Oleh
Universitas Udayana
2018
Materi Pokok:
Menurut Anderson dalam buku Pengantar Manajemen Perubahan karya Wibowo (2011), terdapat
tiga macam tipe perubahan organisasi, yaitu:
a. Developmental Change, mencerminkan perbaikan keterampilan, metode, standar kinerja
atau kondisi yang telah ada, yang karena berbagai alasan tidak mengukur kebutuhan
sekarang atau yang akan datang. Dalam developmental change terdapat dua asumsi
pertama, bahwa orang mampu memperbaiki. Kedua, mereka akan menjadi lebih baik
apabila diberi alasan, sumber daya, motivasi dan pelatihan yang tepat.
b. Transitional Change, merupakan response pada pergeseran signifikan pada kekuatan
lingkungan atau kebutuhan pasar untuk sukses, sehingga lebih kompleks daripada
developmental change. Transitional change dimulai ketika pemimpin mengetahui bahwa
suatu masalah terjadi dan bahwa sesuatu dalam operasi perlu berubah atau diciptakan
untuk melayani lebih baik permintaan sekarang atau yang akan datang.
c. Transformational Change, paling sulit dipahami dan merupakan tipe perubahan yang
paling kompleks dihadapi organisasi saat ini. Transformasi adalah pergeseran secara
radikal dari satu keadaan ke keadaan lainnya sehingga signifikan apabila memerlukan
pergeseran budaya, perilaku dan pola pikir untuk melaksanakan dengan sukses dan
berlanjut sepanjang waktu.
B. Hubungan Materi dengan Tokoh Idola (Tri Rismaharini)
Pada halaman 143 buku Kisah Perjuangan, dan Inspirasi Tri Rismaharini karangan Ervina Pitasari,
Ibu Tri Rismaharini melakukan perubahan mental, sikap ,dan peningkatan mutu SDM pekerja di
kebun binatang Surabaya setelah pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah kota Surabaya
karena kasus kematian satwa secara tidak wajar pada saat it ditempat itu. Hal ini karena Ibu Risma
menganggap bahwa factor sumber daya manusia berperan besar dalam kejadian yang membuat
malu muka kota Surabaya tersebut. Utnuk mewujudkan perubahan di tubuh pekerja kebun
binatang surabaya tersebut Ibu Risma melakakukan perubahan seperti jam kerja yang mana
keryawan kebun binatang Surabaya sebelumnya datang bekerja pada saat yang kurang tepat
dirombak oleh Ibu Risma agar mereka datang lebih awal agar dapat menerima arahan sebelum
bekerja. Selain itu dilakuakn juga peningkatan mutu yang dibantu oleh pihak independent dari
Universitas Airlangga dengan memberikan pengahrgaan bagi karyawan yang bekerja dengan baik
dan memberhentikan pekerja yang bekerja sangat buruk. Selain itu pekerjaan pekerja di kebun
binatang Surabaya dikembangkan seiring dengan peningkatan mutu yang dilakukan.
2. Proses Perubahan
A. Materi
Teori proses perubahan menjelaskan sebuah pola peristiwa tipikal yang terjadi dari awal sebuah
perubahan hingga akhirnya. Salah satu teori proses perubahan paling awal adalah model gaya dari
Lewin (1951). Ia mengusulkan bahwa proses perubahan dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
mencairkan, mengubah, dan membekukan kembali. Dalam tahapan mencairkan, orang menyadari
bahwa cara lama melakukan segala hal tidak lagi memadai. Kesadaran ini terjadi sebagai akibat
dari krisis yang jelas, atau bisa dihasilkan dari sebuah upaya untuk menggambarkan ancaman atau
kesempatan yang belum terbukti kepada banyak orang dakam organisasi. Dalam tahapan
perubahan, orang mencari cara baru melakukan segala hal dan memilih pendekatan yang
menjanjikan. Dalam tahapan pembekuan kembali, pendekatan baru diterapkan dan didirikan.
Upaya untuk secara langsung berpindah kepada tahapan perubahan tanpa terlebih dahulu
mencairkan sikap akan mungkin menemui kelesuan atau perlawanan yang kuat. Kurangnya
diagnosis yang sistematis dan pemecahan masalah dalam tahapan perubahan akan menghasilkan
rencana perubahan yang lemah.
Menurut Lewin, perubahan akan terjadi dengan dua tindakan, pertama adalah meningkatkan gaya
pendorong terhadap perubahan (misalnya meningkatkan insentif, menggunakan kekuasaan posisi
untuk mendorong perubahan), kedua adalah dengan mengurangi gaya yang membatasi yang
menciptakan perlawanan terhadap perubahan (misalnya, mengurangi ketakutan akan kegagalan
atau kerugian ekonomis). Jika kekuatan yang membatasi itu lemah, cukup dengan maningkatkan
gaya yang mendorong. Namun, saat gaya yang membatasi itu kuat, disarankan menggunakan
pendekatan ganda. Kecuali gaya yang membatasi tersebut dapat dikurangi, sebuah peningkatan
dalam gaya yang mendorong akan menciptakan sebuah konflik yang kuat atas perubahan dan
perlawanan yang berlanjut akan membuatnya makin sulit untuk menyelesaikan tahapan
pembekuan kembali.
Perlawanan untuk perubahan adalah fenomena umum bagi orang dan organiasasi. Perlawanan
harus dipandang sebagai respon yang normal dari suatu perubahan. Hal ini karena dalam setiap
perubahan tentu ada saja gejolak yang terjadi. Terdapat sejumlah alasan berbeda mengapa
seseorang menentang perubahan besar dalam organisasi, yaitu:
a. Kurangnya kepercayaan
b. Yakin bahwa perubahan tidak perlu
c. Yakin bahwa perubahan itu tidak mungkin
d. Ancaman ekonomis
e. Biaya yang relative tinggi
f. Ketakutan akan kegagalan pribadi
g. Hilangnya status dan kekuasaan
h. Ancaman terhadap nilai dan idealism
i. Kemarahan terhadap campur tangan
Sebuah teori menjelaskan bagaimana orang dalam organisasi bereaksi terhdapat peubahan yang
dikenakan kepada mereka (Jick, 1993; Woodward & Bucholz, 1987). Teori itu dibangun di atas
pengamatan mengenai reaksi orang terhadap peristiwa mendadak yang traumatis seperti kematian
orang yang dikasihi, perceraian, atau bencana alam yang menghancurkan rumah seseorang. Pola
reaksi serupa diasumsikan terjadi selama perubahan organisasi. Pola reaksi tersebut mempunyai
empat tahapan: penolakan, kemarahan, berduka, dan adaptasi. Reaksi awal adalah menolak bahwa
perubahan itu diperlukan . tahapan berikutnya adalah marah dan mencari seseorang untuk
dipersalahkan. Pada saat yang sama, orang secara keras kepala menentang untuk melepaskan cara
yang telah biasa dalam melakukan segala hal. Pada tahapan ketiga, orang berhenti menolak bahwa
perubahan adalah tidak terhindarkan, mengakui hal yang telah hilang dan berduka atasnya.
Tahapan akhir adalah menerima kebutuhan untuk berubah dan melanjutkan hidup. Durasi dan
keparahan dari setiap jenis reaksi bias amat beragam dan beberapa orang terjepit pada tahapan
menengah. Banyak orang yang membutuhkan bantuan untuk mengatsai penolakan, menyalurkan
kemarahan mereka secara konstruktif, berduka tanpa menjadi terlalu depresi, dan memiliki
optimism mengenai penyesuaian dengan berhasil.
Lingkungan dari kebanyakan organisasi makin menjadi lebih dinamis dan kompetitif. Kompetisi
menjadi lebih kuat, harapan pelanggan meningkat, hanya tersedia sedikit waktu untuk
mengembangkan dan memasarkan produk dan jasa baru, dan dengan segera mereka akan menjadi
using. Agar berhasil dalam lingkungan yang bergolak ini, organisasi harus memiliki orang-orang
pada setiap tingkatan yang berorientasi menuju peningkatan dan pembelajaran yang berkelanjutan.
Pemebelajaran organisatoris melibatkan perolehan pengetahuan baru, baik dengan menemukannya
maupun dengan meniru praktik terbaik milik orang lain. Pendekatan terakhir ini lebih mudah,
tetapi hanya memberikan sedikit keuntungan kompetitif. Campuran pendekatan yang tepat untuk
mendapatkan pengetahuan bergantung pada organisasi dan situasi. Penegtahuan baru memiliki
nilai yang kecil jika tidak digunakan. Beberapa organisasi berhasil menemukan pengetahuan,
tetapi gagal menerapkannya secara efektif.
Semua organisasi mempelajari banyak hal, teteapi sebagian organisasi melakukannya jauh lebih
baik dibanding yang lainnya. istilah organisasi yang belajar telah digunakan untuk
menggambarkan organisasi yang cepat belajar dan menggunakan pengetahuan untuk menjadi lebih
efektif. Dalam organisasi ini, keputusan terpengaruh oleh kegiatan untuk belajar dan keienginan
untuk meningkatkan kinerja jangka pendek. Terdapat tiga aktivitas yang tinggi untuk
mengembangkan dan memurnikan perangkat konsptual dan model mental Bersama untuk
memahami bagaimana segala hal bekerja, bagaimana beradaptasi dengan lingkunagan, dan
bagaimana mencapai sasaran organisasi. Sumber daya diinvestasikan untuk mempromosikan
pembelajaran pada semua tingkatan. Nilai dari inovasi, eksperimentasi, fleksibilitas, dan inisiatif
terutama kuat dalam budaya organisasi dan tercermin dalam penghargaan dengan penilaian. Orang
pada semua tigkatan diberikan wewenang untuk menghadapi masalah dan menemukan cara yang
baik untuk melakukan pekerjaan itu. Manajemen puncak menciptakan dan mempertahankan
proses unutk memelihara ide-ide dan mendukung perubahan yang dimulai oleh orang-orang pada
tingkatan rendah dalam organisasi. Penegtahuan disebarkan atau dibuat mudah tersedia bagi siapa
saja yang membutuhkannnya, dan orang didorong untuk menerapkannya kepada pekerjaan
mereka.
Para pemimpin dapat melakukan sejumlah hal untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan
untuk belajar dan inovasi. Pedoman berikut didasarkan pada teori, temuan penelitian dan wawasan
praktisi. Adapun pedoman-pedoman untuk meningkatkan fleksibilitas dan inovasi antara lain: