Anda di halaman 1dari 11

A REVIEW: POTENSI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN RISK MANAGEMENT

Dwi Iryaning Handayani


Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Panca Marga Probolinggo
Jalan Yos Sudarso 107 Pabean Dringu Probolinggo
dwiiryaninghandayani@yahoo.co.id

Abstrak

Supply Chain Risk Management merupakan risiko yang terjadi pada aliran produk, informasi, bahan
baku sampai pengiriman produk akhir yang mengancam keseluruhan supply chain dari pemasok awal
hingga sampai konsumen. Sedangkan Supply chain disruptions (gangguan rantai pasok) adalah peristiwa
tak terencana yang terjadi dalam rantai pasok yang bisa mempengaruhi aliran bahan dan komponen.
Kejadian risiko yang terjadi didalam supply chain telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
sehingga perlu dilakukan review untuk mengetahui potensi risiko yang terjadi pada supply chain. Risiko
yang terjadi pada supply chain berdasarkan hasil penelitian sebelumya terdapat 120 jenis risiko.
Kesamaan risiko yang terjadi pada supply chain menghasilkan 17 jenis risiko yang sama pada supply
chain dan terdapat 3 risiko yang sering terjadi yaitu risiko demand, keterlambatan bahan baku, Bencana
alam (discruption), sedangkan 14 risiko lainnya yaitu , kwalitas supplier, kwalitas produk, sistem
informasi, harga, suplai, produk rusak digudang, finansial, ketergantungan supplier, penundaan,
kapasitas produksi, persediaan, kekurangan bahan baku, selisih stok dan politik. Adapun mitigasi yang
dapat dilakukan dalam mengatasi gangguan supply chain ada 9 strategi yaitu: postponement, strategy
stock, flexible supply base. make and buy, economic supply incentives, flexible transportation. revenue
management via dynamic pricing and promotion, assortment planning. silent product rollover.

Kata Kunci: Potensi, Supply Chain, Risk Management

I. PENDAHULUAN
Studi tentang risiko dimulai pada abad ketujuh belas dengan menerapkan ilmu
matematika teori probabilitas dalam perjudian (Frosdick, 1997). Risiko selalu dihubungkan
dengan ketidakpastian bahwa probabilitas kenyataan tidak sesuai dengan harapan (Waters,
2007). Dimana risiko diartikan sebagai probabilitas kerugian dari suatu kejadian, sedangkan
ketidakpastian dinyatakan sebagai exogenous disturbance. Begitu juga dengan Frosdick
(1997) menyatakan bahwa risiko adalah probabilitas suatu kejadian yang mengakibatkan
kerugian selama periode tertentu. Dimana risiko dapat memiliki makna positif jika
berpeluang sebagai kesempatan dan bermakna negatif jika risiko berpeluang sebagai
ancaman atau threat (Hilson, 2001). Namun risiko umumnya dipandang sebagai sesuatu
yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya sehingga risiko
cenderung kepada kerugian yang terjadi dalam waktu tertentu (Frosdick, 1997). Kerugian
merupakan wujud dari ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif
oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Waters (2007) risiko pada sebuah industri dapat terjadi pada bagian supply
chain atau mengancam keseluruhan supply chain dari pemasok awal hingga sampai
konsumen. Faktor penyebab timbulnya risiko pada jaringan supply chain menurut
Punniyamoorty (2013) antara lain jaringan supply chain yang semakin kompleks, tingginya
ketergantungan kepada pemasok, adanya perbedaan interaksi organisasi didalam supply
chain, pendeknya life cycle dari sebuah produk. Sedangkan menurut Skipper dan Hanna
(2009) faktor penyebab dari timbulnya risiko yaitu adanya ketidakpastiaan dalam supply
dan demand, siklus hidup dari produk dan teknologi semakin pendek, peningkatan
penggunaan distribusi, manufaktur, dan mitra logistik. Sama halnya dengan Hadavale dan
Alexander (2009) penyebab risiko pada supply chain di awali dengan ketidakpastiaan yang
melekat dalam supply chain yag terdiri dari ketidakpastiaan permintaan, ketidakpastiaan
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

kapasitas, ketidakpastiaan waktu pengiriman, perubahan teknologi, perubahan kondisi


pasar, persaingan, isu politik, dan peraturan pemerintah. Biasanya, satu penyebab risiko
dapat merangsang lebih dari satu kejadian risiko.
Kejadian risiko yang terjadi didalam supply chain menurut beberapa peneliti seperti,
Zsidisin dkk (2004) risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan
pelanggan. Kekurangan material, biaya yang semakin meningkat, panjangnya lead time
(Feng dan Mei, 2011). Sedangkan menurut Ritchie dan Brindley (2007) risiko yang sering
terjadi pada supply chain antara lain: Risiko tertundanya pengiriman material akan
menyebabkan berhentinya proses aktivitas produksi, risiko kenaikan biaya dari bahan baku,
risiko kenaikan biaya juga dapat menyebabkan perpindahan tempat operasional dan mencari
transportasi, risiko dari kerusakan salah satu mesin produksi di pabrik dapat menyebabkan
terhentinya aktivitas produksi.
Berdasarkan hasil penelitian supply chain risk management telah menghasilkan risiko
yang terjadi dalam supply chain, sehingga penulis mereview hasil penelitian yang berkaitan
dengan risiko yang terjadi pada supply chain untuk mengetahui potensi risiko yang sering
terjadi didalam supply chain dan rencana mitigasi yang harus dilakukan agar perusahaan
mampu mengelola risiko secara efektif dalam menjamin kelancaran aliran produk sepanjang
supply chain. (Jutner et al, 2003.)

II. MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK


Supply Chain Risk Management (SCRM) merupakan perpaduan antara konsep Supply
Chain Management dan Risk Management (Brindley, 2004), yang mana Supply Chain Risk
Management berkolaborasi dengan patner supply chain dalam mengaplikasikan proses risk
management. Berikut ini merupakan gambar supply chain risk management.

Gambar 1. Supply Chain Risk Management


Sumber : (Brindley, 2004)

Menurut Zsidisin dkk (2004), Supply Chain Risk Management berkaitan dengan
kegagalan pemasok dalam memasok barang sehingga permintaan konsumen tidak
terpenuhi. Sedangkan Peck dkk (2003) Supply Chain Risk Management merupakan risiko
yang terjadi pada aliran produk, informasi, bahan baku sampai pengiriman produk akhir.
Risiko pada supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang disebabkan oleh
ketidak seimbangan antara permintaan dan pasokan. Sedangkan Supply chain disruptions
(gangguan rantai pasok) adalah peristiwa tak terencana yang terjadi dalam rantai pasok
yang bisa mempengaruhi aliran bahan dan komponen (Svensson, 2000). Gangguan rantai
pasok dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti panjangnya lead time, stock out,
ketidak mampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan, dan kenaikan biaya (Levy, 1995;
Svensson, 2000; Riddalls dan Bennett, 2002; Chopra dan Sodhi, 2004).
Selain itu risiko merupakan fungsi dari tingkat ketidak pastian dan dampak dari suatu
peristiwa (Sinha et al., 2004). Risiko menurut (Australian/New Zealand Standart (2004)
merupakan suatu kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan akan mempengarui tujuan.
Risiko umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan
konsekuensi lainnya. Risiko lebih dikaitkan dengan kerugian yang diakibatkan oleh
kejadian yang mungkin terjadi dalam waktu tertentu (Jutner et al., 2003). Kerugian tersebut

26
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

sebenarnya merupakan bentuk ketidak pastian yang seharusnya dipahami dan dikelola
secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai
tambah dan mencapai tujuan organisasi. Menurut Goh et al. (2007) ada dua jenis risiko
pada supply chain (SC) yaitu risiko yang timbul dari internal jaringan rantai pasok dan yang
berasal dari lingkungan eksternal rantai pasok, yang mana risiko dapat dievaluasi mulai dari
perencanaan, pengadaan, transportasi, gudang (Vanany et al., 2009). Perusahaan harus
waspada dengan risiko yang dapat membahayakan keselamatan jangka pendek jangka
panjang pada supply chain, disamping itu risiko dapat menggangu, menunda material,
informasi dan arus kas, yang pada akhirnya dapat merusak penjualan, meningkatkan biaya,
atau keduanya (Chopra dan Sodhi, 2004). Tang (2006) membagi risiko pada rantai pasok
menjadi dua jenis risiko yaitu :
1. Risiko Operasional merupakan ketidakpastian yang berasal dari dalam rantai pasok yang
terdiri dari ketidakpastian permintaan, supply dan biaya.
2. Risiko Gangguan (disruptions) merupakan risiko akibat gangguan dalam skala besar
yang diakibatkan oleh alam dan manusia (seperti gempa bumi, banjir, badai, serangan
teroris dan sebagainya) maupun krisis ekonomi (seperti devaluasi nilai tukar).
Risiko bisa datang dengan berbagai faktor penyebab dan bentuk, beragamnya risiko
mendorong para peneliti untuk mengklasifikasikan risiko dalam rantai pasok. Risiko rantai
pasok menurut Tumala dan Schoenher (2011) merupakan suatu peristiwa buruk yang dapat
mempengaruhi operasi rantai pasok. Biasanya, satu penyebab risiko dapat merangsang lebih
dari satu kejadian risiko. Misalnya, masalah dalam suatu sistem produksi pemasok dapat
mengakibatkan kekurangan bahan dan menolak peningkatan yang terakhiri karena kurang
mampu memasok (Pujawan et al., 2009). Terjadinya risiko dapat mengakibatkan kerugian
yaitu sebuah konsekuensi negatif yang tidak diinginkan dan ketidak pastian. Oleh karena itu
kemampuan untuk mengelola risiko secara efektif dianggap penting dalam menjamin
kelancaran aliran produk sepanjang supply chain (Jutner et al., 2003).

III. KATEGORI DAN JENIS RISIKO SUPPLY CHAIN MANAGEMENT


Dalam menilai risiko yang terjadi, pertama kali kategori risiko harus ditentukan
(Blackhurst, 2009). Chopra dan Sodhi (2004) mengelompokkan sembilan kategori risiko
yaitu: gangguan, keterlambatan, sistem breakdown, peramalan, properti kekayaan
intelektual, pengadaan, piutang, persediaan, dan kapasitas. Blackhurst (2009) merumuskan
beberapa kategori risiko yaitu: kualitas, ketergantungan suplier, sistem informasi,
manajemen dan kemanan. Tummala et al. (2011) mengkategorikan risiko menjadi sepuluh
kategori antara lain: permintaan, penundaan, discruption, persediaan, manufacturing,
kapasitas, suplai, sistem, sovereign, transportasi. Kategori risiko rantai pasok lainnya yaitu:
Penundaan informasi, regulatory compliance, aksi dari pesaing, lingkungan politik,
fluktuasi harga pasar, ketidakpastian biaya dan kualitas supplier (Olson dan Desheng,
2011). Tang (2006) yang mengatagorikan risiko rantai pasok kedalam operasi dan
gangguan, yang mana risiko operasi meliputi permintaan, suplai dan biaya ketidak pastian.
Sedangkan gangguan risiko meliputi: sunami, gempa, krisis ekonomi. Christoper dan Peck
(2003) membagi risiko pada rantai pasok di bagi menjadi tiga bagian kategori risiko yaitu :
1) Risiko internal merupakan salah satu resiko dimana perusahaan suplier memiliki
kontrol. meliputi risiko proses dan risiko kontrol.
a. Risiko proses merupakan risiko yang muncul dari kegiatan operasional dan
manajerial akibat terganggunya suatu proses.
b. Risiko kontrol merupakan risiko yang timbul akibat kesalahan dalam menerapkan
aturan yang ditetapkan perusahaan. Misal: besar order, kebijakan safety stock,
transportasi.
2) Risiko eksternal perusahaan tetapi masih didalam jaringan supply chain, meliputi risiko
permintaan dan risiko supply.

27
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

a. Risiko permintaan merupakan risiko yang timbul akibat terganggunya aliran produk
dan informasi yang secara khusus berhubungan dengan proses, kontrol, aset,dan
intruktur pada downstream.
b. Risiko suplai merupakan risiko yang serupa timbul akibat terganggunya aliran
produk dan informasi yang secara khusus berhubungan dengan proses, kontrol, dan
instruktur pada upstream.
3) Risiko eksternal rantai pasok meliputi risiko lingkungan.
Risiko lingkungan dapat berpengaruh pada downstream maupun upstream proses.
Risiko lingkungan dapat diakibatkan oleh bencana alam, faktor politik,dll.
Sedangkan dalam sebuah perusahaan, risiko dapat dikategorikan menjadi beberapa
kategori, antara lain :
1) Operational risk adalah risiko-risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi
perusahaan.
2) Financial risk adalah risiko yang berdampak pada kinerja perusahaan.
3) Hazard risk adalah risiko kecelakaan fisik, seperti kejadian risiko sebagai akibat
bencana alam, berbagai kejadian/kerusakan yang menimpa harta perusahaan, dan
adanya ancaman pengerusakan.
4) Strategic risk mencakup kejadian risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan,
politik ekonomi, peraturan dan perundangan, pasar bebas, risiko yang berkaitan dengan
reputasi perusahaan, kepemimpinan, dan termasuk perubahan keinginan pelanggan.
Adapun klasifikasi risiko rantai pasok menurut Cristoper dan Peck (2003) ditunjukkan
pada Gambar 2

Demand
Supply Risk Proses Risk
Risk

Control Risk

Environmental Risk

Gambar 2. Klasifikasi risiko pada rantai pasok (Cristoper dan Peck, 2003)

Tabel 1. Penelitian yang Mengidentifikasi Risiko Pada Supply Chain Management


Peneliti Area Penelitian Jenis Risiko
(Tahun)
Handayani (2014) Risiko Rantai Pasok Minuman 1) Jumlah bahan baku dan produk yang ada digudang
Sari Apel dalam Perspektif tidak sesuai dengan yang ada di database perusahaan.
Sistem Traceability 2)Kekurangan barang dan bahan baku digudang. 3)
Keterlambatan penerimaan bahan baku. 4) Ketidak
sesuaian barang yang dipesan. 5) Material busuk. 6)
Sari buah rusak digudang. 7) Sari apel tercampur
dengan benda lainnya. 8) Kesalahan dalam
pengambilan galon sari buah yang tidak bersifat FIFO.
9) Kualitas produk tidak sesuai. 10) Kesalahan
memberikan identitas. 11) Produk rusak digudang. 12)
Kesalahan pengangkutan produk. 13) produk cacat
dalam perjalanan.
Indrawati (2013) Pemodelan Struktural 1) Gudang tidak cukup. 2) Keterlambatan/tidak sesuai
Keterkaitan Risiko Rantai jadwal. 3) Stock out digudang penyangga. 4)
Pasok Dengan Pendekatan Pengiriman barang tidak aman
Interpretive Structural 5)Ketergantungan pada pemasok tunggal
Modeling (Ism) 6) Barang digudang penyangga rusak/ susut

28
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

7) Pembelian dari banyak sumber (multi sourcing). 9)


Pupuk hilang dijalan saat pengiriman ke gudang
penyangga 10) Gangguan Proses akibat bahan baku
KCl shortage. 11) Gangguan Proses akibat bahan baku
urea shortage 12) Gangguan Proses akibat bahan baku
phospate rock shortage. 13) Gangguan Proses akibat
bahan baku ZA shortage
14) Selisih stok. 15) Penumpukan stok di gudang gresik
karena pergeseran musim tanam. 16) Kelambatan muat
keatas truk EMKL/kapal di gudang gresik. 17)
Pembelian dari banyak sumber (multi sourcing). 18)
Produktivitas menurun
Punniyamoorty Assessment of supply chain 1) Ketergantungan pemasok, 2) Jaringan supply chain
(2013) risk: scale development and yang kompleks, 3) Perbedaan interaksi organisasi
validation didalam supply chain, 4) life cycle dari sebuah produk.
Satria (2012) Pengelolahan Risiko Pada 1). Kesalahan evaluasi perencanaan dalam pencarian
Supply chain Di Graha Makmur dan pemilihan pemasok
Cipta Pratama 2) Alur informasi megenai permintaan customer ke
pemasok yang kurang tepat. 3) Kapasitas tambak dalam
pemenuhan udang segar yang dibutuhkan perusahaan
kurang memadai. 4) Persaingan dengan kompetitor
dalam mendapatkan udang segar. 5) Kurangnya
informasi mengenai pemasok yang memiliki potensi.
6)Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok. 7)
Kurangnya skill dan pengalaman pegawai marketing. 8)
Kapasitas produksi yang kurang memadai. 9) Kurang
kapabilitasnya mesin yang dimiliki logistic provider.
10) Kesalahan dalam memilih logistic provider. 11)
Strategi marketing yang kurang tepat. 12) Kurang
adanya prioritas CRM dalam perusahaan. 13) Tidak
adanya customer tetap. 14) Ketidak pastian dari kondisi
customer berkaitan dengan lokasi/prekonomian negara.
15)Tidak adanya informasi demand dan forcasting
demand maupun supply
Feng dan Mei Disruption risks in the Supply 1) Tidak dapat memenuhi permintaan, 2) kekurangan
(2011) Chain bahan baku, 3) Biaya yang semakin meningkat, 4)
panjangnya lead time
Tummala et al. Assessing and managing risks 1) Permintaan. 2) Penundaan. 3) Discruption, 4)
(2011) using the Persediaan. 5) Manufacturing. 6) Kapasitas. 7) Suplai.
Supply Chain Risk Management 8) Sistem. 9) sovereign. 10) transportasi.
Process (SCRMP),
(Olson dan Risk management models for 1) Penundaan informasi,. 2) regulatory compliance. 3)
Desheng, 2011). supply chain:a aksi dari pesaing, 4) lingkungan politik. 5) fluktuasi
scenario analysis of harga pasar. 6) ketidakpastian biaya, 7) kualitas
outsourcing to China, supplier
Skipper dan Hanna Minimizing supply chain 1) Ketidak pastian supply dan demand, 2) life cycle
(2009) disruption risk through dari sebuah produk, 3) Teknologi semakin pendek, 4)
enhanced flexibility Peningkatan penggunaan distribusi, 5) manufaktur, 6)
mitra logistik
Hadavale dan Supply chain risk management 1) Ketidak pastian permintaan, 2) ketidak pastian
Alexander (2009) kapasitas, 3) ketidak pastian pengiriman, 4) Perubahan
teknologi, perubahan kondisi pasar, 5) Persaingan, 6)
Isu politik, 7) Peraturan pemerintah
(Neiger, 2009) Supply chain risk identification 1) Suplier tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
with value focused process sesuai spesifikasi. 2) ketidakstabilan finansial suplier.
engineering 3) ketidakstandaran cara komunikasi dengan suplier. 4)
ketergantungan pada suplier.
Blackhurst (2009) Supplier risk assessment and 1) Kualitas. 2) Ketergantungan suplier. 3) Sistem
monitoring for the automotive informasi. 4) Manajemen dan kemanan.
industry,
Ritchie dan An emergent framework for 1) Tertundanya pengiriman material, 2) terhentinya
Brindley (2007) supply chain risk management aktivitas produksi, 3) risiko kenaikan biaya, 4)
and performance measurement kerusakan mesin produksi
Tang (2006a) Perspectives in supply chain 1) Permintaan. 2) Suplai dan 3) Biaya ketidak pastian.

29
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

risk management 4) Sunami. 5) Gempa. 6) Krisis ekonomi.


(Zsidisin, 2005) Supply chain risk management 1) Kualitas bahan baku rendah yang mengakibatkan
developments, issues and downtime. 2) Dinamika harga. 3) kualitas barang dan
challenges jasa yang rendah.
Chopra dan Sodhi Managing risk to avoid supply- 1) Gangguan, 2) Keterlambatan, 3) Sistem breakdown.
(2004) chain breakdown 4) Peramalan. 5) Properti kekayaan intelektual. 6)
Pengadaan. 7) Piutang. 8) Persediaan dan 9) Kapasitas.
Hallikas dkk., 2004 Risk management processes in 1) Ketidak sesuaian permintaan. 2) Pemenuhan
suplier networks pengiriman ke konsumen. 3) Pengelolaan biaya. 4)
harga. 5) fleksibilitas. 6) Kelemahan pada sumber
daya.

Tabel 1 menunjukkan hasil penelitian supply chain risk management yang tergolong
menjadi empat katagori yaitu: operational risk, financial risk, hazard risk. strategic risk.
Risiko yang terjadi di supply chain dapat bersumber dari beberapa hal sebagai berikut;
tingkah laku manusia, isu teknologi, bahaya kesehatan dan keamanan, legal, kebijakan,
peralatan dan perlengkapan, lingkungan, keuangan/pasar, kejadian alam. Risiko yang
terjadi pada supply chain berdasarkan hasil penelitian sebelumya terdapat 120 jenis risiko,
dari ke 120 jenis risiko supply chain terdapat kesamaan jenis risiko yang terjadi pada
masing-masing hasil penelitian sebelumnya.
Kesamaan risiko yang terjadi pada supply chain berdasarkan penelitian sebelumnya
yang dilakukan pada industri manufaktur menghasilkan 17 jenis risiko yang sama pada
supply chain dan terdapat 3 risiko yang sering terjadi yaitu risiko demand, keterlambatan
bahan baku, Bencana alam (discruption), sedangkan 14 risiko lainnya yaitu , kwalitas
supplier, kwalitas produk, sistem informasi, harga, suplai, produk rusak digudang, finansial,
ketergantungan supplier, penundaan, kapasitas produksi, persediaan, kekurangan bahan
baku, selisih stok dan politik.

IV. MITIGASI RISIKO


Mitigasi risiko merupakan proses pencegahan dalam penanganan risiko dalam
menentukan perlakuan yang tepat untuk mengatasi risiko yang terjadi. Masing-masing
risiko memiliki perlakuan yang berbeda, 5 jenis perlakuan terhadap risiko, yaitu :
a) menghindari risiko (avoid), b) memindahkan risiko (transfer), c) mengurangi peluang
atau dampak yang terjadi (mitigate), d) menerima risiko (accept). Perlakuan risiko menurut
Australian New Zealand Standards (AS/NZS 4360:2004) adalah dengan memperhatikan
aspek likelihood dan consequences yang ditimbulkan oleh risiko tersebut, seperti yang
dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3 Risk Treatment


CONSEQUENCES
RISK Minor or
TREATMENT Catastrophic
Moderate Insignifican
or Major
t
Almost G
A D
Certain
Avoid or Avoid or Control
or
LIKELIHOOD

Transfer Transfer
Likely
B E H
Possible Avoid or Transfer or Control
Transfer Control
F I
Unlikely or C
Transfer or Control
Rare Transfer
Control
(Sumber: AS/NZS 4360:2004)

30
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

V. STRATEGI MITIGASI PADA SUPPLY CHAIN


Pada Supply Chain, risiko dapat terjadi dengan berbagai faktor penyebab sehingga Tang
(2005) mengembangkan strategi mitigasi yang meliputi supply management, demand
management, product management, dan information management. Masing-masing
pendekatan dasar tersebut bertujuan untuk memperbaiki operasi pada supply chain dengan
koordinasi dan kolaborasi sebagai berikut :
1. Perusahaan berkoordinasi atau berkolaborasi pada upstream partner untuk memastikan
efisiensi pada pasokan material di sepanjang supply chain
2. Perusahaan dapat berkoordinasi dan berkolaborasi dengan downstream partner untuk
mempengaruhi permintaan dengan cara yang menguntungkan
3. Perusahaan dapat memodifikasi produk maupun proses sehingga memudahkan supply
dalam memenuhi permintaan.
4. Perusahaan dapat memperbaiki kolaborasi dan koordinasinya jika dapat mengakses
berbagai tipe informasi yang tersedia pada partner supply chain
Selain itu Tang (2006) menjelaskan 9 strategi untuk mengatasi gangguan pada supply chain:
1. Postponement, merupakan startegi untuk menyeragamkan produk maupun process
design seperti standardization, commonality, modular design dan operations reversal,
untuk menunda diferensiasi produk.
2. Strategy Stock, Dalam menyimpan safety stock, perusahaan sebaiknya menyimpan
persediaan pada “ strategic locations (warehouse, logistic hubs, distributions centres)
dimana lokasi penyimpanan tersebut dapat dibagi penggunaannya dengan supply chain
partner
3. Flexible supply base. Untuk menjamin kelancaran pasokan ketika terjadi gangguan,
maka diperlukan adanya pasokan yang fleksibel sehingga dapat mudah berganti antara
satu pemasok yang satu dengan yang lain.
4. Make and Buy. Suatu supply chain akan lebih tangguh jika beberapa barang diproduksi
secara in-house dan beberapa produk yang lain di outsourcing ke supplier.
5. Economic supply incentives. Memberi insentif ekonomi untuk menanggung risiko
financial secara bersama-sama dan membeli stok yang tidak terjual dengan harga
rendah
6. Flexible transportation. Kelancaran aktivitas pada supply chain sangat dipengaruhi oleh
fleksibelitas pada transportasi dapat dilakukan dengan tiga hal 1) Multi-modal
transportation, 2) Multi carrier transportation, 3) Multiple routes
7. Revenue management via dynamic pricing and promotion. Strategi ini sangat cocok
untuk barang yang mudah rusak. Perubahan harga dan promosi dapat mempengaruhi
permintaan pada konsumen
8. Assortment planning. Merubah penampilan produk dan penempatannya di rak-rak
retailer untuk mempengaruhi minat dan permintaan pada konsumen.
9. Silent product rollover. Meluncurkan produk baru secara diam-diam tanpa memberikan
pengumuman secara formal.

31
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

VI. KESIMPULAN
Risiko yang terjadi pada supply chain berdasarkan hasil penelitian sebelumya terdapat
120 jenis risiko, dari ke 120 jenis risiko supply chain terdapat kesamaan jenis risiko yang
terjadi pada masing-masing hasil penelitian sebelumnya. Kesamaan risiko yang terjadi
pada supply chain berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada industri
manufaktur menghasilkan 17 jenis risiko yang sama pada supply chain dan terdapat 3
risiko yang sering terjadi yaitu risiko demand, keterlambatan bahan baku, Bencana alam
(discruption), sedangkan 14 risiko lainnya yaitu , kwalitas supplier, kwalitas produk, sistem
informasi, harga, suplai, produk rusak digudang, finansial, ketergantungan supplier,
penundaan, kapasitas produksi, persediaan, kekurangan bahan baku, selisih stok dan
politik. Adapun mitigasi yang dapat dilakukan dalam mengatasi gangguan supply chain
ada 9 strategi yaitu: Postponement, Strategy Stock, Flexible supply base. Make and Buy.
Economic supply incentives. Flexible transportation. Revenue management via dynamic
pricing and promotion. Assortment planning. Silent product rollover.

32
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

Tabel 2. Potensi Risiko Pada Supply Chain Management

Peneliti Sebelumnya Jum lah


Hallikas Chopra Zsidisin Tang Rit chie Neiger Black Hada Skipper Tum Olson Feng Yogi Dian Punniya Han Peneliti
Risiko Yang (2004) & (2005) (2006) & (2009) hurst vale & dan mala dan dan Andi (2013) moorty dayani
Terjadi Sodhi Brindley (2009) Alexan Hanna (2011) Desheng Mei Satria (2013) (2014)
(2004) (2007) der (2009) (2011). (2011) (2012)
(2009)
Demand √ √ √ √ √ √ √ 7
Keterlamba √ √ √ √ 4
Tan bahan
baku
Bencana alam √ √ √ √ 4
(discruption)
Kwalitas √ √ √ 3
Suplier
Kwalitas √ √ √ 3
produk
Kekurangan √ √ √ 3
bahan baku
Kapasitas √ √ √ 3
Produksi
Ketergantunga √ √ √ 3
n Suplier
Financial √ √ √ 3
Sistem √ √ √ 3
informasi
Suplai √ √ √ 3
Persaingan √ √ √ 3
Selisih stock √ √ 2
Persediaan √ √ 2
Penundaan √ √ 2
Produk rusak √ √ 2
digudang
Harga √ √ 2
Politik √ √ 2

33
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

VII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Blackhurst, J., Craighead., Kevin P. Scheibe and Danny J. Johnson (2008), Supplier
risk assessment and monitoring for the automotive industry, Physical Distribution &
Logistics Management Vol. 38 No. 2, 2008, pp. 143-165
[2] Brindly Claire (2004), Supply Chain Risk, Hampshire Ashgate
[3] Christopher, M., & Peck, H. (2003), Building the resilient supply chain. Cranfield
School of Management.
[4] Council of Standards Australia and Council of Standards New Zaeland 2006, Risk
Management Standard AS/NZS4360: 2004.
[5] Chopra, S., Sodhi, M.S. (2004), Managing Risk To Avoid Supply-Chain Breakdown,
MIT Sloan Management Review, pp. 53-61
[6] Frosdick, M. (1997), “The techniques of risk management are insufficient in
themselves”, Disaster Prevention and Management, Vol. 6 No. 3, pp. 165-77.
[7] Feng, L. I., dan Mei, L. I. (2011), Disruption risks in the Supply Chain, IEEE
[8] Goh, M., Lim, J.Y.S. and Meng, F. (2007), A stochastic model for risk management
in global supply chain networks, uropean Journal of Operational Research, Vol.
182, pp. 164-73.
[9] Hallikas, J., Karvonen, I., Pulkkinen, U., Virolainen, V.-M. and Tuominen, M.
(2004), Risk management processes in supplier networks, International Journal of
Production Economics, Vol. 90, pp. 47-58.
[10] Hillson, D 2001, Extending the Risk Process to Manage Opportunitie, Proceeding of
the Fourth European Project Management Conference, 6-7 June, London.
[11] Hadavale, R. S., dan Alexander, S. M. (2009), Supply chain risk management,
Proceedings of the industrial engineering research conference, hal. 1363–1369.
[12] Handayani, Dwi Iryaning, (2014) Risiko Rantai Pasok Minuman Sari Apel dalam
Perspektif Sistem Traceability, Jurnal JATI Undip Volume 9 No 1 Januari 2014,
ISSN 19071434
[13] Indrawati, Dian Catharina. (2013) , Pemodelan Struktural Keterkaitan Risiko Rantai
Pasok serta Pembobotannya dengan Pendekatan Interpretive Structural Modeling
(ISM) dan Analytical Network Process (ANP). Laporan Thesis, Jurusan Teknik
Industri ITS
[14] Juttner, U., Peck, H., & Christopher, M. (2003). Supply chain risk management:
Outlining an Agenda for future research. International Journal of Logistics:
Research and Applications, 6(4), 197-210.
[15] Levy, D. (1995), International sourcing and supply chain stability, Journal of
International Business Studies, Vol. 26 No. 2, pp. 343-60. Mayer, R.J., Painter, M.K.
and de Witte, P.S. (199
[16] Neiger, D., Rotaru, K., Churilov, L. (2009), Supply chain risk identification with
value-focused process engineering, Journal of Operations Management, Vol. 27, pp.
154-68.
[17] Olson David L., Desheng Wu (2011), Risk management models for supply chain:a
scenario analysis of outsourcing to China, Supply Chain Management: An
International Journal 16/6, 401–408
[18] Peck, H., Christopher, M. dan Kingdom, U. (2003), "Supply chain risk management
: Outlining an agenda for future research", International Journal of Logistics :
Research & Applications, Vol.6 No.4, hal.197-210.
[19] Punniyamoorthy, M. (2013), "Assessment of supply chain risk: scale development
and validation", Benchmarking: An International Journal, Vol.20 No.1, hal.79-105.
[20] Pujawan, I. N., dan Geraldin, L. H. (2009), "House of risk: a model for proactive
supply chain risk management", Business Process Management Journal, Vol.15
No.6, hal. 953–967.

34
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)

[21] Ritchie, B., dan Brindley, C. (2007), "An emergent framework for supply chain risk
management and performance measurement",Journal of the Operational Research
Society, Vol.58 No.11, hal. 1398–1411.
[22] Riddalls, C. and Bennett, S. (2002), Production-inventory system controller design
and supply chain dynamics, International Journal of Systems Science, Vol. 33 No. 3,
pp. 181-95.
[23] Satria Adi Y., (2012) Pengelolahan risiko ada supply chain PT Graha Makmur Cipta
Pratama, Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS.
[24] Skipper, J. B., dan Hanna, J. B. (2009), "Minimizing supply chain disruption risk
through enhanced flexibility", International Journal of Physical Distribution &
Logistics Management, Vol.39 No.5, hal. 404–427.
[25] Svensson, G. (2000), A conceptual framework for the analysis of vulnerability in
supply chains, International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management, Vol. 30 No. 9, pp. 731-49.
[26] Sinha, P.R., Whitman, L.E. and Malzahn, D. (2004), Methodology to mitigate
supplier risk in an aerospace supply chain, Supply Chain Management: An
International Journal, Vol. 9 No. 2, pp. 154-68.
[27] Tang, C.S. (2006), Perspectives in supply chain risk management, International
Journal of Production Economics, Vol. 103, pp. 451-488.
[28] Tang, C. S. 2005. Perspective in Supply Chain Risk Management: A Review, Los
Angeles.
[29] Tummala Rao, Schoenherr Tobias (2011), Assessing and managing risks using the
Supply Chain Risk Management Process (SCRMP), Supply Chain Management: An
International Journal, 474–483
[30] Tang, C. S. (2006), "Perspectives in supply chain risk management", International
Journal of Production Economics, Vol. 103 No. 2, hal. 451–488.
[31] Tang, C.S. (2006), Perspectives in supply chain risk management, International
Journal of Production Economics, Vol. 103, pp. 451-488.
[32] Tang, C. S. 2005. Perspective in Supply Chain Risk Management: A Review, Los
Angeles.
[33] Vanany, I., S. Zaelani, and Pujawan, N., (2009), Supply chain risk management:
literature review and future research. International Journal of Information Systems
and Supply Chain Management, Vol.2, no.1, pp.16-33.
[34] Waters, D. (2007), Supply Chain Risk Management: Vulnerability and Resilience in
Logistics, Kogan Page, London and Philadeplhia.
[35] Zsidisin, G.A., Ritchie, B. (2009), Supply chain risk management – developments,
issues and challenges, International Series in Operations Research & Management
Science, Vol. 124, pp. 1-12.
[36] 2004. Tutorial: Risk Management Standard, AS/NZS 4360: 2004, Broadleaf Capital
International Pty Ltd.

35

Anda mungkin juga menyukai