Abstrak
Supply Chain Risk Management merupakan risiko yang terjadi pada aliran produk, informasi, bahan
baku sampai pengiriman produk akhir yang mengancam keseluruhan supply chain dari pemasok awal
hingga sampai konsumen. Sedangkan Supply chain disruptions (gangguan rantai pasok) adalah peristiwa
tak terencana yang terjadi dalam rantai pasok yang bisa mempengaruhi aliran bahan dan komponen.
Kejadian risiko yang terjadi didalam supply chain telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
sehingga perlu dilakukan review untuk mengetahui potensi risiko yang terjadi pada supply chain. Risiko
yang terjadi pada supply chain berdasarkan hasil penelitian sebelumya terdapat 120 jenis risiko.
Kesamaan risiko yang terjadi pada supply chain menghasilkan 17 jenis risiko yang sama pada supply
chain dan terdapat 3 risiko yang sering terjadi yaitu risiko demand, keterlambatan bahan baku, Bencana
alam (discruption), sedangkan 14 risiko lainnya yaitu , kwalitas supplier, kwalitas produk, sistem
informasi, harga, suplai, produk rusak digudang, finansial, ketergantungan supplier, penundaan,
kapasitas produksi, persediaan, kekurangan bahan baku, selisih stok dan politik. Adapun mitigasi yang
dapat dilakukan dalam mengatasi gangguan supply chain ada 9 strategi yaitu: postponement, strategy
stock, flexible supply base. make and buy, economic supply incentives, flexible transportation. revenue
management via dynamic pricing and promotion, assortment planning. silent product rollover.
I. PENDAHULUAN
Studi tentang risiko dimulai pada abad ketujuh belas dengan menerapkan ilmu
matematika teori probabilitas dalam perjudian (Frosdick, 1997). Risiko selalu dihubungkan
dengan ketidakpastian bahwa probabilitas kenyataan tidak sesuai dengan harapan (Waters,
2007). Dimana risiko diartikan sebagai probabilitas kerugian dari suatu kejadian, sedangkan
ketidakpastian dinyatakan sebagai exogenous disturbance. Begitu juga dengan Frosdick
(1997) menyatakan bahwa risiko adalah probabilitas suatu kejadian yang mengakibatkan
kerugian selama periode tertentu. Dimana risiko dapat memiliki makna positif jika
berpeluang sebagai kesempatan dan bermakna negatif jika risiko berpeluang sebagai
ancaman atau threat (Hilson, 2001). Namun risiko umumnya dipandang sebagai sesuatu
yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya sehingga risiko
cenderung kepada kerugian yang terjadi dalam waktu tertentu (Frosdick, 1997). Kerugian
merupakan wujud dari ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif
oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Waters (2007) risiko pada sebuah industri dapat terjadi pada bagian supply
chain atau mengancam keseluruhan supply chain dari pemasok awal hingga sampai
konsumen. Faktor penyebab timbulnya risiko pada jaringan supply chain menurut
Punniyamoorty (2013) antara lain jaringan supply chain yang semakin kompleks, tingginya
ketergantungan kepada pemasok, adanya perbedaan interaksi organisasi didalam supply
chain, pendeknya life cycle dari sebuah produk. Sedangkan menurut Skipper dan Hanna
(2009) faktor penyebab dari timbulnya risiko yaitu adanya ketidakpastiaan dalam supply
dan demand, siklus hidup dari produk dan teknologi semakin pendek, peningkatan
penggunaan distribusi, manufaktur, dan mitra logistik. Sama halnya dengan Hadavale dan
Alexander (2009) penyebab risiko pada supply chain di awali dengan ketidakpastiaan yang
melekat dalam supply chain yag terdiri dari ketidakpastiaan permintaan, ketidakpastiaan
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
Menurut Zsidisin dkk (2004), Supply Chain Risk Management berkaitan dengan
kegagalan pemasok dalam memasok barang sehingga permintaan konsumen tidak
terpenuhi. Sedangkan Peck dkk (2003) Supply Chain Risk Management merupakan risiko
yang terjadi pada aliran produk, informasi, bahan baku sampai pengiriman produk akhir.
Risiko pada supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang disebabkan oleh
ketidak seimbangan antara permintaan dan pasokan. Sedangkan Supply chain disruptions
(gangguan rantai pasok) adalah peristiwa tak terencana yang terjadi dalam rantai pasok
yang bisa mempengaruhi aliran bahan dan komponen (Svensson, 2000). Gangguan rantai
pasok dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti panjangnya lead time, stock out,
ketidak mampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan, dan kenaikan biaya (Levy, 1995;
Svensson, 2000; Riddalls dan Bennett, 2002; Chopra dan Sodhi, 2004).
Selain itu risiko merupakan fungsi dari tingkat ketidak pastian dan dampak dari suatu
peristiwa (Sinha et al., 2004). Risiko menurut (Australian/New Zealand Standart (2004)
merupakan suatu kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan akan mempengarui tujuan.
Risiko umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan
konsekuensi lainnya. Risiko lebih dikaitkan dengan kerugian yang diakibatkan oleh
kejadian yang mungkin terjadi dalam waktu tertentu (Jutner et al., 2003). Kerugian tersebut
26
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
sebenarnya merupakan bentuk ketidak pastian yang seharusnya dipahami dan dikelola
secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai
tambah dan mencapai tujuan organisasi. Menurut Goh et al. (2007) ada dua jenis risiko
pada supply chain (SC) yaitu risiko yang timbul dari internal jaringan rantai pasok dan yang
berasal dari lingkungan eksternal rantai pasok, yang mana risiko dapat dievaluasi mulai dari
perencanaan, pengadaan, transportasi, gudang (Vanany et al., 2009). Perusahaan harus
waspada dengan risiko yang dapat membahayakan keselamatan jangka pendek jangka
panjang pada supply chain, disamping itu risiko dapat menggangu, menunda material,
informasi dan arus kas, yang pada akhirnya dapat merusak penjualan, meningkatkan biaya,
atau keduanya (Chopra dan Sodhi, 2004). Tang (2006) membagi risiko pada rantai pasok
menjadi dua jenis risiko yaitu :
1. Risiko Operasional merupakan ketidakpastian yang berasal dari dalam rantai pasok yang
terdiri dari ketidakpastian permintaan, supply dan biaya.
2. Risiko Gangguan (disruptions) merupakan risiko akibat gangguan dalam skala besar
yang diakibatkan oleh alam dan manusia (seperti gempa bumi, banjir, badai, serangan
teroris dan sebagainya) maupun krisis ekonomi (seperti devaluasi nilai tukar).
Risiko bisa datang dengan berbagai faktor penyebab dan bentuk, beragamnya risiko
mendorong para peneliti untuk mengklasifikasikan risiko dalam rantai pasok. Risiko rantai
pasok menurut Tumala dan Schoenher (2011) merupakan suatu peristiwa buruk yang dapat
mempengaruhi operasi rantai pasok. Biasanya, satu penyebab risiko dapat merangsang lebih
dari satu kejadian risiko. Misalnya, masalah dalam suatu sistem produksi pemasok dapat
mengakibatkan kekurangan bahan dan menolak peningkatan yang terakhiri karena kurang
mampu memasok (Pujawan et al., 2009). Terjadinya risiko dapat mengakibatkan kerugian
yaitu sebuah konsekuensi negatif yang tidak diinginkan dan ketidak pastian. Oleh karena itu
kemampuan untuk mengelola risiko secara efektif dianggap penting dalam menjamin
kelancaran aliran produk sepanjang supply chain (Jutner et al., 2003).
27
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
a. Risiko permintaan merupakan risiko yang timbul akibat terganggunya aliran produk
dan informasi yang secara khusus berhubungan dengan proses, kontrol, aset,dan
intruktur pada downstream.
b. Risiko suplai merupakan risiko yang serupa timbul akibat terganggunya aliran
produk dan informasi yang secara khusus berhubungan dengan proses, kontrol, dan
instruktur pada upstream.
3) Risiko eksternal rantai pasok meliputi risiko lingkungan.
Risiko lingkungan dapat berpengaruh pada downstream maupun upstream proses.
Risiko lingkungan dapat diakibatkan oleh bencana alam, faktor politik,dll.
Sedangkan dalam sebuah perusahaan, risiko dapat dikategorikan menjadi beberapa
kategori, antara lain :
1) Operational risk adalah risiko-risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi
perusahaan.
2) Financial risk adalah risiko yang berdampak pada kinerja perusahaan.
3) Hazard risk adalah risiko kecelakaan fisik, seperti kejadian risiko sebagai akibat
bencana alam, berbagai kejadian/kerusakan yang menimpa harta perusahaan, dan
adanya ancaman pengerusakan.
4) Strategic risk mencakup kejadian risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan,
politik ekonomi, peraturan dan perundangan, pasar bebas, risiko yang berkaitan dengan
reputasi perusahaan, kepemimpinan, dan termasuk perubahan keinginan pelanggan.
Adapun klasifikasi risiko rantai pasok menurut Cristoper dan Peck (2003) ditunjukkan
pada Gambar 2
Demand
Supply Risk Proses Risk
Risk
Control Risk
Environmental Risk
Gambar 2. Klasifikasi risiko pada rantai pasok (Cristoper dan Peck, 2003)
28
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
29
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
Tabel 1 menunjukkan hasil penelitian supply chain risk management yang tergolong
menjadi empat katagori yaitu: operational risk, financial risk, hazard risk. strategic risk.
Risiko yang terjadi di supply chain dapat bersumber dari beberapa hal sebagai berikut;
tingkah laku manusia, isu teknologi, bahaya kesehatan dan keamanan, legal, kebijakan,
peralatan dan perlengkapan, lingkungan, keuangan/pasar, kejadian alam. Risiko yang
terjadi pada supply chain berdasarkan hasil penelitian sebelumya terdapat 120 jenis risiko,
dari ke 120 jenis risiko supply chain terdapat kesamaan jenis risiko yang terjadi pada
masing-masing hasil penelitian sebelumnya.
Kesamaan risiko yang terjadi pada supply chain berdasarkan penelitian sebelumnya
yang dilakukan pada industri manufaktur menghasilkan 17 jenis risiko yang sama pada
supply chain dan terdapat 3 risiko yang sering terjadi yaitu risiko demand, keterlambatan
bahan baku, Bencana alam (discruption), sedangkan 14 risiko lainnya yaitu , kwalitas
supplier, kwalitas produk, sistem informasi, harga, suplai, produk rusak digudang, finansial,
ketergantungan supplier, penundaan, kapasitas produksi, persediaan, kekurangan bahan
baku, selisih stok dan politik.
Transfer Transfer
Likely
B E H
Possible Avoid or Transfer or Control
Transfer Control
F I
Unlikely or C
Transfer or Control
Rare Transfer
Control
(Sumber: AS/NZS 4360:2004)
30
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
31
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
VI. KESIMPULAN
Risiko yang terjadi pada supply chain berdasarkan hasil penelitian sebelumya terdapat
120 jenis risiko, dari ke 120 jenis risiko supply chain terdapat kesamaan jenis risiko yang
terjadi pada masing-masing hasil penelitian sebelumnya. Kesamaan risiko yang terjadi
pada supply chain berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada industri
manufaktur menghasilkan 17 jenis risiko yang sama pada supply chain dan terdapat 3
risiko yang sering terjadi yaitu risiko demand, keterlambatan bahan baku, Bencana alam
(discruption), sedangkan 14 risiko lainnya yaitu , kwalitas supplier, kwalitas produk, sistem
informasi, harga, suplai, produk rusak digudang, finansial, ketergantungan supplier,
penundaan, kapasitas produksi, persediaan, kekurangan bahan baku, selisih stok dan
politik. Adapun mitigasi yang dapat dilakukan dalam mengatasi gangguan supply chain
ada 9 strategi yaitu: Postponement, Strategy Stock, Flexible supply base. Make and Buy.
Economic supply incentives. Flexible transportation. Revenue management via dynamic
pricing and promotion. Assortment planning. Silent product rollover.
32
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
33
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
34
Spektrum Industri, 2016, Vol. 14, No. 1, 1 – 108 ISSN : 1963-6590 (Print)
ISSN : 2442-2630 (Online)
[21] Ritchie, B., dan Brindley, C. (2007), "An emergent framework for supply chain risk
management and performance measurement",Journal of the Operational Research
Society, Vol.58 No.11, hal. 1398–1411.
[22] Riddalls, C. and Bennett, S. (2002), Production-inventory system controller design
and supply chain dynamics, International Journal of Systems Science, Vol. 33 No. 3,
pp. 181-95.
[23] Satria Adi Y., (2012) Pengelolahan risiko ada supply chain PT Graha Makmur Cipta
Pratama, Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS.
[24] Skipper, J. B., dan Hanna, J. B. (2009), "Minimizing supply chain disruption risk
through enhanced flexibility", International Journal of Physical Distribution &
Logistics Management, Vol.39 No.5, hal. 404–427.
[25] Svensson, G. (2000), A conceptual framework for the analysis of vulnerability in
supply chains, International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management, Vol. 30 No. 9, pp. 731-49.
[26] Sinha, P.R., Whitman, L.E. and Malzahn, D. (2004), Methodology to mitigate
supplier risk in an aerospace supply chain, Supply Chain Management: An
International Journal, Vol. 9 No. 2, pp. 154-68.
[27] Tang, C.S. (2006), Perspectives in supply chain risk management, International
Journal of Production Economics, Vol. 103, pp. 451-488.
[28] Tang, C. S. 2005. Perspective in Supply Chain Risk Management: A Review, Los
Angeles.
[29] Tummala Rao, Schoenherr Tobias (2011), Assessing and managing risks using the
Supply Chain Risk Management Process (SCRMP), Supply Chain Management: An
International Journal, 474–483
[30] Tang, C. S. (2006), "Perspectives in supply chain risk management", International
Journal of Production Economics, Vol. 103 No. 2, hal. 451–488.
[31] Tang, C.S. (2006), Perspectives in supply chain risk management, International
Journal of Production Economics, Vol. 103, pp. 451-488.
[32] Tang, C. S. 2005. Perspective in Supply Chain Risk Management: A Review, Los
Angeles.
[33] Vanany, I., S. Zaelani, and Pujawan, N., (2009), Supply chain risk management:
literature review and future research. International Journal of Information Systems
and Supply Chain Management, Vol.2, no.1, pp.16-33.
[34] Waters, D. (2007), Supply Chain Risk Management: Vulnerability and Resilience in
Logistics, Kogan Page, London and Philadeplhia.
[35] Zsidisin, G.A., Ritchie, B. (2009), Supply chain risk management – developments,
issues and challenges, International Series in Operations Research & Management
Science, Vol. 124, pp. 1-12.
[36] 2004. Tutorial: Risk Management Standard, AS/NZS 4360: 2004, Broadleaf Capital
International Pty Ltd.
35