A. PENDAHULUAN
Tilaar dalam Perubahan Sosial dan Pendidikan menyebutkan bahwa untuk
saat ini terdapat kekuatan-kekuatan yang mengubah kehidupan umat manusia
yaitu demokrasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan globalisasi. Tiga hal
tersebut, memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan. Utamanya adalah
dinamika organisasi dan perubahan.
Demokrasi dan demokratisasi telah melanda berbagai belahan dunia. Dan
terakhir adalah melanda dunia Arab dan Timur Tengah. Kehancuran idiologi
sosialis, komunis, otoriter digantikan oleh idiologi demokrasi dalam berbagai
bentuknya memberikan warna yang berbeda pada percepatan gelombang
pembaharuan dan pengembangan Negara-negara di belahan Arab dan Afrika.
Sebagaimana diungkapkan Tilaar, bahwa dewasa ini pengertian demokrasi
tidak dibatasi pada pengertian politik tetapi juga menyangkut hal-hal dalam
bidang sosial, ekonomi, hukum, dan HAM. Jadi demokrasi telah merupakan suatu
sikap dan cara hidup, baik di dalam lingkungan terbatas maupun dalam
lingkungan bernegara.1
Oleh karena itu sering kita dengar saat ini, demokrasi ekonomi, demokrasi
sosial, demokrasi hukum, demokrasi pendidikan, dan lain-lainnya. Yang intinya
adalah penghormatan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedudukan
yang sama dari setiap warga Negara di depan hukum.
Perubahan di dalam semua segi kehidupan manusia dewasa ini terutama
disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terjadinya
perubahan besar tersebut oleh karena sumber kekuatan dan kemakmuran suatu
masyarakat saat ini tidak ditentukan oleh seberapa luas Negara kekuasaannya dan
seberapa banyak sumber daya alamnya, melainkan dari kualitas sumber daya
manusianya. Sumber daya manusia menjadi penting, karena dari manusia yang
1
H.A.R Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk
Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal. 36
2
2
Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, hal. 55
3
sebaliknya. Maka untuk itu setiap organisasi akan menghadapi perubahan yang
cepat pula, sehingga perubahan merupakan keniscayaan, mengingat di belahan
dunia lain selalu terjadi perubahan.
Organisasi merupakan suatu kumpulan manusia yang dilandasi oleh
beberapa kesamaan, saling bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang
disepakati bersama. Dalam mencapai tujuan, organisasi selalu melihat dan
memperhatikan kondisi lingkungan organisasi baik internal ataupun eksternal.
Kondisi eksternal lebih sering untuk berubah dengan cepat, untuk hal tersebut
organisasi melakukan pembaharuan dan pengembangan. Dengan harapan,
ketercapaian tujuan organisasi dapat ditempuh dengan cara yang efektif dan
efisien, dan menjaga survivebilitas organisasi.
Kumpulan manusia sebagai suatu organisasi, telah disampaikan oleh
Rasulullah Saw dalam suatu riwayatnya:
Artinya: Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta, kasih sayang, dan
hubungan diantara mereka adalah seperti tubuh manusia, yang apabila sakit satu
anggotanya maka seluruh anggota yang lainnya akan mendoakannya dengan tidak
tidur dan badan yang panas. (H.R. Bukhori dan Muslim)
Artinya; demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga
kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Kata kunci dari ayat tersebut adalah perubahan. Perubahan selalu ada
dalam diri manusia, dan oleh karena itu perubahan tersebut menjadi penentu atas
nikmat yang diberikan kepadanya dan kelompoknya. Ketika diri atau kelompok
mengadakan perubahan, maka kenikmatan akan menghampirinya. Namun
sebaliknya, ketika diri atau kaum tersebut menghindar atau enggan terhadap
perubahan, maka kenikmatan pun bisa jadi akan dicabut darinya.
Makalah ini hendak memberikan gambaran mengenai perubahan.
Mengingat bahwa perubahan merupakan bagian yang selalu ada dalam setiap
organisasi atau kelompok. Adapun fokus kajian dalam makalah ini adalah:
1. Komponen perubahan
2. Tipologi perubahan (radical change dan organic growth)
3. Antitesa Perubahan
4. Pengembangan Organisasi
5. Analisis Pidato Joko Widodo pada KAA 2015 tentang perubahan bagi
masyarakat Asia-Afrika.
6. Dan perspektif Islam mengenai perubahan.
B. KOMPONEN PERUBAHAN
Menurut Thomas la Bella (1976) komponen perubahan adalah teknologi,
institusi sosial dan ideology. Yang dimaksud dengan teknologi adalah termasuk di
dalamnya sumber daya manusia, modal dan anggaran, input-input energy yang
masuk dalam organisasi dan memungkinkan terjadinya perubahan. Institusi sosial
adalah hubungan-hubungan yang berkaitan dengan pasar, tuntutan luar dan
konsumen yang memungkinkan untuk terjadinya perubahan. Sedangkan ideology
5
3
Masud Said, Management of Change; Dalam Dunia Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, modul
mata kuliah Manajemen Perubahan di Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam UIN
Malang.
4
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, edisi ke-5 Buku 2, alih bahasa Erly
Suandy, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hal. 449
6
perceraian; Dan (6) Politik dunia, contoh; runtuhnya Uni Sovyet, Irak menyerbu
Kuwait, dan Tergulirnya dictator Haiti.5
Menurut Hussey sebagaimana dikutip oleh Wibowo, terdapat enam faktor
yang menjadi pendorong bagi kebutuhan akan perubahan, yaitu: (1) Perubahan
teknologi yang terus meningkat; (2) Persaingan semakin intensif dan menjadi
lebih global; (3) Pelanggan semakin banyak tuntutan; (4) Profil demografis
Negara berubah; (5) Privatisasi bisnis milik masyarakat berlanjut; dan (6)
Pemegang saham minta lebih banyak nilai.6
Menurut Benninton, faktor-faktor yang mendorong perubahan adalah (1)
Pertumbuhan dan sebaliknya; (2) merger dan akuisisi; (3) joint venture; (4)
komersialisasi dan privatisasi; (5) kompetisi internasional dan lokal; (6) reformasi
peraturan; (7) berubahnya keinginan customer; (8) kemajuan operasional; (9)
tawaran pasar yang berbeda; (10) kesepakatan manajerial baru atau ide-ide
manajemen baru; dan (11) teknologi baru.7
Greenberg dan Baron membagi kekuatan dibelakang kebutuhan dan
perubahan pada perubahan terencana dan tidak terencana. Dalam perubahan
terencana kekuatan tersebut adalah (1) perubahan dalam produk atau jasa; (2)
perubahan dalam urkuran dan struktur organisasi; (3) perubahan dalam sistem
administrasi; dan (4) introduksi teknologi baru. Sedangkan perubahan tidak
terencana terjadi karena, (1) pergeseran demografis pekerja; (2) kesenjangan
kinerja; (3) peraturan pemerintah; (4) kompetisi global; (5) perubahan kondisi
ekonomi; dan (6) kemajuan dalam teknologi.8
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan
dapat terjadi karena faktor internal ataupun eksternal. Selain daripada itu,
perubahan juga dapat terjadi dengan rencana ataupun tidak terencana.
5
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi; Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 2. Alih bahasa
Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, (Jakarta; Prenallindo, 2001), hal 279
6
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 74-76
7
Lynne Bennington dalam Fransesco Sofo, Pengembangan Sumber Daya Manusia; perspektif,
peran dan pilihan praktis, alih bahasa Jusuf Irianto, (Surabaya; Arilangga University Press, 2003),
hal. 350
8
Wibowo, Manajemen Perubahan, hal. 80-82
8
Tabel 1
Thomas la Kreitner dan Stephen P. Robbins Hussey Lynne Bennington Greenberg dan
Bella Kinicki Baron
1. Teknologi 1. Faktor Eksternal 1. Sifat Angkatan kerja 1. Perubahan 1. Pertumbuhan dan 1. Perubahan terencana
2. Institusi a. Karakteristik 2. Teknologi. teknologi terus sebaliknya a. perubahan dalam
sosial Demografis 3. Kejutan ekonomi. meningkat 2. Merger dan produk atau jasa;
3. Ideology. b. Kemajuan 4. Persaingan global. 2. Persaingan akuisisi. b. perubahan dalam
Teknologi 5. Kecenderungan seakain intensif 3. Joint venture urkuran dan
c. Perubahan pasar Sosial. dan menjadi 4. Komersialisasi dan struktur
d. Tekanan sosial dan 6. Politik Dunia lebih global. privatisasi organisasi;
politik 3. Pelanggan 5. Kompetisi c. perubahan dalam
2. Faktor Internal: semakin banyak internasional dan sistem
a. Masalah/Problem tuntutan. lokal. administrasi;
Sumber Daya 4. Profil 6. Reformasi d. dan introduksi
Manusia demografis peraturan. teknologi baru.
b. Perilaku/Keputusan Negara berubah. 7. Berubahnya 2. Perubahan tidak
manajerial. 5. Privatisasi bisnis keinginan customer terencana.
milik 8. Kemajuan a. pergeseran
masyarakat operasional demografis
berlanjut. 9. Tawaran pasar pekerja;
6. Pemegang yang berbeda. b. kesenjangan
saham minta 10. Kesepakatan kinerja;
lebih banyak manajerial baru c. peraturan
nilai. atau ide-ide pemerintah;
manajemen baru d. kompetisi global;
11. Teknologi baru. e. perubahan kondisi
ekonomi;
f. kemajuan dalam
teknologi.
10
9
Masud Said, Management of Change.
10
Kreitner dan Kinicki, Perilaku Organisasi, hal. 454
11
Gambar 1
Tipologi Umum untuk Perubahan Organisasi
Perubahan Perubahan
Perubahan
inovatif
Adaptif inovatif
secara
radikal
11
Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 281
12
dalamnya metode dan proses kerja, tata letak, produk baru, dan situasi lain di
mana orang melihat kelanjutan dan keadaan lama menuju pada keadaan yang
baru. Perkembangan perubahan incremental terjadi melalui evolusi. Namun
demikian itu dipengaruhi hubungan antara tingkat urgensi dengan tingkat
resistensinya. Bila tingkat urgensi dan tingkat resistensi rendah, maka sifat
perubahan menjadi partisipasi ekstensif. Namun bila tingkat urgensinya rendah,
ttapi tingakt resistensinya tinggi, maka perubahannya akan bersifat persuasive.
Tetapi sebaliknya, bila tingkat urgensi tinggi, sedangkan tingkat resistensinya
rendah, maka sifat perubahannya adalah partisipasi terfokus. Sedangkan bila
urgensi dan resistensi tinggi, maka perubahan dapat bersifat persuasive sampai
dengan memaksa.12
Pendekatan perubahan incremental dengan memperhitungkan urgensi dan
resistensi disajikan dalam gambar berikut:
Gambar 2.
Matriks perubah incremental
Resistensi
Rendah Tinggi
Rendah
Partisipasi Ekstensif Persuasif
Urgensi
Partisipasi Terfokus Persuasif atau Memaksa
Tinggi
Sumber: M. Nur Nasution, Manajemen Perubahan, hal. 10
dan bila tingkat resistensinya rendah, maka sifat perubahannya visioner atau
persuasive. Bila resistensinya tinggi, maka sifat perubahan adalah dictatorial.13
Pendekatan perubahan fundamental dengan memperhitungkan urgensi dan
resistensi disajikan dalam gambar berikut:
Gambar 3.
Matriks perubah fundamental
Resistensi
Rendah Tinggi
Rendah
Visioner/ Kharismatik Visioner/Memaksa
Urgensi
Visioner/Persuasif Diktatorial
Tinggi
Sumber: M. Nur Nasution, Manajemen Perubahan, hal. 10
13
M. Nur Nasution, Manajemen Perubahan, hal. 11
14
Wibowo, Manajemen Perubahan, hal. 107
14
atas pernyataan yang tidak diinginkan dan mengalihkan menjadi peluang untuk
perubahan yang diperhatikan orang lain. Dalam mempraktikkan verbal jujitsu,
ditunjukkan control diri dan kecerdikan emosional. Mereka bersedia
mendengarkan dan mempelajari situasi tanpa merugikan orang lain.
Variable-term opportunism (variable oportunisme) mengubah sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan sejak lama dan secara kreatif membuka peluang
baru. Dalam jangka pendek, berarti menyiapkan kapitalisasi lingkungan. Dan
dalam jangka panjang berarti sesuatu yang lebih proaktif. Apabila kita
memberikan kesempatan kepada bawahan menyampaikan presentasi di hadapan
pimpinan, yang biasanya selalu harus kita lakukan sendiri, merupakan
penyimpangan kebiasaan. Bawahan merasa dihargai dan mendapat kesempatan
yang sepertinya tidak pernah mereka peroleh. Kejadian tersebut merupakan
penyegaran atas kebiasaan perusahaan selama ini, dan akan diikuti oleh orang
lainnya.
Strategic alliance building (membangun persekutuan strategis) berarti
membangun perserikatan atau kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian,
akan didapatkan legitimasi, akses pada sumber daya dan kontak, bantuan teknis
dan tugas, dukungan emosional dan saran. Akan tetapi, masih ada keuntungan
lain, yaitu kekuatan untuk menggeser isu lebih cepat dan langsung daripada
apabila bekerja sendiri. Orang yang mewakili perspektif mayoritas merupakan
partner yang penting. Tidak semua orang adalah partner, namun tidak berarti
mereka yang mewakili status quo harus diperlakukan sebagai lawan.
Dari penjelasan berbagai jenis perubahan menurut para pakar dapat
disimpulkan bahwa pada prinsipnya perubahan dapat dilakukan dari proses
bertahap atau incremental, atau bahkan dapat dilakukan secara radikal atau
fundamental. Dua hal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Kelebihan dan kekurangan dari dua model tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
15
Tabel 2
Kelebihan dan kekurangan perubahan incremental dan fundamental
Jenis Perubahan Kelebihan Kekurangan
Organic Growth atau Tingkat kompleksitas, Hanya bisa dilakukan
incremental biaya, dan untuk pola perubahan
ketidakpastian rendah. dengan urgensi rendah
Potensi untuk dan resistensi rendah.
penolakan rendah. Bisa juga dilakukan
Perubahan tidak untuk untuk pola
menuntut pada perubahan dengan
pembentukan budaya urgensi tinggi dan
baru, sehingga relative resistensi rendah.
lebih stabil dan tidak Perubahan hanya untuk
membutuhkan waktu hal-hal yang bersifat
yang lama. jangka pendek.
Bersifat liniear dan
berkesinambungan.
Radical Change atau Bisa dilakukan untuk Tingkat kompleksitas,
fundamental perubahan dengan biaya, dan
urgensi tinggi dan ketidakpastian tinggi.
resistensi tinggi. Potensi untuk
Bisa dilakukan untuk penolakan tinggi.
perubahan dengan Perubahan menuntut
urgensi rendah dengan pada pembentukan atau
resistensi yang tinggi. pembangunan
Bersifat paradigma baru tentang
multidimensional dan organisasi.
multitingkatan. Perubahan
membutuhkan waktu
yang relative lama.
Sebagai contoh dari perubahan organic atau incremental adalah apa yang
dilakukan oleh Mikio Kitano, direktur dari semua rekayasa produksi pada Toyota,
sedang memasukkan perubahan yang bersifat linear dan bersinambung dalam
perusahaannya. Ia sedang mengusahakan perubahan lambat, halus, dan bertahap
dalam proses produksi untuk memperbaiki efisiensi dari pabrik Toyota.15
Contoh dari perubahan radikal atau fundamental adalah apa yang ilakukan
oleh eksekutif puncak Boeing yang berjanji melibatkan diri untuk secara radikal
15
Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 281
16
D. ANTITESA PERUBAHAN
Disebutkan oleh Masud Said, bahwa diantara kendala atau masalah yang
timbul dari perubahan adalah:
1. Resistant to change. Penolakan terhadap perubahan, seringkali ketika
pimpinan akan melakukan perubahan, ada kelompok dalam organisasi
yang menolak degnan berbagai alasan, baik alasan subyektif yang
menyangkut pemindahan posisi dan fungsi seorang individu, maupun
alasan obyektif. Dalam hal alasan subyektif, ialah keadaan individu atau
kelompok dalam organisasi lebih memikirkan posisi dan keuntungan atau
kerugiannya. Yaitu pendapat dan response terhadap perubahan didasarkan
oleh hitungan pribadi. Sedangkan alasan obyektif, ialah harapan akan
perbaikan dan progress secara jangka panjang dan menyeluruh untuk
mengejar cita-cita organisasi.
16
Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 281
17
perubahan; (2) kejutan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak dikenal; (3)
iklim ketidakpercayaan; (4) ketakutan akan kegagalan; (5) kehilangan status dan /
atau keamanan pekerjaan; (6) tekanan dari rekan; (7) gangguan terhadap tradisi
budaya dan / atau hubungan kelompok; (8) konflik kepribadian; (9) kurangnya
taktik dan / atau penentuan waktu yang buruk; dan (10) sistem penghargaan yang
tidak memperkuat.20
Greenberg dan Baron sebagaimana dikutip oleh Wibowo, membagi
resistensi terhadap perubahan pada dua kelompok, yaitu hambatan individual
untuk perubahan dan hambatan kelompok untuk perubahan. Dalam hambatan
individual disebutkan (1) ketidakamanan ekonomis; (2) ketakutan atas hal yang
tidak diketahui; (3) ancaman terhadap hubungan sosial; (4) kebiasaan; dan (5)
kegagalan mengenal kebutuhan untuk berubah. Sedangkan hambatan organisasi
untuk perubahan disebutkan (1) kelembaman strukutural; (2) kelembaman
kelompok kerja; (3) tantangan terhadap keseimbangan kekuatan yang ada; dan (4)
usaha perubahan sebelumnya tidak berhasil.21
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa resistensi atau hambatan
terhadap perubahan merupakan hal yang sangat mungkin terjadi seiring dengan
munculnya gagasan perubahan. Resistensi tersebut dapat muncul dari tindakan
individu atau bahkan dari kelompok.
Salah satu fungsi manajemen perubahan adalah untuk mengelola resistensi
terhadap perubahan, agar dapat diidentifikasi dan dimanfaatkan dengan baik
menuju perubahan positif dalam organisasi.
Kreitner dan Kinicki memberikan enam strategi untuk mengatasi
penolakan terhadap perubahan, berikut dijelaskan keunggulan dan kelemahannya
sebagaimana tabel berikut:
20
Kreitner dan Kinicki, Perilaku Organisasi, hal. 466-468.
21
Wibowo, Manajemen Perubahan, hal 120-123
19
Tabel 3
22
Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 287-288
23
Masud Said, Management of Change.
24
Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 293
25
Kreitner dan Kinicki, Perilaku Organisasi, hal. 461
22
26
Wibowo, Manajemen Perubahan, hal. 336
27
Wibowo, Manajemen Perubahan, hal. 337
23
30
Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 293
31
Masud Said, Manajemen Perubahan
25
tanpa dasar, baik karena tidak tahu, enggan tahu, atau tahupun tapi
melakukan sebaliknya.32
2. Tujuan dari pemindahan kiblat adalah untuk mengetahui orang-orang yang
mengikuti Rasulullah Saw. dan yang mengingkarinya. Perubahan kiblat
merupakan hal yang amat berat, kecuali bagi orang-orang yang
mendapatkan petunjuk dari Allah Swt.
3. Rasulullah Saw. telah meminta kepada Allah Swt. dalam shalatnya untuk
berpindah dari menghadap ke Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, maka
kemudian Allah Swt. mengabulkannya.
4. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri, maka palingkanlah wajahmu
wahai Muhammad Saw pada Masjidil Haram. Dan berlomba-lombah lah
dalam kebaikan.
Apa yang diabadikan di dalam surah Al-Baqarah ayat 142-150, dapat
diambil hikmah atau ibrah tentang pengelolaan perubahan. Diantara hikmah yang
dapat diambil jika dikaitkan dengan manajemen perubahan adalah;
1. Perubahan visi memberikan dampak pada perubahan teknologi. Dalam ayat
tersebut dijelaskan bahwa visi perubahan kiblat di sini kiblat yaitu Masjidil
Haram merupakan teknologi dalam bentuk artifak- adalah untuk diketahui
dan disaksikan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabat yang mengikuti Allah
Swt. dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang mengingkari Allah Swt. dan
Rasul-Nya.
Artinya adalah bahwa perubahan visi, memberikan dampak pada perubahan
strategi, perubahan struktur, perubahan teknologi, dan perubahan sikap dari
individu dalam organisasi.
2. Dalam proses perubahan selalu menimbulkan resistensi. Resistensi itu dapat
diwujudkan dalam bentuk penolakan dan perlawanan. Dalam hal ini resistensi
dimunculkan oleh dua kelompok yang masuk dalam istilah as-sufaha, Dua
kelompok tersebut adalah (1) Kelompok pertama adalah orang-orang Yahudi
dan Nasrani yang jelas-jelas menolak dan mengingkari, dan menganggap
32
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran, Vol. 1, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hal.
29
perubahan. Dan masih banyak ayat-ayat dalam Al-Quran, yang dapat diambil
hikmah atau ibrahnya dalam memaknai perubahan dalam kelompok.
H. KESIMPULAN
Dari pemaparan singkat tentang pengelolaan perubahan pada organisasi,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Komponen perubahan
Perubahan dapat terjadi karena faktor internal ataupun eksternal. Selain
daripada itu, perubahan juga dapat terjadi dengan rencana ataupun tidak
terencana.
Adapun faktor-faktor pendorong perubahan dari berbagai pendapat
tersebut adalah; (1) perkembangan teknologi; (2) institusi sosial (perubahan pasar,
tuntutan konsumen, perubahan struktur organisasi); (3) idiologi (politik dunia,
tekanan sosial dan politik); (4) perubahan demografi; (5) persaingan global; (6)
merger dan akuisisi; (7) komersialisasi dan privatisasi; (8) peraturan pemerintah;
(9) masalah sumber daya manusia; dan (10) perilaku/keputusan manajerial.
2. Tipologi perubahan (radical change dan organic growth)
Perubahan dapat dilakukan dengan model organic growth atau
incremental, dan dapat juga dilakukan secara radikal atau fundamental. Dua hal
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, dua hal
tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh organisasi untuk mengelola perubahan
bergantung pada kondisi organisasi.
Sebelum menggunakan metode perubahan, ada baiknya diadakan analisis
kondisi organisasi terhadap kondisi sumber daya manusia, sistem atau struktur
organisasi yang ada padanya, dan kondisi budaya organisasi yang berkembang
dalam organisasi. Demikian itu penting, mengingat bahwa perubahan akan
menimbulkan resistensi. Dan tanggapan atasnya bisa bermacam-macam dari
penolakan, perlawanan, adaptasi, dan keikutsertaan.
3. Antitesa Perubahan
Hambatan dalam perubahan dapat terjadi oleh beberapa faktor baik itu dari
individu ataupun organisasi. Dari individu disebabkan oleh beberapa hal
31
diantaranya: (1) kebiasaan; (2) keamanan; (3) faktor-faktor ekonomi; (4) rasa
takut terhadap yang tidak dikenal; (6) ancaman terhadap hubungan sosial; dan (5)
kegagalan mengenal kebutuhan untuk berubah.
Sedangkan dari organisasi; (1) kelembamana structural; (2) fokus terbatas
terhadap perubahan; (3) kelembaman kelompok; (4) ancaman terhadap keahlian;
(5) ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang mapan; dan (6) ancaman
terhadap sumber daya yang mapan. (7) usaha perubahan sebelumnya tidak
berhasil. Dan (8) sistem penghargaan yang tidak memperkuat.
Adapun untuk mengendalikan hal tersebut dapat dilakukan hal-hal berikut:
Pendidikan dan komunikasi, partisipasi dan keterlibatan, kemudahan dan
dukungan, negosiasi dan perjanjian, manipulasi dan kooptasi, pemaksaan implicit
dan eksplisit.
4. Pengembangan Organisasi
Organizational Development sebagai usaha terstruktur yang didesain
untuk menjamin relevansi organisasi selalu mengikuti perkembangan. Yaitu
dengan usaha membangun kesediaan organisasi untuk menghadapi perubahan.
Untuk menjamin pengembangan organisasi yang berkelanjutan dibutuhkan
suatu pola learning organization dan knowledge management. Ia adalah
pembelajaran sitemik dan strategi perkembangan yang ditujukan untuk mengubah
keyakinan dasar, perilaku dan nilai-nilai yang relevan dan struktur organisasi yang
memungkinkan masuknya teknologi meningkatkan keunggulan menghadapi pasar
dan meningkatkan ketahanan terhadap tantangan dan ketidakpastian.
Sebagaimana diungkapkan oleh Sange, learning organization
mengharuskan anggota organisasi memiliki lima dasar discipline pembelajaran,
yaitu; systems thinking, personal mastery, mental models, shared vision, dan team
learning.
5. Analisis Pidato Joko Widodo pada KAA 2015
Keharusan masyarakat Asia-Afrika untuk berjuang dan bergerak untuk
perubahan disebabkan oleh ketidak adilan, kesenjangan ekonomi global,
fenomena konflik internal dan eksternal, dan penjajahan Negara maju atas Negara
32
berkembang dia Asia-Afrika pada bidang ekonomi melalui IMF, ADB, dan Word
Bank.
Perubahan tersebut dapat dilakukan melalui menghapuskan kemiskinan,
meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan memperluas lapangan kerja.
Selain daripada itu adalah dengan meningkatkan perdagangan investasi di
antara bangsa Asia-Afrika yaitu dengan membangun kerjasama ekonomi kawasan
Asia-Afrika, dengan menjalin keterhubungan pelabuhan-pelabuhan, bandara-
bandara, dan jalan-jalan.
Untuk menjamin keamanan, tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga
stabilitas internal dan eksternal serta penghargaan terhadap HAM, adalah dengan
senantiasa mengevaluasi diri yaitu bangsa Asia-Afrika atas konflik yang terjadi
baik itu internal ataupun eksternal.
Konferensi Asia Afrika menjadi momentum untuk perubahan bangsa Asia-
Afrika agar sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia.
6. Dan perspektif Islam mengenai perubahan.
Islam sangat mendukung suatu perubahan, dan Allah Swt. menjadikan
perubahan merupakan salah satu sunnatullah dalam kehidupan. Ketika seorang
individu atau kelompok berhenti dari perubahan, maka kebinasaan akan
menghampirinya.
Sebagai contoh tentang perubahan dalam Islam, Allah Swt mengabadikan
proses perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram dalam surah Al-
Baqarah 142-150. Dimana perubahan arah kiblat, tidak hanya merupakan
perubahan dalam bentuk fisik. Di dalamnya terdapat perubahan visi, misi, strategi,
struktur, teknologi, dan sikap prilaku para sahabat Nabi. Wallahu Alam Bi-sh-
Shawab.
33
DAFTAR RUJUKAN
Al-Quran Al-Karim.
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo, Perilaku Organisasi, edisi ke-5 Buku 2,
alih bahasa Erly Suandy, (Jakarta: Salemba Empat, 2005)
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah; pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran, Vol.
1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)