PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Perubahan terjadi dimana-mana, kapan saja tidak memandang jenis benda dan usia.
Pada faktanya, perubahan juga tidak dapat dihentikan oleh siapa pun, sehingga dapat
disimpulkan bahwa perubahan pasti terjadi dan akan selalu terjadi. Jeff Davidson,
menyatakan bahwa perubahan merupakan kejadian alam yang atau perilaku orang yang
berbeda dari sebelumnya.
Semua organisasi merupakan bagian dari sistem social yang hidup ditengah
masyarakat, masyarakat itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik masyarakat seperti itu menuntut orgaisasi untuk juga memiliki
sifat dinamis. Tanpa dinamika yang sejalan dengan dinamika masyarakat, organisasi tidak
akan survive apalgi berkembang. Ini berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi
merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Secara terus-menerus organisasi harus
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dilingkungannya.
Proses penyesuaian dengan lingkungan merupakan salah satu permasalahan besar
yang dihadapi organisasi modern. Kecuali perubahan yang bertujuan menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan, organisasi kadang-kadang menganggap perlu secra
sengaja melakukan perubahan guna meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan yang
sudah ditetapkan. Karena sifta dan setiap organisasi berbeda-beda maka frekuensi dan
kadar perubahan yang terjadi pun tidak selalu sama. Organisai-organisasi tertentu lebih
sering mengalami perubahan, sementara organisasi lain relatif jarang melakukannya.
Menghadapi kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, tidak ada cara lain
yang lebih bijajksana bagi seorang pemimpin kecuali dengan memahami hakekat perubahan
itu sendiri dan menbyiapkan strategi yang tepat untuk menghadapinya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Teori
A. Pengertian Perubahan
Perubahan merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau
seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987). Merupakan
proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi
(Brooten,1978).
Perubahan adalah hal yang pasti terjadi, termasuk di dalam konteks
organisasi. Perubahan terjadi karena yang menjalankan organisasi adalah manusia,
dan manusia terus berubah. Sering dikatakan satu hal yang pasti terjadi di dunia
adalah perubahan.
Jadi Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya
dapat menyesuaikan diri dari lingkungan.menurut hersey dan Blanchard ada 4
tingkat perubahan yaitu :yaitu perubahan pengetahuan,sikap, prilaku individual, dan
prilaku kelompok.
Berikut Faktor Pendorong Perubahan
1. Lingkungan Eksternal: tingkat persaingan, politik, ekonomi, kekuatan global,
demografik, sosial, teknologi, konsumen ;
2. Lingkungan Internal: silus kehidupan produk, pergantian pimpinan, ketersediaan
sumber daya internal, konflik.
B. Proses Perubahan.
1. Mencairkan: melibatkan penghancuran cara normal orang yang melakukan
sesuatu-mmemutuskan pola, kebiasaan,dan rutinitas sehingga orang siap untuk
menerima alternative baru (hersey, Blanchard) atau mengurangi kekuatan untuk
mengurangi status quo, menciptakan kebutuhan akan perubahan,
meminimalisasi tantangan terhadap perubahan seperti memberikan masalah
proaktif.Contoh :Refresing,kegiatan_kegiatan baru.
2. Memindahkan: mengembangkan perilaku, nilai dan sikap yang baru.
3. Membekukan kembali: akan terjadi jika prilaku baru sudah menjadi bagian dari
kepribadian seseorang.dengan cara memperkuat, mengevaluasi, dan membuat
modifikasi konstruktif.
C. Konsep Perubahan.
1. First order change : berlangsung terus menerus & bukan perubahan besar bagi
keseluruhan organisasi.
2. Second order change: perubahan radikal semua organisasi.
F. Kegagalan Perubahan
1. Manajer tidak menguasai prinsip manajemen perubahan.
2. Manajer tergoda pada “solusi mudah” dan “perbaikan cepat”.
3. Manajer tidak menganggap penting aspek budaya dan kepemimpinan dalam
perubahan.
4. Manajer mengabaikan aspek manusia dalam mengelola perubahan.
2. Pembahasan
1. Pengertian Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah control yang kuat dari perpindahan sistem dari tahapan
pengembangan, selanjutnya dilakukan pengetesan, sampai sistem tersebut dapat
digunakan dengan pemahaman yang tepat dari manfaat dan potensi dari masalah-
masalah yang tidak diantisipasi tiap tahapannya.
Menurut Bennet P. lientz dan Kathryn P. Rea, mengatakan bahwa manajemen
perubahan adalah pendekatan untuk merencanakan, mendesain, mengimplementasi,
mengelola, mengukur dan mempertahankan perubahan didalam pekerjaan dan bisnis.
Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan
pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi
perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut (Potts dan
LaMarsh: 2004). Manajemen perubahan ditujukan untuk memberikan solusi bisnis
yang diperlukan dengan sukses dan cara terorganisasi dan dengan metode melalui
pengelolaan dampak perubahan pada orang yang terlibat didalamnya. Sementara itu,
perubahan selalu dimulai dengan pandangan yang positif. Hambatan paling umum
untuk keberhasilan perubahan adalah resistensi manusia yang menyebabkan
perubahan menjadi lambat.
Pendekatan dalam manajemen perubahan adalah pertama mengidentifikasi siapa
diantara mereka yang terkena dampak perubahan dan menolak perubahan; kedua
menelusuri sumber, tipe, dan tingkat resistensi perubahan yang mungkin ditemukan;
ketiga, mendesain strategi yang efektif untuk mengurangi resistensi tersebut. Jika
dihubungkan antara kompetensi dan manajemem perubahan bahwa kedua
komponen ini memiliki hubungan yang erat dalam mengembangkan organisasi secara
keseluruhan. Perubahan manajemen harus didukung dengan kompetensi yang relevan
sehingga semua perencanaan dalam menjalankan pengembangan organisasi bisa
berjalan baik. Komunikasi harus efektif dan informasi harus tersebar merata ke semua
level organisasi.
Sesuatu yang tidak diketahui. Istilah lain yang sering dipakai mengenai
resistensi terhadap perubahan adalah karena setiap perubahan akan mengganggu
comfortzone (zona nyaman), yaitu kebiasaan-kebiasaan kerja yang selama ini
dirasakan nyaman, Sonnenberg dalam kaitannya dengan hal ini mengidentifikasi
tujuh alasan mengapa orang resisten terhadap perubahan, yaitu:
a. Procastination. Kecenderungan menunda perubahan, karena merasa masih
banyak waktu untuk melakukan perubahan.
b. Lack of motivation. Orang berpendapat bahwa perubahan tersebut tidak
memberikan manfaat sehingga enggan berubah
c. Fear of failure. Perubahan menimbulkan pembelajaran baru. Orang takut kalau
nantinya ia tidak memiliki kemampuan yang baik tentang sesuatu yang baru
tersebut sehingga ia akan gagal.
d. Fear of the unkown. Orang cenderung merasa lebih nyaman dengan hal yang
diketahuinya dibandingkan dengan hal yang belum diketahui. Perubahan berarti
mengarah kepada sesuatu yang belum diketahui.
e. Fear of loss. Orang takut kalau perubahan akan menurunkan jobsecurity, power,
t atau status.
f. Dislike the innitiat or of change. Orang sering sulit menerima perubahan jika
mereka raterhadap kepiawaian inisiator perubahan atau tidak menyukai anggota
agen perubahan.
g. Lack of communication. Salah pengertian akan apa yang diharapkan dari
perubahan, informasi yang disampaikan tidak utuh dan komprehensif.
B. Penanggulangan Resistensi
Kotter dan Schlesinger, dalam ‘Choosing Strategies for Change’ (Harvard
Business Review-Juli – Agustus, 2008), merumuskan enam cara untuk
menanggulangi resistensi terhadap perubahan. Robbins (2005), mengkaji berbagai
taktik untuk menanggulangi resistensi terhadap perubahan, namun kemudian
memutuskan untuk merangkum keenam taktik yang dirumuskan oleh
Kotter&Schlesinger (2008) sebagaimana rangkuman berikut.
1. Pendidikan dan Komunikasi. Menerapkan komunikasi terbuka kepada seluruh
anggota. Komunikasi dapat dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, atau lisan dan
tulisan. Dengan demikian seluruh anggota organisasi dapat menerima informasi
dari satu sumber. Informasi yang disampaikan harus jelas, baik alasan mengapa
dilakukan perubahan, tujuan melakukan perubahan, dan manfaat perubahan
bagi seluruh organisasi.
2. Partisipasi. Sebelum mengaplikasikan rancangan perubahan yang telah
diformulasikan, pimpinan puncak dan agen perubahan harus dapat
mengidentifikasi siapa-siapa yang resisten terhadap perubahan. Orang orang
yang resisten kemudian dilibatkan dalam membahas faktor faktor yang
menimbulan perubahan.
3. Fasilitas dan dukungan. Agen perubahan harus dilatih sedemikian rupa agar
dapat memfasilitasi dan membantu anggota organisasi yang menghadapi
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang telah dirancang. Jika
perlu agen perubahan dapat menyelenggarakan pelatiha atau seminar seminar
untuk meningkatkan pemahaman tentang perubahan tersebut.
4. Negoisasi. Dilakukan jika agen perubahan menemui resistensi perubahan dari
orang tertentu. Orang tersebut diundang untuk berdiskusi dan negosiasi.
5. Manipulasi dan kooptasi. Yang dimaksud dengan manipulasi adalah
menonjolkan suatu realita sehingga terlihat dan terasa akan sangat menarik.
Sedangkan kooptasi adalah kombinasi dari manipulasi dan partisipasi. Dengan
menonjolkan suatu realita sehingga terlihat menarik orang yang resisten diajak
berdiskusi dan membuat keputusan tentang faktor faktor yang mempengaruhi
pentingnya melakukan perubahan.
6. Paksaan. Taktik ini adalah penerapan ancaman atau pemaksaan terhadap orang
yang resisten terhadap perubahan. Pemindahan atau rotasi, tidak promosi,
pemecatan, adalah beberapa bentuk paksaan. Dalam rumusan cara-cara
penanggulangan resistensi terhadap perubahan, Kotter dan Schlesinger (2008)
menggabungkan pendidikan dan komunikasi sebagai satu cara. Dalam
praktiknya, pendidikan dapat juga dijadikan sebagai satu taktik tersendiri. Orang
orang yang resisten terhadap perubahan dapat juga ditanggulangi dengan
menyekolahkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
Diharapkan, selama mereka mengikuti pendidikan, pola pikir mereka akan
berubah dan akan lebih memahami perubahan yang akan dilakukan.
C. Strategi Rasional Empirik
1. StrateLingkungan Eksternal: tingkat persaingan, politik, ekonomi, kekuatan
global, demografik, sosial, teknologi, konsumen.
2. Lingkungan Internal: silus kehidupan produk, pergantian pimpinan, ketersediaan
sumber daya internal, konflik.
3. Lingkungan Eksternal: tingkat persaingan, politik, ekonomi, kekuatan global,
demografik, sosial, teknologi, konsumen.
4. Lingkungan Internal: silus kehidupan produk, pergantian pimpinan, ketersediaan
sumber daya internal, konflik .
1. Kepemimpinan Perubahan
Fitur penting dari sistem sdm yang memungkinkan perubahan adalah
kemampuannya untuk menciptakan pemimpin perubahan yang sangat efektif. Apa
kompetensi kepemimpinan untuk perubahan organisasi? Kami menyarankan bahwa
pengembangan pemimpin perubahan termasuk penguasaan tiga bidang: kompetensi
bisnis secara keseluruhan, kompetensi interpersonal / hubungan, dan kompetensi
pengembangan bakat. Masing-masing bidang ini akan dibahas secara lebih rinci.
Pemimpin upaya perubahan harus terbukti pemimpin bisnis dan proyek. Mereka
harus memiliki pemahaman mendalam tentang bisnis inti dan bagaimana mengelola
biaya, jadwal, dan kinerja upaya perubahan. Namun, penelitian telah menunjukkan
bahwa kompetensi yang terkait dengan bisnis saja tidak mempersiapkan pemimpin
untuk memimpin upaya perubahan yang sukses. Pemimpin perubahan yang berhasil
membutuhkan lebih banyak — dan menyadari hal ini sangat penting dalam melakukan
upaya perubahan yang berhasil.
Ini sering muncul dalam laporan "setelah tindakan" dari upaya perubahan
organisasi. Upaya ini dapat sangat mendalam dan membuat stres sehingga karyawan
membutuhkan lebih banyak dukungan dari para pemimpin selama perubahan. Mereka
membutuhkan dan menginginkan pemimpin yang dapat berhubungan dengan mereka
secara pribadi dan “berdiri di antara” mereka dan kekacauan perubahan — secara aktif
membantu mereka untuk berhasil menavigasi. Para pemimpin ini bertindak sebagai
basis yang aman selama waktu yang tidak pasti. Pemimpin perubahan yang hebat tidak
hanya membantu tim mereka bertahan hidup berubah, mereka membantu tim mereka
berkembang dalam perubahan. Ketiga, kemampuan menggunakan upaya perubahan
untuk mempercepat pengembangan orang adalah kompetensi kepemimpinan yang
kritis. Para pemimpin terbaik dapat menggunakan upaya perubahan untuk membantu
orang mencapai tujuan pengembangan pribadi dan profesional. Pemimpin tahu
bagaimana menginspirasi dan melibatkan orang-orang sejauh mereka dapat menyusun
ulang upaya perubahan sebagai upaya pengembangan dan membuat orang tetap fokus
pada aspek perubahan "lebih tinggi" —seperti kemampuan untuk membentuk masa
depan organisasi atau melakukan perbaikan yang membantu semua orang.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen perubahan adalah control yang kuat dari perpindahan sistem dari
tahapan pengembangan, selanjutnya dilakukan pengetesan, sampai sistem tersebut dapat
digunakan dengan pemahaman yang tepat dari manfaat dan potensi dari masalah-masalah
yang tidak diantisipasi tiap tahapannya. Adapun penyebab terjadinya manajemen perubahan
ialah perubahan manajemen dari tingkat atas, teknologi, kompetesi, peraturan, tuntutan
pengguna, kesalahan dari bekerja sehari-hari. Untuk itu adapun tujuaan dari manajemen
perubahan itu sendiri yaitu untuk mempertahankan keberlangsungan hidup perusahaan baik
jangka pendek maupun jangka panjang, untuk menyesuaikan diri dari perubahan yang
sering terjadi baik dilingkungan internal maupun eksternal, serta untuk memeperbaiki
efektivitas agar dapat bersaing dipasar modern.
Dapat kita simpulkan bahwa perubahan lingkungan organisasi akan menimbulkan
dorongan atau tekanan organisasi untuk melakukan perubahan organisasi menyesuaikan
perubahan tersebut. Faktor lingkungan eksternal yang mendorong perubahan, yakni
kekuatan kompetisi, kekuatan ekonomi, kekuatan politik, kekuatan globalisasi, kekuatan
sosial-demografik, dan kekuatan etikal (George dan Jones, 2002). Sementara, pada
lingkungan internal organisasi, perubahan-perubahan yang terjadi pada nilai-nilai, etos kerja,
kompetensi maupun aspirasi karyawan juga mengharuskan respons organisasional yang
tepat. Organisasi yang tidak mampu melakukan perubahan akan goyah dan akhirnya
tertindas.
Permasalahan yang kemudian timbul adalah bahwa perubahan organisasi bukanlah
suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Upaya perubahan organisasi akan menemui banyak
kesulitan dan kendala. Kendala yang menghalangi perubahan organisasi menurut George
dan Jones (2002:645-646) adalah: (1) kendala-kendala sistem keorganisasian dan
kekuasaan, (2) perbedaan-perbedaan dalam orientasi fungsional dan struktur organisasi
yang mekanistik, (3) kelembaman (inertia) kultur organisasi, (4) norma dan kohesivitas
kelompok, (5) pemikiran kelompok (group think) dan kendala-kendala individual, seperti
ketidaksiapan yang mengakibatkan rasa ketidakpastian, kekhawatiran, ketidakamanan,
persepsi selektif, dan retensi kebiasaan.
Perubahan organisasional untuk menyesuiakn perubahan lingkungan seringkali tidak
berlangsung secara alamiah, bahkan memerlukan perencanaan dan perhitungan yang
matang. Di siniah pentingnya seorang peimimpin dalam memainkank peranya untuk
perubahan organisasi. Perubahan memerlukan kepemimpinan yang kuat dari segi otoritas
yang dimilki maupun dari segi kepribadian dan komitmen karena memimpin perubahan
dengan segala kompleksitas permasalahan dan hambatannya memerlukan power,
keyakinan, kepercayaan diri, dan keterlibatan diri yang ekstra. seorang pemimpin tidak boleh
bersikap impersonal, apalagi pasif terhadap tujuan-tujuan organisasi, melainkan harus
mengambil sikap pribadi dan aktif (Zaleznik, 1986).
Kepemimpinan dalam proses perubahan merupakan faktor pengggerak (driving
forces) dari actions for change. Pemimpin di semua tingkatan harus memainkan peran
secara aktif dalam memainkan peran sebagai perencana, penggerak, sekaligus
pengendalinya. Pemimpin merupakan faktor kunci untuk mempimpin tim dan anggotanya
melakukan perubahan serta menjadi jembatan dari pola lama ke pola baru. Pemimpin
sebagai bagian dari organisasi juga tidak lepas dari ego resistensi terhadap perubahan
orgaanisasi. Dalm kondisi tersebut pemimpi ditunut untuk dapat menmapilkan perilaku yang
positif, , seperti membantu yang lain (anggota tim), memberikan pengarahan yang jelas,
menjawab pertanyaan dengan baik dan menyediakan jalan atau fasilitas yang diperlukan.
Organisasi yang terdiri dari berbagai usur harus disinergikan. Pemimpin akan
menyinergikan unsur-unsur yang berbeda-beda dalam organisasi sekaligus mengarahkan
agar unsur-unsur tersebut dapat berfungsi maksimal dalam mencapai tujuan organisasii
yang telah ditentukan. Pemimpin harus terus berkomunikasi dan mengarahkan, memberikan
inspirasi dan motivasi, menjadi model atau contoh perubahan, dan memberikan atau
memfasilitasi pelatihan yang diperlukan. Untuk itu, pemimpin harus mengetahui arah
perubahan, menyiapkan sumber daya yang diperlukan, menentukan tujuan akhir dan
keuntungan yang hendak dicapai, mengantisipasi resiko yang mungkin timbul dan
menyiapkan cara mengontrolnya.
Secara garis besar dapat disimpulkan peranan yang dari seorang pemimpin untuk
menyukseskan proyek perubahan adalah sebagai berikut :
Menciptakan situasi yang kondusif untuk mendukug berjalanya proses perubahan
Menggerakan dan mengarahkan tim dan bawahanya secara jelas ke arah perubahan
organissasi
Menganalisa kebutuhan yang diperukan dalam proses organisasi termasuk pemenuhan
kebutuhan tersebut
Memberikan masukan, saran, nasihat yang bermanfaat untuk mensukseskan proses
perubahan berdasarkan permasalahn yang ditemui pada lingkungan kerjanya
Menggalang komunikasi dengan berbagai pihak
Menggali dan mengumpulkan ide dari berbagai sumber
DAFTAR PUSTAKA
Bounds Greg, Lyle Yorks, Mel Adam, Gipsie Ranney. Beyond Total Quality Management
Toward Emerging Paradigm. New York:MeGraw-Hill, Inc,1994.
Hammer Michael, James Champy. Reengineering the Corporation. New York: Harper
Business, 1993
Hemermesh, Richard g. Fad Free Management. World Executive Digest, July, 1997
Kotter, John P. Leading Change. Boston: Harvard Business School Press, 1996. Patching
David. Business Process Re-engineering. Management Services. June 1994.
Snyder, Neil H., James D.Dowd, jr., Dianne Morse Houghton. Vision, Values, and
Courage: Leadership for Quality Management New York: The free Press,
1994.
Quinn, Robert E. Deep Change: Discovering the Leader Within. San Fransisco: Jossey-
Bass Publisher, 1996.
Quirke, Bill. Communicating Change. London: McGraw-Hill Book Company, 1995.