukan dengan jalan menambahkan persentase
tertentu terhadap biaya produksi atau kontruksi. Metode ini seringkali digunakan
untuk menentukan harga satu item atau hanya beberapa item. Misalnya suatu
perusahaan arsitektur menetapkan tarif sebesar 15% dari biaya konstruksi sebuah
rumah. Jadi, bila biaya konstruksi sebuah rumah senilai Rp 100 juta dan fee arsitek
sebesar 15% dari biaya konstruksi (Rp 15 juta), maka harga akhirnya sebesar Rp 115
juta.
c. Cost Plust Fixed Fee Pricing
Metode ini banyak diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya sangat teknikal,
seperti mobil, pesawat, atau satelit. Dalam strategi ini, pemasok atau produsen akan
mendapat ganti atas semua biaya yang dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi
produsen atau pemasok tersebut hanya memperoleh fee tertentu sebagai laba yang
besarnya tergantung pada biaya final proyek tersebut yang disepakati bersama.
3. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam mpenetapan
harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volumelaba spesifik atau
dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi. Metode
penetapan harga berbasis laba ini terdiri dari target profit pricing, target return on
sales pricing, dan target return on investment pricing.
1
3
4. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga juga dapat
ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode
penetapan harga berbasis persaingan terdiri dari customary pricing; above, at, or
below market pricing; loss leader pricing; dan sealed bid pricing.
1
4
2. Maksimalisasi laba jangka pendek
Kebanyakan perusahaan menentukan tingkat harga yang
nantinya akan menghasilkan keuntungan setinggi mungkin. Mereka
memperkirakan bahwa permintaan dan biaya ada hubungannya
dengan tingkat harga, dan kemudian memutuskan satu tingkat harga
tertentu yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan maksimal,
arus kas sebanyak mungkin dan tingkat ROI setinggi-tingginya.
3. Memaksimumkan pendapatan jangka pendek
Apabila fungsi biaya sulit diperkirakan karena adanya biaya-
biaya gabungan dan biaya tidak langsung, maka tujuan
memaksimumkan pendapatan hanya memerlukan perkiraan fungsi
permintaan saja. Banyak manajer yakin bahwa memaksimumkn
pendapatan jangka pendek pada gilirannya akan memaksimumkan
laba dan pertumbuhan pangsa pasar.
3. Pertumbuhan penjualan maksimum
Beberapa perusahaan lainnya berupaya meraih pertumbuhan
penjualan sebesar- besarnya. Mereka yakin bahwa dengan
meningkatnya volume penjualan akan menurunkan biaya per unit dan
pada gilirannya akan menghasilkan laba setinggi-tingginya dalam
jangka pendek.
4. Menyaring pasar secara maksimum
Banyak perusahaan lebih suka menetapkan harga yang tinggi
untuk "menyaring" pasar. Penyaringan pasar merupakan sasaran yang
masuk akal dalam kondisi-kondisi berikut: (1) pembeli dalam jumlah
cukup besar mempunyai permintaan jangka pendek yang tinggi, (2)
biaya produksi per unit dalam memproduksi dalam jumlah kecil tidak
begitu jauh lebih tinggi sampai harga yang mungkin ditetapkan berada
di luar jangkauan semua segmen pasar, (3) tingginya harga awal
mengurangi kemungkinan munculnya banyak pesaing, (4) tingginya
harga mendukung citra produk sebagai sebuah produk unggul.
Terdapat sejumlah metode penetapan harga yang dapat digunakan oleh
perusahaan diantaranya adalah (Rismiati dan Suratno, 2001):
1. Metode cost plus pricing
Pada metode ini, produsen/ penjual akan menetapkan harga
1
5
jual untuk satu unit barang dari biaya produksi satu unit barang
ditambahkan suatu jumlah tertentu untuk menutup laba yang
diinginkan. Laba yang diinginkan dalam konsep ini disebut margin.
HARGA JUAL = BIAYA TOTAL + MARGIN
2. Metode harga mark up (mark up pricing method)
Penetapan harga dengan metode ini sebenarnya hampir sama
dengan metode cost plus pricing, perbedaannya metode ini lebih
cocok digunakan untuk para pedagang atau penjual, sedangkan
metode cost plus pricing cocok digunakan untuk produsen.
Berdasarkan metode ini, penjual atau pedagang menentukan harga
jualnya dengan cara menambahkan harga beli produk dengan
sejumlah mark up.
HARGA JUAL = HARGA BELI + MARK UP. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa mark up merupakan kelebihan harga jual di
atas harga belinya. Dalam menentukan besarnya mark up tersebut,
perlu diperhitungkan biaya-biaya lain seperti biaya penjualan, biaya
penelitian dan lain sebagainya karena biaya-biaya tersebut masuk
dalam mark up.
3. Metode harga break even (break even pricing)
Penetapan dengan metode ini artinya harga jual produk adalah
sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan untuk membuat
produk. Suatu keadaan dikatakan break even jika penghasilan yang
diterima adalah sama dengan total biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan metode ini, perusahaan dikatakan memperoleh laba jika
jumlah penjualannya bisa melebihi di atas titik break even.
4. Penetapan harga dalam hubungannya dengan pasar
Atas dasar metode ini, harga ditetapkan tidak berdasarkan
biaya produksi tetapi justru harga yang menentukan biaya bagi
perusahaan. Harga atas suatu produk ditentukan berdasarkan harga
produk sejenis dari para pesaing di pasar. Perusahaan dapat
menetapkan harga sama dengan perusahaan pesaingnya, lebih rendah
atau mungkin lebih tinggi dari perusahaan pesaingnya. Setelah harga
ditetapkan, perusahaan mulai memikirkan bagaimana harus membuat
produk dengan batasan harga jual yang telah ditetapkan. Dengan
1
6
demikian bagaimana kualifikasi produk ditentukan berdasarkan
kualitas produk pesaingnya dan berapa biaya produksinya ditentukan
berdasarkan kualifikasi produk tersebut yang diinginkan.
Berkaitan dengan harga jual kecap, perusahaan perlu menetapkan harga jual produknya
secara adil dalam arti perusahaan tidak dirugikan namun di sisi lain konsumen memperoleh
kepuasan atas produk yang dibeli sesuai dengan harga yang mereka bayar untuk
mendapatkan produk tersebut. Hal ini mengingat bahwa salah satu pertimbangan konsumen
dalam membeli suatu produk adalah faktor harga.
Dalam menetapkan harga jual, Perusahaan Kecap Blekok Cilacap mempertimbangkan faktor
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi kecap tersebut. Adapun
metode penetapan harga yang digunakan oleh Perusahaan Kecap Blekok Cilacap adalah
metode cost plus pricing method. Pada metode ini, Perusahaan Kecap Blekok Cilacap akan
menetapkan harga jual untuk satu unit produk kecap dari biaya produksi per unit produk
ditambah prosentase tertentu dari biaya produksinya. Penetapan harga dengan cara cost plus
pricing dipilih oleh Perusahaan Kecap Blekok Cilacap dengan pertimbangan bahwa
perusahaan lebih mengetahui dengan pasti mengenai biaya produksi daripada permintaan.
Dengan mengaitkan harga pada biaya produksi, Perusahaan Kecap Blekok Cilacap
menyederhanakan proses penetapan harga jual mereka sendiri, karena tidak perlu sering
mengadakan penyesuaian terhadap perubahan permintaan. Adapun harga jual produk Kecap
Blekok Cilacap per saat penelitian ini dilakukan adalah: Kecap Blekok botol besar ukuran
600 ml Rp 11.000/botol, Kecap Blekok botol kecil ukuran 275 ml Rp 5.600/botol.
Dalam menetapkan besarnya harga jual produk, Perusahaan Kecap Blekok Cilacap tidak
mengacu atau tidak terpengaruh pada harga jual yang ditetapkan pesaing karena perusahaan
lebih berfokus pada bagaimana menghasilkan kecap yang berkualitas tinggi guna
memuaskan keinginan konsumen. Perusahaan berkeyakinan bahwa jika perusahaan mampu
menghasilkan produk kecap berkualitas tinggi maka konsumen tentu tidak akan berkeberatan
membayar harga yang ditetapkan oleh perusahaan untuk mendapatkan produk kecap
tersebut. Jika dikaitkan dengan manfaat yang diterima konsumen, menurut perusahaan
bahwa harga yang ditetapkan sudah sebanding dengan manfaat yang diterima konsumen. Hal
ini ditunjukkan dengan mayoritas masyarakat Cilacap yang menyukai kecap Blekok, meski
1
7
di pasaran juga beredar kecap merek lainnya.
Masih berkaitan dengan penetapan harga jual, Perusahaan Kecap Blekok Cilacap juga
memberlakukan diskriminasi harga jual kepada konsumen. Adapun bentuk diskriminasi
harga yang dilakukan adalah jika konsumen membeli kecap Blekok hingga satu dosin maka
harga jual yang diberlakukan adalah harga dosin, namun jika konsumen membeli kecap
Blekok kurang dari satu dosin maka harga jual yang diberlakukan adalah harga eceran per
botol. Bentuk diskriminasi harga jual lainnya adalah, jika konsumen membeli kecap Blekok
dengan menyertakan botol kosong (hanya membeli isi ulangnya saja) maka botol yang
dibawa konsumen akan dihargai Rp 400 – Rp 500 / botol. Dengan demikian harga jual kecap
yang diberikan perusahaan kepada konsumen sudah dipotong harga botol kosong tersebut.
menurut informasi dari pimpinan perusahaan bahwa rata-rata pendapatan bersih yang dapat
dicapai oleh Perusahaan Kecap Blekok Cilacap adalah sebesar Rp 58.200.000 per bulan atau
Rp 1.940.000 per hari. Besarnya pendapatan bersih tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Penjualan :
- Penjuaalan per hari 25 dozin x @Rp 108.000 / dozin = Rp 2.700.000
Biaya :
- BBM Solar per hari = Rp 30.000
- Gaji 5 orang karyawan per hari = Rp 261.000
- Uang makan 5 orang karyawan per hari = Rp 35.000
- Alokasi dana untuk pembelian kedelai per hari = Rp 434.000 +
Total biaya per hari = Rp 760.000
Pendapatan bersih per hari (penjualan-biaya) = Rp 1.940.000
Pendapatan bersih per bulan (Rp 1.940.000 x 30 hari) = Rp 58.200.000
1
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1
9
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, Harper W., Jr. & Orville C. Walker, Jr. 1992. Marketing Management: A Strategic Approach.
Illinois: Richard D. Irwin, Inc.
J.Smith, Tim. 2012. Pricing Strategy : Setting Price Levels, Managing Price Discount, 8
Estabilishing Price Structures. Nelson Education: USA South Western Cengage
Learning
Wijaya, H., & Sirine, H. (2016). Strategi segmenting, targeting, positioning serta strategi
harga pada perusahaan Kecap Blekok di Cilacap. Asian Journal of Innovation and
Entrepreneurship (AJIE), 1(03), 175-190.
2
0