Anda di halaman 1dari 6

BIAYA SOSIAL MONOPOLI

Kekhawatiran akan dampak negatif dari monopoli ada benarnya sebab ada beberapa
kerugian yang di alami masyarakatnya (biaya sosial)antara lain:
Ada beberapa kerugian yang dialami masyarakat (biaya sosial), antara lan :
a. Hilang atau Berkurangnya Kesehjahteraan Konsumen (Dead Weight Loss).
Monopoli mempunyai satu ciri yaitu hanya ada satu produsen yang menguasai
penawaran,sehingga tidak ada lagi orang mempunyai prilaku konsumen,karena sudah tidak
ada lagi produsen yang lainya, jadi produsen bisa menawarkan harga yang bisa
menguntungkan untuk perusahaanya. Secara langsung perusahaan ingin mendapatkan laba
yang sebesar-besarnya.

b. Menimbulkan Eksploitasi Terhadap Konsumen dan Pekerja


Monopoli menimbulkan eksploitasi, baik terhadap konsumen maupun terhadap tenaga
kerja. Eksploitasi ini timbul karena monopolis selalu berproduksi pada harga yang lebih
tinggi dari biaya marjinalnya. Bagi konsumen, eksploitasi timbul karena mereka harus
membayar (harga) lebih tinggi dari biaya produksi unit terakhir output-nya (MC).sedangkan
dianggap juga menimbulkan eksploitasi bagi tenaga kerja karena mereka dibayar lebih rendah
dari jumlah yang diterima monopolis (yaitu harga jualnya). Dalam hal ini pemilik faktor
produksi tenaga kerja dibayar upah yang lebih rendah daripada kontribusinya dari tenaga
kerja tersebut, bila dinilai dengan harga pasar yang berlaku bagi output.

c. Memburuknya Kondisi Makroekonomi Nasional


Jika disetiap industri muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah output akan
lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya. Monopolis selalu berproduksi pada tingkat
output dimana AC-nya tidak minimum (selama kurva permintaannya berbentuk menurun,
maka perusahaan akan selalu memilih tingkat output apda saat AC menurun). Keseimbangan
makro terjadi dibawah keseimbangan ekonomi karena tidak seluruh faktor produksi terpakai
sesuai dengan kapasitas produksi, sehingga menimbulkan pengangguran tenaga kerja maupun
faktor-faktor produksi yang lain. Selanjutnya keadaan ini akan melemahkan daya beli,
menciutkan pasar, yang memaksa perusahaan memproduksi lebih sedikit lagi. Begitu
seterusnya sehingga perekeonomian secara makro dapat mengalami stagflasi, dimana
pertumbuhan ekonomi mandek, pengangguran tinggi, tingkat inflasi juga tinggi.
d. Memburuknya Kondisi Perekonomian Internasional

Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan inflasi. Tetapi optmisme


terhadap perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena fakta menunjukan bahwa
perusahaan-perusahaan yang besar (terutama MNC) telah menjadi perusahaan monopoli
alamiah. Karena sahamnya dimiliki pihak swasta, tujuan perusahaan ini adalah maksimalisasi
laba. Karenanya jika dibiarkan bersaing bebas, MNC akan menggilas perusahaan-perusahaan
yang ada di NSB.
Sebagai contoh dimana Jepang juga mempunyai perusahaan yang outputnya sama dengan PT
Telkom Indonesia. Jika PT Telkom tidak mampu lagi berproduksi, perusahaan Jepang
tersebut akan berperilaku sebagai monopolis dalam pasar produk telekomunikasi di
Indonesia. Hal ini dapat merugikan konsumen di Indonesia.
Ada banyak cara yang ditempuh pemerintah dalam pengaturan monopoli. Misalnya dengan
membuat undang-undang anti monopoli yang membatasi dan mengatur kemampuan
perusahaan untuk memiliki daya monopoli yang besar.
Kadang-kadang karena alasan ideologis, monopoli tidak terhindarkan. Untuk itu perusahaan-
perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada dibawah kontrol pemerintah, dengan cara
menempatkan saham pemerintah sebagai sebagian terbesar dari saham perusahaan. Di
Indonesia hal tersebut dilakukan lewat penyertaan saham pemerintah untuk beberapa industri
strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak (pasal 33 UUD 1945) Pertamina, PT.
Telkom, PLN, Perusahaan Air Minum dan perusahaan transportasi kereta api adalah contoh
dare berates-ratus badan usaha milik pemerintah yang memiliki daya monopoli karena
legalitas.
DISKRIMINASI HARGA

Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan
dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama
karena alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua
perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga.
Tujuan utama pelaku usaha melakukan diskriminasi harga yaitu untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar dibayar oleh
konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya kenyataan bahwa
konsumen sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka perusahaan akan
berusaha merebut surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan diskriminasi harga
Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
1. Jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar.
Apabila monopolis dapat memisah-misahkan pasar, maka para konsumen akan membeli di
pasar yang memiliki harga rendah, yang lama kelamaan akan menaikkan harga dan
menjualnya di pasar yang memiliki harga tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan harga .
Sehingga harga dalam kedua pasar tersebut menjadi sama.
2. Elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda di antara kedua pasar supaya
diskriminasi harga tersebut menguntungkan.
Jenis – jenis diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
1. Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-
masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh:
seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya.
Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1

Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik
tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat
P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka
Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila
produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli
produk tersebut. Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah
maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus
konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun
menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price
discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.
2. Diskriminasi harga derajat 2
Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price konsumen. Contoh:
perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang
membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya. Diskriminasi harga
derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik
tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output
bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan
sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran
lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung
per pak daripada membeli barang eceran.
3. Diskriminasi harga derajat 3
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui
reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok
konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik
konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala
di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3 juga
dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3


Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 3.
Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang lebih
inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

Contoh diskriminasi harga :

Harga tiket menonton di bioskop akan berbeda di hari biasa dari pada saat weekend. Dengan tujuan
agar mendapat keuntungan yang lebih besar dari hari biasanya. Karena di hari libur sasaran yang
dituju adalah orang yang berbisnis yang mana dianggap ber uang

Anda mungkin juga menyukai