Anda di halaman 1dari 3

Alasan Terjadinya Resistensi Perubahan

Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, menyebutkan adanya 10 alasan untuk terjadinya Resistensi, yaitu:

• Kecenderungan Individu terhadap Perubahan (An Individual’s Predisposition Toward Change).


Kecenderungan ini sangat bersifat pribadi dan berakar mendalam. Hal ini merupakan hasil
pertumbuhan tentang bagaimana seseorang belajar mengendalikan perubahan. Organisasi perlu
mengenal betapa pentingnya kecenderungan individual terhadap perubahan, dan berusaha
memilih orang yang mempunyai kecenderungan positif.

• Terkejut dan Takut atas Sesuatu yang Tidak Diketahui (Surprise and Fear of the Known). Hal ini
terjadi jika perubahan inovatif dan radikal diperkenalkan tanpa pemberitahuan, memengaruhi
pekerja menjadi ketakutan atas implikasinya. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk
menunjuk manajer masa transisi yang bertanggung jawab membuat semua kelompok yang
relevan mendapatkan informasi secukupnya.

• Iklim Ketidakpercayaan (Climate of Mistrust). Kepercayaan memainkan peran penting dalam


membangun moral pekerja dan memimpin perubahan organisasional. Tumbuhnya iklim saling
pengertian dan saling memercayai perlu dikembangkan.

• Ketakutan akan Kegagalan (Fear of Failure). Mengintimidasi perubahan pada pekerjaan akan
menyebabkan pekerja meragukan kapabilitasnya. Keraguan diri mengikis rasa percaya diri dan
melumpuhkan pertumbuhan dan pengembangan pribadi. Ketakutan ini dapat menurunkan
kinerja organisasi.

• Hilangnya Status dan/atau Keamanan Kerja (Loss of Status and/or Job Security). Perubahan
administratif dan teknologis yang mengubah basis kekuasaan atau mengurangi pekerjaan
mendorong resistensi sangat kuat.

• Tekanan Kawan Sekerja (Peer Preesure). Seseorang yang tidak secara langsung terpengaruh oleh
perubahan mungkin aktif menolak perubahan untuk melindungi kepentingan kawan atau
pembantunya. Sering kali kawan sekerja memengaruhi untuk menolak adanya perubahan. Oleh
karena itu, Rencana perubahan perlu disampaikan alasannya kepada semua tingkatan sumber
daya, agar lebih memahami hasil yang mungkin dapat diperoleh dengan adanya perubahan

• Gangguan Tradisi Budaya dan/atau Hubungan Kelompok (Disruption of Cultural Tradition and/or
Group Relationships). Jika seseorang dipindahkan, dipromosikan atau ditunjuk kembali, akan
terjadi gangguan dalam dinamika kultural dan hubungan di antara kelompok.

• Konflik Kepribadian (Personality Conflict). Kepribadian agen perubahan dapat menyebabkan


resistensi apabila cara dalam mengemukakan pandangannya tidak tepat.

• Kurangnya Kebijaksanaan dan/atau Waktu Tidak Tepat (Lack of Tact and/pr Poor Timing).
Resistensi perubahan dapat terjadi karena perubahan disampaikan dengan cara yang tidak
bijaksana, tidak sensitif atau dilakukan pada waktu yang tidak tepat. Kesalahan tersebut dapat
menyebabkan penolakan dan orang cenderung untuk resisten terhadap perubahan.
• Sistem Penghargaan Tidak Memperkuat (Non-reinforcing Reward Systems). Individual menolak
suatu perubahan jika mereka tidak melihat adanya penghargaan positif untuk kesediannya
berubah. Untuk mendapatkan dukungan terhadap perubahan perlu diciptakan sistem
penghargaan yang memperkuat perubahan.

Macam Resistensi
Mirza S. Saiyasain, mendiagnosis adanya TIGA macam resistensi, yaitu:
• Resistensi Teknis (technical resistance).
• Resistensi Politis (political resistance).
• Resistensi Kultural (cultural resistance).

Mengatasi Resistensi

Jerald Greenberg dan Robert A. Baron, memberikan pedoman untuk mengatasi resistensi terhadap
perubahan organisasional, yaitu:

• Membentuk Dinamika Politik (shape political dynamics).

• Mengidentifikasi dan Menentukan Penolak Perubahan (identify and neutralize change


resistance).

• Mendidik Angkatan Kerja (educate the work force).

• Mengikutsertakan Pekerja pada Usaha Perubaahan (involve employees in the change efforts).

• Menghargai Perilaku Konstruktif (reward contructive).

• Menciptakan Organisasi Pembelajaran (create a learning organization).

• Memperhitungkan Situasi (take the situation into account).

• Menghargai Perilaku Konstruktif (reward contructive). Mekanisme yang berhasil untuk


memfasilitasi perubahan organisasional adalah dengan memberikan penghargaan pada orang
yang berperilaku seperti diinginkan. Mengubah cara operasional organisasi mungkin perlu
dilakukan dengan mengubah bentuk perilaku yang perlu diberi penghargaan oleh organisasi.

• Menciptakan Organisasi Pembelajaran (create a learning organization). Untuk


menyelenggarakan organisasi pembelajaran, manajemen harus mengambil langkah diantaranya:
menciptakan komitmen untuk berubah; menerima adanya struktur organisasi informal; dan
mengembangkan budaya organisasi terbuka.
• Memperhitungkan Situasi (take the situation into account). Untuk mengatasi resistensi
organisasional lebih banyak memerlukan kemauan dan komitmen politik para top-managers ,
disertai langkah-langkah yang lebih komunikatif, akomodatif, dan partisipatif.

Anda mungkin juga menyukai