Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam konteks otonomi daerah pemerintah di daerah memiliki

peluang yang lebih besar untuk membantu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Kondisi ini terjadi karena otonomi daerah memberikan

kesempatan kepada pemerintah daerah untuk berkreasi dan berinovasi dalam

rangka menciptakan tatanan masyarakat yang dinamis dan sejahtera.

Persaingan dalam era globalisasi semakin hari dirasakan semakin

ketat, manajemen sumber daya manusia sangat penting dan harus

diperhatikan oleh pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi

perusahaannya. Agar bisa menjaga keberhasilan dan kelangsungan hidup

perusahaan maka seseorang pemimpin selalu menjaga dan meningkatkan

sumberdaya yang dimilikinya termasuk didalamnya meningkatkan kinerja

pegawai.

Peranan seorang camat selaku pimpinan organisasi pemerintah

terhadap suatu keberhasilan pelaksanaan tugas setiap bawahannya sangat

penting. Figur kepala pimpinan dengan kepemimpinannya berupaya untuk

menarik bawahannya untuk bisa bekerjasama dengan baik dan

mengembangkan setiap bawahannya agar bisa bekerja sesuai sumber daya

manusianya, selain meingkatkan keterampilan dan pengetahuannya, juga

sangat penting seorang pemimpin dalam memimpin, menggerakkan,

1
2

mengajak, mengarahkan dan mengawasi bawahannya menerapkan gaya

kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan, bisa saja pada

saat tertentu seorang pemimpin dibutuhkan menggunakan gaya

kepemimpinan otoriter, pada saat lainnya dibutuhkan menggunakan gaya

partisipatif.

Menurut analisa Fielder dalam Armstrong (1999;101), para pemimpin Commented [Riky well1]: mana daftar pustakanya?

yang paling efektif mencocokkan gaya kepemimpinan mereka dengan situasi,

meliputi gaya kerja yang mereka sukai dan sifat kepribadian, serta hakikat

dari tugas dan kelompok

Dalam hubungan kepemimpian terdapat hubungan antara manusia, Commented [Riky well2]: hindari kata "dalam" / kata
penghubung di awal kalimat
yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-

ketaatan para pengikut (bawahaan) karena dipengaruhi oleh kewibawaan

pemimpin. Selanjutnya para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari

pimpinannya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.

Gaya Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang

lain seperti yang di lihat. Oleh Mitfah Thoha (2001:122) menjelaskan bahwa Commented [Riky well3]: mana daftar pustakanya?

Gaya Kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang

pemimpin dalam mempengaruhi prilaku orang lain.

Berkaitan dengan hal itu undang-undang Republik Indonesia Nomor 5

tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 12 menjelaskan bahwa Commented [Riky well4]: masukan ke daftar pustaka

“Pegawai ASN berperan sebagai perencana ,pelaksana, dan pengawas

penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional


3

melaui pelaksanaan kebijakan pelayanan publik yang propesional bebas dari

intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”

Berdasarkan peraturan tersebut agar pemerintah dan pembangunan

nasional dapat berjalan dengan baik dibutuhkan Aparatur Sipil Negara

sebagai pelaksana kebijakan untuk menjalankan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya dengan profesional, kompeten, sertra memiliki integritas

sehingga akan terciptanya kinerja yang baik.

Kinerja (performance) diartikan sebagai suatu tingkatan dimana

pegawai memenuhi atau mencapai persyaratan kerja yang ditentukan

(Milkovich dan Boudreau dalam wahyuningsih, 2003:46). Sedangkan

menurut Mangkunegara (2001: 67) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas Commented [Riky well5]: tidak ada di daftar pustaka

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan system pemberian

penghargaan yang diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka

bekerja.

Maka dari itu kinerja Pegawai Negri Sipil (PNS) menjadi sangat

penting dan perlu di lakukan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan, selain itu juga kinerja pegawai yang baik akan bermuara

pada lahirnya PNS yang memiliki tanggung jawab didalam menyelesaikan

tugas-tugas rutin sesuai fungsinya masing-masing, namun pada kenyataannya

tidak semua pegawai memiliki kinerja yang sesuai dengan tugas dan

fungsinya.
4

Kinerja menurut (Moeheriono, 2012:96) adalah hasil dari kerja yang Commented [Riky well6]: masukan ke daftar pustaka

dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan wewenang dan tugas

tanggung jawabnya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral

maupun etika.

Namun pada kenyataan dilapangan menunjukan masih kurangnya

komunikasi antara pemimpin dan bawahan didalam ruang lingkup organisasi

pemerintahan. Implikasi yang ditimbulkan dari kurangnya komunikasi itu

membuat tidak maksimalnya kinerja pegawai didalam penyelesaian tugas.

Hal ini mengharuskan peran seorang camat dalam memperbaiki hubungan

komunikasi dengan bawahan dengan cara selalu memberikan pembinaan

kepada pegawai. Baik itu antara sub bagian atau antar pegawai agar dapat

meningkatkan kinerja pegawai dengan baik.

Camat selaku pemimpin seharusnya secara rutin melakukan

pembinaan kepada pegawai untuk mendorong kinerja pegawai menjadi lebih

baik. maka dari itu sebaiknya camat memberikan fasilitas yang memadai

kepada pegawai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Hal ini

tentu akan dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Kecamatan kapuas hilir merupakan salah satu istansi pemerintah di

kabupaten Kuala Kapuas yang berkewajiban melayani masyarakat. Dalam hal

ini terdapat fenomena di kantor kecamatan kapuas hilir yaitu masih

kurangnya komonikasi antara pimpinan camat dengan pegawai yang ada di


5

kantor kecamatan kapuas hilir. Oleh karna itu, peneliti ingin mengkaji lebih

dalam sehubungan adanya fenomena tersebut, maka peneliti mengangkat

judul “Peranan Kepemimpinan Terhadap Pegawai dalam meningkatkan

Kinerja Di Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kuala Kapuas”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang terjadi rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peranan kepemimpinan camat terhadap pegawai dalam

meningkatkan kinerja pada kantor Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten

Kuala Kapuas?

2. Apa saja yang menjadi hambatan dalam peran kepemimpinan camat

terhadap pegawai dalam meningkatkan kinerja di Kecamatan Kapuas Hilir

Kabupaten Kuala Kapuas?

3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan peranan

kepemimpinan camat terhadap pegawai dalam meningkatkan kinerja di

Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kuala Kapuas

1.3. Fokus Penelitian

Berrdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian ini lebih terfokus,

terarah dan menghindari pembahasan yang terlalu luas. Maka peneliti

membatasi maka penelitian ini yang hanya berkaitan dengan “Peranan

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Di Kecamatan Kapuas Hilir

Kabupaten Kuala Kapuas”.


6

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan kepemimpinan camat terhadap pegawai dalam

meningkatkan kinerja pada kantor Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten

Kuala Kapuas

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang ada dalam peran

kepemimpinan camat terhadap pegawai dalam meningkatkan kinerja di

Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kuala Kapuas

3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi

hambatan yang terdapat dalam peranan kepemimpinan camat terhadap

pegawai dalam meningkatkan kinerja dikecamatan Kapuas Hilir

Kabupaten Kuala Kapuas


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kepemimpinan

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu

keberhasilan organisasi , terlebih lagi dalam menuju perubahan . Untuk

memahami apa yang dimaksud dengan kepemimpinan (leadership) ada

baiknya terlebih dahulu mengetahui arti pemimpin (leader). Hal ini

disebabkan kepemimpinan dilakukan oleh seorang pemimpin dan ia

mengemban tugas dengan beraktivitas untuk melaksakan

kepemimpianan tersebut.

Kepempinan merupakan kekuatan sentral yang menjadi

penggerak kehidupan organisasi. oleh karenanya eksistensi pemimpin

dalam suatu organisasi menduduki peran Vital dan sangat strategis

dalam mengendalikan sistem yang ada dalam organisasi. Terkait

dengan pengertian kepemimpinan banyak para ahli pendidikan dan

psikologi memberikan batasan sebagai berikut diantaranya pakar

psikologi banyak memberikan batasan atau konsep dasar

kepemimpinan. Danial (2013:17) mengemukakan bahwa kepemimpinan Commented [Riky well7]: masukan kedalam daftar
pustaka
adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,

mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan

tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Senada dengan pendapat

tersebut Tead (dalam Daryanto,2014 :18) mengemukakan bahwa Commented [Riky well8]: masukan kedalam daftar
pustaka
8

kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan

seseorang pihak lain menyelesaikan tugasnya.

Overton (dalam Syafarudin, 2012:47) menjelaskan bahwa Commented [Riky well9]: masukan kedalam daftar
pustaka
kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh tindakan dengan

kepercayaan dan kerjasama. Pendapat ini menunjukkan bahwa

kepemipinan pada dasarnya pendapat ini menunjukkan bahwa

kepemimpinan sebagai pengaruh, seni atau proses mempengaruhi

orang-orang, sehingga mereka mau berjuang bekerja secara sukarela

dan penuh antusias ke arah pencapaian tujuan kelompok atau tujuan

bersama atau dasar kepercayaan dan kerjasama.

Pendapat ini mengimplisikan bahwa di dalam kepemimpinan

terjadi proses kerjasama yang disertai dengan semangat sukarela dan

kepercyaan yang tinggi kepada orang lain shingga mempermudah

pencapaian tujuan. Dimana hal ini dapat terjadi karena adanya

kemepuan pimpinan untuk mempengaruhi dalam mencapai tujuan

terntentu.

Kepemimpinan adalah masalah yang berhubungan dengan

intelejensi, kepercyaan, kebaikan, keberanian, dan kedisiplinan

(Agustian, 2006). Kepemimpinan yang hanya bergantung pada aspek Commented [Riky well10]: masukan kedalam daftar
pustaka
intelenjensi akan melibatkan munculnya pemberontakan. Praktek

kepemimpinan yang bergantung pada kebaikan saja, akan menimbulkan

kesan yang lemah. Sikap percaya yang berlebihan juga melibatkan

tindak kekerasan. Penerapan kedisiplinan dan pengaturan yang terlalu

keras, akan mengakibatkan tindak kekajaman. Seseorang baru dapat


9

menjadi pemimpin apabila dia sudah memiliki kelima aspek tersebut,

dan sanggup menjalankan dengan seimbang.

Terry dan Franklin (dalam Sri Budi Cantika Yuli, 2005: 167) Commented [Riky well11]: masukan kedalam daftar
pustaka
mendefinisiakan kepemimpinan dengan hubungan di mana seseorang

(pemimpi) mempengarahi orang lain untuk mau bekerja sama

melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan

yang diinginkan pemimpin dan atau kelompok. Definisi tersebut

menekankan pada permasalahan hubungan anatara orang yang

mempengaruhi (pemimpin) dengan orang yang dipengaruhi

(bawahan). Pimpinan merupakan orang yang memiliki kewenangan

untuk member tugas, mempunyai kemempuan untuk membujuk atau

mempengaruhi orang lain (bawahan) dengan melalui pola hubungan

yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, berdasarkan:

(a) Fungsi kepemimpinan ; (b) Fungsi penentu arah ;(c) Fungsi sebagai

juru bicara ; (d) Fungsi sebagai komunikator; (e) Fungsi sebagai

mediator; (f) Fungsi sebagai integrator; (g) Kedudukan pemimpin

dalam dalam organisasi.

Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya

merupakan seorang yang mempunyai kemampuan untuk menggerakkan

orang lain sekaligus mampu mempengaruhi orang tersebut untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Pemimpin yang dimaksud dalam kajian ini adalah Camat di Kecamatan

Kapuas Hilir Kabupaten Kuala Kapuas. Seorang pemimpin harus

memiliki kemampuan memimpin secara profesional dengan


10

menggunakan peran-peran yang menurutnya dipandang efektif dalam

pcngelolaan organisasi atau unit kerja yang dipimpinnya.

Pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli, yaitu

menurut Wahjosumidjo (1991) “Kepemimpinan adalah kemampuan Commented [Riky well12]: masukan kedalam daftar
pustaka
seorang mempengaruhi prilaku orangb lain untuk berpikir dan

berprilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di

dalam situasi tertentu.

Sedangkan menurut Jacobs dan Jacques (1990) pengertian Commented [Riky well13]: masukan kedalam daftar
pustaka
kepemimpinan yaitu: “Sebuah proses member arti (pengarah yang

berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan

untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran”

Dari pengertian di atas dapat diuraikan kedalam beberapa

unsur pokok yatitu:

a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu pengikut atau

bawahan, karena kesediaan mereka menerima pengarahan dari

pimpinan.

b. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama

diantara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai

wewenang untuk mengarahkan beberapa aktivitas anggota

kelompok, yang tidak dapat dengan cara yang sama mengarahkan

aktivitas pemimpin.

c. Pemimpin bisa mempengaruhi pengikut atau bawahannya dan bisa

mengarahkannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.


11

2.1.2. Tipe-tipe Kepemimpinan

Menurut Lewin, Leppit dan White dalam studi eksperimentalnya

yang di kutip oleh Ary H.Gunawan, mengungkapkan, diantaranya: Commented [Riky well14]: sertakan tahun dan halaman.
masukan kedalam daftar pustaka
a. Tipe kepemimpinan otoriter

Tipe kepemimpinan otoriter yaitu tipe kepemimpinan

yang menempatkan kekuasaan di tangan atau sekelompok kecil

orang-orang yang disebut atasan sebagai penguasa atau penentu

yang tidak dapat diganggu gugat. Sementara orang lain sebagai

bawahan harus tunduk pada kekuasaannya di bawah anacaman

dan hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya.

Dalam model kepemimpinan otoriter bawahan tidak di berikan

kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapat.

Perintah dan instruksi atasan tidak boleh ditafsirkan, tetapi harus

di langksanakan secara tertib dan konsekuen tanpa kesalahan.

b. Tipe kepemimpinan “laissezfare”

Adalah kebalikan dari kepemimpinan otoriter, dengan

memberi kebebasan kepada bawahannya untuk mengambil

keputusan. Segala sesuatu berjalan sendiri- sendiri sehendak

anggotanya, sementara pemimpin hanya bertugas sebagai

penesehat. Akibatnya sasaran kerja menjadi simpang-siur.

c. Tipe kepemimpinan demokratis

Menempatkan manusia sebagai faktor utama dan

terpenting. Tipe kepemimpinan demokrtasi merupakan tipe


12

kepemimpinan yang terbuka, segala sesuatu di ambil atas dasar

musyawarah dengan menjunjung prinsip saling menghargai dan

menghormati.

Sementara itu, Ahmad Kurnia El-Qarni menyebutkan beberapa

tipologi kepemimpinan yang dimiliki atau di anut oleh seseorang, di

antaranya: tipe otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri

sebagai berikut:

a) Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi

b) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

c) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

d) Tidak mau menerima kritik saran dan pendapat

e) Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya

f) Dalam tindakan penggeraknnya sering mempergunakan pendekatan

yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

Kedua, tipe militeristis. Tipe kepemimpinan militerisme berbeda

dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang

bertipe militerisme ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat

berikut:

a) Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering

dipergunakan

b) Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat

dan jabatannya

c) Senang pada formalitas yang berlebih-lebih


13

d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya

e) Sukar menerima kritikan dari bawahannya

f) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

Ketiga, tipe paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong

sebagai pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang peternalistis

ialah seorang yang memiliki cirri sebagai berikut:

a) Menggangap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

b) Bersikap terlalu melindungi (overly protective)

c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan

d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahahannya untuk

mengambil inisiatif

e) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengembangkan daya kreasi dan fantasinya

f) Sering bersikap maha tahu

Keempat, tipe kharismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum

berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin

memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang

demikian mempunyai daya tarik amat besar dan karenanya pada

umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar,

meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan

mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya

pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang


14

karismatik sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian

diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan,

umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk

karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain

bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang

pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada

waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,

Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang “ganteng”,

Kelima, tipe demokratis. Tipe kepemimpinan ini memiliki

karektersistik sebagai berikut:

a) Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari

pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia didunia

b) Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan

oragnisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada

bawahannya

c) Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari

bawahannya

d) Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam

usaha mencapai tujuan

e) Ikhlas memberikan kebabasan yang seluas-luasnya kepada

bawahannya untuk berbuat kesealahan yang kemudian diperbaiki

agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi

berani untuk berbuat kesalahan yang lain


15

f) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses

daripadanya

g) Berusaha mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai

pemimpin

Dalam pandangan Tobroni, kepemimpinan seseorang pada

dasaranya tidak dapat ditentukan oleh pangkat, jabatan dan kedudukan

orang tersebut. Kepemimpinan muncul bukan dari keindahan luar

(eksternal) seseorang (outher beauty of human being) melainkan dari

keindahan jiwa (inner beauty od spiritual human being).

Kepemimpinan muncul dari suatu proses panjang dan suatu keputusan

untuk menjadi pemimpin. Ketika seseorang menemukan keyakinan

dasar (core belief) dan nilai-nilai dasar (core value) yang di jadikan

pegangan hidupnya, ketika seseorang menetapkan visi dan misi

hidupnya, ketika seseorang merasa damai dalam dirinya (inner peace)

memiliki karekter yang kokoh (integrasi), ketika ucapan dan

tindakannya mampu memberikan pengaruh kepada orang lain secara

suka rela, ketika keberadaannya mendorang perubahan dalam

organisasinya, pada saat itulah seseorang menjadi pemimpin yang

sesunggihnya.

Prialaku, sikap, etis dan motivasi yang dilakukan oleh seorang

pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dapat

membentuk atau menjadi suatu model kepemimpinan. Oleh karena itu,

dalam studi kepemimpinan, di tinjau dari berbagai model


16

kepemimpinan. Dilihat dari pola hubungan dan perintah serta cara

mempengaruhinya terdapat model-model kepemimpinan sebagaimana

berikut ini:

a. Model Kepemimpinan Kontimun (Otokratis-Demokratis).

Menurut Tannenbaun dan Scmidt yang di kutif El-Qarni

menjelaskan bahwa model kepemimpinan ini menunjukkan teknik

mempengaruhi pengikutnya baik melalui cara yang menonjolkan sisi

ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara

yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis

sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut

dengan prilaku demokratis. Prilaku otokratis, pada umunya dinilai

bersifat negatif , dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari

adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,

karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada

dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya

dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif,

gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan

keputusan cepat, dapat memberikan rasa aman dan keteraturan bagi

bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis adalah pada

tugas.

Sedangkan perilaku demokratis merupakan perilaku

kepemimpinan yang memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang

berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan
17

tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha

mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di

mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik

dari bawahannya. Kebijakan disini terbuka bagi diskusi dan keputusan

kelompok.

b. Model Kepemimpinan Struktur Inisiasi dan Konsiderasi

Teori ini merupakan hasil penelitian di Universitas Ohio yang

melahirkan gaya kepemimpinan struktur inisiasi dan konsiderasi.

Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam

menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok

kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan

metode atau prosedur yang di tetapkan dengan baik. Contoh model

kepemimpinan ini misalnya pemimpin menugaskan hal tertentu kepada

anggota kelompok, pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi

tata tertib dan peraturan standar, dan pemimpin memberitahu anggota

kelompok tentang hal-hal yang diharapkan dari mereka.

Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang

menenjukkan persahabatan, kepercayaan timbal-balik, rasa hormat dan

kehangatan dalam hubungan anatar pemimpin dengan anggota stafnya

(bawahan). Adapun contoh dari faktor konsiderasi misalnya pemimpin

menyediakan waktu untuk menyimak anggota kelompok, pemimpin

mau mengadakan perubahan, dan pemimpin bersikap bersahabat dan

dapat di dekati.
18

c. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System).

Likert (dalam Stoner) yang dikutif oleh El-Qarni, menyatakan bahwa

model pemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat system, yaitu

sistem otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif , dan partisipatif.

Penjelesan dari keempat sistem tersebut adalah seperti yang di sajikan

pada bagian berikut:

Sistem otoriter (sangat otokratis). Dalam sistem ini, pimpinan

menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan

memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu,

pemimpin juga menentukan standard pekerjaan yang harus dijalankan

oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjannya, pimpinan cenderung

menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara

pimpinan dan bawahan dalam sistem adalah saling curiga satu dengan

lainnya.

Sistem otoriter bijak (otokratis paternalistik) . Perbedaan dengan

sistem sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan

dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat

kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering

memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja

dengan baik. Namun demikian, pada sistem ini pun, sikap pemimpin

yang selalu memerintah tetap dominan.

Sistem konsultatif . Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini

ditandai dengan adanya pola komunakasi dua arah anatar pemimpin dan
19

bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cendrung

lebih lebih bersifat mendukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini

juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran organisasi yang

cendrung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya

wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.

Sistem partisipatif. Pada sistem ini, pemimpinmemiliki gaya

kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di

tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya

menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi

pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan

penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem

inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan

memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh

ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan

pekerjaan.

Ditinaju dari situasi dan lingkungan kerja yang dapat menunjang

tugas kepmimpinan maka terdapat model-model kepemimpinan,

diantaranya:

Pertama, model kepemimpinan kontingensi. Model kepemimpinan

kontigensi dikembangkan oleh Fielder. Fielder sebagaimana di kutip

El-Qarni, berpendapat bahwa gaya kepemipinan yang paling sesuai bagi

sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja.

Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang


20

cendrung menentukan apakah situasi menguntungkan bagi pemimpin

atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah:

 Hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok

(hubungan pemimpin-anggota)

 Kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk

dilaksanakan (struktur tugas)

 Dan kekuasaan dan wewenang posisi yang dimiliki (kuasa posisi).

Kedua , model kepemimpinan tiga dimensi. Model

kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga dimensi pada

dasarnya merupakan pengembang dari model yang di kembangkan oleh

Universitas Ohio dan model Manegerial Grid. Perbedaan utama dari

dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga

dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan dua dimensi perilaku

hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap sama.

Selain itu, Tobroni juga mengungkapkan beberapa model

kepemimpinan yang ditinjau dari perspektif etis dan motivasi prilaku

kepemimpinan. Model-model kepemimpinan tersebut adalah

kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional dan

kepemimpinan spriritual. Secara lebih jelas dapat dibandingkan dari

tabel berikut yang dikutif dari hasil desertasi Tobroni, sebagaimana

tabel dibawah ini :


21

Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan


Uraian
Transasional Transformasional Spritual

Hakekat Fasilitas, Kepercayaan Amanat dari sesame Ujian amanat dari

kepemimpinan manusia (bawahan) manusia Than dan manusia

Untuk

memberdayakan dan
Untuk
Untuk membesarkan diri mencerahkan iman
memberdayakan
Fungsi dari dan kelompoknya dan hati nurani
pengikut dengan
kepemimpinan atas biaya orang lain pengikut memalui
kekuasaan keahlian
melalui kekuasaan jihad (pengorbanan)
dan keteladanan
dan amal shaleh

(altruistik)

Mendedikasikan Mendedikasikan
Mendedikasikan
usahanya kepada usahanya kepada
usahanya kepada
Etos manusia untuk Allah dan sesame
sesama untuk
kepemimpinan memperoleh manusia (ibadah)
kehidupan bersama
imbalan/posisi yang tanpa pamrih
yang lebih baik
lebih apapun

Sasaran
Pikiran dan tindakan Pikiran dan hati Spiritualitas dan hati
tindakan
yang kasat mata nurani nurani
kepemimpinan

Pendekatan Kekuasaan, keahlian Hati nurani dan


Posisi dan kekuasaan
kepemimpinan dan keteladanan keteladanan

Dalam Kekuasaan jiwa dan Kekuasaan keahlian Keteladanan

mempengaruhi membangun dan kekuasaan mengilhami,

dan yang kewibawaan melalui referensi membangkitkan,


22

dimpimpin kekuasaan memberdayakan,

memanusiakan

Meanklukkan jiwa dan


Memenangkan jiwa Memenangkan jiwa,
Cara membangun
dan membangun membangkitkan
mempengaruhi kewibawaan memlalui
karisma iman
kekuasaan

Membangun kasih,

Target Membangun jaringan Membangun menebar kebijakan

kepemimpinan kekuasaan kebersamaan dan penyalur rahmat

Tuhan

Tabel 2. 1 fungsi kepemimpinan henry mitzberg


2.1.3. Karakteristik Kepemimpinan

Kepemimpinan mungkin hanya terbentuk dalam suatu

lingkungan yang secara dinamis melibatkan hubungan di antara

sejumlah orang. Kongkritnya, seorang hanya biasa mengklaim dirinya

sebagai seorang pemimpin jika ia memiliki sejumlah pengikut.

Selanjutnya antara para pemimpin dan pengikutnya terjalin ikatan

emosional dan rasional menyangkut kesamaan nilai yang ingin disebar

dan ditanam serta kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Walupun dalam

realitasnya sang pemimpinlah yang biasanya memperkenalkan atau

bahkan merumuskan nilai dan tujuan.

Dalam kepemimpinan ada beberapa unsur dan karakter yang

sangat menentukan untuk pencapaian tujuan suatu organisasi. Menurut

Gibb (Sri Rahmi, 2014:99), ada empat elemen utama dalam Commented [Riky well15]: masukan kedalam daftar
pustaka
kepemimpinan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu Pemimpin
23

yang menampilkan kepribadian pemimpin, Kelompok, Pengikut yang

muncul dengan berbagai kebutuhannya, sikap serta masalah-

masalahnya, dan situasi yang meliputi keadaan fisik dan tugas

kelompok. Selanjutnya Blake dan Mounton (Sri rahmi, 2014:134), Commented [Riky well16]: masukan kedalam daftar
pustaka
menawarkan enam elemen yang dianggapnya dapat menggambarkan

efektifnya suatu kepemimpinan. Tiga elemen pertamma berkaitan

dengan bagaimana seorang pemimpin menggerakkan pengaruhnya

terhadap dunia luar, yaitu Initiative, Inquiry dan Advokasi. Tiga elemen

yang lainnya yaitu, Conflict Solving, Decision making, dan Criticque.

Berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan sumber daya yang

tersedia dalam organisasi untuk dapat mencapai hasil yang benar.

Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :

1. Inisiatif. Seorang pemimpin akan mengambil inisiatif apabila ia

melakukan suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau

menghentikan sesuatu yang dikerjakan.

2. Inquiry (menyelidiki). Pemimpin membutuhkan yang komprehensif

mengenai bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu,

ia perlu mempelajari latar belakang dari suatu masalah, prosedur-

prosedur yang harus ditempuh, dan tentang orang-orang yang terlibat

dalam pekerjaan yang dibidanginya.

3. Advocacy (Dukungan atau Dorongan). Aspek memberi dorongan

dan dukungan sangat penting bagi kepemimpinan seseorang karena

sering timbul keraguan atau kesulitan mengambil keputusan di antar


24

para eksekutif dalam oraganisasi atau karena adanya ide yang baik

tetapi yang bersangkutan kurang mampu untuk mempertahankannya.

4. Cinflict Solving (memecahkan Masalah). Apabila timbul masalah

atu konflik dalam organisasi, maka sudah menjadi kewajiban

pemimpin untuk menyelesaikannya. Ia perlu mencari sumber dari

konflik tersebut, dan menyelesaikannya dengan musyawarah untuk

mufakat

5. Decision Making (Pengambilan Keputusan). Keputusan yang dibuat

hendaknya keputusan yang baik, tidak mengecewakan, tidak

membuat frustasi, yaitu keputusan yang dapat memberi keuntungan

bagi banyak orang.

6. Critique (Kritik). Kritik disini sebagai proses mengevaluasi, menilai

dan jika sesuatu yang telah diperbuat itu baik adanya maka tindakan

serupa untuk masa-masa mendatang mungkin sebaiknya tetap

dijalankan.

2.1.4. Fungsi Pemimpin

1. Sebagai Simbol Organisasi (Fungsi Interpersonal (The Interpersonal

Roles)

Fungsi ini dapat ditingkatkan melalui jabatan formal yang dimiliki

oleh seorang pemimpin dan antara pemimpin dengan orang lain.

Fungsi interpersonal terbagi menjadi 3, yaitu :


25

a. Figurehead). Kegiatan yang dilakukan dalam menjalankan

fungsi sebagai simbol organisasi umumnya bersifat resmi,

seperti menjamu makan siang pelanggan.

b. Sebagai Pemimpin (Leader). Seorang pemimpin menjalankan

fungsinya dengan menggunakan pengaruhnya untuk

memotivasi dan mendorong pegawainya untuk meningkatkan

prestasi kerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan

maksimal.

c. Sebagai Penghubung (Liaison). Seorang pemimpin juga

berfungsi sebagai penghubung dengan orang diluar

lingkungannya, disamping ia juga harus dapat berfungsi

sebagai penghubung antara manajer dalam berbagai level

dengan bawahannya.

2. Fungsi Informasional (The Informational Roles)

Seringkali pemimpin harus menghabiskan banyak waktu dalam

urusan menerima dan menyebarkan informasi. Ada tiga fungsi

pemimpin disini:

a. Sebagai Pengawas (Monitor). Untuk mendapatkan informasi

yang valid,pemimpin harus melakukan pengamatan dan

pemeriksaan secara kontinyu terhadap lingkungannya, yakni

terhadap bawahan, atasan, dan selalu menjalin hubungan dengan

pihak luar.

b. Sebagai Penyebar (Disseminator). Pemimpin juga harus mampu

menyebarkan informasi kepada pihak-pihak yang

memerlukannya.
26

c. Sebagai Juru Bicara (Spokesperson). Sebagai juru bicara,

pemimpin berfungsi untuk menyediakan informasi bagi pihak

luar.

3. Fungsi Pembuat Keputusan (The Decisional Roles)

Ada empat fungsi pemimpin yang berkaitan dengan keputusan,

yaitu :

a. Sebagai Pengusaha (Entrepreneurial). Pemimpin harus mampu

memprakarsai pengembangan proyek dan menyusun sumber

daya yang diperlukan. Oleh karena itu pemimpin harus memiliki

sikap proaktif.

b. Sebagai Penghalau Gangguan (Disturbance Handler). Pemimpin

sebagai penghalau gangguan harus bersikap reaktif terhadap

masalah dan tekanan situasi.

c. Sebagai Pembagi Sumber Dana (Resource Allocator). Disini

pemimpin harus dapat memutuskan kemana saja sumber dana

akan didistribusikan ke bagian-bagian dari organisasinya.

Sumber dana ini mencakup uang, waktu, perbekalan, tenaga

kerja dan reputasi.

d. Sebagai Pelaku Negosiasi (Negotiator). Seorang pemimpin

harus mampu melakukan negosiasi pada setiap tingkatan, baik

dengan bawahan, atasan maupun pihak luar.

Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuannya serta mampu

memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat tergantung pada

para manajernya (pimpinannya). Apabila manajer mampu


27

melaksanakan fungsifungsinya dengan baik, sangat mungkin

organisasi tersebut akan dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi

membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan

mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya. Jadi, seorang

pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang

pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu

mengarahkan bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi

Henry Mintzberg (Badeni, 2004:6).

2.2. Definisi Kinerja

Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan

kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi

kerja, pelaksana kerja, juga berarti prestasi kerja, pencapain kerja atau hasil

kerja/unjuk kerja/pemimpin kerja atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan

kerja, LAN-RI (1992;3) dalam Sedermayanti (2001;50). Commented [Riky well17]: masukan kedalam daftar
pustaka

August W. Smith (1982;393) dalam Sedarmayanti (2001;50)

menyatakan bahwa performance atau kinerja adalah “ Output drive form

prosesses, human or other wise”,jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan

hasil atau kelauaran dari suatu proses.

Menurut Manahan P. Tampubolon (2003;67) kinerja keorganisasian

tergantung dari kinerja individu dan kelompok, para manajer harus mencapai

tingkat hasil karya yang tinggi dari mereka yang bekerja dalam organisasi.
28

Masyarakat mengevaluasi kinerja organisasi, kelompok dan individu yang

merupakan konsep yang terpisah, tetapi saling berhubungan.

Menurut Anwar P.M. (2004;67) pengertian kinerja (Prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Berdasarkan teori-teori atau pendapat-pendapat di atas, maka dimensi

atau indicator-indikator kinerja dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1. Kuantitas, yaitu jumlah hasil kerja yang di capai oleh pegawai.

2. Kualitas, yaitu mutu hasil kerja yang dicapai oleh pegawai.

3. Ketepatan waktu, yaitu waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan

tugas atau pekerjaan oleh pegawai.

Kinerja pegawai merupakan tingkat keberhasilan pegawai dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Mathis dan Jackson (2002) Commented [Riky well18]: masukan kedalam daftar
pustaka
menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan

yang tidak dikerjakan oleh pegawai. Kinerja pegawai mempengaruhi seberapa

banyak pegawai kontribusi kepada organisasi. Kinerja pegawai dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pegawai, yang meliputi

kepuasaan kerja dan komitmen organisasional. Sedangkan faktor eksternal

merupakan faktor yang berasal dari luar diri pegawai, yang meliputi

kepemimpinan, keamanan dan keselamatan kerja, serta budaya organisasi.


29

Umam (2010) pada dasarnya, penilaian kerja merupakan faktor Commented [Riky well19]: masukan kedalam daftar
pustaka
kunci dalam mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien

karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber

bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan oragnisasi secara keseluruhan,

melalui penilain tersebut, kondisi kinerja pegawai dapat diketahui.

Bernadin (2007) menjelaskan bahwa kinerja seseorang dapat diukur Commented [Riky well20]: masukan kedalam daftar
pustaka
berdasarkan 6 kriteria yang dihasilkan dari pekerjaan yang bersangkutan.

Keenamk kriteria tersebut adalah:

1. Kualitas

2. Kuantitas

3. Ketepatan waktu

4. Efektifitas

5. Kemandirian

6. Komitmen.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai. Timpe (1993) Commented [Riky well21]: masukan kedalam daftar
pustaka
ada tiga faktor penentu kinerja:

1. Tingkat keterampilan, dalam hal ini menyangkut: pengetahuan,

kemampuan, kecakapan interpersonal serta kecakapan teknis (skill dan

ability)

2. Tingkat upaya: pegawai yang hanya memiliki keteampilan yang baik

tidak akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik apabila tidak

mempunyai upaya sama sekali. Pada intinya, pegawai harus meiliki

motivasi dalam bekerja


30

3. Kondisi-kondisi eksternal: sejauh mana kondisi-kondisi eksternal

mendukung produktivitas pegawai(lingkungan kerja pegawai)

Menurut sedermayanti (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja anatara lain:

1. Sikap dan mental (motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja)

2. Pendidikan

3. Keterampilan

4. Manajemen kepemimpinan

5. Tingkat penghasilan

6. Gaji dan kesehatan

7. Jaminan social

8. Iklim kerja

9. Sarana dan prasarana

10. Teknologi dan

11. Kesempatan berprestasi

Menurut Mathis dan Jackson (2002) dalam pembahasan mengenai

permasalahan kinerja pegawai maka tidak terlepas dari berbagai macam

faktor yang menyertai diantaranya:

1. Faktor kemampuan (ability)

Secara psikologi kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill) artinya pegawai

yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120) dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-


31

hari maka akan lebih mudah mencapai kinerja diharapkan. Oleh karena itu

pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

2. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk sikap (attitude) seorang pegawai dalam menhadapi situasi

(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan dari

pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Menurut Sedarimayanti (2007), instrument pengukuran kinerja merupakan

alat yang dipakai dalam mengukur kinerja individu seorang pegawai yang

meliputi, yaitu:

1. Prestasi Kerja, hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas, baik secara

kualitas maupun kuantitas

2. Keahlian, tingkat kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam

menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.Keahlian ini bisa dalam

bentuk kerjasama, komunikasi, insentif, dan lain-lain

3. Perilaku, sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan

dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilku disini juga

mencakup kejujuran, tanggung jawab dan dsiplin.

4. Kepemimpinan, merupakan aspek kemampuan manejerial dan seni dalam

memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan

pekerjaan secara tepat dan cepat, termasuk pengambilan keputusan, dan

penentuan prioritas.

Hasil penelitian Baek-Kyoo (Brian) Joo, et, al (2012) dan Desianty (2005)

menyatakan bahwa kepemimpinan transformanisonal berpengaruh positif


32

terhadap komitmen. Draft (2011:349) menyampaikan bahwa penelitian terbaru

membenarkan bahwa gaya kepemimpinan berdampak positif terhadap

pengembang dan kinerja pengikut. Rofiudin (2008) menyatakan bahwa variable

gaya kepemimpinan yang meliputi pemberian motivasi, pengarahan pemimpin,

perhatian pemimpin, mendelegasikan pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Sibili(2012), Khoirusmadi

(2011), Pattiasina (2011) dan Suryo (2010) memberikan kesimpulan bahwa gaya

kepemimpinan berpengaruh signifikan dan positf terhadap kinerja pegawai. Commented [Riky well22]: masukan kedalam daftar
pustaka

2.3. Konsep Kecamatan

Kecamatan merupakan salah satu entitas pemerintahan yang

memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat (Wasistiono dkk, 2009).

Wilayah kecamatan berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang di kepalai

oleh seorang camat dan berdomisili di ibukota kecamatan. Sementara jabatan

camat telah ada pada struktur organisasi pemerintahan kerajaan-kerajaan di

nusantara. Pada masa itu camat dianggap sebagai perwakilan raja di tingkat

kecamatan sehingga memiliki wewenang yang penuh terhadap wilayahnya.

Pada masa penjahan terjadi perubahan terhadap struktur oragnisasi

pemrintahan yang ada. Namun, perubahan tersebut tidak menghapus posisi

kecamatan sehingga organisasi ini terus bertahan hingga sekarang. Dengan

demikian, kecamatan merupakan organisasi asli ciptaan masyarakat pribumi

(Wibawa, 2001).

Perjalanan organisasi kecamatan tidak dapat dipisahkan dari asas

pemerintahan yang digunakan, yaitu asas desentralisasi dan asas

dekonsentralisasi (lihat UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pemerintahan


33

Daerah, UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

daerah dan UU Nomor 22 tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah). Penerapan asas desentralisasi Commented [Riky well23]: masukan kedalam daftar
pustaka
secara penuh di tingkat kabupaten/kota berdampak pada status, peran, dan

fungsi camat. Pada saat berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974, camat

merupakan peajabat pemerintah pusat (penerapan asas dekonsentrasi),

sedangkan pada UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 32 tahun 2004

camat merupakan aparat pemerintah daerah yang mendapat pelimpahan

kewenangan dari bupati/walikota yang merupakan penerapan asas

desentralisasi (UU Nomor 32 Tahun 32 Tahun 2004 pasal 126 ayat 2).

Kebijakan desentralisasi pemerintahan untuk mewujudkan otonomi daerah,

sedang menjadi kepedulian tinggi sesuai laju reformasi, yang bertujuan

memeratakan kesejahteraan, dan tanggung jawab daerah dalam pembangunan

bangsa (Baedowi, 2006).

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 19 Tahun

2008 tentang Kecamatan pasal 14 ayat 1, maka camat dan organisasi

kecamatan berfungsi sebagai pelaksana teknis dalam suatu wilayah kerja.

Camat bukan lagi penguasa wilayah seperti yang diamanatkan dalam UU

Nomor 5 Tahun 1974. Berikutnya peran dan fungsi camat pada masa

sekarang menuntut pemerintah kabupaten/kota melakukan pemberdayaan

terhadap camat yang di wilayahnya. Pemberdayaan peran dan fungsi camat

yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dipimpin langsung oleh

bupati/walikota. Hal ini dikarenakan bupati/walikota adalah pemilik

kewenangan utama dalam struktur organisasi pemerintah daerah. Setiap


34

bupati/walikota memiliki visi dan misi yang berbeda dalam memberdayakan

camat anatar satu daerah dengan daerah lainnya berbeda.

Pemberdyaan peran dan fungsi camat sendiri mengacu pada tiga

konsep, yaitu konsep pemberdyaan, politik, dan kelembagaan. Pemberdayaan

yang di maksud dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian. Pertama,

pendelegasian kewenangan dari walikota sebagai pemilik kewenangan kepada

camat yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian

kewenangan dari walikota kepada camat agar menjadi lebih berdaya (Morgan

dan Bookman, 1988; Prijono dan Pranarka, 1996). Pendelegasian

kewenangan bukan hanya sekedar memindahkan kewenangan yang

dijalankan secara langsung oleh bupati/walikota kepada camat, melainkan

dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberian pelayanan

yang berkualitas kepada masyarakat (Rozy Afrizal J, 2009). Kedua,

pemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi atau mendorong camat

agar menjadi lebih berdaya menjalankan tugasnya. Pemberdayaan diartikan

sebagai “inernal control and individually divergent practices, solving

problems independently” (Glickman, 1989; Babari dan Prijono,1996).

Pengertian itu berkaitan dengan tindakan camat untuk melakukan kontrol

internal, mengembangkan kapasitas, serta kebebasan dalam memecahkan

masalah yang berada dalam ruang lingkup tugasnya (diskresi). Wujud kongrit

dari stumulasi itu adalah pendidikan dan pelatihan kepada camat dan aparat

kecamatan.
35

Peran camat dalam menjalankan tugas adalah suatu hal yang sangat

penting untuk dilaksanakan. Menurut Covey dalam (Wirjina, 2005:20)

terdapat tiga aspek peran seorang pemimpin, adalah sebagai berikut:

1. Penunjuk jalan: esensi dan kekuatan peran seabagai penunjuk jalan adalah

dimilikinya visi dan misi yang kuat.

2. Menggalang, terdiri dari pemastian bahwa struktur, sistem, dan proses

operasional organisasi mendukung tercapainya visi dan misi organisasi

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan semua skateholhdrs.

3. Pemberdayaan. Kemampuan ketiga yang harus dimiliki pemimpin ialah

sebagai pemberdayaan. Manusia mempunyai talenta, kecerdasan,

kecerdikan, dan kreativitas.

Camat mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan

pemerintahhan yang di limpahkan oleh Walikota untuk menangani

sebagian urusan Otonomi Daerah dan menyelenggarakan tugas umum

pemerintah. Sekretaris mempunyai tugas pokok melakukan sebagian tugas

Camat lingkup kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi

umum, keuangan, dan penyusun program. Dalam melaksanakan tugas

pokok secretariat menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusun rencana, program, dan kegiatan kesekretarian.

2. Pengkoordinasian penyusun perencanaan program Kecamatan.

3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

Kecamatan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keungan, dan

kerumahtanagan kecamatan.
36

4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi dan ketatalaksanaan.

5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas kecamatan.

6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

dalam melaksanakan Tugasnya Camat menyelenggarakan Fungsi sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang Pemerintahan.

2. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Ketentraman dan Ketertiban

Umum

3. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang ekonomi dan

pembangunan.

4. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang pemberdayaan

masyarakat.

5. Pelaksanaan dan Pengoordinasian di Bidang Kesajahteraan sosial.

Adapun uraian tugas Camat adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan program kerja dan kegiatan kecamatan dalam

wilayah kerjanya.

2. Melaksanakan sebagian kewenangan Bupati yang dilimpahkan

meliputi:

a) bidang pemberdayaan masyarakat.


37

b) Bidang ketentraman dan ketertiban umum.

c) Bidang penegakan peraturan.

d) Bidang pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan

umum.

e) Bidang pemerintahan kecamatan , dan

f) Bidang pemerintahan Desa dan Kelurahan.

g) Mengoordinasikan kegiatan kesejahteraan sosial.

h) Mengoordinasikan upaya penyelengaraan ketentraman dan

ketertiban umum.

i) Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan dan

perundang-undangan.

j) Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

umu.

k) Mengoordinasikan penyelenggaraan kegaiatan

pemerintahan di tingkat kecamatan.

l) Membina penyelenggara pemerintahan desa atau kelirahan.

m) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang

lingkup tugasnya dan atau belum dapat dilaksanakan

pemerintahan desa atau kelurahan, dam

n) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

dengan bidang tugasnya. Selain tugas yang dijalankan oleh

camat maka camat juga mempunyai wewenang

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Peraturan

Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2008 Tentang


38

Kecamatan Bab IV Pasal 5 Ayat (1) dan (2) mengatakan sebagai berikut:

Camat melaksanakan keweangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh

bupati/walikota untuk menengani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi

aspek:

a. Perizinan

b. Rekomendasi

c. Koordinasi

d. Pembinaan

e. Pengawasan

f. Fasilitas

g. Penetapan

h. Penyelenggaraan, dan

i. Kewenangan lain yang dilimpahkan

2.4. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir yang mendasari penelitian ini adalah Peranan

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten

Kuala Kapuas.

Kantor Kecamatan kapuas hilir merupakan suatu instansi pemerintah yang

dipimpin oleh Camat. Dalam kepemimpinannya dituntut untuk menjalankan

perannya dengan baik sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi

atau instansi. Jadi peranan bagi seorang pemimpin adalah sejumlah perilaku yang

merupakan kewajiban yang tidak boleh untuk dimainkan.


39

Seorang pemimpin harus memahami peran dan fungsinya agar dapat

menjalankan organisasi dengan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan

bawahannya menciptakan iklim kerja yang memungkinkan penegakan kinerja

sebagai proses agar para pegawai dapat menerima serta mematuhi peraturan-

peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai pelindung bagi keberhasilan pekerjaan

dalam suatu organisasi.

Dalam Penelitian ini penulis mengangkat peran pemimpin yang

dikemukakan oleh Henry Mintzberg yaitu interpersonal role, decision making,

information role.
40

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian tetang riset yang bersifat deskriptif

dan cendrung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif

subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori

dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus penelitian sesuai dengan fakta

di lapangan, dengan objek penelitian yang didapat melalui :

a. Penelitian kepustakaan (library Research), bertujuan untuk

mengumpulkan data dan informasi yang terdapat di ruangan

perpustakaan yakni dengan cara membaca buku-buku, jurnal ilmiah,

skripsi terdahulu dan refrensi lain yang terkait dengan objek

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini ( Harbani Pasolong

,2013:69)

b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penyelidikan yang

dilakukan dalam hal kehidupan sebenarnya, dalam hal ini peneliti

terjun langsung melakukan penelitian lapangan di Kantor Kecamatan

Kapuas HilirKabupaten Kuala Kapuas, untuk mengumpulkan bahan-

bahan dan data-data berkenaandenganobjekpenelitian ( Harbani

Pasolong ,2013:69)

3.2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitiannya yaitu deskriptif kualitatif. Sedangkan

jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Metode ini digunakan
dengan pertimbangan bahwa metode ini relevan dengan materi penulisan

skripsi, dimana penelitian yang dilakukan hanya bersifat deskriptif yaitu

menggambarkankenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga

memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka

mengetahui dan memahami peran pemimpin yang diterapkan

olehcamatKecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kuala Kapuas.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana

penelitian akan dilakukan. Adapun tempat penelitian yang akan dilakukan

penelitian oleh penulis berlokasi di Kantor Kecamatan kapuas hilir,

Kabupaten Kuala Kapuas, yang beralamatdi Jalan Kapuas Seberang II

Nomor. 1 RT. III Telp. (0513) 22087 , Kabupaten Kuala Kapuas, Provinsi

Kalimantan Tengah.

3.4. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan

utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam

penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi . teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sample.

Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan

peritimbangan tertentu (sugiyono, 2012:96) selanjutnya menurut Arikunto

(2010:183) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini

berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:


a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau

karakteristik tertentu , yang merupakan ciri-ciri pokok populasi

b. Subjek yang diambil sebagai sampel benara benar merupakan subjek

yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdaapat pada populasi

(key subjectis)

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam

studi pendahuluan.

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama

merupakan hal yang sangat utama sehingga

Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau pelaku

yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan ini

harus banyak pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan

pandangan tentang nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang

menjadi latar penelitian setempat. Adapun informan yang dimaksud

adalah :

a. Camat Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kuala Kapuas.

b. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban

c. Kepala Seksi Pemerintahan

d. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa

e. Kepala Seksi Pembangunan

f. Kepala Seksi Pelayanan Umum

g. Kepala Sub Bagian Program dan Tata Usaha

h. Beberapa pegawai Staf Pelaksana


3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu merupakan suatu langkah yang sangat

penting dalam metode ilmiah karena pada umumnya data yang terkumpul

digunakan dalam rangka analisis penelitian dan dalam penelitian ini

pengumpulan data dilakukan dengan cara kepustakaan atau pengambilan

data sekunder berupa data renstra dan profil yang dimiliki oleh Kantor

Kecamatan kapuas hilir Kabupaten Kuala Kapuas mengenai peran

pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai. Selain itu juga dilakukan

teknik penelitian lapangan atau pengambilan data primer yaitu, dengan

cara melakukan wawancara mengenai peran kepemimpinan dan kinerja

dimana hal ini dilakukan agar peneliti lebih mudah dalam mengetahui

bagaimana peranan kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja

pegawai Kantor Kecamatan Kapuas Hilir kabupaten Kuala Kapuas.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan instrument pengumpulan data berupa wawancara, observasi

dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara yang diajukan sifatnya tertutup, sehingga informan

dapat memberikan jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

dengan menjawab pertanyaan wawancara yang diajukan oleh penelitian

pada jawaban yang telah disediakan. Untuk menentukan kriteria atau

kategori penilaian pendapat informan maka lebih dahulu dibuatkan skala

interval.
b. Observasi

Untuk melengkapi data yang diperoleh melalui hasil angket, maka

penulis juga berupaya memperoleh informasi melalui kegiatan observasi

selama pengumpulan data dilaksanakan. Dalam hal ini penulis perlu

membaur dengan populasi di lokasi penelitian untuk memperoleh

gambaran kenyataan tentang peran pemimpin yang diterapkan oleh

CamatKecamatan Kapuas HilirKabupaten Kuala Kapuasdalam

meningkatkan kinerja pegawai.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dimaksudkan

untuk memperoleh data yang dapat mendukung penelitian, atau sebagai

pelengkap penelitian ini, yaitu berupafoto-fotosaatpenelitian, pegawai,

sarana dan prasarana dan fasilitas yang relevan dengan penelitian.

3.6. Analisis Data

Analisa data yaitu data yang harus segera dianalisis setelah

dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan Harbani

Pasolong (2013:164). Dalam penelitian ini analisis datanya menggunakan

model Miles dan Huberman, dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu :

1). Mereduksi data (Data Reduction), Melalui tahapan redusksi data peneliti

akan merangkum, menggolongkan, mengarahkan, memilih hal yang

pokok, memfokuskan pada hal yang penting sehingga kesimpulan akhir

dapat di ambil.
2). Menyajikan data (Data Display), Yaitu penyajian data dalam bentuk

naratif, uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan ketika

sekumpulan informasi atau data sudah disusun maka kemungkinan akan

adanya penarikan kesimpulan.

3). Membuat kesimpulan (Conclusion Drawing/verification), yang akan

ditulis dalam bentuk laporan menggunakan tabel dan gambar, dan ketika

sekumpulan informasi atau data sudah disusun maka kemungkinan akan

adanya penarikan kesimpulan.

3.7. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data

untuk menyamakan pemahaman dan cara padang terhadap karya ilmiah ini.

Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka pikir. beberapa

indikator yang sekaligus dijadikan sebagai fokus penelitian menggunakan

teori Mintzberg (1973) mengemukakan tiga Peran pemimpin, yaitu :

1. Interpersonal role (Peranan pribadi)

Aktivitas -aktivitas yang sering dilakukan dalam peranan ini antara

lain kegiatan-kegiatan seremonial sehubungan dengan jabatan yang

melekat pada pemimpin. Status menghendaki pemimpin harus mau

menerima undangan-undangan, mendatangi upacara-upacara, dan lain

yang bersifat seremonial. Karena pemimpin mempunyai jabatan yang

tinggi maka eksesnya pemimpin tersebut harus selalu mengadakan

kontak tertentu pada pihak-pihak luar.


 Figurehead : peran yang diperlukan untuk menjalankan sejumlah

kegiatan yang bersifat legal dan sosial.

 Leader : peran yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan

mengarahkan bawahan.

 Liaison : peran yang memelihara jaringan kontak luar yang

memberikan informasi dan dukungan.

2. Decision making (peranan pembuat keputusan)

Peranan ini membuat pemimpin harus terlibat dalam suatu proses

pembuatan strategi di dalam organisasi yang dipimpinnya. Proses

pembuatan strategi ini secara sederhana dinamakan sebagai suatu proses

yang menjadikan keputusan-keputusan organisasi dibuat secara

signifikan dan berhubungan. Peranan pembuatan keputusan oleh

pemimpin merupakan peranan yang tidak boleh tidak harus dijalankan,

lagi pula peranan ini yang dapat membedakan antara pemimpin dengan

pelaksana. Menurut sebagian orang pemimpin justru dibayar mahal

adalah untuk membuat keputusan ini.

 Entrepreneur : peran yang mencari pembaharuan kesempatan dalam

organisasi dan lingkungan serta memprakarsai proyek-proyek yang

menimbulkan perubahan.

 Distrubance handler : peran yang bertanggung jawab atas tindakan

korektif bila organisasi menghadapi gangguan mendadak dan

penting.
 Resourece allocation : peran yang bertujuan mengambil atau

menyetujui keputusan organisasi yang penting.

 Negotiator : peran yang bertanggung jawab mewakili organisasi

pada perundingan utama.

3. Informational role (peranan sumber informasi)

Peranan interpersonal meletakkan pemimpin pada posisi yang unik

dalam hal mendapatkan informasi. Hubungan-hubungan keluar

membawa padanya mendapatkan informasi yang spesial dari

lingkungan luarnya, dan kegiatan-kegiatan kepemimpinan membuat

pemimpin sebagai pusat informasi bagi organisasinya. Oleh karena itu

sebagai kelanjutan dari peranan interpersonal.

Diatas Mintzberg merancang peranan kedua yakni yang

berhubungan dengan informasi.

 Monitor and dessiminator : peran yang menerima informasi sangat

beraneka, berfungsi sebagai pusat saraf informasi luar dalam

organisasi dan meneruskan informasi yang diterima dari luar atau

dari bawahan lain kepada anggota organisasi.

 Spoke person : peran yang meneruskan informasi kepada luar

mengenai rencana, kebijakan, tindakan, dan hasil organisasi ;

berfungsi sebagai pakar mengenai kinerja organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah SaidReni Puji Lestari, Imam Hardjanto,Kepemimpinan camat dalam


meningkatkankinerja pegawai (studi pada kecamatan mojoroto kota
kediri), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 3, No.1, h. 157-164 | 157,
Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas IlmuAdministrasi Publik,
Universitas Brawijaya
H. Nurcholis, (2007), Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. PT.
Grafindo, Jakarta.
Haryadi Hendi, 2009, Administrasi Perkantoran Untuk manajemen & staf,
Visimedia, Jakarta.
Ibnu Syamsi. 2001. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi . Jakarta: Bumi
Aksara
Jaishartine, Charolena. 2016. “Peran Kepala Inspektorat Dalam
MeningkatkanKinerja Pegawai Pada Kantor Inspektorat Kabupateb
Malinau”.Universitas Mulawarman, Volume 4 No. 2
Keban, T. Yeremias. (2008), Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik
(Konsep, Teoridan Isu); Edisi Kedua, Cetakan Pertama 2008. Penerbit:
GAVA MEDIA. Yogyakarta.
Kaelola. A. (2009), Kamus Istilah Politik Kontemporer;Cakrawala Yogyakarta.
Luki Lumakeki, Peran Kepemimpinan Camat Dalam Peningkatan Disiplin
Kerja(Suatu Studi Di Kantor Kecamatan Moronge Kabupaten Talaud)
Masengi. E. Evi.(2008), Manajemen Pelayanan Publik; Cetakan Pertama Maret
2008.Penerbit : WINEKA MEDIA. Malang.
Mintzberg, Henry. 1973. The Nature of Managerial Work. New York: Harper and
Row Publisher
Moleong, L ,2002, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Bandung .
Nawawi Ismail, 2009, Perilaku Administrasi Kajian, Teori DanPengantar,
Praktik, Itspress, Surbaya.
Pasolong, Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Public. Bandung:
Alfabeta.
Pasolong Harbani,2010, Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung.
Pedoman Penelitian Skripsi. 2019.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Islam kalimantan. Banjarmasin.
49

Anda mungkin juga menyukai