Anda di halaman 1dari 10

BAHAN AJAR / MODUL PEMBELAJARAN

MANAJEMEN PERUBAHAN
PERTEMUAN KE-5
PENERIMAAN DAN PENOLAKAN PERUBAHAN

DISUSUN OLEH :
FIZI FAUZIYA, S.E., M.M.

PRODI MANAJEMEN S-1


UNIVERSITAS TEKNOLOGI DIGITAL
I. MASALAH PERUBAHAN
Perubahan harus dihadapi dan tidak dapat dihindari, sekalipun banyak
orang yang tidak menyukai perubahan. Supaya proses dan dampak dari
perubahan mendapatkan hasil yang positif maka dalam hal ini sangat
dibutuhkan manajemen perubahan.
Saat melakukan perubahan kita akan menemukan banyak
permasalahan. Salah satu masalah yang sering timbul adalah masalah dalam
perubahan itu sendiri. Istilah yang sering dipakai dalam hal ini adalah
resistensi perubahan. Perubahan sering tidak dapat dilakukan secara
bersama karena adanya penolakan terhadap perubahan sehingga masalah
dalam perubahan selalu bersifat negatif. Masalah yang langsung kelihatan
seperti : melakukan demo, mengajukan protes dan mengancam mogok atau
masalah yang tidak langsung kelihatan seperti : tingkat absensi meningkat,
loyalitas berkurang, kesalahan kerja meningkat dan motivasi kerja menurun
merupakan masalah dalam perubahan dak selalu kelihatan secara standar.

II. PENOLAKAN PERUBAHAN


Penolakan terhadap perubahan dapat ditinjau dari 2 (dua) sumber, yaitu
dari individu dan dari kelompok atau organisasi. Kebutuhan, kepribadian, dan
persepsi merupakan potensi penolakan terhadap perubahan dari individu.
Hal ini dapat terjadi karena :
a. Kebiasaan.
Pola dan tindakan yang akan kita lakukan secara berulang-ulang di dalam
kehidupan kita disebut dengan kebiasaan. Hal itu dapat terjadi karena
kita sudah merasa nyaman dengan kondisi tersebut. Jika terjadi
perubahan terhadap kebiasaan tersebut, maka muncul suatu
pemberontakan dalam diri yang dapat kita sebut dengan penolakan.
b. Rasa aman.
Jika kita memiliki kebutuhan akan rasa aman yang cukup tinggi dan
kondisi saat ini sudah memebrikan rasa aman tersebut, maka ketika
terjadi perubahan akan memiliki potensi yang tinggi terhadap penolakan.
c. Faktor ekonomi.
Contoh salah satu faktor penolakan terhadpa perubahan adalah faktor
ekonomi. Contohnya, ketika perusahaan melakukan perubahan waktu
kerja dari enam hari menjadi lima hari kerja, maka akan terjadi penolakan
dari karyawan karena akan mengakibatkan turunnya pendapatan yang
diterima.
d. Khawatir akan sesuatu yang belum diketahui.
Ketika melakukan perubahan, kita tidak dapat mengetahui keberhasilan
dari melakukan perubahan tersebut. Oleh sebab itu akan timbul keraguan
dan ketidak pastian. Apabila kondisi saat ini memiliki timbul keraguan dan
ketidakpastian. Apabila kondisi saat ini memiliki kepastian dan perubahan
yang akan dilakukan memiliki ketidakpastian, maka setiap orang akan
lebih memilih kondisi saat ini dan melakukan penolakan terhadap
perubahan.
e. Persepsi.
Cara pandang atau cara pikir seseorang terhadap lingkungan sekitarnya
disebut dengan persepsi. Sikap seseorang juga dipengaruhi oleh cara
pandang atau cara pikir seseorang. Ketika melakukan suatu perubahan,
dapat terjadi penolakan karena persepsi yang salah terhadap perubahan
tersebut. Misalnya ketika akan mengurangi pertumbuhan jumlah
penduduk di Indonesia, maka pemerintah mencanangkan program
keluarga berencana yang biasa kita kenal dengan KB. Akan tetapi program
ini banyak ditolak oleh masyarakat karena dianggap bertentangan dengan
ajaran agama, sehingga menimbulkan sikap negatif terhadap program
tersebut.
Sumber penolakan yang berikutnya berasal dari kelompok atau
organisasi. Pada umumnya organisasi sering melakukan penolakan terhadap
perubahan karena organisasi bersifat konservatif. Contohnya transaransi atau
keterbukaan untuk siap menghadapi tantangan merupakan dokrin dari
lembaga yang paling sulit untuk berubah yaitu, organisasi pendidikan. Kita
bisa melihat bahwa sistem pendidikan saat ini tidak banyak berubah yang
menunjukkan bahwa organisasi ini sulit untuk menerima perubahan.
Organisasi bisnis juga banyak mengalami hal yang sama.
Ada beberapa macam bentuk penolakan terhadap perubahan, yaitu :
a. Inersia Struktural.
Penolakan terhadap instruktur organisasi. Stabilitas dihasilkan dari
disiplin, tujuan, uraian tugas, struktur dan aturan main organisasi. Maka
jika terjadi perubahan, stabilitas organisasi pun akan terganggu.
b. Fokus perubahan berdampak luas.
Organisasi merupakan suatu sistem, oleh karena itu perubahan tidak
mungkin dilakukan pada satu bagian saja. Jika satu bagian dalam
organisasi dilakukan perubahan maka bagian lain juga akan berdampak
pada perubahan tersebut. Perubahan akan sulit dilakukan di dalam
organisasi, jika manajemen hanya melakukan satu bagian saja, karena
setiap bagian di dalam organisasi mempunyai hubungan yang kuat satu
sama lainnya.
c. Inersia kelompok kerja.
Norma dalam kelompok mempunyai potensi untuk menghalangi individu
yang ingin mengubah perilakunya. Misalnya ketika organisasi akan
melakukan suatu perubahan, akan tetapi perubahan tersebut tidak
sesuai dengan aturan organisasi yang didalamnya, contohnya organisasi
serikat pekerja di dalam perusahaan, maka perubahan sulit dilakukan
karena dukungan individu itu sangat lemah di dalam organisasi.
d. Ancaman terhadap keahlian.
Keahlian kelompok kerja tertentu akan terancam jika dilakukan
perubahan dalam pola organisasi. Contohnya, posisi para juru gambar
akan terancam jika dilakukan perubahan dengan penggunaan komputer
untuk merancang suatu desain.
e. Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang telah mapan.
Kewenangan manajer tingkat menengah dan para penyelia terancam
akibat sistem pengambilan keputusan partisipatif yang diintroduksi.
f. Ancaman terhadap alokasi sumber daya.
Sumber daya yang berjumlah relatif besar yang dikendalikan oleh
sekelompok orang didalam organisasi akan merasa terancam ketika
terjadi perubahan.

III. STRATEGI MENGATASI PENOLAKAN


Dalam menghadapi penolakan terhadap perubahan, ada beberapa
strategi yang dilakukan, yaitu :
a. Komunikasi dan pendidikan.
Kepada semua pihak diberikan penjelasan secara menyeluruh tentang
akibat, latar belakang dan tujuan dari dilakukannya perubahan. Berbagai
bentuk komunikasi dilakukan, seperti presentasi, ceramah, laporan,
diskusi dan bentuk lainnya.
b. Partsipasi.
Hendaknya dalam mengambil keputusan semua pihak diikutsertakan.
Fasilitator dan motivator diperankan oleh pimpinan dan pengambilan
keputusan dilakukan oleh anggota organisasi.
c. Memberikan dukungan dan kemudahan.
Kepada para karyawan diberikan konsultasi dan pelatihan sebagai bentuk
dukungan. Sekalipun hal ini membutuhkan waktu yang lama tetapi dapat
mengurangi tingkat penolakan.
d. Negosiasi.
Bagi pihak yang menentang atau menolak perubahan, dapat dilakukan
negosiasi atau perjanjian, dengan cara memberikan beberapa alternatif
pilihan yang dapat memenuhi keinginan mereka. Hal ini dilakukan jika
pihak yang melakukan penolakan mempunyai kekuatan yang besar.
e. Kooptasi dan manipulasi.
Menutupi keadaan atau kondisi yang sesungguhnya disebut manipulasi.
Misalnya, menebarkan rumor, memutar balikan fakta sehingga kelihatan
lebih menarik dan lain sebagainya. Melakukan kooptasi dengan cara
kepada pimpinan penentang penolakan diberikan kedudukan penting
untuk dapat mengambil keputusan.
f. Paksaan.
Siapa yang menolak perubahan akan diberikan ancaman dan dijatuhkan
hukuman. Ini merupakan strategi terakhir yang dapat dilakukan bagi
pihak yang menolak perubahan. Dengan kata lain perusahaan memaksa
setiap anggota organisasi untuk menerima perubahan.

IV. PENYEBAB PENOLAKAN PERUBAHAN


Dalam melakukan perubahan, penolakan merupakan salah satu
fenomena yang timbul. Beberapa hal yang menyebabkan perubahan adalah
:
a. Perubahan diusulkan oleh orang yang tidak terpercaya di dalam
organisasi.
b. Perubahan dianggap tidak diperlukan. Penolakan terhadap perubahan
akan timbul jika segala sesuatu yang ada di dalam organisasi telah
berjalan dengan baik menurut anggapan orang yang ada di dalam
organisasi.
c. Perubahan tidak dapat dilakukan merupakan suatu pernyataan yang
diyakini oleh orang yang ada di dalam organisasi. Hal ini disebabkan
adanya keraguan perubahan akan berhasil dilakukan karena
membutuhkan usaha yang besar di dalam melakukan proses perubahan.
d. Adanya ancaman ekonomi. Perubahan dalam organisasi sering mengarah
kepada efisiensi pada perusahaan atau organisasi. Dampak dalam
melakukan efisiensi merupakan ancaman bagi karyawan. Misalnya
perubahan dilakukan dengan menggunakan kemajuan teknologi
menggantikan tenaga karyawan, akibatnya karyawan kehilangan
pekerjaan dan kehilangan pendapatan.
e. Perubahan membutuhkan biaya yang tinggi. Biaya yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan cukup besar dalam melakukan perubahan sekalipun
perubahan itu membawa keuntungan bagi perusahaan sehingga sebelum
memutuskan untuk melakukan perubahan harus ada pertimbangan yang
mendalam. Perusahaan harus memperhitungkan biaya yang harus
dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh. Khawatir jika karyawan
gagal mengikuti perubahan karena sudah terbiasa menggunakan metode
lama dan tidak dapat menggunakan metode baru.
f. Kehilangan kekuasaan dan status. Akibat adanya perubahan, beberapa
orang di dalam organisasi terancam kehilangan status dan kekuasaan.
g. Penolakan akan pengaruh. Beberapa orang di dalam organisasi tidak mau
dikendalikan oleh orang lain sehingga mereka pun menolak perubahan
tersebut.

V. PENERIMAAN TERHADAP PERUBAHAN


Dalam hal ini akan membahas penerimaan masyarakat terhadap
perubahan. Mengapa diambil dari masyarakat, karena dari latar belakang
mereka lah akan menjadikan dasar sikap ketika mereka menjadi seorang
karyawan. Jika kita bercerita tentang masyarakat, ada dua jenis masyarakat
yang ada di sekitar kita.
Kedua jenis masyarakat tersebut adalah :
a. Masyarakat statis. Yaitu masyarakat yang sulit menerima perubahan.
Contoh dari masyarakat statis adalah masyarakat yang pada umumnya
tinggal di pedalaman. Sekalipun teknologi sudah maju, belum tentu
mereka bisa menerimanya. Hal ini dapat kita lihat, sekalipun mereka
mempunyai kemampuan belum tentu mereka mau memiliki alat
teknologi canggih.
b. Masyarakat dinamis. Yaitu masyarakat yang mau dan cepat menerima
perubahan. Contohnya dari masyarakat yang dinamis yaitu masyarakat
yang pada umumnya tinggal di perkotaan. Mereka tidak mau ketinggalan
untuk mengikuti kemajuan teknologi.

VI. ALASAN PENERIMAAN PERUBAHAN


Dalam menerima perubahan, ada beberapa alasan dari masyarakat,
yaitu :
a. Bagi suatu daerah, perubahan itu merupakan suatu perkembangan
karena ada kemajuan yang signifikan ketika organisasi melakukan
perubahan.
b. Kehidupan akan semakin mudah ketika kita mau melakukan perubahan.
Kemajuan teknologi berhubungan erat dengan perubahan, artinya
dengan mengikuti perkembangan teknologi berarti kita mengikuti
perkembangan zaman, bahkan negara maju sekalipun terus mengikuti
perkembangan teknologi. Jika kita tidak mau mengikuti perubahan, maka
kita tidak akan mengalami kemajuan.
c. Perubahan harus berani menjauhi zona nyaman dan dapat memperbaiki
kesalahan masa lalu. Masyarakat dapat menilai mana perubahan yang
cocok, yang pas dan yang baik dan mana yang tidak baik bagi masyarakat
itu sendiri.
VII. ALASAN MENOLAK PERUBAHAN
Dalam menolak perubahan, ada lima alasan individu untuk
melakukannya, yaitu:
a. Berbeda dengan keadaan saat ini atau terhadap sesuatu yang baru
merupakan sifat ketidaksukaan individu pada umumnya.
b. Karena memiliki tujuan lain yang ingin dicapai, maka ide perubahan
merupakan sesuatu hal yang dianggap tidak menarik.
c. Perubahan dianggap sesuatu yang tidak ada gunanya dan hanya kesia-
siaan sehingga orang tidak memahami bahwa perubahan tersebut
mempunyai dampak dan tujuan terhadap kondisinya.
d. Sulit menerapkan ide perubahan tersebut karena adanya ketidaksukaan
terhadap pencetus ide perubahan tersebut.
e. Berbagai macam ketakutan yang dihadapi, ketika melakukan perubhan.
Misalnya takut kehilangan kompensasi, takut kehilangan kekuasaan dan
lain sebagainya.

VIII. KOMUNIKASI DALAM PERUBAHAN


Interaksi dalam melakukan perubahan pasti terjadi. Oleh karena itu
diperlukan komunikasi dalam melakukan perubahan. Apabila terjadi
komunikasi yang baik dalam melakukan perubahan akan dapat mengurangi
penolakan terhadap perubahan. Dalam manajemen perubahan, komunikasi
merupakan unsur yang sangat esensial.
Dalam melakukan pendidikan dan latihan, dalam memodifikasi cara
orang berfikir, dalam mengembangkan kesiapa dan antusiasme perubahan
serta dalam memastikan perubahan berlanjut untuk dipertahankan dan
diimplementasikan dibutuhkan komunikasi yang baik.
Menggunkan informasi informal dan tidak terstruktur dengan waktu
yang relatif lama sebaiknya dengan komunikasi perubahan yang baik.
Informasi tentang perubahan secara menyeluruh harus konsisten dengan apa
yang mereka katakan merupakan hal yang penting dididik kepada staff dan
manajer. Mampu mengurangi resiko dari perubahan dan memperbaiki serta
menjadikannya berhasil merupakan komunikasi perubahan yang baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi
perubahan adalah :
a. Dampak kurangnya komunikasi.
Serangkaian proses dan prosedur dengan bekerja dan membangun call
center yang bekerja meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
merupakan usaha yang banyak dilakukan perusahaan atau organisasi.
Tetapi dengan perkembangan zaman, maka hal ini sudah tidak sesuai
dengan harapan pelanggan, tidak fleksibel dan ketinggalan zaman.
Pelanggan dilayani dengan fleksibel dengan menata ulang prosedur dan
proses yang memungkinkan dilakukannya perubahan. Cara yang lama
masih digunakan beberapa kasus dan dalam menghadapi banyaknya
tantangan.
Perubahan sering terjadi tanpa diketahui oleh bawahan, sehingga
ketika melakukan perubahan, bahwa tidak memahami dan tidak siap
melaksanakannya. Perubahan atas pekerjaan mereka tidak dapat
diberikan pendapat karena tidak diberinya kesempatan.

b. Arti pentingnya komunikasi.


Orang siap melakukan perubahan, meningkatkan kepedulian dan
memberikan dukungan untuk melakukan perubahan bahkan untuk
perubahan yang paling tidak populer sekalipun, asalkan dilakukan dengan
komunikasi yang baik.
Tindakan dan perilaku karyawan akan konsisten jika karyawan
memahami mengapa perlu dilakukannya perubahan jika dilakukan
komunikasi. Perubahan dapat memberikan respon yang positif, jika
informasi dapat diterima dan dipahami, itu juga karena komunikasi.
Kumpulan umpan balik tentang perubahan disebut dengan
komunikasi. Perubahan merupakan gagasan konstruktif, sumber
informasi yang cerdas dan saran yang akan diupayakan oleh karyawan.
Umpan balik yang baik dapat diperoleh dari pihak lain.
Pengertian, respon dan sikap merupakan perubahan yang harus
dipahami melalui komunikasi. Perubahan dapat dikelola dengan baik
apabila kita dapat mengelola respon dengan baik juga. Sesuatu dapat
dilaksanakan dengan baik apabila ada instruksi yang baik melalui
komunikasi.
c. Ada manajer komunikasi.
Perubahan dapat dilakukan dengan komunikasi dari orang yang
memiliki spesialisasi keterampilan dalam berkomunikasi. Menyusun
daftar apa yang harus dilakukan adalah cara untuk memulai komunikasi.
Semua orang didalam organisasi akan mendapatkan dan mengelola
pekerjaan komunikasi dan yang bertanggungjawab atas pekerjaan ini
adalah manajemen komunikasi.
Dalam perubahan yang besar dan kompleks, akan dibutuhkan
komunikasi sehingga dibutuhkan manajer komunikasi. Pelaksanaan dan
penyelesaian tugas, rencana komunikasi yang komprehensif, kecukupan
sumber daya yang diperlukan, serta materi yang berkaitan dengan
perubahan yang sedang dilakukan, serta materi yang berkaitan dengan
perubahan yang sedang dilakukan harus dipastikan dapat dikelola oleh
manajer komunikasi. Oleh karena itu, manajer proyek, spesialisasi
komunikasi dan manajemen perubahan merupakan bagian dari manajer
komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai