1. Pengertian Perubahan
Pada hakikatnya, kehidupan manusia dan organisasi selalu bergerak dan diliputi oleh
perubahan secara berkelanjutan. Perubahan terjadi karena lingkungan internal dan eksternal.
Perubahan berarti bahwa kita harus mengubah dalam cara mengerjakan atau berpikir tentang
sesuatu. Perubahan tersebut dapat terjadi pada struktur organisasi, proses mekanisme kerja, SDM,
dan budaya.
Untuk lebih memahami makna perubahan, terdapat beberapa karakteristik perubahan (Kasali,
2006), yaitu :
a. Bersifat misterius karena tidak mudah dipegang
b. Memerlukan tokoh terkenal dalam melakukan perubahan
c. Tidak semua orang bisa diajak melihat perubahan
d. Perubahan terjadi setiap saat secara kontinu
e. Ada sisi lembut dan sisi keras dalam perubahan
f. Membutuhkan waktu, biaya, dan kekuatan
g. Dibutuhkan upaya khusus untuk menyentuh nilai dasar/budaya korporat
h. Banyak diwarnai mitos
i. Perubahan menimbulkan ekspektasi yang dapat menimbulkan getaran emosi dan harapan
j. Perubahan selalu menakutkan yang menimbulkan kepanikan
2. Tujuan Perubahan
Tujuan perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan organisasi dalam
menyesuaikan didi dengan perubahan lingkungan dan disisi lain, mengupayakan perubahan perilaku
karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya. Perubahan harus dilakukan secara hati-hati dengan
mempertimbangkan berbagai hal agar manfaat yang ditimbulkan oleh perubahan harus lebih besar
daripada beban kerugian yang harus ditanggung.
3. Sasaran Perubahan
a. Struktur organisasi
b. Teknologi
c. Pengaturan tata letak fisik ruang kerja
d. Sumber daya manusia
e. Proses
f. Budaya organisasi
A. PERKEMBANGAN PERUBAHAN
Perkembangan perubahan organisasional menurut Corner (1992) diklasifikasikan dalam tiga
kelompok berdasarkan tahapan proses perkembangannya, yaitu sebagai berikut.
1. Introduksi teknologi baru
Pada awalnya, perubahan ditunjukkan dengan adanya introduksi teknlogi baru pada sekitar tahun
1980. Perkembangan teknologi dilakukan terus menerus untuk meningkatkan efisiensi dan dalam
banyak hal telah berhasil mengembangkan perusahaan.
2. Tipologi perubahan
Kritner dan Kinicki (2001) mengelompokkan perubahan ke dalam tiga tipologi, yaitu.
1) Adaptive change merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya dan
ketidakpastiannya.
2) Innovative change memperkenalkan praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada di tengah
kontinum diukur dari kompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya.
3) Radically innovative change merupakan jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung
paling menakutkan bagi manajer untuk melaksanakan, karena memberikan dampak kuat pada
keamanan kerja karyawan.
2. Kegagalan Perubahan
Menurut Hussey (2000), ada sepuluh penyebab kegagalan dalam melaksnakan perubahan, yaitu
sebagai berikut.
a. Implementasi memerlukan waktu lebih lama daripada yang direncanakan
b. Kebanyakan masalahnya tidak diidentifikasi sebelumnya
c. Aktivitas dalam implementasi tidak cukup koordinasi
d. Aktivitas dan krisis bersaing memecahkan perhatian, sehingga keputusan tidak dilakukan
e. Manajer kekurangan kapabilitas yang diperlukan untuk melakukan perubahan
f. Pelatihan dan instruksi yang diberikan kepada bawahan tidak cukup
g. Factor eksternal yang tidak terkendali berdampak pada implementasi
h. Manajer departemen tidak cukup memberikan kepemimpinan dan arahan
i. Tugas pokok implementasi tidak didefinisikan secara rinci
j. Sistem informasi yang tersedia tidak cukup untuk memonitor implementasi
D. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu proses sistematis dalam menerapkan pengetahuan,
sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang terkena
dampak dari proses tersebut. Manajemen perubahan ditujukan untuk memberikan solusi bisnis yang
diperlukan secara sukses dengan cara yang terorganisir dan metode, melalui pengelolaan dampak
perubahan pada orang yang terlibat. Pendekatan dalam manajemen perubahan adalah sebagai
berikut.
a. Mengidentifikasikan objek yang terkena dampak perubahan yang mungkin menolak perubahan
b. Menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi perubahan yang mungkin ditemukan
c. Mendesain strategi yang efektif untuk mengurangi resistensi tersebut
4. Komitmen Perubahan
a. Persiapan
Fase ini melakukan komitmen terdiri dari contact dan awareness. Usaha melakukan kontak dalam
bentuk rapat, pidato atau memo untuk mendapatkan kepedulian. Hasil yang mungkin diperoleh dari
kepedulian bisa pemahaman atau kebingungan.
b. Penerimaan
Penerimaan terdiri atas tahapan pemahaman dan persepsi. Hasil dari pemahaman bisa persepsi
positif atau negatif. Persepsi positif akan mendukung memulai perubahan.
c. Janji (commitment)
Fase ini terdiri dari installation, adoption, institutionalization, dan internalization.
Installation merupakan kesempatan pertama dimana tindakan komitmen timbul. Ada 2
kemungkinan hasil dari installation stage, yaitu perubahan digugurkan setelah implementasi awal
atau diadopsi untuk pengujian jangka panjang. Adopsi fokus pada kepentingan dengan masalah
mendalam dan jangka panjang. Tingkat komitmen dipertimbangkan untuk mencapai tahap adopsi,
tetapi proyek perubahan pada tahap ini tetap dievaluasi, dengan opsi pada penundaan. Ada 2
kemungkinan hasil pada tahap adopsi : perubahan dapat dihentikan setelah digunakan secara
ekstensif atau perubahan dapat dilembagakan sebagai prosedur standar operasi.
Resistensi Perubahan
A. Latar Belakang dan Pengertian Resistensi
Untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan, terlebih dahulu harus dikenali siapa yang
menunjukkan sikap menolak perubahan, kemudian dilakukan komunikasi timbal balik agar bawahan
yang menolak perubahan dapat memahami manfaat dari perubahan dan atasan mengetahui apa
yang diharapkan bawahannya.
Respons orang terhadap perubahan dapat bersifat negatif atau positif. Respons negatif
dilakukan melalui 8 fase, yaitu: (1) Stabilitas, (2) Tidak bergerak, (3) Penolakan, (4) Kemarahan, (5)
Perundingan, (6) Tertekan, (7) Pengujian, dan (8) Penerimaan.
Sedangkan respons positif berlangsung 5 fase, yaitu: (1) Perasaan optimis secara diam-
diam, (2) Pernyataan pesimis terhadap perubahan, (3) Tumbuhnya kesadaran bahwa perubahan
merupakan realitas, (4) Keberanian menyatakan optimis terhadap perubahan, (5) Kesediaan turut
serta dalam proses perubahan.
Tingkatan Resistensi
Tingkatan resistensi dari yang paling lemah sampai pada paling kuat (Wibowo, 2006) adalah
sebagai berikut:
a. Acceptance
Kesediaan menerima perubahan ditunjukkan oleh sikap antusias, kesediaan bekerja sama, kerja
sama di bawah tekanan manajemen, atau kesediaan menerima perubahan.
b. Indifference
Sikap tidak acuh ditunjukkan oleh sikap apatis, hilangnya minat bekerja, bekerja dan hanya jika
diperintah, serta merosotnya perilaku karyawan.
c. Passive resistence
Ditunjukan oleh adanya sikap tidak mau bekerja, melakukan protes, dan melakukan kegiatan sedikit
mungkin.
d. Active resistence
Ditunjukkan dengan cara bekerja lambat, memperpanjang waktu istirahat kerja, meninggalkan
pekerjaan, melakukan kesalahan, mengganggu atau sabotase.
1. Resistensi individual
Terdapat beberapa faktor pendorong bagi timbulnya resistensi individu dalam organisasi, yaitu:
a. Ketidakamanan ekonomis
b. Ketakutan atas hal yang tidak diketahui
c. Ancaman pada hubungan sosial
d. Kebiasaan
e. Kegagalan kebutuhan untuk berubah
f. Proses informasi selektif
g. Kecenderungan individu
h. Iklim ketidakpercayaan
i. Ketakutan akan kegagalan
j. Konflik pribadi
k. Kurangnya kebijaksanaan dan waktu tidak tepat
l. Sistem penghargaan tidak memperkuat
2. Resistensi organisasi
Terdapat beberapa faktor menjadi penghambat pada organisasional dalam menjalankan proses
perubahan (Wibowo, 2006), yaitu:
a. Kelambanan struktural
b. Kelambanan kelompok kerja
c. Tantangan keseimbangan kekuatan yang ada
d. Usaha perubahan sebelumnya tidak berhasil
e. Fokus atas perubahan terbatas
f. Ancaman atas keahlian
g. Ancaman pada hubungan kekuasaan yang sudah ada
h. Ancaman atas alokasi sumber daya yang sudah ada
D. Mengatasi Resistensi
1. Teknik mengatasi resistensi
a. Membentuk dinamika politik
b. Mengidentifikasi dan menetralisasi penolakan perubahan
c. Mendidik angkatan kerja
d. Mengikutsertakan karyawan pada usaha perubahan
e. Menghargai perilaku konstruktif
f. Menciptakan organisasi pembelajaran
g. Memperhitungkan situasi
c) Outputs
Merupakan hasil akhir yang diinginkan dari suatu perubahan. Hasil akhir ini harus konsisten
dengan rencana strategik. Hasil perubahan dapat diukur pada beberapa tujuan baik pada tingkat
organisasional, tingkat kelompok maupun tingkat individual.
a. Saying goodbye
Mengucapkan selamat tinggal pada cara lama. Di atas kertas adalah logis bergeser ke arah self-
managed team, tetapi hal ini mengakibatkan orang tidak percaya lagi pada supervisor untuk
membuat keputusan.
b. Shifting into neutral
Merupakan tahap yang sulit, penuh ketidakpastian dan kabingungan. Tahap sulit selama ini
merupakan tahap yang sulit, terutama pada saat merger dan akuisisi, dimana keputusan karier
kebijakan dan aturan main ditinggalkan, sedangkan dua kepemimpinan mengerjakan masalah
kekuasaan dan pengambilan keputusan.
c. Moving forward
Merupakan tindakan bergeser ke depan dan berprilaku dengan cara baru. Fase ini memerlukan
orang yang memulai berprilaku baru, meletakkan kompetensi dan nilai risiko.
J. Model Accounting-Turnaround
Model ini diperkenalkan oleh Harlan D. Platt (1998) yang sangat kental dengan akuntansi
dan hukum. Platt membedakan strategi perubahan ke dalam tiga kelompok, yaitu: transformasi
korporat, turnaround, dan manajemen krisis. Ketiga strategi tersebut dijalankan menurut kondisi
yang berbeda-beda pada keadaan perusahaan yang sedang menurun.
Teori Motivasi
Beckhard dan Harris (dalam Kasali, 2006) merumuskan teori-teori motivasi untuk
berubah.Perubahan akan terjadi bila ada sejumlah syarat, yaitu:
1. Manfaat-biaya
2. Ketidakpuasan
3. Persepsi hari esok
4. Cara yang praktis
Teori Contingency
Teori ini dikembangkan oleh Tannenbaum dan Schmid pada tahun 1973 (dalam Kasali,
2006). Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya
yang diadopsi oleh manajemen. Teori ini berpendapat bahwa tingkat keberhasilanpengambilan
keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya
dimaksud lebih manyangkut pengambilan keputusan dari implementasinya.
Vroom & Jago (1988) menemukan bahwa tingkat keberhasilan masing-masing gaya
kepemimpinan berkaitan erat dengan sejumlah kemungkinan (contingencies).
D. Pembaruan Perusahaan
Menurut Platt(1998) perubahan strategis suatu perusahaan dilakukan dalam tiga kategori,
yaitu: transformasi manajemen, manajemen turnaround, dan manajemen krisis.
a) Transformasi manajemen
Biasanya dilakukan perusahaan yang sehat, yaitu perusahaan yang menangkap adanya signal
yang kurang menguntungkan.
b) Manajemen turnaround
Hal ini biasanya dilakukan bila perusahaan menghadapi masalah yang pelik dan melibatkan
pihak-pihak yang lebih luas. Namun, pada tahapan ini, perusahaan masih mempunyai sumber daya
(pada sisi aset) dan tersedia waktu untuk melakukan manuver perbaikan.
c) Manajemen krisis
Hal ini biasanya dilakukan bila perusahaan memasuki krisis, yaitu saat perusahaan mulai
kehabisan dana dan energi(reputasi, motivasi)
d) Kombinasi strategis
Manajemen selalu mengupayakan prinsip going concern yang antara lain tercermin dalam:
1. Biaya produksi yang efisien,
2. Kualitas produk atau jasa selalu ditingkatkan,
3. Pendapatan terus tumbuh,
4. Citra perusahaan dan merek harus diajaga,
5. Mutu SDM selalu ditingkatkan dan lebih produktif.
C. Mencapai keunggulan
Untuk menjadi SDM yang unggul dalam persaingan yang ketat, diperlukan berbagai kegiatan
yaitu sebagai berikut.
1) Mengembangkan potensi
Untuk mencapai keunggulan, pemimpin mengembangkan potensi semua orang yang ada di
dalam organisasi, dengan langkah-langkah berikut.
a. Membangun atribut kunci
b. Membangun percaya diri
c. Mengambil risiko
d. Mengembangkan dorongan
e. Memimpin dengan efektif
f. Mengejar keunggulan
2) Memperbaiki keterampilan
Kinerja seseorang harus senantiasa ditingkatkan dengan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, selalu belajar mengembangkan diri, berpikir efektif, memperbaiki memori,
memperbaiki kemampuan membaca, kemampuan menulis dan berbicara lebih lancer.
3) Menjadi lebih efektif
Terdapat sejumlah alat dan teknik untuk meningkatkan kinerja lebih efektif adalah dengan
mendorong kreativitas, menggunakan waktu yang efisien, menjadi lebih produktif, kemampuan
memilih prioritas, memahami manfaat dan biaya, mengurangi stress, dan mengukur progress.
4) Mencapai sukses
Sukses melekat pada kemampuan mengelola karir dengan baik. Untuk mencapai sukses
harus dilakukan hal-hal berikut.
a. Mengukur kembali tujuan
b. Menemukan mentor
c. Melakukan kontak
d. Berperan sebagai pemimpin
5) Mempengaruhi orang lain
Mempengaruhi orang lain agar menerima sudut pandang, gagasan, dan rencana aksi adalah
sangat penting untuk mencapai sukses. Bila dilakukan negosiasi, harus mempunyai gagasan
mengenai hasil optimal yang diinginkan, hasil yang diharapkan, dan hasil minimal yang dapat
diterima.
6) Merencakan ke depan
Merencakan merupakan hasil pemikiran apa yang diharapkan dapat tercapai dimasa depan.
SILABUS 7
MANAJEMEN PERUBAHAN
Last but not least, agar terjadi perubahan yang signifikan dan dapat diimplementasikan dengan baik
kedalam suatu organisasi, maka hal berikut ini harus segera terjadi, yakni:
Orang harus memahami dengan jelas tentang apa yang dimaksud dengan organisasi bisnis dan
pelanggan. Dengan demikian, definisi yang jelas tentang tujuan bersama diperlukan; dan
Persyaratan kinerja baru harus dinyatakan dengan jelas dan dipahami oleh para pekerja, sehingga
mereka mampu melakukan perubahan perilaku sekaligus merubah cara mereka melakukan bisnis,
tentunya perubahan ini secara luas harus selaras dengan tujuan organisasi. Dengan demikian, para
manajer perlu melakukan pembinaan untuk suatu perubahan yang konstruktif pada seluruh
organisasi. Ketika ide perubahan disampaikan kepada seluruh lapisan organisasi sebagai sebuah
mainstream, maka dengan sendirinya perlu dibarengi oleh perubahan infrastruktur pembinaan yang
sudah ada, yang dapat mengatasi segala bentuk resistensi, sehingga mereka terdorong untuk
mencoba dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang telah direncanakan.
Kemampuan organisasi untuk bertahan hidup (survive) sangat ditentukan oleh kemampuan
organisasi untuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang dihadapi atau
menyesuaikan diri dengan perubahan potensial yang akan terjadi di masa mendatang. Perubahan
bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi
perkembangan jaman, kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi. Tanpa adanya perubahan,
maka dapat dipastikan usia organisasi tersebut tidak akan bertahan lama. Setiap organisasi yang
mengabaikan konsep perubahan akan mengalami dampak negatif yang timbul oleh karenanya.
Organisasi modern dewasa ini harus menghadapi dan menyelesaikan sejumlah persoalan yang
menyebabkan terciptanya kebutuhan akan perubahan internal organisasi.
Menurut McCalman perubahan suatu organisasi memerlukan apa yang disebut dengan Perpetual
Transition Management, yaitu suatu kerangka kerja manajemen transisi yang akan memberikan
sejumlah pemahaman penting tentang apa yang memicu adanya perubahan-perubahan di dalam
organisasi dan bagaimana organisasi tersebut bereaksi terhadapnya. Model manajemen transisi
tersebut mencakup 4 (empat) macam proses yang saling terkait dan beroperasi pada tingkatan yang
berbeda dan mencakup berbagai factor yang berbeda pula dalam hirarkhi keorganisasian. Adapun
keempat macam lapisan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lapisan pemicu (the trigger layer), yang berhubungan dengan identifikasi kebutuhan dan peluang-
peluang untuk perubahan penting, yang dirumuskan secara sadar dalam wujud peluang-peluang dan
bukan dalam bentuk ancaman-ancaman atau krisis-krisis.
2. Lapisan visi (the vision layer), yang menetapkan perkembangan masa yang akan datang
organisasi yang bersangkutan, dengan jalan menekankan suatu visi dan mengkomunikasikannya
secara efektif, sehubungan dengan arah kemana organisasi tersebut sedang melaju.
3. Lapisan konversi (the conversion layer) yang dibentuk guna memobilisasi dukungan di dalam
organisasi yang bersangkutan, bagi visi baru tersebut sebagai metode yang paling tepat dalam hal
menangani pemicu-pemicu perubahan tersebut.
4. Lapisan pemeliharaan dan pembaruan, yang mengidentifikasi cara-cara dengan apa perubahan
dipertahankan, serta dikembangkan melalui perubahan-perubahan dalam sikap dan prilaku, dan
dipastikan tidak akan kembalinya organisasi tersebut ke tradisi-tradisi yang berlaku sebelumnya.
Tyagi 2001, model Lewin belum cukup karena hanya menyangkut sumber daya manusia.
Bebrapa komponen sistem dalam proses perubahan:
1. Adanya kekuasaan untuk melakukan perubahan.
2. Mengenal dan mendefinisikan masalah.
3. Proses penyelesaian masalah.
4. Mengimplementasikan masalah.
5. Mengukur, mengevaluasi dan mengontrol hasil.
Pendekatan sistem Kreitner dan Kinicki 2001, kerangka kerja perubahan organisasi terdiri dari inputs,
target elemen of change dan outputs.
Burners 2000, tiga macam model perubahan yang dikelompokan berdasarkan frekuensi dan besaran
perubahan:
1. Dinamika perubahan manusia memiliki struktur dengan daya tahan (resilience) sebagai pola
sentral dan didukung oleh tujuh pola pendukung:
2. Sifat perubahan (the natural of change).
3. Prose perubahan (process of change).
4. Peran perubahan (role of change).
5. Menolak perubahan (resisting change).
6. Terikat pada perubahan (comiting to change).
7. Bagaimana budaya mempengaruhi perubahan (how culture influences change).
8. Pentingnya tim kerja yang sinergis.
Resistensi terhadap perubahan ini tidak bisa disepelekan karena sifatnya yang menular,
melumpuhkan, dan merintangi (Wibowo:2006) sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
keberhasilan dari perubahan itu sendiri. Seperti disebutkan di atas, perubahan senantiasa
mengandung makna, beralihnya keadaan sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan
setelahnya (the after condition). Perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan
menimbulkan kondisi yang lebih baik, sehingga dalam hal demikian tentu perlu diupayakan agar
dimungkinkan perubahan diarahkan ke arah hal yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Transisi dari kondisi awal hingga kondisi kemudian memerlukan suatu proses
transformasi, yang tidak selalu berlangsung dengan lancer, mengingat bahwa perubahan-perubahan
seringkali disertai dengan aneka macam konflik yang muncul. Disinilah arti penting dari manajemen
pengelolaan, yaitu untuk mengawal agar proses transformasi tersebut berlangsung dalam waktu yang
relatif cepat dengan kesulitan yang seminimal mungkin.
Perubahan berarti bahwa kita harus mengubah dalam cara mengarjakan atau berpikir tentang
sesuatu. Dengan demikian, perubahan membuat sesuatu menjadi berbeda. Perubahan merupakan
pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi menuju pada keadaan yang diinginkan di masa
depan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada struktur organisasi, proses mekanisme kerja, SDM dan
budaya.
- Bagaimana kita mengetahui adanya sesuatu yang salah pada keadaan sekarang ini?
- Aspek apa dari keadaan saat ini yang tidak dapat tetap sama?
- Seberapa serius masalahnya?
TUJUAN PERUBAHAN
Tujuan perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan organisasi dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan dan disisi lain, mengupayakan perubahan perilaku karyawan untuk
meningkatkan produktivitasnya. Perubahan harus dilakukan secara hati-hati dengan
mempertimbangkan berbagai hal agar manfaat yang ditimbulkan oleh perubahan harus lebih besar
daripada beban kerugian yang harus ditanggung. Tujuan suatu perubahan pada umumnya masih
bersifat makro dengan jangka waktu relative panjang. Untuk itu, tujuan dijabarkan dalam jangka
waktu lebih pendek dengan ukuranyang lebih spesifik, dan konkret dengan menetapkan sasaran
perubahan. Sasaran perubahan dapat diarahkan pada struktur organisasi, teknologi, pengaturan fisik,
SDM, proses mekanisme kerja dan budaya organisasi.
PERKEMBANGAN PERUBAHAN
menurut Corner:
1. Introduksi teknologi baru
2. Total quality management (TQM)
3. Business Process Reengineering (BPR)
JENIS PERUBAHAN
(a) perubahan terencana (planned change) dan perubahan tidak terencana
b) menurut sifatnya yaitu: increamental change dan fundamental change,
c) tempered radical change
d) structural change dan cyclical change
e) planned change dan emergechange.
TIPOLOGI PERUBAHAN
Kritner dan Kinicki (2001) mengelompokkan perubahan ke dalam tiga tipologi, yaitu: adaptive change,
innovative change, dan radically innovative change.
a. Adaptive change merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya, dan ketidak
pastiannya. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan perubahan yang sifatnya berulang atau meniru
perubahan dari unit kerja yang berbeda, dan karyawan tidak merasakan kekhawatiran atas
perubahan.
b. Innovative change memperkenalkan praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada di tengah
kontinum diukur dari kompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya. Ketidakbiasaan dalam mengerjakan
sesuatu yang baru dan ketidak pastian yang lebih besar akan hasilnya dapat membuat ketakutan
terhadap tipe perubahan ini.
c. Radically Innovative change merupakan jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung
paling menakutkan bagi manajer untuk melaksanakan, karena memberikan dampak kuat pada
keamanan kerja karyawan. Perubahan inivativ radikal merupakan perubahan yang bersifat
mendasar/fundamental dengan dampak dan resiko yang luas. Resistensi perubahan cenderung
meningkat bila perubahan begerak dari perubahan adptif, inivatif, dank e radikal.
MEMULAI PERUBAHAN
1. Mengelola pada saat turun dan saat sedang naik
Pada saat pasar sedang tumbuh, kita bisa meningkatkan keuntungan dengan pemasaran.
Sebaliknya, pada saat pasar sedang lesu dan kondisi perusahaan menurun, yang terutama harus
dilakukan adalah efesiensi. Pada saat sedang tumbuh kita bisa memainkan instrument utang.
Sedangkan pada saat turun, perbaikan diarahkan pada sisi asset, terutama merampingkan
organisasi, membuang beban, dan mengubah arah masa depan.
Ada beberapa beberapa indicator untuk melihat seberapa jauh perusahaan dapat diputar haluannya.
Indicator indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Dukungan yang kuat dari stakeholder, termasuk karyawan, komunitas, dan pemegang saham. Bila
perusahaan besar dibutuhkan pula dukungan dari negara.
b. Adanya bisnis inti (cor business) yang mampu mendatangkan cashflow, yang tampak dari kondisi
EBIT (Earning Before Interest dan Taxes) yang positif dan cukup memenuhi kebutuhan baru.
c. Adanya tim manajemen yang solid dan tangguh untuk mengendalikan operasional perusahaan.
d. Sumber-sumber baru pembiayaan, khusus pembiayaan jangka panjang.
2. Produk andalan
Salah satu syarat untuk keluar dari situasi yang sulit adalah adanya produk andalan. Biasanya
kesulitan yang dialami oleh perusahaan dimulai dengan tidak dapat diandalkannya produk andalan.
Banyak hal yang menyebabkan produk andalan kehilangan auranya di pasar, misalnya:
Pengendalian mutu tidak memadai
Delivery tidak tepat waktu
Teknologi ketinggalan zaman
Muncul produk-produk pengganti
Medan kompetisi baru.
Tahap-tahap Perubahan
Setiap perubahan memiliki tujuan tertentu yang dapat berupa upaya penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan (misalnya selera konsumen berubah, adanya peraturan baru yang
diberlakukan pemerintah, kemajuan teknologi, dan lain-lain) dan upaya peningkatan efisiensi
organisasi dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik. Apa pun jenis tujuan yang hendak
dicapai, setiap perubahan harus disiapkan dengan baik mengikuti langkah-langkah tertentu.Secara
sederhana, tahapan (langkah-langkah) yang harus ditempuh dalam mengadakan perubahan sekolah
adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan seluruh warga sekolah bahwa perubahan tertentu perlu dilakukan
(unfreezing).
b. Melaksanakan perubahan/menerapkan sesuatu yang baru(changing).
c. Menstabilkan situasi setelah perubahan dilaksanakan (refreezing).
Strategi dan tindakan sangat penting dalam menciptakan perubahan. Strategi berorientasi pada
perubahan yang kontinu dan bersifat terobosan. Strategi tindakan adalah strategi yang inovasi dan
dilandasi cara berpikir entrepreneur. Ada enam hal yang menjadi pegangan dalam melakukan
tindakan perubahan yaitu:
a. Jangan abaikan strategi
b. Bertindak cerdik dan rajin
c. Warnai perubahan dengan mimpi besar
d. Tumbuhkan kesadaran bahwa setiap awal pasti sulit
e. Berikanlah value
f. Berorientasi bisnis
5. Menghilangkan pemikiran yang salah
6. Kekuatan pendorong SDM yang cerdas
7. Mengembangkan potensi
8. Memperbaiki keterampilan
9. Menjadi lebih efektif
10. Mempengaruhi orang lain
11. Merencakan ke depan
12. Mengubah Pola Pikir
13. Menciptakan keunggulan
DAFTAR PUSTAKA