Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN BIAYA

“ANALISIS PENETAPAN HARGA DAN PROFITABILITAS”

DOSEN PENGAMPU : Enni Savitri, S.E., M.M., AK., CA

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6

Chrystina Lawer 2110247049


Dedy Irfan 2210248107
Mardotillah 2210248090
Riza Elsanda 2210247843
Tantri Paramitha 2210247833

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Penetapan Harga Dan Profitabilitas (Studi
Kasus Moses and San Miguel, Inc) ”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi

Manajemen dan Biaya. Dengan tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dosen, serta teman-teman Program Studi Magister Akuntansi

Pascasarjana Universitas Riau.

Dalam menyelesaikan makalah ini tim penulis menyampaikan ucapakan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang memabntu dalam menyelesaikan makalah ini,

khususnya Kepada Dosen kami Ibu Enni Savitri yang telah memberikan tugas dan petunjuk

kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.Dengan disusunnya makalah ini

diharapkan dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak yang membutuhkan. Penulis

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik ataupun masukan yang membangun demi kesempurnaan pembuatan

makalah ini untuk masa yang akan datang dan lebih bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Pekanbaru, 10 Maret 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 4
2.1Penentuan Harga ....................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Harga............................................................................ 4
2.2 Tahap - Tahap Penetapan Harga .................................................................. 7
2.3 Metode Penetapan Harga ......................................................................... 10
2.4 PROFITABILITAS ................................................................................ 19
2.4.1 Pengertian Profitabilitas ................................................................ 19
2.4.2 Pengukuran Profitabilitas............................................................... 19
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 23
3.1 ANALISA KASUS MOSES AND SAN MIGUEL INC ................................ 23
A. PERUSAHAAN .............................................................................. 23
B. KONTRAK NAVY .......................................................................... 24
C. PABRIK ........................................................................................ 24
3.2 PERTANYAAN .................................................................................... 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 37
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 37
4.2 Saran ................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penetapan harga secara konsisten bisa membantu pebisnis dalam menjaga loyalitas
pelanggan. Dengan begitu, konsumen tidak akan lari dan tetap setia membeli barang atau jasa
yang Anda tawarkan. Akan tetapi, Anda harus menunjangnya dengan kualitas barang dan jasa
yang tetap stabil. Hal ini menjadi keputusan yang dihadapi oleh perusahaan adalah penentuan
harga. Penantuan harga adalah proses dimana sebuah bisnis menetapkan harga saat ia akan
menjual produk dan jasa, dan merupakan menjadi bagian dari rencana pemasaran bisnis. Dalam
menetapkan harga, bisnis akan memperhitungkan harga di mana bisa mempertimbangkan suatu
barang, biaya produksi, pasar, persaingan, kondisi pasar, merek, dan kualitas produk.
Perusahaan untuk dapat berkembang haruslah melalui perjuangan dan didukung dengan
perencanaan yang matang dalam menghadapi berbagai masalah dengan rintangan yang timbul
dari produk yang diproduksi. Pada perusahaan manufaktur, penghasilan yang diperoleh dari
hasil penjualan produk yang diolah sendiri dalam hal ini perusahaan manufaktur harus
mengolah terlebih dahulu bahan baku melalui proses produksi. Masalah persaingan antar
perusahaan mengharuskan perusahaan - dalam menekan biaya produksi.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi menjelaskan bahwa, biaya produksi yaitu
biaya yang berkaitan dengan perhitungan beban pokok produksi atau beban pokok penjualan,
biaya produksi atau penjualan terdiri dari atas biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan
dari kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu usaha tidak dapat tumbuh
dan dapat mengakibatkan perusahaan harus menghentikan kegiatan bisnisnya. Untuk
menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha memperoleh pendapatan yang
paling tidak dapat menutup biaya produksi
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase
yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat
yang dapat diterima. Profitabilitas penting artinya bagi perusahaan. Suatu organisasi harus
dalam keadaan profitable agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena tanpa
adanya laba sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari pihak luar. Oleh karena itu

1
2

kemampuan perusahaan dalam menetapkan biaya produksi yang tepat akan mempengaruhi
terhadap tingkat profitabilitas.
Dalam rangka menjaga kelancaran operasi dan meningkatkan kegiatan usaha Produk
dalam perusahaan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam sebuah usaha karena produk
adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan sedangkan dalam ilmu marketing, Produk
adalah apapun yang dapat ditawarkan ke pasar dan dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Berbagai macam produk untuk proses produksi yang tiap- tiap produk memiliki
nilai-nilai yang yang cukup bersaing satu dengan yang lainnya, juga dapat digunakan sebagai
alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh laba yang lebih besar.
Dalam menafsirkan konsep tentang harga tentu mempunyai banyak penafsiran,
menurut Kotler pada dasarnya harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran atau
marketing mix yang dapat menghasilkan pendapatan, elemen bauran pemasaran yaitu harga,
produk, saluran dan promosi, yaitu apa yang dikenal dengan istilah empat P (Price, Product,
Place dan Promotion). Harga bagi suatu usaha/badan usaha menghasilkan pendapatan
(income), adapun unsur-unsur bauran pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place
(tempat/saluran) dan Promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang harus
ditanggung oleh suatu usaha/badan usaha.
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase
yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat
yang dapat diterima. Menurut munawir (2002), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dalam periode waktu tertentu. Sedangkan definisi profitabilitas
menurut Brigham dan Houston (2006) adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang
relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasio keuangan sebagai salah satuan
analisis dalam menganalisis kondisi keuangan, hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu
perusahaan.
Isu dasar yang terjadi di dalam Moses and San Miguel Inc ini adalah harga per blanked
($37,30) selimut tidak sesuai dengan biaya MSM. Apa yang harus dilakukan oleh MSM
sekarang?
3

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara penentuan harga
2. Mengetahui apa itu Profitabilitas
3. Bagaimana analisis kasus Moses and San Miguel Inc

1.3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara penentuan harga
2. Mengetahui apa itu Profitabilitas
3. Bagaimana analisis kasus Moses and San Miguel Inc
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penentuan Harga


2.1.1 Pengertian Harga
Dalam menafsirkan konsep tentang harga tentu mempunyai banyak penafsiran,
menurut Kotler pada dasarnya harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran atau
marketing mix yang dapat menghasilkan pendapatan, dimana elemen yang lain
mendapatkan biaya. Seperti yang diungkapkan oleh Kotler, bahwa harga merupakan
bagian dari elemen bauran pemasaran yaitu harga, produk, saluran dan promosi, yaitu apa
yang dikenal dengan istilah empat P (Price, Product, Place dan Promotion). Harga bagi
suatu usaha/badan usaha menghasilkan pendapatan (income), adapun unsur-unsur bauran
pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place (tempat/saluran) dan Promotion
(promosi) menimbulkan biaya atau beban yang harus ditanggung oleh suatu usaha/badan
usaha.
Kalau harga merupakan pendapatan bagi pengusaha maka ditinjau dari segi
konsumen, harga merupakan suatu pengeluaran atau pengorbanan yang harus dikeluarkan
oleh konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan guna memenuhi kebutuhan
dari konsumen tersebut. Bagi pengusaha/pedagang, harga paling mudah disesuaikan
dengan keadaan pasar sedangkan elemen yang lain seperti product, place dan promotion
memerlukan waktu yang lebih lama dan panjang untuk disesuaikan dengan keadaan pasar,
karena harga dapat memberikan penjelasan kepada konsumen mengenai kualitas produk
dan merek dari produk tersebut.
Buchari Alma mengatakan bahwa dalam teori ekonomi, pengertian harga, nilai dan
utility merupakan konsep yang paling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility ialah
suatu atribut yang melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut dapat
memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan memuaskan konsumen
(satisfaction). Terdapatnya value yang merupakan nilai suatu produk untuk ditukarkan
dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antara
barang dengan barang. Sekarang ini ekonomi kita tidak melakukan barter lagi, akan tetapi
sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga. Maka harga merupakan

4
5

sejumlah uang yang digunakan untuk menilai dan mendapatkan produk maupun jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen.
Menurut Basu Swastha dan Irawan, ”harga adalah jumlah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya.
Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, bahwa istilah harga dalam bisnis jasa
bisa ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan tinggi menggunakan
SPP (tuition), konsultan profesional menggunakan istilah fee, bank menggunakan istilah
service charge, jasa jalan tol atau jasa angkutan menggunakan istilah tarif, pialang
menggunakan istilah komisi, apartemen menggunakan istilah sewa, asuransi
menggunakan istilah premi, dan sebagainya.
Tjiptono mengatakan bahwa agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang
atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan
satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi)
menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Di samping itu harga merupakan unsur
bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Kemudian
Tjiptono mengatakan bahwa harga dapat dipadankan dengan hal lain seperti iuran, tarif,
sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honor, SPP, dan sebagainya. Harga dapat dilihat
dari sudut pandang lain seperti pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Harga sangat penting bagi perekonomian, karena harga sangat berperan dalam
bisnis dan usaha yang dijalankan. Dengan kata lain tingkat harga yang ditetapkan
mempengaruhi perputaran barang yang dijual. Kuantitas barang yang dijual berpengaruh
terhadap biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan pengadaan barang bagi
perusahaan dagang dan efisiensi produksi bagi perusahaan manufaktur. Maka harga
berpengaruh terhadap pendapatan, sehingga harga berpengaruh terhadap laba usaha dan
posisi dari keuangan perusahaan. Tjiptono mengungkapkan bahwa harga dijadikan sebagai
6

indikator dari manfaat yang diperoleh konsumen atas barang dan jasa yang diterima, hal
ini erat kaitan nya dengan sebuah nilai yang didapat konsumen atas harga. Nilai dapat
didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga atau dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Nilai = Manfaat yang dirasakan harga
Harga
Dari persamaan di atas, suatu nilai barang atau jasa yang dirasakan oleh konsumen
dipengaruhi oleh manfaat yang diterima yang meningkat pada harga tertentu, demikian
sebaliknya. Dapat dikatakan dari berbagai penafsiran di atas bahwa harga merupakan
sebuah elemen termudah dalam pemasaran. Harga juga mengkomunikasikan positioning
nilai yang dimaksud dari produk perusahaan ke pasar, karena produk yang baik akan dijual
dengan harga yang tinggi dan menhasilkan keuntungan yang besar. Harga bukan hanya
sekedar angka, harga mempunyai bentuk dan fungsi seperti sebagai sewa, ongkos dan
upah. Sepanjang sejarah harga ditetapkan berdasarkan negosiasi antara penjual dan
pembeli pada saat tawar menawar masih sering dilakukan.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para
pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi :
a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk

memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan


berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para
pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis
barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia,
kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai

faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di
mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya
secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal
mencerminkan kualitas yang tinggi.
Menetapkan satu harga untuk semua pembeli merupakan ide yang dapat dikatakan
7

modern yang muncul saat bermula nya perdagangan eceran skala besar yang terjadi
pada akhir abad ke sembilan belas karena pada saat itu perdagangan terjadi
dikarenakan penjualan dengan begitu banyak barang dan memperhatikan banyak nya
karyawan. Banyak ekonom mengasumsikan bahwa para konsumen adalah penerima
harga dan menerima harga pada saat pertama konsumen menerimanya lalu mereka
menyadari apakah hal itu relavan atau tidak.
Lalu keputusan pembelian didasarkan pada bagaimana konsumen menganggap harga
dan beberapa harga aktual saat ini yang jadi pertimbangan bukan harga yang
ditetapkan pasar. Para konsumen tentu memliki batas bawah harga dimana harga yang
lebih rendah menandakan produk dengan kualitas yang buruk dan juga batas atas
harga yang dimana harga yang lebih tinggi dari batas itu dianggap berlebihan dan
tidak sesuai dengan uang yang dikeluarkan.

2.2 Tahap - Tahap Penetapan Harga


Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap perusahaan karena penetapan harga
ini bukanlah kekuasaan atau kewenangan yang mutlak dari seorang pengusaha ataupun pihak
perusahaan. Penetapan harga dapat menciptakan hasil penerimaan penjualan dari produkyang
dihasilkan dan dipasarkan. Meskipun penetapan harga merupakan hal yang penting, namun
masih banyak perusahaan yang kurang sempurna dalam menangani permasalah penetapan
harga tersebut. Karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi
tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai perusahaan. Dalam
penetapan harga yang harus diperhatikan adalah faktor yang mempengaruhinya, baik langsung
maupun tidak langsung :
a. Faktor yang secara langsung adalah harga bahan baku, biaya produksi, biaya
pemasaran, peraturan pemerintah, dan faktor lainnya.
b. Faktor yang tidak langsung namun erat dengan penetapan harga adalah antara lain
yaitu harga produk sejenis yang djual oleh para pesaing, pengaruh harga terhadap
hubungan antara produk subtitusi dan produk komplementer, serta potongan untuk
para penyalur dan konsumen.Yang harus diperhatikan oleh manajemen pemasaran
8

dapat dialihkan kepada prosedur penentuan harga yang ditawarkan. Apabila dalam
sebuah perusahaan tidak memiliki prosedur yang sama dalam menentukan atau
menetapkan harga dimana menurut Wiliam J. Stanton bahwa penetapan harga
memiliki lima tahap yaitu :
 Mengestimasi untuk permintaan barang
Pada tahap ini seharusnya perusahaan dapat mengestimasi permintaan barang atau
jasa yang dihasilkan secara total yang akan memudahkan perusahaan dalam melakukan
penentuan harga terhadap permintaan barang yang ada dibandingkan dengan
permintaan barang baru. Mengetahui terlebih dahulu reaksi dalam persaingan
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam penentuan harga harus
mempertimbangkan kondisi persaingan barang yang terdapat di pasar serta sumber-
sumber penyebab lainnya. Seperti Kebijaksanaan yang dilakukan oleh perusahaan
dalam penentuan harga harus mempertimbangkan kondisi persaingan barang yang
terdapat di pasar serta sumber-sumber penyebab lainnya. Seperti barang sejenis yang
dihasilkan oleh perusahaan lain barang pengganti atau substitusi.
 Penetapan harga penetrasi (penetration price)
Penetapan harga penetrasi merupakan strategi penetapan harga yang serendah-
rendah nya untuk mencapai volume penjualan yang relatif singkat. Strategi ini
cenderung lebih bermanfaat dibanding dengan penetapan harga penyaring (skimming)
jika kondisi ini terdapat di dalam pasar. Kondisi tersebut yaitu :
a) Kuantitas produk yang dijual sangat sensitif terhadap harga, artinya produk

mempunyai permintaan yang sangat elastis.


b) Pengurangan-pengurangan yang penting dalam produk unit dan biaya pemasaran

dapat terlaksanakan melalui operasi dalam skala besar.


c) Produk diperkirakan mengalami persaingan sangat kuat setelah diluncurkan ke

pasar.
d) Pasar dari golongan tinggi tidak cukup besar untuk menopang.

e) Harga yang ditetapkan dengan strategi harga penyaring.

 Faktor Lingkungan Internal


9

Dalam faktor lingkungan internal terdapat beberapa faktor mendasar yang


mempengaruhi perusahaan dalam menentukan harga dari setiap produk yang
dihasilkan, seperti:
a) Tujuan pemasaran perusahaan, sebagai faktor utama yang menentukan harga

adalah tujuan perusahaan itu sendiri misalnya memaksimalkan laba,


mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar,
menciptakan kepemimpinan dalam kualitas, mengatasi persaingan, dan
melaksanakan tanggung jawab sosial bagi masyarakat.
b) Strategi bauran pemasaran, karena harga merupakan salah satu elemen dalam bauran

pemasaran, maka dalam menentukan harga sebaiknya dikoordinasikan lebih lanjut


dengan elemen pemasaran lainnya seperti : produk, tempat, promosi, biaya, dan
organisasi.
 Faktor Lingkungan Eksternal
Faktor yang perlu diperhatikan dengan seksama oleh perusahaan dalam penetapan
harga dari setiap produk yang diproduksi yaitu faktor lingkungan eksternal, karena
dalam fakor ini terdapat dua faktor utama yaitu :
a) Sifat pasar dan permintaan
Pihak yang ditugaskan untuk bertanggung jawab dalam penetapan harga hendaknya
memperhatikan dan memahami dengan baik sifat suatu pasar dan permintaan pasar
yang dihadapi atas produk yang dihasilkan. apakah pasar tersbut termasuk dalam
pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, oligopoli dan sebagainya.
b) Persaingan
Aspek persaingan merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian yang
intensif dari pihak penting di perusahaan mengenai keputusan dalam penetapan
harga.
Michael Porter mengatakan ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh terhadap
persaingan suatu industri, yaitu :
1) Persaingan dalam industri yang bersangkutan
2) Produk subtitusi
10

3) Pelanggan
4) Pemasok
5) Ancaman pendatang baru
Dilihat dari beberapa persaingan di atas sangat diperlukan berbagai informasi
sebagai dasar untuk menganalisis karakteristik persaingan yang sedang dan akan
dihadapi perusahaan pada masa sekarang dan yang akan datang, meliputi:
1) Jumlah perusahaan dalam industri
2) Ukuran relatif setiap anggota dalam industri
3) Diferensiasi produk
4) Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan

c) Unsur-unsur lingkungan lainnya


Selain kedua faktor tersebut, maka perusahaan juga perlu memperhatikan
dan mempertimbangkan faktor lainnya seperti, kondisi ekonomi suatu negara
karena terdapat berbagai fenomena dapat mempengaruhi arus perekonomian
secara endemik seperti inflasi, serangan bom, resensi maupun tingkat bunga
bank. Dan juga peraturan dan kebijakan pemerintah terhadap sosial lainnya.
2.3 Metode Penetapan Harga
Dalam menetapkan harga, ada berbagai macam metode yang dapat dapat digunakan.
Penetapan harga biasanya dilakukan untuk menambah nilai atau besarnya biaya produksi yang
diperhitungkan terhadap biaya yang dikeluarkan dan pengorbanan tenaga dan waktu dalam
memproses barang ataupun jasa. Dalam menetapkan harga jual suatu produk, suatu perusahaan
harus memperhatikan berbagai pihak seperti konsumen akhir, penyalur, pesaing, penyuplai
dana, para pekerja, dan pemerintah. Karena tingkat harga tidak terlepas dari daya beli
konsumen, reaksi para pesaing, jenis produk dan elastisitas permintaan serta tingkat
keuntungan perusahaan. Kotler menyebutkan beberapa rincian pada prosedur enam langkah
dalam menetapkan harga :
a. Memilih Tujuan dalam Penetapan Harga
Pada awalnya perusahaan harus memposisikan penawaran pada pasar, karena semakin
11

jelas tujuan perusahaan maka semakin mudah perusahaan menetapkan harga. Tujuan
tersebut adalah :
1) Kemampuan Bertahan
Tujuan ini digunakan saat perusahaan mengalami kondisi yang mendesak seperti
kelebihan kapasitas, persaingan ketat dan keinginan konsumen yang berubah. Selama
harga menutupi biaya variabel dan beberapa biaya tetap dalam hal ini keuntungan tidak
begitu terlihat menonjol demi bertahan dalam menghadapi kepunahan.
2) Laba Saat Ini Maksimum
Biasanya perusahaan menetapkan haga yang akan memaksimalkan laba saat ini. Mereka
memperkirakan permintaan dan biaya yang berasosiasi dengan harga alternatif dan
memilih harga yang menghasilkan harga saat ini.

3) Pangsa Pasar Maksimum

Dengan memaksimalkan pangsa pasar, maka akan semakin tinggi volume penjualan,
biaya unit akan semakin rendah dan laba jangka panjang semakin tinggi. Saat
menetapkan harga terendah asumsi nya pasar sensitif terhadap harga, hal ini disebut
dengan praktik penetapan harga penetrasi pasar, hal ini dapat diterapkan dengan kondisi
berikut :

a) Pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga rendah


b) merangsang pertumbuhan pasar.
c) Biaya produksi dan distribusi menurun seiring terakumulasinya pengalaman
produksi.
d) Harga rendah mendorong persaingan aktual dan potensial.
4) Pemerahan Pasar Maksimum
Pada mulanya harga ditetapkan tinggi dan turun secara perlahan seiring
berjalannya waktu atau penetapan harga pasar. Hal ini akan gagal bila pesaing besar
yang memutuskan untuk menurunkan harga. Memerah pasar dapat dilakukan dengan
12

kondisi :
a) Terdapat cukup banyak pembeli yang memiliki permintaan yang cukup tinggi saat
ini.
b) Biaya satuan memproduksi volume kecil yang tidak begitu tinggi hingga

menghilangkan keuntungan dari mengenalkan harga maksimum yang mampu


diserap pasar.
c) Harga awal yang tinggi tidak menarik lebih banyak pesaing ke pasar.
d) Harga tinggi mengkomunikasikan citra produk yang unggul.

5) Kepemimpinan Kualitas Produk


Perusahaan berusahaan menjadi pemimpin kualitas produk di pasar dengan
mengedepankan merek “kemewahan terjangkau” produk dan jasa yang ditentukan oleh
tingkat kualitas anggapan, selera, dan status yang tinggi dengan harga yang dapat
dijangkau konsumen.

6) Tujuan Lain
Apapun tujuan khususnya, bisnis yang menggunakan harga sebagai alat strategis
akan menghasilkan lebih banyak laba dibandingkan bisnis yang hanya harga atau pasar
menentukan penetapan harga mereka.
a. Menentukan Permintaan
Setiap harga mengarah ke tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu akan memiliki
berbagai dampak pada tujuan pemasaran perusahaan. Umum nya permintaan berhubungan
terbalik atau semakin tinggi harga maka akan semakin rendah permintaan. Kadang konsumen
menerima harga mahal untuk mengindikasikan produk yang lebih baik, meskipun jika harga
terlalu tinggi, tingkat permintaan mungkin akan turun.
1) Sensitifitas Harga
Memperkirakan permintaan untuk memahami apa yang mempengaruhi sensitivitas harga.
Biasanya pelanggan tidak terlalu sensitif terhadap harga barang murah atau harga yang
mereka beli.
2) Memperkirakan Kurva Permintaan
13

Sebagian besar perusahaan berusaha mengukur kurva permintaan mereka dengan


menggunakan metode yang berbeda.
3) Survei
Mengeksplorasi berapa banyak unit yang akan dibeli konsumen pada berbagai harga yang
diajukan.
4) Ekperimen Harga
Memvariasikan harga berbagai produk di toko atau mengenakan harga yang berbeda untuk
produk yang sama di wilayah yang serupa untuk melihat bagaimana perusahaan itu
mempengaruhi penjualan.
5) Analisis Statistik
Harga masa lalu, jumlah yang terjual, dan faktor-faktor lain dapat mengungkapkan data. Data
yang bersifat longitudinal (sepanjang waktu) atau lintas bagian (dari berbagai lokasi pada
waktu yang sama).
6) Elastisitas Harga Permintaan
Pemasar harus tahu seberapa responsive, atau elastis permintaan akan mengubah harga. Jika
permintaan sulit berubah dengan sedikit perubahan harga, maka permintaan tersebut bersifat
inelastis. Jika permintaan itu berubah banyak, maka permintaan tersebut bersifat elastis.
Semakin tinggi elastisitas, semakin besar pertumbuhan volume yang dihasilkan dan
pengurangan harga sebesar 1%. Jika permintaan itu elastis, penjual akan mempertimbangkan
untuk menurunkan harga

b. Memperkirakan Biaya
Permintaan menetapkan batas atas harga yang dapat dikenakan perusahaan untuk
memproduksinya. Karena perusahaan ingin mengenalkan harga yang dapat menutupi biaya
produksi, distibusi, penjualan termasuk tingkat pengembalian yang wajar untuk usaha dan
resikonya. Tetapi ketika perusahaan menetapkan harga produk yang dapat menutupi biaya
penuh mereka, profitabilitas tidak selalu menjadi hasil akhirnya. Jenis - jenis biaya dan tingkat
produksinya:
1) Biaya tetap (fixed cost)
14

Biaya yang tidak bervariasi dengan tingkat produksi atau pendapatan penjualan.

2) Biaya variable (variable cost)


Bervariasi langsung dengan tingkat produksi, disebut variabel karena biaya totalnya
bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi.
3) Biaya total (total cost)
Terdiri dari jumlah biaya tetap dan biaya variable untuk tingkat produksi tertentu.
4) Biaya rata - rata (average cost)
Biaya per unit pada tingkat produksi itu, biaya rata - rata sama dengan biaya total dibagi
dengan jumlah produksi Untuk menetapkan harga dengan cerdik, manajemen harus tahu
bagaimana biayanya bervariasi dengan berbagai tingkat produksi.
 Produksi terakumulasi : Penurunan biaya rata rata terhadap pengalaman produksi
terakumulasi disebut kurva pengalaman (experience curve) atau kurva pembelajaran
(learning curve).
 Kalkulasi Biaya Target : Biaya berubah sesuai skala produksi dan pengalaman. Biaya
juga dapat berubah akibat usaha terkonsentrasi oleh perancang, insinyur, dan agen
pembelian untuk mengurangi biaya tersebut melalui kalkulasi biaya target (target
costing)
c. Menganalisis Biaya, Harga, dan Penawaran Pesaing
Perusahaan harus mempertimbangkan harga pesaing terdekat jika penawaran dari
perusahaan tidak mengandung fitur yang tidak ditawarkan oleh pesaing terdekat, peusahaan
harus mengevaluasi nilai mereka bagi pelanggan dan menambahkan nilai itu ke harga pesaing.
Jika penawaran pesaing mengandung beberapa fitur yang tidak ditawarkan oleh perusahaan,
perusahaan harus mengurangkan nilai mereka dari harga perusahaan. Maka saat ini perusahaan
dapat menentukan apakah perusahaan dapat mengenalkan lebih banyak, sama, atau kurang dari
pesaing. Pengenanalan harga baru perubahan harga lama dapat memprovokasi respons dari
pelanggan, pesaing, distributor bahkan pemerintah. Salah satu cara untuk mengasumsikan
pesaing bereaksi dalam cara standar terhadap harga standar terhadap harga yang ditetapkan
atau diubah. Sekarang perusahaan harus meneliti situasi keuangan saat ini, penjualan terbaru,
pasar, pesaing akan menyesuaikan diri dengan perubahan harga.
15

d. Memilih metode penetapan harga


Perusahaan memilih metode penetapan harga yang mencakup satu atau lebih dari tiga
pertimbangan, terdapat enam metode dalam penetapan harga, yaitu:
1) Pene tapan Harga Markup
Merupakan metode yang biasanya digunakan oleh para pedagang yang usahanya
membeli dan menjual kembali barang tersebut setelah terlebih dahul ditambah biaya-
biaya. Biasanya besar markup adalah keseluruhan biaya operasi dan keuntungan yang
diinginkan. Dalam sistem ini, perusahaan menetapkan harga jual dengan menambah harga
beli dengan persentase.
2) Penetapan Harga Nilai Anggapan
Sekarang semakin banyak jumlah perusahaan yang mendasarkan harga pada nilai
anggapan (perceived value). Perusahaan harus menghantarkan nilai yang dijanjikan oleh
proposisi nilai mereka, dan pelanggan harus dapat menerima nilai ini menjadi nilai
anggapan.
3) Penetapan Harga Nilai
Beberapa perusahaan telah menerapkan penetapan harga nilai (value pricing) Mereka
memenangkan pelanggan setia dengan mengenakan harga yang cukup rendah untuk
penawaran berkualitas tinggi. Salah satu jenis penetapan harga nilai yang penting yaitu :
a. Penetapan harga murah setiap hari
Pengecer yang berpegang pada kebijakan penetapan harga, mengenakan harga murah
yang konstan dengan sedikit atau tanpa promosi harga dan penjualan khusus.
b. Penetapan harga tinggi – rendah
Pengecer mengenakan harga yang lebih tinggi dengan basis setiap hari tetapi
kemudian sering melakukan promosi di mana harga sementara diturunkan di bawah
tingkat.
4) Penetapan Harga Going Rate
Penetapan harga going - rate (going - rate pricing\ perusahaan mendasarkan sebagian
besar harganya pada harga pesaing, mengenakan harga yang sama, lebih mahal, atau lebih
murah dibandingkan harga pesaing utama.
16

5) Penetapan Harga Jenis Lelang


Penetapan harga jenis lelang tumbuh semakin popular terutama dengan pertumbuhan
Internet. Salah satu tujuan lelang yang utama adalah membuang persediaan berlebih atau
barang bekas.
e. Memilih Harga Akhir
Metode penetapan harga mempersempit kisaran dari mana perusahaan harus memilih harga
akhirnya. Dalam memilih harga itu, perusahaan harus mempertimbangkan faktor - faktor
tambahan, di antaranya :
1) Dampak Kegiatan Pemasar Lain
Harga akhir harus memperhitungkan kualitas dan iklan merek relatif terhadap
kompetisi. Merek dengan kualitas relatif rata - rata tetapi anggaran relatif tinggi mampu
mengenakan harga premium. Merek dengan kualitas relatif tinggi dan iklan relatif tinggi
memperoleh harga tertinggi, begitupun sebaliknnya. Hubungan positif antara harga tinggi
dan iklan tinggi berlaku paling kuat dalam tahap siklus hidup produk selanjutnya bagi
pemimpin pasar.
2) Kebijakan Penetapan Harga Perusahaan
Harga harus konsisten dengan kebijakan penetapan harga perusahaan. Pada saat yang
sama, perusahaan tidak menolak untuk menentukan penalti penetapan harga di bawah
keadaan tertentu. Meskipun kebijakan ini sering dapat dibenarkan, pemasar harus
menggunakannya dengan hati-hati sehingga tidak perlu mengasingkan pelanggan.
3) Penetapan Harga Berbagi Keuntungan dan Risiko
Penjual mempunyai opsi menawarkan untuk menyerap sebagian atau semua risiko jika
tidak menghantarkan nilai yang dijanjikan secara penuh.
4) Dampak Harga Pada Pihak Lain
Manajemen harus mempertimbangkan reaksi pihak lain terhadap terkontemplasi.
Pemasar harus mengetahui hukum yang mengatur penetapan harga. Banyak peraturan
federal dan Negara bagian melindungi konsumen terhadap praktik penetapan harga yang
menipu. Pemasar harus mengetahui hukum dalam menetapkan harga yang terdapat pada
undang-undang yang menyatakan penjual harus menetapkan harga tanpa berbicara pada
17

pesaing, pengaturan harga adalah ilegal.


a) Menyesuaikan Harga
Untuk melakukan penyesuaian harga, ada 4 strategi penyesuaian harga, diantaranya :
(1) Penetapan Harga Geografis, perusahaan memutuskan bagaimana memberi harga kepada

produknya untuk konsumen yang berbeda dalam lokasi dan negara yang berbeda.Diskon
Harga dan Insentif, diskon adalah potongan harga. Insentif adalah pembayaran ekstra
dirancang untuk mendapatkan partisipasi penjual perantara dalam program khusus.

(2) Penetapan harga promosi, perusahaan dapat menggunakan beberapa teknik untuk

merangsang pembelian dini seperti : penetapan harga pemimpin kerugian, penetapan


harga acara khusus, rabat tunai, pembayaran berbunga rendah, jangka waktu pembayaran
yang lebih panjang, jaminan dan kontak jasa dan diskon psikologis.
(3) Penetapan Harga Terdiferensiasi, diskriminasi harga terjadi jika perusahaan menjual

produk atau jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan
proporsional dalam biaya. Fandy Tjiptono menambahkan bahwa metode penetapan
harga, dikelompokkan menjadi empat bagian yang terdiri dari :
a. Penetapan harga berbasis permintaan
Metode ini lebih menekankan harga pada faktor-faktor yang mempengaruhi
selera dan keputusan suka atau tidak suka dari konsumen. Metode ini mengabaikan
faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi permintaan seperti faktor seperti biaya,
laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai
pertimbangan, diantaranya yaitu : kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya
beli), kemauan pelanggan untuk membeli, posisi suatu produk dalam gaya hidup
pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan symbol status atau
hanya produk, manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan, dan
harga-harga produk substitusi. Yang termasuk dalam metode ini adalah :
1) Skimming Pricing
Yaitu strategi yang menetapkan harga awal yang tinggi ketika produk baru
diluncurkan dan semakin lama akan terus turun harganya.
18

2) Penetration Price
Strategi harga yang menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya
atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun
loyalitas merek dari pada konsumen.
b. Penetapan Harga yang Mempengaruhi Psikologi Konsumen Dalam konsep harga, Kotler
dan Keller juga menjelasakan penetapan harga yang mempengaruhi psikologi konsumen,
cukup menitikberatkan pada pertimbangan terhadap tiga topik kunci dalam harga yaitu :
a) Harga Referensi
Harga referensi (reference price) merupakan perbandingan harga yang diteliti
dengan harga referensi internal yang mereka ingat atau dengan kerangka referensi
eksternal seperti “harga eceran regular” yang terpasang.
b) Asumsi harga-kualitas
Banyak konsumen menggunakan harga sebagai indikator kualitas. Penetapan
harga pencitraan sangat efektif untuk produk sensitif seperti parfum, mobil mahal
dll. Atau biasa disebut dengan istilah pada penetapan harga yaitu Prestige Pricing.
Prestige Price adalah menetapkan harga yang tinggi demi membentuk image kualitas
produk yang tinggi yang umumnya dipakai untuk produk shopping dan specialty.
Contoh : roll royce, rolex, guess, gianni versace, prada, vertu, dan lain sebagainya.
c) Akhiran harga
Akhiran harga disebut juga dengan odd price atau harga yang berakhir dengan
angka ganjil. Odd Price atau harga ganjil merupakan salah satu strategi penetapan
harga yang akhir yang saat ini banyak digunakan oleh pelaku bisnis dan hal ini dirasa
cukup berhasil untuk menarik banyak konsumen dalam membeli produk atau jasa
yang ditawarkan. Namun hal yang perlu diingat adalah bagaimana penerapan strategi
ini tidak hanya dapat memberikan manfaat bagi perusahaan namun juga tetap
memikirkan kepentingan konsumen itu sendiri. Strategi harga odd price adalah
menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan
dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih
murah.
19

Contoh : Barang yang tadinya dihargai Rp. 100.000,- diubah menjadi Rp. 99.990,-
di mana konsumen mungkin akan melihat Rp. 99.990 jauh lebih murah daripada Rp.
100.000.- Seperti yang telah dibahas bahwa sebenarnya dengan menetapkan harga
ganjil merupakan salah satu cara yang secara psikologis mempengaruhi konsumen
untuk berpikir bahwa harga yang ditawarkan lebih murah dari pada harga yang
sebenarnya.
2.4 PROFITABILITAS
2.4.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan
laba pada tingkat yang dapat diterima. Menurut munawir (2002), profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode waktu tertentu.
Sedangkan definisi profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006) adalah hasil bersih
dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas dapat ditetapkan dengan
menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan
rasio keuangan sebagai salah satu analisis dalam menganalisis kondisi keuangan, hasil
operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

2.4.2 Pengukuran Profitabilitas


Kasmir (2014) menjelaskan bahwa hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat
evaluasi kerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak.
Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba
ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama
setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena itu, profitabilitas sering
disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen. Beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah :
1. Gross Profit Margin (GPM)

GPM mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan dan kemampuan


manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan
20

penjualan yang dilakukan perusahaan. Apabila harga pokok penjualan meningkat,


maka GPM akan menurun, begitu juga sebaliknya. Semakin besar rasio GPM, maka
semakin baik keadaan operasi perusahaan. sebalinya semakin rendah GPM, semakin
kurang baik operasi perusahaan (Gitman,2006). GPM menurut (Ang,1997) dapat
diukur menggunakan rumus:

GPM = Penjualan Bersih - Harga Pokok Penjualan


Penjualan Bersih

2. Net Profit Margin (NPM)

NPM adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan


semua biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat
kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. NPM sering digunakan
untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan beban beban yang
berkaitan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, maka semakin baik operasi
perusahaan begitu pula sebaliknya. NPM menurut (Ang,1997) dapat dihitung dengan
rumus :

NPM = Laba bersih sesudah pajak penjualan x 100%


Penjualan

3. Operating Ratio Margin (OPM)

Operating ratio menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam penjualan atau
berapa persentase biaya yang dikeluarkan dalam penjualan. Operating ratio
mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang tinggi menunjukkan
keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap
dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Semakin tinggi rasio OPM,
maka semakin baik pula operasi suatu perusahaan. OPM menurut (Ang,1997) dapat
dihitung dengan rumus :
21

OPM = Laba Operasi x 100% Penjualan

4. Return On Invesment (ROI) atau Return On Asset (ROA)

ROI atau biasa disebut juga Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Asset
(ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada
(Ang,1997). ROA menurut (Ang,1997) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak x 100%


Total Aktiva

Menurut James Van Home dan John M. Wachowicz (2009) bahwa net profit
margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang
memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan. Net profit margin tidak
memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak
memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Menurut Munawir (2002) ROA
memiliki beberapa manfaat yang antara lain:
a. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan

analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang
sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.
b. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi

perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam
perencanaan strategi.
c. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna untuk

kepentingan perencanaan.

5. Return On Equity (ROE)

ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur
dari modal pemilik. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham dan merupakan alat yang paling sering digunakan investor dalam
22

pengambil keputusan investasi. ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak
terhadap penyertaan modal saham sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk
laba bers sesudah pajak
ROE = x 100%
menghasilkan laba
atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan seringkali digunakan
untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama.
ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang
investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan
tersebut telah memilih untuk meningkatkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan
standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko
keuangan yang berlebihan.
6. Earning Per Share (EPS)

Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.
Banyak para calon pemegang saham yang tertarik dengan EPS karena hal ini merupakan
salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Laba per lembar saham atau EPS
diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi denganjumlah rata-
rata saham biasa yang beredar. Menurut Kasmir (2014) EPS dapat dihitung dengan
rumus :
EPS = Laba Bersih Sesudah Pajak - Dividen Saham Preferen Jumlah Lembar
Saham Biasa yang Beredar

Berdasarkan uraian diatas, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba dalam suatu periode (Munawir, 2002). Profitabilitas perusahaan
dapat diukur dengan menggunakan indikator ROA atau disebut juga ROA yang terdiri
dari laba sesudah pajak dan total aktiva perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. ANALISA KASUS MOSES AND SAN MIGUEL INC


Moses and San Miguel (MSM) adalah salah satu perusahaan selimut milik pribadi
terbesar di AS. Penjualan pada tahun 2004 diproyeksikan menjadi $ 26,5 juta. MSM akan
diaudit oleh Angkatan Laut AS mengenai kontraknya (baru pada tahun 2004) untuk memasok
125.000 selimut ke Angkatan Laut dan Korps Marinir. Sebuah tinjauan awal oleh seorang
auditor Angkatan Laut menunjukkan bahwa harga per blanked ($ 37,30) tidak sesuai dengan
biaya MSM. Apa yang harus dilakukan MSM sekarang?

A. PERUSAHAAN
MSM memproduksi dan mendistribusikan selimut dengan harga menengah dan kualitas tinggi
untuk pasar AS. MSM menjual tiga lini merek (Ashmont, Velona, dan Fairfax) dan satu lini
label pribadi. Label pribadi biasanya lebih dari setengah penjualan sektor komersial. Beberapa
informasi dasar tentang lini produk mereka untuk tahun 2004 ditunjukkan di bawah ini :

NO PRODUK UKURAN BERAT RATA-RATA PERENCANAA


(sq.in) HARGA N VOLUME
PENJUALAN 2004
1. Ashmont 72*90 3.75 $30.50
(pound) (grosir) 60.000
2. Velona 72*90 4.00 $31.95 130.000
3. Fairfax 72*90 5.00 $36.80 110.000
4. Label Pribadi 66*84 3.75 $31.50 375.000
5. Angkatan Laut AS 66*90 4.25 $37.30 125.000
*pe kerjaan Pabrik MSM 800.000

MSM menjual selimutnya kepada 10 distributor produk perlengkapan tidur (untuk


dijual kembali ke pengecer kecil) dan ke beberapa rantai besar yang membeli selimut langsung
dari pabrik (dalam pesanan besar) “untuk menghindari perantara”. Sebelum tahun 2004, MSM
tidak pernah menyuplai selimut kepada pemerintah AS, melainkan berfokus sepenuhnya pada
pasar komersial.

Selimut yang dijual MSM ke distributor seharga $ 35, biasanya akan dijual dengan
harga sekitar $ 60 di toko ritel, memungkinkan margin kotor 15% untuk distributor. 30% untuk

23
24

pengecer dan pengiriman $ 5. Toko diskon yang membeli langsung dan beroperasi dengan
margin lebih rendah dapat mengenakan biaya serendah $ 50 untuk selimut yang sama.
Pada awal tahun 2003, MSM memutuskan untuk menawar kontrak Angkatan Darat
yang besar karena mereka mengalami kesulitan untuk secara konsisten menjual semua
kapasitas mereka di sektor komersial. Selama kurun waktu 5 tahun, rata-rata MSM telah
beroperasi dengan kapasitas hanya 85 persen. Tawaran Angkatan Darat adalah kontrak "biaya-
plus" di mana MSM tidak memiliki pengalaman sebelumnya. Mereka kalah tawaran dari
pesaing yang lebih besar.

B. KONTRAK NAVY
Pada akhir tahun 2003, MSM mencari kontrak untuk memasok 125.000 selimut pesanan
khusus untuk Angkatan Laut AS dan Korps Marinir pada tahun 2004. Kontrak tersebut bukan
"biaya-plus" tetapi MSM setuju untuk mengizinkan Angkatan Laut ($ 37,30 per selimut)
mencerminkan adil penetapan biaya dan margin keuntungan yang adil.

C. PABRIK
MSM beroperasi dari satu pabrik di kawasan industri di pinggiran kota besar di Midwestern.
Bangunan tersebut, termasuk semua ruang gudang dan kantor, disewa dari pemilik kawasan
industri. Sewa sudah termasuk dalam biaya overhead pabrik.
Selimut ditenun dari gulungan benang yang sangat besar pada alat tenun semi-
otomatis yang diperoleh MSM, bekas, dari pabrik tekstil besar yang tutup karena semakin
banyak produksi dipindahkan ke luar negeri. Tidak ada kekurangan yang tersedia, peralatan
tenun tekstil yang dirawat dengan baik di AS. Selimut MSM menggunakan berbagai proporsi
benang katun, wol, dan sintetis (dacron atau polipropilen) untuk mendapatkan tampilan dan
rasa yang diinginkan pelanggan pada tempat tidur berkualitas tinggi, dengan harga yang sangat
wajar.

MSM memiliki dan mengoperasikan 13 alat tenun. Operasi kapasitas penuh untuk
setiap alat tenun adalah sekitar 20 shift delapan jam per minggu selama sekitar 50 minggu per
tahun. Pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan menghabiskan sisa waktu. Setiap produk dapat
25

diproduksi di salah satu alat tenun. Tingkat throughput per mesin bervariasi di 5 lini produk
sebagai berikut :

No Produk Selimut/Mesin/Shift
1. Ashmont 64
2. Velona 60
3. Fairfax 56
4. Label Pribadi 70
5. Angkatan laut 54
6. Rata-rata pada tahun 2004 63,5

Variasi hasil disebabkan oleh kecepatan lari yang berbeda untuk campuran benang
yang berbeda dan perbedaan kepadatan produk. Secara umum, lebih banyak kepadatan. Secara
umum, semakin padat tenunan selimut dan semakin mahal benang, semakin rendah kecepatan
menenun.
MSM membayar upah tinggi untuk komunitasnya, $ 15 hingga $ 20 per jam, ditambah
tunjangan yang baik. Totalnya sekitar $ 40.000 per pekerja per tahun, tidak termasuk tunjangan.
Setiap operator alat tenun dibayar untuk 2080 jam dan bekerja hanya 1920 jam. Sistem
pengupahan termasuk bonus insentif untuk produktivitas. Paket gaji ini memungkinkan MSM
untuk menjaga biaya tenaga kerja per selimut sangat rendah, meskipun membayar gaji dan
tunjangan yang baik.
MSM adalah salah satu dari sedikit konverter tekstil AS yang menguntungkan karena
filosofi pengoperasiannya yang sangat "ramping". Produktivitas tenaga kerja setinggi
konverter tekstil mana pun di negara ini. 53 operator alat tenun MSM rusak menjadi hanya 2
atau 3 orang per shift, tergantung pada bauran produk. Setiap operator menangani beberapa
alat tenun. Menggunakan peralatan bekas membuat investasi modal tetap rendah (hanya sekitar
$ 6,4 juta untuk alat tenun dan peralatan pendukung terkait). Perusahaan mendorong dengan
keras tema "buatan Amerika" untuk menjaga volume penjualannya tetap tinggi.
26

Sistem Akuntansi MSM


Biaya Manufaktur, MSM menggunakan sistem biaya standar untuk produksi. Semua
varian pengeluaran dibebankan langsung ke overhead pabrik. Biaya standar memungkinkan
untuk scrap dan limbah normal serta ketidakefisienan tenaga kerj a, tetapi jumlah ini sangat
rendah di MSM. Biaya bahan baku dibebankan ke produk dengan harga sebenarnya yang
dibayarkan untuk campuran benang dalam lini produk tertentu. Tenaga kerja pabrik ditetapkan
ke produk berdasarkan waktu kerja rata-rata per selimut, dengan mempertimbangkan beberapa
variasi kecil dalam waktu kerja di lima lini produk. Tunjangan tambahan dibebankan ke biaya
overhead pabrik.
Overhead pabrik ditetapkan pada berbagai produksi yang sangat luas. Total biaya
overhead pabrik yang direncanakan dibagi dengan total produksi yang direncanakan untuk
menghasilkan biaya overhead standar per selimut. Angka untuk tahun 2004 adalah $ 3,95 per
selimut. Biaya kelebihan kapasitas tidak menjadi masalah pada tahun 2004 karena pabrik
diproyeksikan akan beroperasi dengan kapasitas penuh. Biaya pabrik untuk lima lini produk
dirangkum di bawah ini :

Biaya perselimut
Produk Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Total
COGS
Ashmont $ 18,80 $ 2,50 $ 3,95 $ 25,25
Velona $ 19,90 $ 2,50 $ 3,95 $ 26,35
Fairfax $ 24,10 $2,75 $ 3,95 $ 30,80
Label Pribadi $ 20,05 $ 2,65 $ 3,95 $ 26,65
Angkatan laut $ 24,20 $ 2,90 $ 3,95 $ 31,05
Rata-rata $ 21,15 $ 2,68 $ 3,95 $ 27,78

Biaya Penjualan, Pemasaran dan Administrasi (SM & A). Untuk tujuan
memperkirakan biaya total yang digunakan dalam menetapkan harga jual yang direncanakan.
MSM membebankan biaya SM&A untuk produk pada tahun 2004 dengan tarif $ 96 per unit.
27

Ini sekitar 1/3 penjualan, 1/3 pemasaran, dan 1/3 administrasi Sebuah "unit" adalah istilah
teknis untuk unit kapasitas yang sama dengan satu alat tenun yang berjalan untuk satu shift.
Dengan 13 mesin tenun di pabrik, masing-masing mengoperasikan 980 shift per tahun,
kapasitas pabrik tahunan setara dengan 12.740 "unit" (13 x 980). Idenya adalah untuk
membebankan SM&A ke produk berdasarkan jumlah kapasitas yang dikhususkan untuk setiap
selimut karena biaya SM&A tidak bergantung pada volume, biaya per unit sangat bergantung
pada jumlah unit di penyebut.

MSM memilih untuk menetapkan SM&A ke produk dengan asumsi bahwa total
penjualan sama dengan 85% dari kapasitas. Jumlah ini ditetapkan berdasarkan penggunaan
kapasitas rata-rata selama lima tahun terakhir. Dengan menggunakan asumsi 85%, MSM akan
menyerap biaya SM&A secara berlebihan di tahun yang baik, seperti 2004, ketika bisnis
beroperasi dengan kapasitas penuh.

Harga Jual Standar, MSM menghitung harga jual yang diinginkan per selimut dengan
menambahkan laba yang direncanakan sebesar $ 240 per unit ke total biaya (CDGS plus
SM&A). Tarif poin $ 240 per unit ditetapkan untuk menghasilkan "pengembalian aset yang
digunakan" yang baik ketika MSM beroperasi mendekati kapasitas. Dengan menggunakan
sistem akuntansi ini, harga jual yang direncanakan untuk lima lini produk untuk tahun 2004
ditunjukkan di bawah ini :
28

Produk COGS Selimut Direncanakan


perselimut “Unit” SM & A Perencana Laba Harga Jual
Perselimut *1 Perselimut*2
Ashmont $ 25,25 64 $ 1,50 $ 3,75 $ 30,50
Velona $ 26,35 60 $ 1,60 $ 4,00 $ 31,95
Fairfax $ 30,80 56 $ 1,70 $ 4,30 $ 36,80
Label Pribadi $ 26,65 70 $ 1,40 $ 2,45 $ 31,50
$ 31,05 54 $ 1,80 $ 4,45 $ 37,20
Angkatan Laut
Rata-rata $ 27,78 63,5 $ 1,53 $ 3,82 $ 33,13

Keterangan :
1. Dengan harga $96 per "unit" Dibulatkan ke sepuluh sen terdekat. Tarif ini akan
menyerap semua biaya SM&A ketika volume sama dengan 85% kapasitas.
2. Pada $240 per "unit" dibulatkan
Di tahun seperti 2004 saat permintaan sangat kuat. MSM dapat menetapkan
harga yang direncanakan kepada semua pelanggannya dan masih menjual pabriknya.
Ketika permintaan tidak begitu kuat, harga biasanya harus diturunkan sejalan dengan
pengetahuan manajer penjualan tentang kondisi pasar yang kompetitif. Harga
angkatan laut $ 37,30 per selimut ditetapkan berdasarkan sistem yang dijelaskan di
atas. Karena harga secara umum terlihat masuk akal untuk kualitas dan ukuran (90 x
66) yang ditentukan dalam kontrak, hal itu untuk sementara diterima oleh Angkatan
Laut. Penentuan akhir harga, sesuai kontrak, bergantung pada audit Angkatan Laut
atas catatan biaya MSM, menurut Standar Akuntansi Biaya federal.

Audit Angkatan Laut


MSM tidak memiliki pengalaman dengan audit federal dan tidak tahu bagaimana
Angkatan Laut akan "mengevaluasi" harga $ 37,30. Manajemen berasumsi bahwa
mereka tidak akan kesulitan lolos dari audit karena harga yang dibebankan kepada
Angkatan Laut didasarkan pada sistem yang sama yang mereka gunakan untuk
menetapkan semua harga. Manajemen tahu bahwa bisnis tersebut tidak menghasilkan
keuntungan tinggi yang tidak normal dari semua selimutnya. Rencana mereka adalah
menunggu audit Angkatan Laut untuk melihat metode akuntansi apa yang harus
29

mereka gunakan, dan kemudian segera menerapkannya untuk pesanan Angkatan Laut.
Situasi mulai “menurun” dengan cepat ketika reaksi pertama auditor adalah
menanyakan mengapa Angkatan Laut dikenakan biaya 118% dari biaya non-
manufaktur rata-rata per selimut (1,80 / 1,53) dan 116% dari laba rata-rata per selimut
(4,45 / 3,82). Secara sepintas, katanya, harga TNI-AL terang-terangan tidak adil.
Kedua pemilik itu saling memandang dalam diam. Baik Doug San Miguel
maupun joe Moses tidak memiliki pengetahuan tentang sistem akuntansi. Moses
menangani penjualan dan San Miguel menjalankan pabrik. Mereka selalu berasumsi
bahwa semua akuntansi dilatih tentang hal yang sama dan bahwa mereka bagaimana
"menghitung biji". Semua sejak mereka sadar bahwa jika mereka ingin
mempertahankan bisnis Angkatan Laut dan menghindari gugatan hukum federal,
mereka sangat membutuhkan kursus kilat dalam penetapan biaya produk.

3.2 PERTANYAAN
1. Hitung laporan laba rugi yang direncanakan untuk MSM tahun 2004 dalam bentuk akuntansi
yang baik. Asumsikan perusahaan dibiayai ekuitas 100%?
Penyelesaian :

Perhitungan Laba Rugi :

GOGS Selimut SM&A Selimut Direncanaka Selimut Total


Produk per COGS per SM&A
unit unit n harga jual unit Penjualan
selimut selimut
Ashmont 25,25 64 $1.616,0 1,5 64 $ 96,00 30,5 64 $1.952,00
0
Velona 26,35 60 $1.581,0 1,6 60 $ 96,00 31,95 60 $1.917,0
0 0
Fairfax 30,8 56 $1.724,8 1,7 56 $ 95,20 36,8 56 $2.060,8
0 0
Label 26,65 70 $1.865,5 1,4 70 $ 98,00 31,5 70 $2.205,00
Pribadi 0
Angkatan 31,05 54 $1.676,7 1,8 54 $ 97,20 37,2 54 $2.008,8
laut 0 0
$8.464,0
Total $ 482,40 $10.143,60
0

Laba = Total Penjualan - COGS


- SM&A

$
1.197,2
30

Penyelesaian :

Lamanya waktu penerimaan piutang : 45 hari


Lamanya perputaran persedian Lamanya
perputaran Hutang
a. Bahan baku : 6 hari
b. Tenaga Kerja : 30 hari
c. Overhead : $ 107,05 x 81 hari = $ 8.671,05
d. SM & A : $ 13,3 x 81 hari = $ 1.077,3
e. Kas Minuman $ 500.000 ROA: $ =19,75 x 81 hari = $ 1.599,75
Penjualan Bersih : $ 8 x 81 hari = $ 648
Modal Kerja Bersih
13.603,95
511.966,1 = $0,03

Penyelesaian :
3. Dengan asumsi hanya biaya tenaga kerja pabrik dan bahan baku yang menjadi variabel,
hitung titik impas untuk MSM dalam selimut per tahun, pada campuran rata-rata?

BEP = FC
P-VC
$ 1,53
33.13- (21,15 + 2,68)
= 1.53
33.13- 23,83
=153
9,3
= $ 0,16
31

4.Misalkan MSM sedang mempertimbangkan untuk memperkenalkan lini baru selimut


kepadatan rendah, Del Monte (72 x 90 inci, 3,50 pound, dan 84 selimut / unit) dengan biaya
bahan baku $ 19,60 dan biaya tenaga kerja pabrik $ 2,45. Berapa harga yang perlu ditagih oleh
MSM per selimut untuk mendapatkan keuntungan normal di bawah sistem akuntansi mereka
saat ini?
Penyelesaian :

a. Kontrak Angkatan Laut


Pendapatan Hilang 125.000 x 37.30 = $ 4.662.500
Penghematan Biaya
SM & A 125.000 x 1.8 = $ 225.500
Buruh Pabrik 125.000 x 2.9 = $ 362.500
Penurunan Laba ($ 4.075.000)

b. Del Monte
Pendapatan Tambahan 194.444 x 29.95 = $ 5.823.598

Biaya Tambahan

SM&A 194.444 x 1.1 = $ 213.888

Buruh Pabrik 194.444 x 2.45 = $ 476.388

Peningkatan Laba $ 5.133.322

4. Jika MSM mengganti kontrak Angkatan Laut dengan Del Monte, berapa banyak selimut
yang perlu mereka jual per tahun untuk menjaga keuntungan keseluruhan pada tingkat
yang sama seperti tahun 2004?

Penyelesaian :
Laba per Harga jual per
Laba ($)
selimut selimut
Asli 4,45 37,30 556.250

Baru 3,82 36,67 477.500


5. Hitung ulang biaya selimut Angkatan Laut dengan asumsi berikut:
a. Biaya bahan baku oke
b. Semua biaya lainnya dianggap non-variabel
c. Biaya non-variabel diberikan ke produk berdasarkan biaya rata-rata per selimut
d. Gunakan format berikut:
i. Biaya Bahan Baku -------------
32

ii. Biaya tenaga kerja--------------


iii. Biaya Overhead Pabrik -------------
iv. Biaya SM&A ------------
v. Total biaya ---------------

Penyelesaian :

a. Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya Bahan Baku


Produk Bahan Baku ($) Selimut / unit Baru
Ashmont 18,8 64 1203,2
Velona 19,9 60 1194
Fairfax 24,1 56 1349,6
Label Pribadi 20,05 70 1403,5
Angkatan laut 24,2 54 1306,8
Total 107,05 6457,1

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya Tenaga Kerja
Produk Tenaga Kerja ($) Selimut / unit Baru
Ashmont 2.5 64 160
Velona 2.5 60 150
Fairfax 2.75 56 154
Label Pribadi 2.65 70 185.5
Angkatan laut 2.9 54 156.6
Total 13.3 806.1

aaaaa
c. Biaya Overhead Pabrik
Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik
Produk
($) Selimut / unit Baru
Ashmont 3.95 64 252.8
Velona 3.95 60 237
Fairfax 3.95 56 221.2
Label Pribadi 3.95 70 276.5
Angkatan laut 3.95 54 213.3
Total 19.75 1200.8

d. Biaya SM & A
Product Biaya SM & A per Biaya SM &A Baru
Selimut Selimut perunit
Ashmont $1.50 64 $96
33

Velona $1.60 60 $96


Fairfax $1.70 56 $95.2
Label Pribadi $1.40 70 $98
Angkatan laut $1.80 54 $97.2
Total $8 54 $482.4

e.Total Biaya
Produk Bahan Baku Tenaga Overhead SM & A Total Biaya
Langsung Kerja Pabrik
Langsung
Ashmont 1203.2 $160 $252.8 $96 $1712
Velona 1194 $150 $237 $96 $1677
Fairfax 1349.6 $154 $221.2 $95.2 $1820
Label Pribadi 1403.5 $185.5 $276.5 $98 $1963.5
Angkatan laut 1306.8 $156.6 $213.3 $97.2 $1773.9
Total Biaya 6457.1 $806.1 $1200.8 $482.4 $8946.4

6. Berapa harga jual yang disiratkan oleh biaya ini jika keuntungan dibatasi hingga 10% dari
penjualan?
Penyelesaian :

Direncanakan harga Harga jual 10% dari


Harga jual
jual penjualan
Ashmont 30,5 3,05 33,55
Velona 31,95 3,195 35,145
Fai rfax 36,8 3,68 40,48
Label Pribadi 31,5 3,15 34,65
Angkatan laut 37,2 3,72 40,92

7. Hitung ulang biaya selimut Angkatan Laut dengan asumsi berikut :


a. Hanya biaya bahan baku yang bervariasi
b. Semua biaya tetap (tenaga kerja, overhead pabrik, dan SM&A) ditetapkan ke produk
berdasarkan penggunaan kapasitas pada "volume normal"
c. Volume normal adalah 85% dari kapasitas
d. Gunakan format yang sama seperti di Pertanyaan 6

Produk Selimut unit Biaya Total biaya


Ashmont 64 18,8 1203,2
Velona 60 19,9 1194
34

Fairfax 56 24,1 1349,6


Label Pribadi 70 20,05 1403,5
Angkatan laut 54 24,2 1306,8
Total 107,05
Penyelesaian:
a. Biaya bahan baku langsung
35

b. Biaya tenaga kerja langsung


Produk Selimut unit Biaya Total biaya
Ashmont 51,2 2,5 128
Velona 48 2,5 120
Fairfax 44,8 2,75 123,2
Label Pribadi 56 2,65 148,4
Angkatan laut 43,2 2,9 125,28
Total 13,3

c. Biaya Overhead pabrik


Produk Selimut unit Biaya Total biaya
Ashmont 51,2 3,95 202,24
Velona 38,4 3,95 151,68
Fairfax 35,84 3,95 141,568
Label Pribadi 44,8 3,95 176,96
Angkatan laut 34,56 3,95 136,512
Total 19,75

d.Biaya SM & A
Produk Selimut unit Biaya Total biaya
Ashmont 51,2 1,5 76,8
Velona 40,96 1,6 65,536
Fairfax 30,72 1,7 52,224
Label Pribadi 28,672 1,4 40,1408
Angkatan laut 35,84 1,8 64,512
Total 8

8. Berapa harga jual per selimut yang disiratkan oleh biaya ini jika laba diharapkan sebesar
15% ROA? Anda dapat mengasumsikan investasi modal kerja bersih sebesar 20% dari
penjualan untuk pertanyaan ini ?

Penyelesaian :
Laba yang diharapkan 15 % dari ROA = 15% x ROA
= 15% x 0,03 (ROA pada soal no.2)
= $ 0,004

Modal kerja bersih 20% = 20 % x 13.603,95 (total Harga Jual direncanakan)


dari Penjualan = 2.720,79

Harga jual = Modal kerja Bersih + Laba


= 2.720,79 + 0,004
= 2.720,794
36

Harga jual/unit = 2.720,79


30,4
= $ 89,50

9. Berapa harga per selimut yang menurut Anda "adil" untuk kontrak Angkatan Laut?
Mengapa? Tunjukkan perhitungan Anda.

Penyelesaian :

Laba per Harga jual per


Laba ($)
selimut selimut
Asli 4,45 37,30 556.250

Baru 3,82 36,67 477.500

Menurut kami agar adil, MSM menurunkan harga jual untuk menyenangkan Angkatan
Laut :
a. Membuat Angkatan Laut senang
b. MSM akan mempertahankan reputasi dan citra perusahaanny
c. Gugatan hokum akan dihindari
d. Masih ada keuntungan tambahan $ 477.500 dari pada jika mereka hanya memiliki
4 produk.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dalam memulai usaha, selain modal dan ide, penting bagi Perusahaan untuk memahami
tentang harga dan promosi. Sebab, kedua komponen ini mempengaruhi keputusan calon
konsumen untuk melakukan pembelian barang atau menggunakan jasa suatu perusahaan.
Apalagi di era digital saat ini, konsumen jadi lebih mudah dalam membandingkan harga.
Tujuan penetapan harga sangat penting dalam menjalankan bisnis jual-beli. Harga
tentunya memiliki peranan penting dalam tercapainya kesepakatan jual-beli antara konsumen
dan produsen. Perusahaan harus menetapkan harga dengan baik agar konsumen tertarik dengan
suatu produk.
Penetapan harga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal,
meliputi tujuan pemasaran perusahaan, biaya, strategi bauran pemasaran, serta metode
penetapan harga. Sementara itu, faktor eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan,
persaingan, serta elemen lingkungan yang lain.
Dari uraian materi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Penetapan Harga adalah:
1. Mendapatkan Target Pasar, Penjual bisa mendapatkan target pasar yang lebih besar
ketika berhasil menentukan harga yang sesuai. Ini berlaku jika harga yang ditawarkan
bersaing di pasaran menjadi lebih terjangkau atau lebih murah dibandingkan harga
kompetitor.
2. Usaha Meningkatkan Keuntungan, Harga memberi pengaruh besar pada kemampuan Anda untuk
meningkatkan keuntungan dari bisnis yang Anda jalankan. Tak hanya harus melebihi harga beli
bahan baku dan tenaga, pengusaha juga perlu menyesuaikan harga dengan kemampuan serta daya
beli konsumen. Trik lain dalam meningkatkan penjualan, Anda bisa tetap mencantumkan harga asli
yang diberi tanda coret, kemudian di bawahnya tampilkan harga diskon atau harga khusus selama
promosi dalam jangka waktu tertentu.

4.2 Saran

Agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat bersaing dengan kompetitor, selain
memperhatikan penentuan harga produk dan profitabilitas, perusahaan juga perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

37
38

1. Menentukan Kuantiti atau Kualitas


2. Memanfaatkan Sosial Media
3. Melakukan Terobosan Baru
4. Menyatukan Kualitas dan Kuantiti
5. Mendata Harga dan Produk dengan Tepat
DAFTAR PUSTAKA

Don Hansen and Maryanne Mowen, Liming, Guan. 2009. Cost Management^ edition,
Thomson-Southwestern

Hansen, Don. R & Maryanne M. Mowen. 2011. Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi
8. Jakarta : Salemba Empat

http://repository.radenintan.ac.id/1117/3ZBAB II.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/132421628.pdf

39

Anda mungkin juga menyukai