Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EKONOMI MIKRO

“KEBIJAKSANAAN PENETAPAN HARGA OLEH PEMERINTAH”

DOSEN PENGAMPU :
MAHDAR ERNITA,S.Pd,M.Ed

KELOMPOK 7:
1. YOLA FITRIANA
NIM: 12010620041
2. ASLAMAH NUR TSABITA
NIM: 12010622948

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN EKONOMI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa kita ucapkan,
karena atas karunia-Nya yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan apa yang telah diinginkan.
Tidak lupa shalawat serta salam kita sambutkan kepada Rasulullah SAW yang
syafaatnya kita nantikan kelak.
Adapun penulisan makalah yang berjudul “Kebijaksanaan Penetapan Harga Oleh
Pemerintah” ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro dan
juga ingin lebih memperdalam kajian ilmu Ekonomi Mikro dalam pembahasan
Kebijaksanaan Penetapan Harga Oleh Pemerintah.
Maka dengan hal itu berhasilnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan yang diberikan kepada penulis sehingga kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Ibu Mahdar Ernita,S.Pd,M.Ed selaku dosen pengampu kami.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah ini.
Dengan demikian penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat kepada kita
semua dan dapat memberikan pengetahuan yang banyak dalam memahami materi
yang kami bahas.Penulis pun menyadari bergitu banyak kekurangan dari makalah
ini. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan. Kami
akan menerima kritik dan saran pembaca agar kedepannya kami dapat
mengerjakan makalah lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Pekanbaru, 27 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................3
1.3

Tujuan ..........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Harga .........................................................................4
2.2 Peran dan Fungsi Pemerintah dalam Bidang
Ekonomi ............5
2.3 Kebijaksanaan Penetapan Harga Eceran
Terendah ................6
2.4 Kebijaksanaan Penetapan Harga Eceran
Tertinggi .................9
2.5 Kebijaksanaan
Kuota ................................................................12
2.6 Kebijaksanan Pajak ..................................................................14
2.7 Kebijaksanaan
Subsidi ..............................................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Keimpulan ..................................................................................17
3.2 Saran ...........................................................................................20

ii
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Harga dari suatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan barang
lain. Sebagaimana telah kita ketahui salah satu tugas pokok ekonomi itu
adalah menjelaskan mengapa barang-barang mempunyai harga dan mengapa
ada barang-barang yang mahal dan ada yang murah harganya.

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran
suatu produk. Harga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menilai suatu barang yang di tawarkan. Harga adalah jumlah uang (ditambah
beberapa produk apabila memungkinkan) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya harga adalah
sesuatu yang harus diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keunggulan
yang ditawarkan oleh bauran pemasaran perusahaan.

Penetapan harga merupakan salah satu keputusan terpenting dalam


pemasaran. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
mendatangkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan
ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan
timbulnya biaya (pengeluaran). Di samping itu, harga merupakan unsur
bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.

Harga dapat dinyatakan dalam berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa,
bunga premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya. Dari
sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh
hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini
sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.

1
Pengorbanan tersebut biasanya mencakup uang yang harus dibayarkan
kepada pemasar agar bisa mendapatkan produk, serta pengorbanan lainnya,
baik dalam bentuk non moneter (seperti nilai waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan produk atau jasa) maupun moneter (seperti biaya transportasi,
pajak, biaya pengiriman, dam seterusnya).

Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain


itu, secara tidak langsung, harga juga mempengaruhi biaya karena kuantitas
yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya
dengan efisiensi produksi. Oleh karena penetapan harga memegang peranan
penting dalam setiap perusahaan. Sementara itu, dari sudut pandang
konsumen, harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga
tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau
jasa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila
manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat
pula. Demikian pula sebaliknya, pada tingkat harga tertentu, nilai suatu
barang atau jasa akan meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang
dirasakan.

Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah),


memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai
stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Di antara fungsi stabilitasi ini adalah untuk
mencegah kegagalan pasar (market failure), yang dapat berefek tergerusnya
pemenuhan kebutuhan rakyat.

Bentuk intervensi pemerintah dalam ekonomi mikro adalah kontrol harga.


Tujuan kontrol harga adalah untuk melindungi konsumen atau produsen.

2
Bentuk kontrol harga yang paling umum digunakan adalah penetapan harga
dasar (floor price) dan harga maksimum (ceiling price).
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu harga?


2. Bagaimana peran dan fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi
3. Bagaimana kebijaksanaan penetapan harga eceran terendah?
4. Bagaimana kebijaksanaan penetapan harga eceran tertinggi?
5. Bagaimana kebijaksanaan kuota?
6. Bagaimana kebijaksanaan pajak?
7. Bagaimana kebijaksanaan subsidi?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui apa itu harga.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi pemerintah dalam bidang
ekonomi.
3. Untuk mengetahui kebijaksanaan penetapan harga eceran terendah.
4. Untuk mengetahui kebijaksanaan penetapan harga eceran tertinggi.
5. Untuk mengetahui kebijaksanaan kuota.
6. Untuk mengetahui kebijaksanaan pajak.
7. Untuk mengetahui kebijaksaan subsidi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Harga

1. Pengertian Harga
Definisi harga menurut para ilmuwan yaitu sejumlah uang yang di
bebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk atau jasa tersebut.

Harga adalah jumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk


mendapatkan produk tersebut. Sedangkan menurut Marius, harga adalah
jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang yang dibutuhkan
untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan playanan yang
menyertainya.

2. Peranan Harga
Secara garis besar, peranan harga dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Harga yang dipilih berpengaruh langsung terhadap tingkat permintaan
dan menentukan tingkat aktifitas. Harga yang terlampau mahal atau
sebaliknya terlalu murah berpotensi menghambat pengembangan
produk. Oleh karena itu, pengukuran sensitivitas harga amat penting
dilakukan.
b. Harga jual secara langsung menentukan profitabilitas operasi.
c. Strategi penetapan harga harus selaras dengan komponen bauran
pemasaran lainnya. Harga harus dapat menutup biaya pengembangan,
promosi, dan distribusi produk.
d. Berkurangnya daya beli di sejumlah kawasan dunia berdampak pada
semakin tingginya sensivitas harga, yang pada gilirannya memperkuat

4
peranan harga sebagai instrumen pendorong penjualan dan pangsa
pasar.
2.2 Peran dan Fungsi Pemerintah dalam Bidang Ekonomi

Peran pemerintah dan mekanisme pasar (interaksi permintaan dan penawaran


pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer (bukan substitusi) dengan
pelaku ekonomi lainnya. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi
(rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi penting dalam perekonomian
yaitu sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi.
1. Fungsi Stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan
ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan, dan keamanan.
2. Fungsi Alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan
jasa publik seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan
fasilitas penerangan, dan telepon.
3. Fungsi Distribusi, yakni fungsi pemerintah dalam pemerataan atau
distribusi pendapatan masyarakat.

Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai


berikut:
1. Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat
intervensi pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Intervensi pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi
dari kegagalan pasar (market failure).
2. Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang
dibuat pemerintah. Aturan ini memberikan landasan bagi penerapan aturan
main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi yang
melanggarnya. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena
mekanisme pasar saja tidak dapat menyelesaikan semua persoalan
ekonomi. Untuk menjadi efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi,
peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian
sebagai pengendali mekanisme pasar.

5
6
2.3 Kebijaksanaan Penetapan Harga Eceran Terendah

Kebijaksanaan penetapan harga eceran terendah bisa juga disebut dengan


Price Floor atau harga dasar. Price Floor merupakan suatu kebijakan
pemerintah dalam perekonomian untuk mempengaruhi bekerjanya
mekanisme pasar yang bertujuan untuk mengendalikan keseimbangan
(ekuilibrium) pasar.

Price Floor atau harga dasar adalah harga eceran terendah yang ditetapkan
oleh pemerintah terhadap suatu barang yang disebabkan oleh melimpahnya
penawaran barang tersebut di pasar. Price Floor efektif melindungi produsen
dari penurunan harga barang yang tak terhingga.

Penetapan harga dasar ini bertujuan untuk melindungi produsen, karena


dirasakan harga pasar produk yang dihasilkan dianggap terlalu rendah
sehingga pendapatan para produsen terancam. Untuk melindungi para
produsen maka pemerintah dapat campur tangan dengan menetapkan harga
minimum atau Harga Eceran Terendah. Harga minimum ini lebih tinggi

7
daripada harga keseimbangan yang berlaku di pasar dan disebut Harga Dasar
( Floor Price ). Pada kondisi ini tingkat  penawaran barang lebih tinggi dari
permintaan (surplus).

Penawaran yang lebih tinggi akan mengurangi tingkat permintaan barang.


Sehingga menurunnya jumlah permintaan mengakibatkan harga barang terus
merosot sampai dibawah harga keseimbangan. Bila hal tersebut terus
dibiarkan maka produsen akan merugi. Oleh sebab itu pemerintah
menetapkan harga dasar, untuk mencegah harga pasar terus merosot tajam.
Mekanisme kebijakan pemerintah lainnya adalah dengan cara membeli
surplus produksi atau kelebihan penawaran tersebut. Kelebihan penawaran
juga bisa diekspor ke luar negeri untuk mengurangi kerugian.

Perhatikan gambar di atas. Harga keseimbangan hanya mencapai Rp 200.


Harga ini dianggap terlalu rendah. Maka pemerintah menetapkan harga
terendah Rp 300. Dengan demikian, pendapatan para produsen tidak terlalu
minim. Tetapi, pada harga Rp 300 ini ternyata timbul suatu surplus, karena
Qs > Qd. Terhadap adanya surplus, mungkin pemerintah akan membelinya
untuk disimpan sebagai stock atau untuk dijual ke luar negeri. Hanya dengan
jalan demikian penawaran tidak berkurang.

8
Penetapan Harga Terendah (Floor Price)

Harga minimum atau harga terendah merupakan batas seberapa rendah harga
dapat dikenakan pada suatu produk melalui kesepakatan bersama atau
ketentuan pemerintah. Penetapan harga minimum atau harga dasar yang
dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi produsen, terutama
untuk produk dasar pertanian.

Ilmu ekonomi umum menjelaskan bahwa kebijakan harga dasar merupakan


instrumen yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk menjamin harga
minimum suatu komoditas ditingkat produsen. Kebijakan ini umumnya
diterapkan pada komoditas pertanian yang mempunyai pola panen fluktuatif,
dan biasanya efektif melindungi petani dari harga yang merosot tajam pada
saat panen raya.

Kebijakan harga dasar dapat digunakan pada saat ditemukan kapasitas


produksi di pasar terlalu sedikit sehingga kuantitas barang beredar di pasar
lebih rendah dari permintaan pasar, hal ini dikarenakan terlalu rendah nya
harga jual yang ada di pasar, sehingga selisih harga produksi dengan harga
jual pasar terlalu kecil. Hal ini menyebabkan produsen takut untuk
memperbanyak kapasitas produksi dikarenakan harga jual yang rendah dan
supplier cenderung menyimpan barang mereka menunggu harga pasar pulih
kembali. Oleh karena itu dalam situasi seperti ini pemerintah biasanya
menetapkan harga dasar. Harga dasar yang ditetapkan akan berada di atas
harga equilibrium (keseimbangan) pasar. Konsumen akan diberatkan pada
naiknya harga suatu produk yang dikenakan harga dasar tersebut sehingga
mereka harus membayar lebih mahal. Sebaliknya, dari sisi produsen atau pun
supplier, mereka akan mendapatkan jaminan atas harga yang lebih tinggi dari
sebelumnya, sehingga ada keamanan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

9
Misalnya harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal
ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak yang membeli produk tersebut
diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Tengkulak adalah orang/pihak
yang membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga yang
mahal. Jika pada harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan
membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian
didistribusikan ke pasar.

2.4 Kebijaksanaan Penetapan Harga Eceran Tertinggi

Kebijaksanaan penetapan harga eceran tertinggi bisa juga disebut dengan


Ceiling Price atau harga tertinggi. Ceiling Price atau harga tertinggi adalah
harga maksimum yang ditetapkan berkenaan dengan menurunnya penawaran
barang di pasar. Ceiling Price efektif dalam melindungi konsumen dari
gejolak harga yang tak terhingga.

Harga maksimum terdapat di bawah harga keseimbangan. Dengan


menurunnya harga jual, maka permintaan akan meningkat (hukum
permintaan).  Kondisi ini mendorong permintaan terus bertambah, sehingga
jumlah barang yang diminta lebih tinggi dari barang yang ditawarkan
(shortage). Hal tersebut yang akhirnya mengakibatkan kelangkaan barang .
Kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui “Operasi Pasar” yang
dilakukan pada waktu tertentu. Pemerintah terus memantau jumlah
penawaran, permintaan dan harga keseimbangan. Bila sudah sampai titik
shortage, maka pemerintah akan menambah jumlah penawaran barang di
pasar, contohnya dengan cara pemberian subsidi, mengimpor barang,
mengurangi pajak, dan lain sebagainya.

10
Penetapan harga maksimum merupakan batas tertinggi harga penjualan yang
harus dipatuhi oleh produsen. Kebijakan penetapan harga maksimum ini
bertujuan untuk melindungi konsumen, agar konsumen dapat menikmati
harga yang tidak terlalu tinggi. Jika harga suatu barang dianggap terlalu tinggi
sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh masyarakat, maka pemerintah dapat
menetapkan harga maksimum atau biasa disebut Harga Eceran Tertinggi
(HET) atau ceiling price. Maksud HET adalah bahwa suatu barang tidak
boleh dijual dengan harga lebih tinggi daripada yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

Jika HET ditetapkan sama dengan atau lebih tinggi daripada harga
keseimbangan sebagaimana ditentukan oleh supply dan demand di pasaran,
maka penetapan harga ini tidak banyak pengaruhnya, dan hanya sekedar
untuk mencegah para penjual menaikkan harga lebih daripada batas yang
ditetapkan itu. Tetapi bila HET itu lebih rendah daripada harga
keseimbangan, akan timbul berbagai persoalan.

Perhatikan gambar di atas. Harga keseimbangan antara supply dan demand


adalah Rp 3000. Harga ini dipandang terlalu tinggi. Maka pemerintah

11
menetapkan HET sebanyak Rp 2.000, agar barang dapat dibeli oleh
masyarakat. Tetapi pada harga Rp 2.000 ini Qd > Qs. Jumlah yang mau dibeli
30, sedangkan jumlah yang mau dijual pada harga itu hanya 15. Jadi ada
kekurangan. Kekurangan ini dapat menimbulkan pasar gelap sebab untuk
memperoleh jumlah sebanyak 15 tersebut para pembeli bersedia membayar
sampai Rp 3.500.

Seandainya jumlah 15 ini dijual di pasar bebas, maka akan bisa mencapai
harga Rp 3.500. Tetapi HET yang ditetapkan oleh pemerintah hanya Rp
2.000. Inilah yang menimbulkan pasar gelap, barang dijual secara gelap
dengan harga di atas HET yang ditetapkan oleh pemerintah. Cara ini hanya
menguntungkan pedagang, sedangkan masyarakat yang membutuhkan barang
tidak kebagian. Persoalan yang timbul bila HET ditetapkan lebih rendah
daripada harga keseimbangan pasar adalah bahwa pada harga HET itu jumlah
yang mau dibeli lebih besar daripada jumlah yang mau dijual ( Qd > Qs )
sehingga timbul kekurangan suplai.

Penetapan Harga Tertinggi (Ceiling Price)


Harga tertinggi atau harga maksimum merupakan perubahan tertinggi yang
diperbolehkan terhadap suatu harga barang yang telah ditetapkan dalam suatu
kontrak dalam suatu masa perdagangan sesuai dengan aturan perdagangan
yang ada. Harga pasar yang terkena harga maksimum tidak diperbolehkan
untuk menaikkan harga di atas harga maksimum yang telah ditetapkan.

Kebijakan harga maksimum biasanya diberlakukan pada saat harga pasar


yang ada tidak mengalami kenaikan yang cenderung berarti dalam kurun
waktu yang singkat, sedangkan suatu permintaan pasar terhadap produk
meningkat. Hal ini akan memicu produsen atau supplier untuk menaikkan
harga. Dalam situasi seperti ini kebijakan harga maksimum perlu
diberlakukan untuk menjaga stabilitas harga pasar supaya kenaikan harga

12
yang ditetapkan oleh produsen tidak terlalu tinggi dan tidak membebani
produsen.

Dalam menentukan harga komoditi berdasarkan kepentingan konsumen ada


tiga hal yang perlu menjadi pertimbangan, yaitu andil inflasi, koefisien variasi
harga di tingkat konsumen, pangsa pengeluaran rumah tangga. Andil inflasi
dan pangsa pengeluaran rumah tangga sebagai kombinasi yang sangat
eksplisit sebagai faktor untuk menggambarkan tingkat daya beli masyarakat.
Semakin tinggi hasil perkalian nilai kedua variabel tersebut, maka urgensi
komoditi tersebut bagi kepentingan masyarakat juga semakin besar.
Sedangkan koefisien variasi harga di tingkat konsumen sebagai indikator
untuk menunjukan apakah pemerintah perlu intervensi dalam menstabilkan
harga komoditi tertentu.

Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang


dilakukan pemerintah bertujuan untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET
dilakukan oleh pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu tinggi diluar
batas daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak diperbolehkan
menetapkan harga diatas harga maksimum tersebut.

Misalnya penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga obat-


obatan diapotek, harga BBM, dan tarif angkutan atau transportasi seperti tiket
bus kota, tarif kereta api dan tarif taksi per kilometer. Seperti halnya
penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga mendorong
terjadinya pasar gelap.

2.5 Kebijaksanaan Kuota

Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang


masuk dari luar negeri. Pemerintah memberlakukannya untuk melindungi

13
industri dalam negeri yang rentan terhadap tekanan produk impor. Akibat dari
kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi :
 Jumlah barang di pasar turun
 Harga barang naik
 Produksi dalam negeri meningkat
 Impor barang menurun

Larangan ekspor-impor dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-


produk asing ke dalam pasar domestik. Hal ini dilakukan karena alasan
politik dan ekonomi. Untuk alasan ekonomi, pelarangan impor bertujuan
untuk melindungi dan meningkatkan produksi dalam negeri.

Pemerintah berusaha untuk melindungi industri dalam negeri dengan


membatasi kuantitas impor. Produsen di negara mitra mungkin menerapkan
praktik perdagangan yang tidak adil.

Produk impor yang lebih murah mungkin karena biaya produksi yang lebih
rendah. Tapi, produsen asing mungkin juga sengaja melakukan dumping.
Mereka menjual ke pasar luar negeri dengan harga lebih rendah daripada
yang dijual di pasar domestik mereka. Dumping merugikan pasar domestik.
Tingginya impor meningkatkan tekanan terhadap produsen domestik dan
membuat mereka kurang kompetitif.

Sebagai akibatnya, produk impor mulai menggeser posisi produk domestik.


Konsumen domestik mulai beralih dari produk domestik untuk mendapatkan
harga yang lebih murah. Produk impor kemudian menangkap penjualan yang
lebih besar dan menyisakan sedikit pangsa bagi produsen domestik. Dalam
jangka panjang, kondisi kemungkinan besar mematikan produsen domestik.

14
Untuk mencegahnya, pemerintah dapat menerapkan hambatan perdagangan.
Salah satu opsinya adalah dengan menerapkan kuota impor. Kuota membatasi
kuantitas impor yang diizinkan masuk ke teritori domestik. Karena kuantitas
impor lebih sedikit, tekanan kompetitif mereda. Tapi, itu memunculkan
permasalahan lain, yakni kekurangan pasokan (shortage).

Selain melindungi industri dalam negeri, tujuan lain dari kuota impor adalah
untuk menghemat cadangan devisa dan mengurangi tekanan pada neraca
pembayaran. Tingginya impor menekan neraca perdagangan. Itu dapat
menghasilkan defisit jika ekspor tidak tumbuh pada tingkat yang setara.
Defisit berarti mata uang yang masuk lebih kecil (hasil dari ekspor) daripada
yang keluar (untuk membayar impor). Itu pada akhirnya menguras cadangan
mata uang asing demi membayar impor. 

2.6 Kebijaksanan Pajak

Pajak berfungsi sebagai budgeter yakni sebagai penerimaan negara untuk


membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Kebijakan penetapan pajak
dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang berbeda-beda
untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam
negeri, pemerintah dapat meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang
impor. Hal tersebut menyebabkan konsumen membeli produk dalam negeri
yang harganya relatif lebih murah.

Pengaruh pajak terhadap pembentukan harga adalah sebagai berikut:


1. Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga jual
barang tersebut naik.
2. Sebab setelah dikenakan pajak, produsen akan berusaha mengalihkan
sebagian beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan

15
menawarkan harga jual yang lebih tinggi, artinya harga penawaran
bertambah.
3. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar menjadi lebih tinggi
dan jumlah keseimbangan lebih rendah.

2.7 Kebijaksanaan Subsidi

Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi


sebagian biaya produksi per-unit barang produksi dalam negeri. Pemerintah
dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam pembentukan harga
pasar yaitu melalui pemberian subsidi. Sehingga produsen dalam negeri bisa
memasarkan barangnya lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor.
Subsidi yang diberikan pemerintah biasanya dapat berupa tenaga ahli, mesin-
mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak, dll.

Subsidi biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan


penghasil barang kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan
yang baru berkembang untuk menekan biaya produksi supaya mampu
bersaing terhadap produkproduk impor. Kebijakan ini ditempuh pemerintah
dalam upaya pengendalian harga untuk melindungi produsen maupun
konsumen sekaligus untuk menekan laju inflasi.

Pengaruh subsidi terhadap harga pasar adalah sebagai berikut:


1. Subsidi yang diberikan atas produksi suatu barang menyebabkan harga
jual barang tersebut turun, karena biaya produksi menjadi lebih rendah.
2. Subsidi dapat dinikmati oleh produsen dan konsumen, sebab dengan biaya
produksi lebih rendah maka harga beli konsumen juga lebih murah, artinya
harga penawaran berkurang.

16
3. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar menjadi lebih rendah
dan jumlah keseimbangan lebih tinggi.

Fungsi subsidi adalah melakukan koreksi terhadap ketidaksempurnaan pasar


atau market imperfections. Di Indonesia kebijakan subsidi merupakan
instrumen penting dalam mengelola pembangunan. Tujuan utama dalam
kebijakan subsidi di Indonesia adalah menjaga kelompok masyarakat miskin
agar tetap akses terhadap pelayanan publik, pembangunan ekonomi dan
sosial.
Kerangka dasar kebijakan subsidi dalam ilmu ekonomi berasal dari sifat dan
karakteristik suatu barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi publik, kita
mengenal 3 jenis barang atau jasa yaitu barang publik (public goods), barang
campuran (quasi/mixed goods), dan barang private (private goods).

Kebijakan subsidi harus diarahkan untuk dua jenis barang atau jasa yaitu
barang publik (public goods) dan barang campuran (quasi/mixed goods).
Dalam public goods, negara sepenuhnya memberikan jaminan kepada warga
negara tanpa kecuali untuk mendapatkan akses yang luas terhadap barang
atau jasa tersebut. Sedangkan dalam quasi/mixed goods, intervensi negara
sedikit berkurang. Negara hanya memberikan pelayanan terhadap kelompok
yang memang tidak mampu secara sempurna mendapatkan akses terhadap
barang atau jasa tersebut.

Ada dua model pembiayaan subsidi dalam konteks kebijakan fiskal. Pertama,
subsidi langsung. Model subsidi langsung adalah program subsidi langsung
diterima oleh target grup dari program subsidi, seperti subsidi beras untuk
masyarakat miskin (Raskin) yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Kedua, subsidi tidak langsung. Program subsidi ini dilaksanakan untuk
intervensi terhadap pasar (market intervension), biasanya berupa subsidi
terhadap harga seperti kebijakan subsidi BBM. Subsidi tidak langsung bisa

17
juga dilakukan negara dalam rangka memberikan insentif terhadap input
produksi seperti subsidi pupuk.

18
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

1. Harga adalah sejumlah uang yang di bebankan atas suatu produk atau
jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat
karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut
2. Harga adalah jumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk
mendapatkan produk tersebut.
3. Peranan harga yaitu: harga yang dipilih berpengaruh langsung terhadap
tingkat permintaan dan menentukan tingkat aktifitas, harga jual secara
langsung menentukan profitabilitas operasi, strategi penetapan harga
harus selaras dengan komponen bauran pemasaran lainnya, harga sebagai
instrumen pendorong penjualan dan pangsa pasar.
4. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga
pemerintah), memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu sebagai
stabilisasi, alokasi, dan distribusi.
5. Peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian yaitu: Intervensi
pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi dari
kegagalan pasar (market failure), peran dan fungsi pemerintah mutlak
diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar.
6. Kebijaksanaan penetapan harga eceran terendah bisa juga disebut dengan
Price Floor atau harga dasar.
7. Price Floor merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam perekonomian
untuk mempengaruhi bekerjanya mekanisme pasar yang bertujuan untuk
mengendalikan keseimbangan (ekuilibrium) pasar.
8. Penetapan harga dasar ini bertujuan untuk melindungi produsen, karena
dirasakan harga pasar produk yang dihasilkan dianggap terlalu rendah
sehingga pendapatan para produsen terancam. Untuk melindungi para

19
produsen maka pemerintah dapat campur tangan dengan menetapkan
harga minimum atau Harga Eceran Terendah.
9. Kebijakan harga dasar dapat digunakan pada saat ditemukan kapasitas
produksi di pasar terlalu sedikit sehingga kuantitas barang beredar di
pasar lebih rendah dari permintaan pasar, hal ini dikarenakan terlalu
rendah nya harga jual yang ada di pasar, sehingga selisih harga produksi
dengan harga jual pasar terlalu kecil.
10. Kebijaksanaan penetapan harga eceran tertinggi bisa juga disebut dengan
Ceiling Price atau harga tertinggi.
11. Ceiling Price atau harga tertinggi adalah harga maksimum yang
ditetapkan berkenaan dengan menurunnya penawaran barang di pasar.
12. Kebijakan penetapan harga maksimum ini bertujuan untuk melindungi
konsumen, agar konsumen dapat menikmati harga yang tidak terlalu
tinggi.
13. Kebijakan harga maksimum biasanya diberlakukan pada saat harga pasar
yang ada tidak mengalami kenaikan yang cenderung berarti dalam kurun
waktu yang singkat, sedangkan suatu permintaan pasar terhadap produk
meningkat. Hal ini akan memicu produsen atau supplier untuk
menaikkan harga.
14. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga obat-
obatan diapotek, harga BBM, dan tarif angkutan atau transportasi seperti
tiket bus kota, tarif kereta api dan tarif taksi per kilometer.
15. Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang
masuk dari luar negeri.
16. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi:
jumlah barang di pasar turun, harga barang naik, produksi dalam negeri
meningkat, dan impor barang menurun.
17. Salah satu opsi yang pemerintah lakukan adalah dengan menerapkan
kuota impor. Kuota membatasi kuantitas impor yang diizinkan masuk ke
teritori domestik.

20
18. Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengenakan pajak yang berbeda-beda untuk berbagai komoditas.
Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri, pemerintah dapat
meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor.
19. Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi
sebagian biaya produksi per-unit barang produksi dalam negeri.
20. Subsidi yang diberikan pemerintah biasanya dapat berupa tenaga ahli,
mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak, dll.
21. Fungsi subsidi adalah melakukan koreksi terhadap ketidaksempurnaan
pasar atau market imperfections.
22. Tujuan utama dalam kebijakan subsidi di Indonesia adalah menjaga
kelompok masyarakat miskin agar tetap akses terhadap pelayanan publik,
pembangunan ekonomi dan sosial.
23. Dalam ilmu ekonomi publik terdapat 3 jenis barang atau jasa yaitu
barang publik (public goods), barang campuran (quasi/mixed goods), dan
barang private (private goods).
24. Kebijakan subsidi harus diarahkan untuk dua jenis barang atau jasa yaitu
barang publik (public goods) dan barang campuran (quasi/mixed goods).
25. Ada dua model pembiayaan subsidi dalam konteks kebijakan fiskal.
Pertama, subsidi langsung. Kedua, subsidi tidak langsung.
26. Model subsidi langsung adalah program subsidi langsung diterima oleh
target grup dari program subsidi, seperti subsidi beras untuk masyarakat
miskin (Raskin) yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
27. Model subsidi tidak langsung dilaksanakan untuk intervensi terhadap
pasar (market intervension), biasanya berupa subsidi terhadap harga
seperti kebijakan subsidi BBM.

21
3.2 SARAN

Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah wajib dilandasi pada ketentuan


perundang-undangan sehingga kebijakan kebijakan tersebut dijalankan
dengan baik serta dilandasi oleh suatu kepastian hukum, dan diharapkan
proses atau prosedur kebijakan dijalankan secara baik dan maksimal unruk
mencapai rujuan yang dikehendaki oleh pemerintah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Kotler, Philip dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi kedelapan (Jakarta:
Erlangga, 2014), 439.
Alfred, Strategi Penetapan Harga, (Jakarta: Andi, 2010) hal.29-30
Prathama Rahardja, Teori Ekonomi Mikro edisi ketiga, (Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. 2014)
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi Empat, (Yogyakarta, Andi, 2014)
Marius, Penetapan Harga, hal.174
Fandy Tjiptono, Ibid.29-30
Kementerian Perdagangan, Laporan Akhir Kajian Kebijakan Harga Pangan,
Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, 2015, h.
79-80.

Jurnal
Sumarni. 2013. “Intervensi Pemerintah Antara Kebutuhan dan Penolakan di
Bidang Ekonomi”, Journal of Economic and Economic Education, Vol.1,
No.2, 2013, h. 184.
Achmad, Suryana. 2014. Pengembangan Inovasi Pertanian: Jurnal Dinamika
Kebijakan Harga Gabah dan Beras dalam mendukung ketahanan pangan
Nasional, Vol.. 7, No 24 (Desember, 2014), 155-168
Pendit, Putu Widya Laksana. 2021. “Jurnal Konstruksi Hukum” dalam Kebijakan
Pemerintah Dalam Memberikan Insentif Pajak
Penghasilan Pasal 21 Kepada Wajib Pajak Terdampak Pandemi Covid-19,
Vol. 2, No. 2 (Mei 2021), hal. 418-423
Isharyanto. 2018. Penetapan Harga Eceran Tertinggi Komoditas Pangan sebagai
Hak Konstitusional dalam Perspektif Negara Kesejahteraan, Vol. 15, No. 3
(September 2018)

23
Artikel
Admin Sukasada. 2019. “Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi”. Diakses
pada 30 Januari 2019, dari
https://sukasada.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/kebijakan-
pemerintah-dalam-bidang-ekonomi-59

Melvin. 2011. “Kebijakan Price Floor dan Price Ceiling”. Diakses pada 04
November 2011, dari
https://twentytwopm.wordpress.com/2011/11/04/kebijakan-price-floor-dan-
price-ceiling/
Ajriah. 2019. “Perdagagan Internasional”, Diakses pada 2019, dari
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Perdagangan
%20Internasional-KIS/topik5.html
“Kuota Impor: Jenis, Tujuan, Metode, Pro dan Kontra”.2021. Diakses pada 23
April 2021, dari https://cerdasco.com/kuota-impor/

24

Anda mungkin juga menyukai