PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu resistensi
2. Untuk memahami apa bahaya dari adanya resistensi
3. Untuk mengerti apa penyebab atau alasan adanya resistensi
4. Untuk mengetahui tingkat resistensi pada individu dan organisasi
5. Untuk memahami cara mengatasi resistensi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
d. Status/prestige. Mungkin terjadi perubahan dalam jabatan,penugasan kerja, alokasi
tempat kerja, dan seterusnya.
e. Responsibility. Mungkin terjadi perubahan pekerjaan.
f. Better working condition. Lingkungan fisik mungkin berubah, disediakan peralatan baru.
g. Self-satisfaction. Individu mungkin merasakan perasaanberprestasi dan tantangan lebih
besar.
h. Better personal contracts. Perubahan mungkin memberikankesempatan pada individual
untuk meningkatkan kontak dengan orang yang berpengaruh.
i. Less time and effort. Perubahan dapat memperbaiki efisiensi operasional.
3
2.3 Alasan Resistensi
Kreitner dan Kinicki (2001:671) menyebutkan adanya sepuluh alasan untuk terjadinya
resistensi berikut:
a. An Individual’s Predisposition Toward Change (Kecenderungan individu terhadap
perubahan)
Kecenderungan ini sangat bersifat pribadi dan berakar mendalam. Hal ini merupakan
hasil pertumbuhan tentang bagaimana seseorang belajar mengendalikan perubahan dan
ambiguitas. Organisasi perlu mengenal betapa pentingnya kecenderungan individual
terhadap perubahan, dan berusaha memilih orang yang mempunyai kecenderungan
positif.
b. Surprise And Fear Of The Unkown (Terkejut dan takut atas sesuatu yang tidak diketahui)
Hal ini terjadi jika perubahan inovatif dan radikal diperkenalkan tanpa pemberitahuan,
memengaruhi pekerja menjadi ketakutan atas implikasinya. Oleh karena itu,
direkomendasikan untuk menunjuk manajer masa transisi yang bertanggung jawab
membuat semua kelompok yang relevan mendapatkan informasi secukupnya.
c. Climate Of Misturst (Iklim Ketidakpercayaan)
Manajer yang mempercayai pekerjanya membuat proses perubahan terbuka, jujur, dan
bersifat partisipatif. Sebaliknya, pekerja yang mempercayai manajemen lebih suka
berusaha ekstra dan mengambil kesempatan dengan sesuatu yang berbeda.
Kepercayaan memainkan peran penting dalam membangun moral pekerja dan memimpin
perubahan organisasional. Tumbuhnya iklim saling pengertian dan saling mempercayai
perlu dikembangkan.
d. Fear Of Failure (Kekuatan Akan Kegagalan)
Mengintimidasi perubahan pada pekerjaan akan menyebabkan pekerja meragukan
kapabilitasnya. Keraguan diri mengikis rasa percaya diri dan melumpuhkan pertumbuhan
dan pengembangan pribadi. Ketakutan ini dapat menurunkan kinerja organisasi.
e. Loss Of Status And/Or Jobsecurity (Hilangnya status dan/atau keamanan kerja)
Perubahan administratif dan teknologis yang mengubah basis kekuasaan atau
mengurangi pekerjaan mendorong resistensi sangat kuat. Kebanyakan restrukturasi
korporat menyangkut pengurangan pekerjaan manajerial. Tidak mengherankan jika
middle manager menolak restrukturisasi dan program manajemen partisipatif
mengurangi kewenangan dan status mereka.
4
f. Peer Pressure (Tekanan kawan sekerja)
Seseorang yang tidak secara langsung terpengaruh oleh perubahan mungkin aktif
menolak perubahan untuk melindungi kepentingan kawan atau pembantunya. Sering kali
kawan sekerja memengaruhi untuk menolak adanya perubahan. Oleh karena itu, rencana
perubahan perlu disampaikan alasannya kepada semua tingkatan sumber daya agar lebih
memahami hasil yang mungkin dapat diperoleh dengan adanya perubahan.
g. Disruption of Cultural Tradition and/or Group Relationships (Gangguan tradisi budaya
dan/atau hubungan kelompok)
Jika seseorang dipindahkan, dipromosikan, atau ditunjuk kembali, akan terjadi gangguan
dalam dinamika kultural dan hubungan di antara kelompok. Maka, terjadi keadaan
disequilibrium dalam tradisi budaya dan hubungan antarkelompok sehingga mengubah
kenyamanan sebelumnya.
h. Personality Conflict (Konflik kepribadian)
Seperti halnya seorang kawan dapat meninggalkan kita sambil memberitahu kita sesuatu,
akan marah jika mendengarkan penjelasan sebaliknya dan apa yang dipikirkannya.
Kepribadian agen perubahan dapat menyebabkan resistensi apabila cara dalam
mengemukakan pandangannya tidak tepat.
i. Lack of Tact and/or Poor Timing (Kurangnya kebijaksanaan dan/atau waktu tidak tepat)
Resistensi terhadap perubahan dapat terjadi karena perubahan disampaikan dengan cara
yang tidak bijaksana, tidak sensitif atau dilakukan pada waktu yang tidak tepat.
Kesalahan tersebut dapat menyebabkan penolakan dan orang cenderung untuk resisten
terhadap perubahan.
j. Nonreinforcing Reward Systems (Sistem penghargaan tidak memperkuat)
Individual menolak suatu perubahan jika mereka tidak. melihat adanya penghargaan
positif untuk kesediaannya berubah. Misalnya, pekerja tidak suka mendukung usaha
perubahan yang dipersepsikan memerlukan mereka bekerja lebih dengan lebih banyak
tekanan. Untuk mendapatkan dukun terhadap perubahan perlu diciptakan sistem
penghargaan yang memperkuat perubahan.
5
2.4 Tingkat Resistensi Individu & Organisasi
1) Tingkatan Resistensi Individu
Robbins (2001: 545) menyebutkan adanya lima faktor yang menjadikan resistensi
individual dengan rincian sebagai berikut.
a. Habits (Kebiasaan)
Hidup ini sangatlah kompleks, tetapi tidak selalu memerlukan pertimbangan yang
berbelit-belit, namun mendasarkan diri pada kebiasaan saja. Akan tetapi, bila
dihadapkan pada perubahan, kecenderungan merespons cara-cara yang sudah biasa
menjadi sumber resistensi. Oleh karena itu, jika terjadi perubahan letak kantor saja,
akan mengubah kebiasaan.
b. Security (Keamanan)
Suatu perubahan memengaruhi perasaan keamanan, terutama bagi orang-orang
yang sangat memerlukan jaminan keamanan. Orang yang kinerjanya rendah dan
tidak kompetitif cenderung menolak perubahan. Mereka khawatir perubahan dapat
menimbulkan ketidakpastian dan berdampak negatif terhadap kelangsungan masa
depannya.
c. Economic Factors (Faktor Ekonomis)
Perubahan akan menimbulkan keengganan apabila berakibat pada penurunan
pendapatan. Tugas baru dapat menimbulkan ketakutan ekonomis apabila tidak
mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik. Perubahan dinilai dapat
memengaruhi pendapatan yang selama ini telah diperoleh dengan kemungkinan
dampaknya terjadi penurunan.
d. Fear of the Unknown (Ketakutan atas ketidaktahuan)
Perubahan dapat mengakibatkan perpindahan dari unit kerja yang satu ke unit kerja
yang lain, dari suatu sistem yang sudah dikenal kesistem baru yang belum dikenal.
Hal tersebut menyebabkan ketidakpastian karena menukar dari yang sudah
diketahui ke sesuatu yang belum dikenal sehingga mengakibatkan kekhawatiran
dan ketidakamanan. Untuk itu, rencana perubahan perlu disosialisasikan kepada
seluruh karyawan dalam organisasi.
e. Selective Information Processing (Proses informasiSelektif).
Individu membentuk dunianya melalui persepsinya. Sekali dibangun kemapanan
akan menentang perubahan. Mereka mendengar apa yang ingin mereka dengar.
Mereka mengabaikan informasi yang menentang dunia yang telah mereka bangun.
6
Faktor yang menjadi sumber terjadinya resistensi individual tersebut di atas digambarkan
oleh Robbins dalam bentuk ilustrasi seperti pada gambar berikut.
Selective Habit
information
processing
Sumber resistensi
individual
Security
Fear of the
unkown
Economic
Factors
7
c. Group Inertia ( Kelembaman Kelompok)
Walaupun individual ingin mengubah perilakunya, norma kelompok dapat
menjadi hambatan, norma kelompok menjadi sumber tantangan. Pada dasarnya
suatu kelompok dapat memiliki kekuasaan tertentu yang dapat hilang apabila
terjadi perubahan.
d. Threat Expertise (Ancaman Terhadap Keahlian)
Perubahan dalam pola organisasi juga merupakan ancaman terhadap kelompok
khusus yang memiliki keahlian. Keahlian yang diperlukan mungkin berbeda atau
bisa juga yang tadinya merupakan kelomok ahli tersentralisasi menjadi
terdesentralisasi. Tenaga ahli merasakan kekhawatiran akan tersingkirkan karena
adanya perubahan.
e. Threat To Estabilished Power Relationship (Ancaman Terhadap Hubungan
Kekuasaan Yang Sudah Ada)
Setiap redistribusi kekuasaan mengambil keputusan dapat memengaruhi
hubungan kekuasaan yang sudah lama terbentuk. Perkenalam mengambil
keputusan partisipatif atau self managed work teams merupakan jenis perubahan
yang sering dianggap sebagai ancaman oleh supervisor atau manajer menengah.
Mereka yang selama ini merasamempunyai kewenangan pengambilan keputusan
terancam kehilangan kewenangan tersebut.
f. Threat To Estabilished Resources Allocation (Ancaman Terhadap Alokasi
Sumber Daya Yang Sudah Ada)
Kelompok di dalam organisasi yang mengontrol sumber daya sering melihat
perubahan sebagai ancaman. Mereka yang memperoleh manfaat dari alokasi
sumber daya saat ini sering merasa diancam oleh perubahan yang mungkin
memengaruhi alokasi sumber daya yang bisa mereka terima di masa yang akan
datang.
8
Konsep Robbins tentang faktor-faktor yang dinilai mempunyai pengaruh terhadap resistensi
organisasional, digambarkan seperti tampak pada gambar berikut.
10
e. Reward Constructive Behaviors (Menghargai Perilaku Konstruktif)
Mekanisme yang berhasil untuk memfasilitasi perubahan organisasional adalah dengan
memberikan penghargaan pada orang yang berperilaku seperti yang diinginkan.
Mengubah cara operasi organisasi mungkin perlu dilakukan dengan mengubah bentuk
perilaku yang perlu diberi penghargaan oleh organisasi. Penghargaan tersebut diharapkan
dapat mendorong orang lain tertarik mengikuti proses perubahan.
f. Create a Learning Organization (Menciptakan Organisasi Pembelajaran)
Meskipun semua organisasi berubah, terlepas ingin atau tidak, beberapa melakukan
dengan lebih efektif daripada lainnya. Organisasi yang mengembangkan kapasitas untuk
menerima dan berubah secara berkelanjutan dikenal sebagai learning organization.
Dalam organisasi pembelajaran, orang menyisihkan cara berpikir lama, dengan bebas
berbagai gagasan dengan orang lain, untuk membentuk visi organisasi, dan bekerja
bersama berdasar rencana untuk mencapai tujuan visi tersebut.
Untuk menyelenggarakan organisasi pembelajaran, manajemen harus mengambil langkah
diantaranya : (1) menciptakan komitmen untuk berubah; (2) menerima adanya struktur
organisasi informal; dan (3) mengembangkan budaya organisasi terbuka.
g. Take the Situation Into Account (Memperhitungkan Situasi)
Meskipun saran yang diidentifikasi sangat bermanfaat, mereka gagal memperhitungkan
sifat dari situasi di mana usaha perubahan dilakukan. Apakah perubahan dijatuhkan pada
pekerja ataukah personil harus dilibatkan dalam proses mendesain usaha perubahan. Para
ahli berpendapat bahwa pendekatan proses perubahan tergantung pada sifat situasi yang
dihadapi.
Dengan demikian, untuk mengatasi resistensi organisasional lebih banyak memerlukan
kemauan dan komitmen politik para top-managers, disertai langkah-langkah yang lebih
komunikatif, akomodatif, dan partisipatif.
Kesulitan dalam mengatasi hambatan dalam perubahan, terutama apabila perubahan tidak
direncanakan secara lengkap dan matang. Rencana perubahan dilakukan secara parsial dan
tidak mengakomodasi berbagai konsekuensi dari perubahan tersebut. Apabila hal tersebut
terjadi, dapat berakibat pada kevakuman dan stagnasi dalam roda organisasi. Risiko
semacam ini perlu diperhitungkan agar tidak menyederhanakan keinginan untuk
melakukan perubahan.
BAB III
PENUTUP
11
3.1 Kesimpulan
dalam masa-masa sekarang ini dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat, menuntut organisasi untuk terus menerus melakukan perubahan
dan pengelolaan perubahan (Organizational Change and Change Management).
Oleh karena itu organisasi harus berubah untuk bisa tetap survive, dan melakukan
perubahan organisasi bukanlah merupakan pilihan tetapi sudah merupakan keharusan.
Perubahan yang dilakukan organisasi tidak selamanya berhasil sesuai dengan apa yang
diinginkan organisasi, yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan motivasi, moral anggota
dan sebagainya.
Sudah menjadi kodrat manusia untuk menolak perubahan, apalagi ketika berada pada
posisi yang aman dan mapan. Akan tetapi jika hal ini tidak diubah maka yang terjadi adalah
kerugian bagi organisasi secara luas.
Sumber Pustaka
12
Prof. Dr. Wibowo, S.E., M.Phil.2006.Manajemen Perubahan Edisi Ketiga.PT Rajagrafindo
Persada.Jakarta:Rajawali Pers 2011
https://id.scribd.com/doc/106460648/Mengenal-Dan-Memahami-Resistensi-Dalam-
Perubahan (Diakses pada 21 September 2018)
13