Oleh
Universitas Udayana
2018
Materi Pokok:
Kepemimpinan Pastisipatif
Delegasi dan Pedoman Pendelegasian
Pemberdayaan dan Program Pemberdayaan
1. Kepemimpinan Pastisipatif
A. Materi
Kepemimpinana partisipatif menawarkan beragam potensi manfaat, tetapi apakah manfaat itu
nyata bergantung pada siapakah partisipannya, berapa banyak pengaruh yang mereka miliki, dan
aspek lain dari situasi keputusan. Empat potensi manfaatmeliputi kualitas keputusan yang lebih
tinggi, penerimaan keputusan yang lebih tinggi oleh para partisipan, kepuasan lebih atas proses
keputusan, dan pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
Prosedur keputusan yang digunakan oleh pemimpin mempengaruhi kualitas keputusan penerima
dan penerimaan keputusan oleh orang-orang yang diharapkan untuk menerapkan keputusan itu.
Kedua variable antara ini Bersama-sama menentukan seberapa efektifnya keputusan itu setelah
diimplementasikan, yang memiliki dampak jelas pada kinerja unit atau tim itu. Namun, pengaruh
dari prosedur keputusan atas kualitas dan penerimaan keputusan bergantung pada berbagai aspek
situasi, dan prosedur yang efektif dalam beberapa situasi dapat menjadi tidak efektif dalam situasi
lainnya.
Prosedur pengambilan keputusan Vroom dan Yetton mengidentifikasi lima prosedur pengambilan
keputusan untuk keputusan yang menyangkut para bawahan yang majemuk, termasuk dua bentuk
pengambilan keputusan yang otokratis (AI dan AII), dua bentuk konsultasi (CI dan CII), dan
sebuah bentuk pengambilan keputusan bersama oleh pemimpin dan bawahan sebagai sebuah
kelompok (GII).
Pada halaman 130 buku “Kisah,Perjuangan, dan Inspirasi Tri Rismaharini” karangan Ervina
Pitasari dijelaskan bahwa dalam menghadapi permasalahan Kebun Binatang Surabaya (KBS), ibu
Risma menyadari bahwa dirinya tidak menguasai semua disiplin ilmu terutama untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di KBS. Oleh karena itu, Ibu Risma kemudian mempunyai
inisiatif untuk memanggil beberapa ahli di bidangnya dari Universitas Airlangga untuk menangani
permasalahan KBS tersebut, salah satu ahli yang dipanggil adalah Prof. Setiawan Koesdarto dari
Fakultas Kedokteran Hewan yang mana membantu pemerintah kota Surabaya untuk mengecek
kondisi hewan-hewan yang ada di KBS yang memang kondisinya pada saat itu sangat tidak
terawat. Sementara itua da juga ahli dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang bertugas untuk
mengaudit keunagn KBS dan ahli dari Fakultas Psikologi yang memabntu untuk memperbaiki
kualitas SDM yang ada di KBS. Dengan kata lain Ibu Risma dalam tindakan ini melakukan
konsultasi dan meghasilkan keputusan bersama dengan para ahli tersebut.
Pendelegasian menyangkut penugasan tanggung jawab yang baru kepada para bawahan serta
kewenangan tambahan untuk melaksanakannya. Meskipun pendelegasian terkadang dianggap
sebagai suatu bentuk kepemimpinan partisipatif, terdapat cukup banyak alasan untuk
memperlakukannya sebagai sebuah kategori perilaku manajerial tersendiri. Pendelegasian dalam
beberapa hal secara kualitatif berbeda dari bentuk lain kepemimpinan partisipatif. Seorang manajer
mungkin berkonsultasi dengan bawahan, rekan sejawat, atau atasan, namun dalam banyak hal,
pendelegasian hanya cocok bila dengan bawahan. Pendelegasian juga mempunyai determinan
situasional yang agak berbeda disbanding dengan konsultasi (Leana, 1987). Misalnya, seorang
mananjer yang mempunyai pekerjaan yang berlebihan kemungkinan besar akan lebih
menggunankan pendelegasian tetapi lebih sedikit konsultasi. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa
analisis factor dari kuisioner tentang kepemimpinan secara khas menghasilkan factor-faktor yang
berbeda untuk konsultasi dan pendelegasian (Yukl & Fu), 1999).
Pada halaman 118 di buku yang sama, dijelaskan bahwa Ibu Risma melaksanakan program
“pahlawan Ekonomi” di Kawasan kota Surabaya, yang mana program ini disematkan kepada ibu-
ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya bersandar pada gaji suami-suami mereka. Dalam
program ini pemerintah kota Surabaya memberi fasilitas seluas-luasnya kepada ibu-ibu agar dapat
mempunyai usaha kecil-kecilan guna membantu perekonomian keluarga mereka. Dalam program
ini ibu-ibu diberikan hak untuk memilih usaha apa yang sekiranya dapat mereka lakukan dan peran
pemerintah kota Surabaya hanyalah memfasilitasi seperti menghubungkan dengan konsumen,
memberi gambaran usaha, dan melakukan pelatihan-pelatihan usaha kecil. Dalam hal ini dapat
dilihat bahwa Ibu Risma dapat dikatakan telah melakukan delegasi kepada ibu-ibu yang ada di
Kawasan kota Surabaya karena telah diberikan hak untuk memilih usaha apa yang mereka
inginkan agar mereka juga dapat membantu perekonomian keluarag.
3. Pemberdayaan dan Program Pemberdayaan
A. Materi
Apa yang telah dilakuakn untuk memberikan lebih banyak pengaruh kepada orang atas keputusan
yang berhubungan dengan pekerjaan dan untuk menciptakan kondisi yang memupuk insiatif dan
determinasi diri. Tindakan-tindakan para pemimpin merupakan sebuah determian penting dari
pemberi kewenangan, tetapi mereka tidak menjelaskan kapan dan mengapa orang akan merasa
diberikan kewenangan. Bukannya berfokus pada perilaku pemimpin atau proses pembuatan
keputusan yang formal, sebuah prespektif alternative sesuai dengan persepsi para pengikut atas
situasi kerja yang berhubungan dengan kebutuhan dan niali-nilai.
Istilah pemberian pemberdayaan menjelaskan bagaimana motivasi intrinsic dan kemanjuran diri
dari orang terpengaruh oleh perilaku kepemimpinan, karakteristik pekerja, struktur organisasi, dan
kebutuhan serta nilai-niali mereka sendiri. Salah satu alasan penting untuk mempertimbangkan
proses-proses psikologis adalah bahwa paraktik-praktik partisipatif dan program keterlibatan
karyawan tidak selalu mengurangi perasaan tidak memiliki kekuasaan atau membiarkan orang
merasa bahwa pekerjaan mereka tidak berarti dan berharga.studi yang dilakukan oleh Spreitzer
(1995) menemukan dukungan bagi usulan bahwa pemberdayaan psikologis meliputi empat elemen
yang mendefinisikan
a. Makna. Kandungan dan konsekuensi dari pekerjaan konsisten dengan nilai-nilai dan
idiealisme seseorang
b. Determinasi diri. Orang itu memiliki kemampuan untuk menentukan bagaimana dan kapan
pekerjaan itu diselesaikan
c. Kemanjuran diri. Orang itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi mengenai mampu
melakukan pekerjaan itu secara efektif
d. Dampak. Orang itu yakin bahwa sangat mungkin utnuk memiliki dampak penting pada
pekerjaan dan lingkungan kerja.
Pemberdayaan psikologis barangkali memiliki jenis konsekuensi yang sama dengan motivasi
intrinsic dan kemanjuran diri. Sejumlah potensi manfaat telah diidentifikasikan (P.Block,
1987;K.W Thomas & Velthouse, 1990). Konsekuensi yang enguntungkan meliputi:
Beberapa potensi biaya dan resiko juga telah diidentifikasi (misalnya Baloff & Doherty, 1989);
Bowen & Lawer, 1992; Eccles 1993). Contohnya meliputi:
Kondisi yang mendorong dan memperkuat perasaan pemberdayaan telah disarankan oleh banyak
penulis (misalnya Argyris, 1998; Bowen&Lawler, 1992; Conger, 1989; Forrester, 2000; Howard,
1998; Randolph, 1995; Spreitzer, 1996). Kondisi-kondisi ini dapat menciptakan derajat
pemberdayaan psikologis bagi setiap pemimpin untuk mendasarinya, mereka dapat mendorong
atau membuat pemimpin merasa kecil hati untuk mencoba pemberdayaan kepada bawahan, dan
mereka dapat menyediakan atau membatasi keberhasilan usaha pemimpin untuk memberdayakan
bawahan.
Pada buku yang sama di halaman 143, dijelaskan bahwa dalam meningkatkan mutu karyawan KBS
Ibu Risma turun langsung menemui semua karyawan KBS untuk memberikan motivasi agar
karyawan-kaeyawan tersebut lebih baik lagi dalam melakukan pekerjaannya. Pada saat itu Ibu
Risma akan memberikan kenaikan gaji dan pangkat bagi karyawan yang bekerja dengan baik.
Seperti yang dijelaskan di buku, pada kasus ini mulanya ada kelalaian oleh para karyawan pada
jam masuk kerja. Mengetahui hal tersebut, Ibu Risma kemudian memberi contoh kepada para
karyawan dengan dating lebih awal. Pada saat awal dibukanya lagi KBS Ibu Risma selalu dating
pukul 6 pagi jauh sebelum jam buka KBS, sementara itu karyawan kebanyakan datang lebih siang
sesaat sebelum KBS benar-benar buka sehingga tidak ada waktu untuk memberikan arahan
sebelum bekerja. Melihat hal yang dilakukan Ibu Risma, para karyawan pada hari-hari berikutnya
kemudian meniru Ibu Risma untuk datang lebih pagi lagi. Dalam melakukan pendekatan ini, Ibu
Risma melakukannya dengan menggunakan naluri keibuannya dan tidak marah-marah seperti
biasanya. Dalam hal tersebut tentu dapat dikatakan bahwa Ibu Risma telah melakukan
pemberdayaan.
Daftar Pustaka
1. Pitasari, Ervina. 2018. Kisah, Perjuangan, dan Inspirasi Tri Rismaharini. Yogyakarta:
Checklist.
2. Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT.Indeks.