PENDAHULUAN
Sebagai salah satu variabel bauran pemasaran, selain produk, distribusi, dan promosi,
harga juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi pemasar untuk menjangkau pasar
sasaran atau untuk menarik pembeli. Persoalan yang komplek selalu dihadapi oleh pemasar
dalam upaya menetapkan harga untuk produknya. Kekomplekan dan pentingnya penetapan
harga ini memerlukan suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan penetapan tujuan
dan pengembangan suatu struktur penetapan harga yang tepat.
Ditinjau dari segi ilmu ekonomi, harga, nilai, dan faedah (utility) merupakan konsepkonsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk yang dapat memuaskan
kebutuhan.
Nilai
adalah
ungkapan
secara
kuantitatif
tentang
kekuatan
barang
untuk dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam perekonomian sekarang ini
untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu produk menggunakan
uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan di dalam pertukaran tersebut
mencerminkan tingkat harga dari suatu barang. Jadi, harga dapat didefinisikan seperti
berikut.
Harga adalah sejumlah uang dan/atau seuatu yang lain beserta faedahnya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan suatu produk (Etzel, Walker, and Stanton, 1997).
Dengan kata lain harga itu merupakan apa yang kita bayarkan untuk mendapatkan
sesuatu.
Dewasa ini suatu perusahaan dituntut untuk tanggap terhadap
perubahan suatu lingkungan dalam dunia pemasaran karena semakin
banyaknya
para
pesaing
dalam
dunia
usaha,
utamanya
dalam
setiap
perusahaan
Kebijaksanaan
memperhitungkan
dari
selalu
memperhatikan
perusahaan
faktor-faktor
yang
laba
atau
rugi.
sangat
diperlukan
dalam
dapat
mempengaruhi
dalam
harga jual yang tidak tepat sering kali berakibat fatal pada masalah
keuangan perusahaan atau badan usaha dan akan mempengaruhi
kontinuitas usaha tersebut. Ketidaktepatan tersebut akan menimbulkan
resiko pada perusahaan, misalnya kerugian yang terus menerus atau
menumpuknya harus menetapkan harga jualnya secara tepat karena
harga
merupakan
satu-satunya
unsur
bauran
pemasaran
yang
Jika suatu perusahaan dapat mengenakan satu harga untuk semua pelanggannya,
harga tersebut akan menjadi P* dan jumlah yang diproduksi akan menjadi Q*. Idealnya,
perusahaan ingin mengenakan harga yang lebih tinggi kepada konsumen yang bersedia
membayar lebih besar daripada P*, dengan demikian merebut sebagian surplus
konsumen dalam wilayah Akurva permintaan tersebut. Perusahaan itu juga ingin menjual
kepada konsumen yang bersedia menjual kepada konsumen yang bersedia membayar
harga yang lebih rendah daripada P*, tetapi hanya jika tindakan demikian tidak
memerlukan penurunan harga kepada konsumen lainnya. Dengan cara seperti itu,
perusahaan tersebut dapat juga merebut sebagian surplus dalam wilayah B kurva
permintaan tersebut
2. Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang
berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi
harga terjadi jika produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga
yang berbeda. Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan memperkenalkan
konsep surplus konsumen. Surplus konsumen adalah nilai barang dan jasa bagi para
konsumen di atas dan di luar jumlah yang mereka bayarkan kepada pada penjual.
Diskriminasi harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang
yang tidak mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga
tinggi. Ternyata, praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Monopolis menaikkan harga jual produk dan menurunkan jumlah penjualan untuk
begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat
banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan
harus mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat
surplus konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh
konsumen namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut
perfect price discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.
2. Diskriminasi harga derajat 2
Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini
dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price
konsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda
harganya. Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji
pada gambar berikut :
menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih
baik membeli barang langsung per pak daripada membeli barang eceran.
3. Diskriminasi harga derajat 3
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masingmasing kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena
perusahaan tidak mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi
mengetahui reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat
dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala di pedesaan dan di
perkotaan akan berbeda harganya. Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan
kedalam grafik yang tersaji pada gambar berikut :
besar dari surplus konsumen yang permintaanys kecil. Sebaliknya,perusahaan itu sebaiknya
menetapkan biaya penggunaan diatas biaya marjinal dan menetukan biaya masuk sama
dengan surplus konsumen lainnya dari orang orang yang mempunyai permintaan kecil.
Banyak Konsumen
Namun kebanyakan perusahaan menghadapi berbagai Janis konsumen yang mempunyai
permintaan yang berbeda-beda.
5. Penggabugan
Penggabungan (bundling) adalah sebuah bentuk umum dari pengikatan, dimana perusahaan
mengharuskan pelanggan yang membeli atau menyewa sebuah produk atau jasanya juga
untuk membeli atau menyewa produk atau jasa lainnya ketika pelanggan memiliki selera
yang berbeda tetapi perusahaan tidak bisa melakukan diskriminasi harga (seperti dalam
pengikatan). Dengan menjual atau menyewakan produk atau jasa sebagai sebuah paket atau
bundle dibanding sebagai bagian yang terpisah, seorang monopolis bisa meningkatkan laba
totalnya.
Penggabungan Campuran
Sebagaiman terlihat dari namanya, perusahan menawarkan produk-produknya secara
terpisah maupun sebagai suatu gabungan, dengan harga paket dibawah jumlah
masing-masing harga tersebut
Pengikatan
Pengikatan (tying) mengacu pada keharusan bagi konsumen yang membeli atau
menyewa sebuah produk untuk juga membeli produk yang lain yang dibutuhkan
untuk menggunakan produk yang pertama.
6. Iklan
Penetapan harga berperan penting bagi suatu perusahaan, tetapi kebanyakan perusahaan yang
memiliki kekuatan pasar mempunyai keputusan penting lainnya yang harus diambil, yaitu
berapa banyak untuk beriklan. Iklan dapat lebih jauh meningkatkan laba. Rasio iklan dengan
penjualan yang memaksimalkan laba adalah sama besarnya dengan elastisitas iklan dan harga
permintaan.