Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN PUSTAKA: KESIAPAN KERJA

Jurnal 1: Nur Azizah, Sri Sumaryati dan Sigit Santoso 2019 (Pengaruh Presepsi Magang
DuDi dan Pengalaman Organisasi Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa)

Permasalahan utama:
a. Rendahnya kualitas tenaga kerja
b. Tingginya angka pengangguran
c. Kesempatan kerja yang terbatas

Mahasiswa merupakan calon tenaga kerja sehingga sebelum memasuki dunia kerja perlu
dilakukan persiapan yang memadai untuk mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang
sesuai dengan kebutuhan didalam dunia kerja. Namun demikian kenyataan yang terjadi tidak
demikan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumaryati dkk dalam jurnal Pengaruh
Persepsi Magang Dunia Usaha/Dunia Industri dan Pengalaman Organisasi terhadap Kesiapan
Kerja Mahasiswa yang dilakukan pada tahun 2019 kepada mahasiswa FKIP Akuntansi UNS
menghasilkan data bahwa sebanyak 50% mahasiswa yang berminat akan bekerja dibidang non
pendidikan, 33,3% minat akan bekerja dibidang pendidikan, 4,2% memilih minat lanjut
pendidikan S2 dan sisanya sebesar 12,5% memilih belum siap memasuki dunia kerja.

Definisi kesiapan kerja

a. Sugihartono (2012) menyatakan bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang serasi antara
kematangan fisik, mental serta pengalaman belajar sehingga mampu melaksanakan
kegiatan atau tingkah laku dalam hubungannya dengan pekerjaan sehingga mahasiswa
perlu mempersiapkan diri sedini mungkin untuk memasuki dunia kerja agar mampu
bersaing dan cepat beradaptasi.

Faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja (Pool dan Sewel, 2007)


a. Pengetahuan: Pengetahuan mengenai kondisi dunia kerja yang mendukung pemahaman
mahasiswa agar memiliki gambaran tentang dunia kerja sehingga mahasiswa memiliki
persiapan untuk memasuki dunia kerja.
b. Ketrampilan: Ketrampilan dikembangkan melalui pengalaman langsung salah satunya
melalui kegiatan Magang DuDi.
c. Sikap
d. Pemahaman

Aspek-aspek yang membangun kesiapan kerja menurut Caballero Walker, 2010 dan Pool
dan Sewel, 2007

a. Karakteristik personal
b. Kemampuan berorganisasi
c. Kompetensi kerja
d. Kecerdasan sosial
e. Pengalaman: Pengalaman praktik kerja mahasiswa selama mengikuti program Magang
DuDi.
f. Ketrampilan Umum (Generic Skill): Ketrampilan umum adalah ketrampilan dari individu
yang mampu berubah dan berkembang. Menurut Maulana (2006) ketrampilan umum
meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
berpikir kritis, kemampuan berhubungan intrapersonal, kemampuan berorganisasi dan
kemampuan riset.

Pentingnya Program Magang DuDi Dalam Membangun Kesiapan Kerja Mahasiswa


menurut Muktiani (2014)

Dalam mendukung kesiapan kerja pada mahasiswa diperlukan pelatihan atau praktik yang sesuai
dengan kondisi sebenarnya pada dunia kerja sehingga pelaksanaan Magang DuDi merupakan
salah satu upaya yang dilakukan untuk menjembatani mahasiswa agar dapat terjun langsung
dalam dunia kerja. Tujuan dari pelaksanaan Magang DuDi adalah agar mahasiswa lebih siap
dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam dunia kerja. Oleh sebab itu, Magang
DuDi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja mahasiswa.
Definisi Magang DuDi menurut Hamalik, 2007

Magang DuDi adalah sebuah proses mempersiapkan diri menjadi profesional oleh individu tahap
akhir secara formal bekerja langsung dilapangan dengan diawasi oleh pegawai yang ahli dan
kompeten dalam jangka waktu tertentu. Tujuan magang adalah untuk memberikan kecakapan
yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan yang dijalankan agar mahasiswa tersebut memiliki
keahlian dalam bidang pekerjaan tersebut.

Manfaat Mahasiswa yang Mengikuti Kegiatan Berorganisasi Menurut Krisnamukti, 2017

a. Meningkatkan kemampuan softskill


b. Menambah wawasan dan jaringan
c. Mengembangkan minat dan bakat mahasiswa
d. Meningkatkan kompetensi sosial

Aspek-aspek pengalaman berorganisasi menurut Ratminto dan Winarsih, 2010

a. Responsivitas: Kemampuan dalam menentukan prioritas dan agenda kegiatan


b. Akuntabilitas: Tingkat ukuran kinerja dengan ukuran eksternal contoh moral dan nilai
dimasyarakat
c. Adaptabilitas: Kemampuan dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri dalam lingkungan
baru
d. Empati: Kemampuan dalam peka dan memahami permasalahan yang terjadi
dilingkungan sekitar
e. Transparansi atau keterbukaan: Kemampuan seseorang untuk bersikap terbuka dengan
sekitar
Jurnal 2: Zuhdan (Penguatan pada kesiapan kerja mahasiswa fakultas bisnis dan ekonomi UIN
walisongo semarang)

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia:


a. Tingginya angka pengangguran
b. Rendahnya produktivitas tenaga kerja
c. Peraturan UMR daerah yang kurang merata

Oleh karena itu, maka diperlukan peningkatan akan kesiapan kerja sehingga dapat meningkatkan
kualitas tenaga kerja di Indonesia dalam rangka mengurangi permasalahan ketenagakerjaan.
Salah satu pihak yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja yaitu adalah
Institusi pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan calon lulusan yang memiliki
kompetensi dan kapabilitas yang dibutuhkan dalam menghadapi dunia kerja.

Kesiapan kerja sendiri diartikan sebagai kondisi yang merefleksikan perkembangan kedewasaan
seseorang dalam memenuhi suatu tugas dengan baik (Chaplin, 2006). Menurut pengamatan
Sulistyarini (2012) terdapat perbedaan antara kompetensi yang dimiliki oleh calon lulusan
setelah menyelesaikan pendidikan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Definisi kesiapan kerja

a. Dalyono (2005) menyatakan bahwa kesiapan merupakan sebuah kemampuan yang


memadai baik secara fisik maupun mental. Kesiapan fisik yaitu seseorang sehat secara
fisik untuk bekerja sedangkan kesiapan mental berarti seseorang memiliki ketertarikan
dan motivasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Poerwadarminta, 2003 : berpendapat bahwa bekerja merupakan salah satu aktivitas yang
dilakukan manusia untuk menghidupi dirinya.
Buku 3: Konsep Kesiapan Kerja

Urgensi Kesiapan Kerja Bagi Mahasiswa


Terdapat beberapa ahli yang menyatakan bahwa aspek kesiapan kerja pada mahasiswa sebagai
calon tenaga kerja merupakan suatu hal yang mendesak. Hal tersebut disampaikan oleh

Barrie (2006); O’ Brien et.al (2013) yang menyatakan bahwa calon lulusan yang dihasilkan harus
dibekali dengan kompetensi serta keahlian yang memadai agar dapat berkompetensi dalam
memasuki dunia kerja.

Cavanagh et.al (2015); Hager and Holland (2006) yang menyatakan bahwa kesiapan kerja
merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk dilakukan karena untuk meningkatkan
kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas sehingga pendidikan seharusnya diupayakan untuk
mempersiapkan calon lulusan yang siap untuk terjun langsung dalam dunia kerja.

Billet (2012); Oprean (2007); Tynjala et.al (2003) yang menyatakan bahwa hampir di seluruh
negara industri mengganggap bahwa pembelajaran pokok yang ada harus menyertakan aspek
kesiapan kerja didalam kurikulum pendidikan.

Clarke (2017) menyampaikan bahwa calon lulusan diharapkan untuk memenuhi aspek kesiapan
kerja setelah menyelesaikan pendidikannya.

Costea et.al (2012) ; Harvey (2001) ; Hinchcliffe and Jolly (2011) menyampaikan bahwa
diantara kondisi ekonomi dan globalisasi mendorong adanya peningkatan akan kebutuhan tenaga
kerja yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis dan pengetahuan tetapi juga kompetensi
yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja.

Atlay and Harris (2000); Barrington et.al (2006); Gardner and Liu (1997); Walker et.al (2013)
menyatakan bahwa adanya kesiapan kerja bagi mahasiswa merupakan sebuah hal yang penting
dalam mengindikasikan potensi kinerja dan perkembangan karir calon lulusan dimasa
mendatang.
Sejarah Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja dipopulerkan oleh Porter and Mc Kibbin di tahun 1988 yang pada saat itu
meneliti mengenai sekolah bisnis yang melangsungkan semester singkat dengan mengijinkan
para muridnya untuk siap bekerja. Selanjutnya penelitian tahun 1997 yang dilaksanakan oleh
O’neil et.al yang mengidentifikasikan dan mengkategorikan kerangka kesiapan kerja yang
dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan ekonomi yang berlangsung di Amerika Serikat.
Pada tahun yang sama peneliti Gardner and Liu juga melaksanakan penelitian mengenai kesiapan
kerja dengan melibatkan 150 karyawan dengan meneliti persyaratan yang dibutuhkan untuk
memasuki level pekerjaan tertentu dengan performa pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
baru tersebut.

Definisi Kesiapan Kerja

Harvey (2001) menyatakan bahwa kesiapan kerja berhubungan dengan kecenderungan


mahasiswa mengetahui kemampuan yang dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan jenis
pekerjaan yang diangankan.

Mason et.al (2006) menyatakan bahwa kesiapan kerja adalah kepemilikan akan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap serta pemahaman umum yang dapat memberikan konstribusi kepada
perusahaan segera setelah terpilih sebagai karyawan.

Cabellero and Warker (2010) menyampaikan bahwa kesiapan kerja adalah penguasaan
mahasiswa baik dari segi pengetahuan dan ketrampilan sehingga dinyatakan siap dalam
memasuki dunia kerja.

Jolland et.al (2012) menyatakan bahwa kesiapan kerja merupakan atribut umum yang dibutuhkan
oleh mahasiswa dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja.

The ACT Report (2013) menyatakan bahwa kesiapan kerja merupakan sebuah kerangka dalam
menyelaraskan pendidikan dan pelatihan yang tepat guna bagi seseorang untuk memiliki
pekerjaan impiannya dan mengembangkan karirnya.
Aspek Kesiapan Kerja Pada Dunia Indutri

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Finch et.al (2016) bahwa konsep kesiapan kerja
terdiri atas kompetensi dinamis yang membutuhkan konfigurasi, sintesis dan intergrasi pada
empat elemen utama yaitu kecerdasan intelektual, kepribadian dan spesifikasi tertentu pada jenis
pekerjaan yang diinginkan.

Menurut Reid and Anderson (2012) Kecerdasan intelektual yang dimaksud adalah kemampuan
kognitif yang melibatkan proses pengambilan keputusan, pemecahan masalah, pertimbangan dan
pengetahuan akan pengalaman terdahulu. Sedangkan spesifikasi tertentu adalah penguasaan
calon lulusan pada suatu keahlian tertentu sesuai dengan karir yang dipilihnya.

Kepribadian yang dibutuhkan dalam aspek kesiapan kerja yaitu calon lulusan seharusnya
memiliki setidaknya manajemen diri yang baik, kemampuan inovasi dan kreatif serta
kepemimpinan yang baik. Lebih lanjut bahwa menjadi individu yang siap kerja juga memerlukan
kemampuan bekerjasama dalam team, kemampuan berkomunikasi dengan baik dan penguasaan
pada teknologi informatika yang memadai.

Skala Kesiapan Kerja Calon Lulusan


Jurnal Internasional 4 : Graduate Work-Readiness in 21 Century

Abstraksi
Kesiapan kerja merupakan salah satu istilah yang dikenal untuk menggambarkan mengenai
berbagai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa di abad 21 ini seharusnya calon lulusan yang akan mengalami transisi dari
mahasiswa menjadi seseorang yang siap bekerja perlu dibekali dengan berbagai kompetensi yang
memadai sehingga sukses menghadapi dunia kerja.

Penelitian di Irlandia menunjukkan bahwa calon lulusan pada abad 21 seharusnya dilengkapi
dengan kualifikasi diantaranya pemikiran kreatif dan berani mengambil resiko, berorientasi pada
pemecahan masalah dan memiliki kepemimpinan yang baik. Selain itu penelitian dari Univesity
of Limmerick menyatakan bahwa seseorang siap bekerja apabila memenuhi berbagai aspek
diantaranya penguasaan pengetahuan, proaktif, kreatif, bertanggungjawab, dapat bekerja sama
dengan baik dan pandai berbicara.

Jurnal Internasional 5 : Contributing to a graduate-centred understanding of work readiness: An


exploratory study of Australian undergraduate students' perceptions of their employability

Permasalahan penelitian:
Pengertian mengenai kesiapan kerja masih sangat luas, hal itu dipengaruhi oleh subjek utama
pelaku kesiapan kerja. Terdapat perbedaan mendasar antara pengertian kesiapan kerja menurut
mahasiswa sebagai calon lulusan yang siap bekerja dengan pihak dunia indutri sebagai pihak
yang memperkerjakan tenaga kerja baru.

Berdasarkan penelitian oleh Wyne (2009) pengertian kesiapan kerja menurut mahasiswa sebagai
calon lulusan yang siap bekerja menyatakan bahwa kesiapan kerja merupakan penguasaan akan
kompetensi dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia industri diantaranya adalah kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dalam tim. Namun demikian berbeda halnya
dengan pengertian kesiapan kerja menurut pihak dunia industri yang menyatakan bahwa
kesiapan kerja merupakan penguasaan berpikir kritis dan analitis dirasa lebih penting.
Jurnal Internasional 6 : Future Prespective of Work Readiness Theory

Kebutuhan akan kesiapan kerja pada mahasiswa berdasarkan beberapa penelitian

a. Hanani & Sukirno, 2016; Perry, Wallace, & McCormick, 2016; Yakhina, Yakovlev,
Kozhevnikova, Nuretdinova, & Solovyeva, 2016 : Mengemukakan bahwa kesiapan kerja
bagi mahasiswa merupakan kebutuhan utama.
b. Cabellero & Walker, 2010; Daniels & Brooker, 2014 : Mengemukakan bahwa kebutuhan
dalam membentuk kesiapan kerja bagi mahasiswa meningkat.
c. Pool & Sewell, 2007 : Mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kualifikasi dalam
berkarir dan menghadapi pekerjaan sebagai bentuk kesiapan kerja yaitu melalui
peningkatan ketrampilan dan pemahaman sebelum memasuki dunia kerja.

Pengertian Kesiapan Kerja berdasarkan beberapa penelitian

a. Cabellero, Walker, and FullerTyszkiewicz 2011 : Mengemukakan bahwa pengertian


kesiapan kerja adalah sebuah tolak ukur bagi mahasiswa untuk memiliki sikap dan
kemampuan sehingga dinyatakan siap untuk bekerja dan sukses menghadapi dunia kerja.
b. Hersey and Blanchard (1996) Menyampaikan bahwa kesiapan kerja merupakan sebuah
level pada kemampuan dan kesediaan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
c. (Pool & Sewell, 2007): Mengemukakan bahwa seseorang dengan kesiapan kerja yang
baik memiliki ketrampilan, pengetahuan, pemahaman dan kepribadian yang dapat
memudahkan mereka untuk memilih dan beradaptasi pada lingkungan kerja sehingga
mereka mendapatkan kepuasan dalam bekerja untuk meraih kesuksesan.

Aspek kesiapan kerja berdasarkan Cabellero et.al (2011)


1. Karakteristik personal; mengacu kepada kedewasaan sikap individu termasuk didalamnya
ialah ketahanan diri, kemampuan beradaptasi, pengetahuan dan pengembangan diri.
2. Kecerdasan berorganisasi; mengacu pada sikap individu dalam berorganisasi termasuk
didalamnya berupa motivasi, kedewasaan, kesadaran berorganisasi, profesionalisme serta
tanggungjawab.
3. Kompetensi bekerja; mengacu kepada sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan pada saat bekerja seperti motivasi, pemecahan masalah, berpikir kritis,
berpikir kreatif dan inovatif.
4. Kemampuan sosial: mengacu kepada kecerdasan seseorang dalam bersosialisasi bersama
contohnya yaitu kemampuan bekerjasama dalam team, kemampuan beradaptasi dan
kemampuan berkomunikasi dengan sesama dengan baik.

Jurnal Internasional 7 : Callebero WRS

Faktor utama dalam membangun kesiapan kerja mahasiswa:


1. Karakteristik Personal
2. Organisasi
3. Kompetensi Kerja
4. Kecerdasan Sosial

Karakteristik Kesiapan Kerja sesuai dengan variabel penelitian :

1. Motivasi : Meliputi Komitmen, Menggerakkan, Kegigihan, Orientasi Hasil


2. Kecerdasan Intelektual :
- Fokus Teknik : Meliputi Pemahaman teoritis dan teknikal, inisiatif, struktur personal,
manajemen tugas
- Pemecahan masalah : meliputi analitis dan evaluasi, pemilihan solusi dan
pengembangan ide
3. Kematangan Emosional :
- Maturity (Kedewasaan) : tanggunggjawab, kesadaran diri, kedewasaan
mental/emosional
- Pengembangan personal
- Kesadaran berorganisasi
- Orientasi Intrapersonal
- Sikap dalam bekerja
- Adaptabilitas
- Resiliance (Ketangguhan)
Review Jurnal Internasional: Faktor Kesiapan Kerja Selama Pandemi Covid-19

Abstraksi
Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang berperan dalam membentuk kesiapan kerja pada
mahasiswa sebagai calon lulusan tenaga kerja. Pihak tersebut antara lain yaitu manajer,
karyawan, HRD dan pendidik. Penelitian ini menghasilkan 5 faktor yang membentuk kesiapan
kerja mahasiswa selama masa pandemi covid-19 yaitu

1. Dukungan sosial: adalah dukungan yang diperoleh individu berasal dari lingkungan
sekolah, keluarga dan teman sebaya.
2. Desakan internal: adalah desakan yang berasal dari dalam diri individu kemudian
membentuk sebuah kepribadian.
3. Aspek kesempatan
4. Kompetensi: adalah penguasaan akan pemahaman teknologi serta keahlian yang
dibutukan oleh calon lulusan terkait dengan bidang pekerjaan yang akan dijalankannya.

Seseorang dinyatakan siap bekerja apabila memiliki kompetensi, keahlian serta kegigihan
dalam menjalan setiap pekerjaan yang dijalankannya.

Permasalahan Utama

a. Menurut Wirianata (2017) adanya kegiatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)


menjadikan negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara menjadi pasar bebas
dimana terjadi aliran bebas pada bidang barang kebutuhan, pelayanan jasa, investasi,
kepemilikan modal serta tenaga kerja ahli. Sehingga keberlangsungan MEA diharapkan
dapat meningkatkan peluang kerja yang ada. Namun hasil dilapangan menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan pengangguran dari hanya sekitar 3,5 juta masyarakat menjadi
8,5 juta masyarat sepanjang tahun 2020 (Jalil, M & Kanselly 2020). Hal ini kemudian
mendorong perlunya meningkatkan kesiapan kerja bagi calon lulusan.
b. Faktor Pandemi
Pandemic Covid-19 telah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Hal ini
mengakibatkan perubahan pada pola kerja. Pada awalnya tenaga kerja bekerja melalui
kantor namun akibat dari pandemic tenaga kerja diharuskan bekerja dari rumah. Hal ini
kemudian mendorong terjadinya perkembangan akan kebutuhan penguasaan teknologi
komunikasi yang harus dimiliki oleh tenaga kerja. Menurut Nadella dan Rahadi (2020)
dampak dari pandemic Covid-19 juga menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk
meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa.
Pengertian kesiapan kerja
a. Makki, Javaid dan Bano (2016) menyatakan bahwa kesiapan kerja adalah
pengetahuan dan ketrampilan dalam bekerja sehingga memudahkan individu untuk
sukses bekerja.
b. Clark (2013) menyatakan bahwa kesiapan kerja merupakan ketrampilan yang penting
dalam mendukung kesuksesan dalam bekerja. Ketrampilan ini juga menjadi dasar
dalam bekerja karena terkait dengan kompetensi yang mendukung tenaga kerja untuk
memajukan perusahaan.
c. Prikhsat et.al (2019) menyatakan bahwa kesiapan kerja diartikan sebagai kemampuan
dalam pengetahuan dan atribut penting saat bekerja. Calon lulusan harus memiliki
selain pengetahuan juga sikap mudah menerima perubahan pada kompetisi global.

Kerangka Teoretis

a. Kesiapan kerja
Kesiapan kerja merupakan konsep yang dinamis seiring dengan berjalannya waktu dapat
berubah-ubah. Menurut Chambell dan Walker (2013) perusahaan menginginkan calon
karyawan yang memiliki sikap yang baik selama bekerja. Sikap positif yang baik selama
bekerja dapat terus untuk diupayakan dan dikembangkan (Kaplan and Kaplan, 2018).
b. Aspek – aspek kesiapan kerja yang seharusnya dimiliki oleh calon lulusan berupa;
- Kompetensi; kompetensi merupakan sebuah elemen dan karakteristik yang dapat
dilihat seperti sikap, kepribadian serta motivasi
- Kemampuan beradaptasi; calon lulusan perlu memiliki sikap mudah beradaptasi
dengan lingkungan kerja dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik meskipun terjadi
perubahan situasi pada saat bekerja.

Hasil Penelitian (Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja Selama Pandemi)

a. Motivasi Internal
Motivasi internal merupakan dorongan dari dalam individu untuk mendorong,
mempengaruhi dan melaksanakan sesuatu. Seseorang dengan daya juang yang tinggi
untuk mencari pekerjaan akan memiliki lebih banyak kesempatan daripada seseorang
yang tidak memiliki daya juang yang tinggi hal ini disampaikan oleh Halim, Jamillah,
Adindo & Safarudin (2019).
b. Kompetensi
Pengertian kompetensi adalah penguasaan individu pada pengetahuan dan ketrampilan
mengenai bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Menurut Mustikawanto (2019)
kompetensi menjadi hal yang penting bagi calon lulusan karena dengan kompetensi yang
memadai maka calon lulusan mampu bekerja dengan baik dan sukses. Didalam faktor
kesiapan kerja juga terdapat fleksibilitas waktu artinya adalah seorang tenaga kerja
diharapkan mampu bekerja dimanapun dan kapanpun tanpa terbatas tempat dan waktu.
(Qomariah & Febriyanti, 2021)

Review Jurnal Fostering Work of Readiness


Konsep kesiapan kerja pada mahasiswa adalah sebuah proses akuisisi terhadap kompetensi dan
ketrampilan yang relevan dengan kebutuhan akan dunia kerja. Untuk kesiapan kerja sendiri
merupakan sebuah proses yang identic digunakan pada mahasiswa sebelum dinyatakan lulus
sebagai sarjana atau belum menyelesaikan masa studi, sehingga perlu dilakukan kesiapan pada
calon lulusan mahasiwa dengan menggabungkan antara kebutuhan dunia kerja dengan
pembelajaran selama menjalankan masa studi. Dalam mempersiapkan mahasiswa sebelum
memasuki dunia kerja dibutuhkan kolaborasi antara pihak universitas, mahasiswa (peserta didik)
dan industri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh salah satu universitas di Australia
dengan pihak indutri ditemukan adanya konsep kesiapan kerja yang dikenal dengan Life Buoy
Model dengan tujuan yaitu untuk membina calon lulusan dalam rangka mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja dan mendukung pembelajaran didalam kampus agar sesuai dengan
karakteristik kerja yang dibutuhkan.

Kesiapan kerja merupakan salah satu kelengkapan utama bagi lulusan dalam mempersiapkan diri
menyelesaikan masa studi dan memulai dunia kerja. Pembahasan pada konsep kesiapan kerja
beraneka ragam terdapat berberapa label atau nama lain yang mirip dengan konsep kesiapan
kerja yaitu persiapan kerja, kemampuan kerja lulusan, ketrampilan yang dikembangkan,
kompetensi kunci dan atribut utama. Apabila mengacu pada lingkungan kerja maka cangkupan
pada kesiapan kerja berupa mahasiswa yang dinyatakan siap bekerja yang terlihat pada
kemampuan bekerja dan kemajuan dalam berkarir. Kesimpulannya adalah kesiapan kerja
merupakan seseorang yang dianggap lengkap (kompetensi dan ketrampilan) dalam menjadi
tenaga kerja dan mampu memberikan konstribusi positif terhadap lingkungan tempatnya bekerja.

Pembinaan Kesiapan Kerja Mahasiswa Ditinjau Dari Lingkungan Kampus


Pemahaman dan definisi pada konsep kesiapan kerja ditinjau dari prespektif akademis dan
industri menempatkan mahasiswa sebagai calon lulusan dalam menghadapi dunia kerja dimana
tempat berlangsungnya pembelajaran dilaksanakan dilingkungan kampus dalam rangka
mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja tidak selaras dengan kebutuhan dunia industri.

Menggabungkan Kesiapan Kerja Dengan Strategi Pembelajaran

Metode umum yang digunakan dalam mempersiapkan kebutuhan kerja mahasiswa adalah
dengan mengkolaborasikan antara kampus dengan dunia industri. Lebih lanjut, bahwa untuk
meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa dibutuhkan usaha lebih dari pihak kampus untuk
memfasilitasi tenaga kerja untuk memberikan pembelajaran pada mahsiswa secara langsung atau
dapat mengimplementasikan strategi pembelajaran yang bermuatan aspek-aspek kesiapan kerja.

The Life Buoy Model

Model the life buoy dikembangkan oleh Burg dan Turner (2016). Pengembangan model ini
ditujukan kepada mahasiswa sebagai subjek utama dibantu oleh pihak kampus dalam rangka
mengidentifikasikan aspek-aspek yang dibutuhkan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia
kerja. Lebih lanjut, bahwa model ini membenarkan bahwa keterlibatan kampus dalam
memfasilitasi kebutuhan mahasi (Borg, Turner, & Scoot Young, 2017)swa dalam persiapan
memasuki dunia kerja adalah tepat. Oleh karena itu kampus seharusnya memberikan pembinaan
kepada mahasiswanya terkait dalam proses mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Hal
utama yang menjadi hasil dalam model ini terbagi menjadi delapan bentuk, antara lain:

a. 4 karakteristik dalam membentuk kesiapan kerja mahasiswa


b. 4 aspek yang dibutuhkan kampus dalam mengembangkan sistem pembelajaran dalam
mendukung kesiapan kerja mahasiswa.
Kedelapan komponen tersebut terdiri atas:

1. Kepercayaan diri
2. Persiapan yang memadai: Pihak kampus memberikan informasi mengenai berita terkini
yang terkait dengan dunia kerja. Pihak kampus juga sebagai pihak penanggungjawab bagi
para calon lulusan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja.
3. Transisi yang lancar: Pihak kampus memberikan fasilitas kepada calon lulusan dengan
menawarkan peluang pekerjaan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas calon
lulusan siap kerja.
4. Dasar yang kuat: Pihak kampus memberikan arahan kepada calon lulusan dalam
memberikan pandangan terhadap perkembangan karir di dunia industri.
5. Pembelajaran yang terintegrasi dengan kebutuhan kerja
6. Pemanfaatan tenaga kerja ahli dan berpengalaman yang ikut langsung dalam
pembelajaran untuk mendidik calon lulusan
7. Hubungan antara pihak kampus dengan pihak dunia kerja yang erat
8. Sistem yang mendukung: Pihak kampus mengupayakan kegiatan konseling kepada calon
lulusan karena masa transisi dari mahasiswa menjadi pekerja bukanlah sesuatu yang
mudah.

Review Jurnal: Membangun Kesiapan Kerja Calon Tenaga Kerja

Definisi Kesiapan Kerja


a. Fitrianto (2006) menyatakan bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan
adanya keserasian antara kematangan antara fisik, mental serta pengalaman sehingga
individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam
hubungannya dengan pekerjaan.
b. Achmad (2003) Kesiapan kerja adalah seperangkat keterampilan dan perilaku yang
diperlukan untuk bekerja dalam pekerjaan apapun bentuknya. Ketrampilan yang
dimaksud berupa softskill, ketrampilan kerja atau ketrampilan kesiapan kerja.
c. Brandy (2009) menyatakan bahwa kesiapan kerja adalah berfokus pada sifat-sifat pribadi,
seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan suatu
pekerjaan.

Aspek Kesiapan Kerja

i. Poll dan Sewell (2007) mengungkapkan aspek kesiapan kerja terdiri atas :
a) Keterampilan : Kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas
yang berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman yang didapat.
Keterampilan bersifat praktis, keterampilan interpersonal dan intrapersonal,
kreatif dan inovatif, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, bekerja
sama, dapat menyesuaikan diri, dan keterampilan berkomunikasi.
b) Ilmu pengetahuan, yang menjadikan pendidikan sebagai dasar secara teoritis
sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi ahli sesuai dengan bidangnya.
c) Pemahaman : Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
yang telah di ketahui dan diingat, sehingga pekerjaannya bisa dilakukan dan
diperoleh kepuasan sekaligus mengetahui apa yang menjadi keinginannya.
Memahami pengetahuan yang telah dipelajari, menentukan, memperkirakan, dan
mempersiapkan yang akan terjadi, dan mampu mengambil keputusan.
d) Atribut kepribadian, mendorong seseorang dalam memunculkan potensi yang ada
dalam diri. Berupa etika kerja, bertanggung jawab, semangat berusaha,
menajemen waktu, memiliki kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan
mampu bekerja sama.

ii. Fitriyanto (2004), Indikator kesiapan kerja terdiri atas kemampuan setiap individu
dalam hal.
1. Kemampuan bekerja sama dalam tim
2. Bertanggung jawab, menyangkut bagaimana ia dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan, inisiatif dalam pengambilan keputusan, memiliki ketenangan berfikir
dalam mengambil resiko, memiliki komitmen yang tinggi
3. Mempunyai sikap kritis dan bekerja sama dengan orang lain, menyangkut
bagaimana cara seseorang dapat berkomunikasi dengan baik, memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, bagaimana seseorang dapat berkontribusi dalam
suatu kegiatan,
4. Memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan, menyangkut bagaimana
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru didunia pekerjaan setelah lulus,
5. Mempunyai pertimbangan yang logis, seperti mempunyai pertimbangan yang
baik dalam suatu kegiatan, mampu mengambil keputusan dengan baik serta
mempu memahami prosedur terhadap tugas yang diberikan
6. Berambisi untuk maju dan mengikuti perkembangan bidang keahlian,
menyangkut kemampuan keras untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, tidak
merasa puas dalam menyelesaikan tugas dan berorientasi untuk maju dengan cara
mengikuti perkembangan bidang keahlian

iii. Brandy (2009) Indikator kesiapan kerja terdiri atas :


1. Responsibility (bertanggung jawab). Pekerja yang bertanggung jawab datang
tepat waktu dan bekerja sampai waktu selesai.
2. Flexibility (keluwesan). Pekerja yang fleksibel atau luwes adalah pekerja yang
mampu beradaptasi dengan perubahan dan tututan di tempat kerja
3. Skills (Keterampilan). Individu yang siap bekerja dapat menyadari akan
kemampuan dan keterampilan yang mana yang akan mereka bawa pada situsai
kerja yang baru
4. Communication (Komunikasi). Individu yang siap bekerja memiliki kemampuan
komunikasi yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi interpersonal di
tempat kerja.
5. Self-view (Pandangan Diri). Pandangan diri berhubungan dengan intrapersonal
individu, proses tentang keyakinan atas diri mereka sendiri dan pekerjaan
6. Healthy and Safety (Kesehatan dan keamanan diri). Individu yang siap bekerja
siap menjaga kebersihan diri dan melakukan perawatan. Mereka selalu sehat
secara fisik maupun mental.
Jurnal Nasional: PELATIHAN PERSIAPAN MENGHADAPI DUNIA KERJA BAGI
MAHASISWA LULUSAN BARU

Persaingan dalam dunia kerja merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh
lulusan mahasiswa. Para mahasiswa yang telah lulus dihadapkan pada sebuah permasalahan
mengenai bagaimana memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahliannya.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Nghie dan Hien (2020) mengungkapkan bahwa kurang
terserapnya mahasiswa lulusan baru kedalam dunia kerja salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah kompetensi para lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sehingga
mejadi sebuah hal yang penting untuk mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja.

Jurnal Nasional: Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Bagi Fresh Graduate

Menurut Rahmandy dan Aprillia (2018) menyatakan bahwa dunia kerja menuntut adanya
penguasaan atas kompetensi dan kualifikasi serta pengalaman kerja yang sesuai dengan bidang
pekerjaan yang akan ditempati oleh fresh graduate.

Mahasiswa tingkat akhir

Jurnal Nasional: Career Self Efficacy dan Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Menurut Baiti, Abdullah dan Rochwidowati (2017) mahasiswa tingkat akhir merupakan calon
lulusan yang akan melanjutkan masa depan ke dunia kerja, oleh sebab itu maka mahasiswa
tingkat akhir perlu memikirkan dengan baik bidang pekerjaan yang akan ditekuni dengan
kualifikasi diri setelah dinyatakan lulus dari perguruan tinggi.

Pentingnya mahasiswa tingkat akhir untuk memiliki kesiapan kerja yang baik menurut Baiti,
Abdullah dan Rochwidowati (2017) adalah dengan adanya penguasaan terhadap pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja, maka mahasiswa tersebut dapat bersaing
dalam memasuki dunia kerja dan setelah memperoleh bidang pekerjaan yang diharapkan
mahasiswa tersebut dapat mempertahankannya.
Menurut pendapat yang disampaikan oleh Stevani dan Yulhendri (2014) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja dibedakan menjadi dua diantaranya adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kesiapan kerja
pada mahasiswa tingkat akhir diantaranya adalah kecerdasan, ketrampilan, kecakapan,
kemampuan, minat, motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian dan cita-cita
sedangkan faktor-faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga, kesempatan
memperoleh kemajuan, rekan sejawat dan penghasilan.

Karakteristik sampel penelitian :

a. Mahasiswa aktif tingkat akhir, belum bekerja dan sedang mengambil mata kuliah
skripsi dan sedang mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja.
b. Mahasiswa dengan usia rentang 19 tahun sampai dengan 25 tahun. Kriteria ini
dipilih berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Havigrust dalam Sobur (2003)
bahwa pada masa dewasa muda seseorang akan mulai mempersiapkan diri untuk
bekerja dan membentuk keluarga.

Menurut Pool dan Sewell (2007) menyatakan bahwa kesiapan kerja dalam diri seseorang terlihat
pada sikap bertanggungjawab yang dimiliki oleh individu dalam menyelesaikan tugas atau
pekerjaan dengan baik dan memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving) dan
pemikiran kritis (critical thinking) dalam menghadapi setiap permasalahan selama proses
berlangsungnya penyelesaian tugas.

(Sikap bertanggungjawab, problem solving dan critical thinking)

Jurnal Nasional: Analisis Faktor-Faktor Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Dunia pendidikan pada lingkup perguruan tinggi dihadapkan pada tuntutan dalam menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi. Kompetensi para lulusan digunakan sebagai
penunjang dalam meningkatkan daya tawar (bargain of power) para sarjana yang akan memasuki
dunia kerja. kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja tidak hanya pada penguasaan hard
skills saja namun juga penguasaan soft skills sehingga mahasiswa tingkat akhir perlu dibekali
dengan penguasaan terhadap pengetahuan, ketrampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
mendukung kesiapan kerja sebelum dinyatakan lulus dan siap bekerja.

Berdasarkan penelitian dari Lipman (2015) dibawah tanggungjawab dari lembaga Child Trends
USA mengemukakan bahwa ketrampilan yang perlu dikuasai oleh mahasiswa terkait dengan
kesiapan kerja diantaranya adalah Konsep diri yang positif, kemampuan pengendalian diri,
kemampuan bersosial, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Saran peneliti (Maya Zunita, Yusmansyah dan Ratna Widiastuti)

a. Kepada mahasiswa tingkat akhir di Universitas Sebelas Maret yang merasa kurang
memiliki kesiapan kerja dalam dirinya sebaiknya mengkonsultasikan perihal tersebut
kepada dosen pembimbing atau menghubungi Career Development Center untuk
mengatasi permasalahannya secara mandiri.
b. Kepada pihak dosen atau pendidik di UNS untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran yang mampu mendukung penguasaan terhadap ketrampilan kerja yang
dibutuhkan oleh mahasiswa.
c. Kepada pihak Career Development Center (CDC) di UNS sebaiknya memberikan
seminat atau pelatihan kepada mahasiswa tingkat akhir dan alumni uns untuk
meningkatkan kesiapan kerja mahasiswa dan alumni dari UNS.

Jurnal Nasional: ANALISIS KESIAPAN MENGHADAPI DUNIA KERJA SETELAH


PRAKTIK INDUSTRI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FKIP UNS

Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Addin Nur Khasanah, Muhamad Akhyar dan
Ngatou Rahman (2019) mengenai analisis kesiapan kerja mahasiswa pendidikan teknik di
Universitas Sebelas Maret menyatakan bahwa aspek kematangan emosional menempati indikator
tertinggi menempati angka 20,7 % terhadap kesiapan kerja mahasiswa hal ini disebabkan oleh
faktor usia dimana mahasiswa tingkat akhir sudah semakin dewasa. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2000) menyatakan bahwa perkembangan kematangan
emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usia, karena kematangan emosi
dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologi seseorang.
Manfaat mahasiswa tingkat akhir yang memiliki kematangan emosional yang baik
menurut penelitian dari Khasanah, Akhyar dan Rahman (2019) adalah kematangan emosional
berkaitan dengan perasaan seseorang yang mampu mempengaruhi mental yang berdampak
langsung terhadap kepercayaan diri seseorang, menurut penelitian ini adalah kepercayaan diri
pada mahasiswa tingkat akhir dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja.
Mahasiswa tingkat akhir yang memiliki kematangan emosional yang baik maka akan memiliki
kepercayaan diri yang tinggi dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja.

Review Jurnal Internasional: Jasak, Sugiharsono dan Sukidjo (The Role of Soft Skill and
Adversity Quotient on Work Readiness Among Students in University)

(Peranan Ketrampilan dan Kemampuan Dalam Mengatasi Kesulitan Terhadap Kesiapan


Kerja Mahasiswa)

Pendidikan diharapkan mampu memfasilitasi pembelajar untuk menghadapi tuntutan kehidupan


dan lingkungan sosial yang besar. Menurut UU No.12 Tahun 2012 pasal 18 ayat (2) menyatakan
bahwa pendidikan sarjana diharapkan mampu mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi pribadi
yang cerdas secara intelektual dan ilmuan yang berbudaya, lulusan mahasiswa yang mampu
memasuki dunia kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan dan mengembangkan
kemampuannya untuk menjadi pribadi yang professional. Selama Tahun 2015 – 2035 Indonesia
menghadapi bonus demografi sehingga kementrian perindustrian Republik Indonesia optimis
bahwa ditahun 2030, Indonesia akan menjadi 10 besar kekuatan ekonomi dunia hal ini sejalan
dengan tujuan dari revolusi industri 4.0. Oleh sebab itu maka, penting bagi Indonesia untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Menurut Handoyo (2019) menyatakan bahwa penting bagi mahasiswa untuk memahami
mengenai gambaran karier masa depan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu
menentukan pilihan karier yang sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga proses pembelajaran
secara langsung diharapkan mampu mencapai karir yang diinginkan. Menurut pendapat dari
Ferns (2012) menyatakan bahwa para pelaku industri (perusahaan) menginginkan calon
karyawan yang memiliki kemampuan dan ketrampilan kerja yang memadai. Perusahaan
mengharapkan setiap lulusan yang siap bekerja tidak hanya dibekali dengan kecerdasan
intelektual yang tinggi akan tetapi juga ketrampilan bekerja yang baik.

Penelitian ini menunjukkan bahwa memberikan pendapat bahwa 48% mahasiswa fakultas
ekonomi di UNY secara aktif mengikuti kegiatan organisasi atau terlibat dalam organisasi
sedangkan 18% memulai bisnis diawal semester. Kedua aktivitas tersebut merupakan aktivitas
yang sangat baik untuk menunjang pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri
menghadapi karier dimasa mendatang.

Ketrampilan yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam mendukung kesiapan kerja diantaranya
kemampuan berkomunikasi. Penelitian ini menjelaskan bahwa kemampuan berkomunikasi yang
baik bagi mahasiswa memberikan manfaat berupa kemudahan dalam mengikuti tes seleksi
pegawai, menuliskan cv, menghadapi kecemasan dalam proses wawancara dengan HRD.

Kemampuan dalam mengatasi kesulitan disampaikan berupa kemampuan dalam berkompetensi,


kemampuan prodiktivitas, kreatif, motivasi, menghadapi permasalahan, kemampuan
mengembangkan diri, tangguh dalam menghadapi tekanan dalam dunia kerja.

Review Jurnal Nasional: Maulidy, Zulaihati dan Sumiati (Pengaruh PKL, Efikasi Diri dan
Lingkungan Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Kelas XII Akuntansi
Keuangan)

Menurut pendapat dari Sugiat (2020) menyatakan bahwa level sumberdaya manusia di Indonesia
dikatakan cukup. Indonesia merupakan salah satu anggota yang mengikuti MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) dengan demikian maka, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia hal ini bertujuan tidak hanya untuk mengurangi
tingkat pengangguran namun juga agar sumberdaya manusia di Indonesia dapat dilirik oleh
pangsa pasar ekonomi global.

Tujuan pendidikan SMK adalah untuk memberikan bekal pengalaman dan ketrampilan yang
memadai sesuai dengan jurusan tertentu agar para lulusan SMK diharapkan siap untuk terjun
langsung kedalam dunia kerja.
Menurut Sebayang, Siregar dan Sinaga (2017) dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia, pendidikan di SMK difasilitasi dengan WBL (Work Based Learning). WBL adalah
pelaksanaan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi para siswa/i SMK untuk
ditempatkan pada berbagai jenis perusahaan agar dapat memperoleh pengalaman kerja dan
bimbingan kerja yang mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, ketrampilan, pencerahan,
perilaku dan kebiasaan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para peserta didik agar
sesuai dengan kebutuhan didalam dunia kerja.

Implementasi WBL dilaksanakan dalam kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan). Pelaksanaan
program PKL bertujuan agar para siswa/i SMK menerapkan ilmu yang dipelajari selama
dilingkungan sekolah kedalam dunia kerja, selain itu para siswa/i juga dapat mengetahui kondisi
sebenernya dalam lingkungan kerja (Ulya, Bahri dan Husen, 2018).

Lingkungan keluarga memiliki peran yang penting dalam mendukung kesiapan kerja menurut
Yusuf (2017) orang tua bertanggungjawab dalam memberikan pendidikan yang terbaik kepada
anak. Harapannya dengan memperoleh pendidikan yang terbaik maka anak dapat menentukan
jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan menjadi pribadi yang sukses sesuai
dengan harapan orang tua.

Pengertian PKL menurut Nurhasima dan Koeswantoro (2020) menyatakan bahwa Praktik Kerja
Lapangan merupakan bagian dari program pendidikan yang wajib dijalankan oleh siswa/i di
SMK guna meningkatkan kualitas mutu pendidikan di SMK dalam rangka menghasilkan lulusan
SMK yang professional, kompeten dan handal.

Pengertian efikasi diri menurut Sunarti (2018) adalah wujud kepercayaan atas keahlian dalam
mengontrol kemampuan yang terdapat dalam dirinya sendiri.

Hasil penelitian

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara praktik
kerja lapangan, efikasi diri dan lingkungan keluarga terhadap kesiapan kerja siswa. Apabila nilai
baik pada variabel PKL, Efikasi diri atau lingkungan keluarga mengalami kenaikan maka
variabel kesiapan kerja pada siswa juga akan mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila variabel
PKL, Efikasi diri atau lingkungan keluarga mengalami penurunan maka variabel kesiapan kerja
akan mengalami penurunan.
Review Jurnal Nasional: Fajar, Ghani dan Mappalotteng (Analisis Kesiapan Kerja
Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Negeri Makassar)

Tujuan dari proses pembelajaran dalam ruang lingkup perguruan tinggi adalah untuk
memperbaiki kemampuan berpikir dan kesadaran dalam bersikap. Salah satu konsep berpikir
yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mulai berpikir kedepan yaitu mulai memikirkan
mengenai jenis atau jenjang pekerjaan yang seperti apa untuk dijadikan sumber penghasilan.
Bekerja merupakan sebuah proses kehidupan yang perlu dilalui oleh setiap manusia dengan
bekerja manusia dapat bertahan hidup.

Mahasiswa tingkat akhir merupakan calon lulusan yang akan dipersiapkan untuk terjun dalam
dunia kerja. Para mahasiswa tingkat akhir akan mulai memikirkan dan merencanakan pekerjaan
yang akan diperolehnya segera setelah dinyatakan lulus dari lingkup perguruan tinggi. Oleh
sebab itu, mahasiswa tingkat akhir perlu memiliki kemampuan, ketrampilan yang sesuai dengan
bidangnya serta mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki agar dapat bersaing dengan
lulusan mahasiswa lainnya dalam rangka memasuki dunia kerja, untuk itulah mahasiswa tingkat
akhir perlu dibelakali dengan kesiapan kerja. Terdapat banyak hambatan yang perlu dihadapi
oleh calon lulusan diantaranya adalah hambatan berupa pengalaman kerja. Para fresh graduate
umumnya belum memiliki pengalaman kerja yang cukup dan memadai sedangkan perusahaan
menginginkan calon karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi, selain itu hambatan
lainnya berupa kemampuan seperti ilmu pengetahuan atau teori-teori yang diperoleh selama
pembelajaran dibangku perkuliahan yang masih terbatas diakibatkan oleh keterbatasan waktu
dan ruang yang dirasa kurang cukup untuk membekali calon lulusan untuk bekerja dalam dunia
industri.

Menurut pendapat dari Sutrisno (2016) menyatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir perlu
dibekali dengan kesiapan kerja yang baik. Kesiapan kerja menyangkut adanya penguasaan atas
soft skill yang sangat diperlukan dalam proses merencanakan dan mencari pekerjaan serta
kesuksesan dalam meniti karier pekerjaan. Hal ini mengindikasikan bahwa soft skill merupakan
salah satu aspek penting dalam menentukan kecepatan mahasiswa tingkat akhir dalam
memperoleh pekerjaan.
Review Jurnal Internasional: Jasak, Sugiharsono dan Sukidjo (The Role of Soft Skill and
Adversity Quotient on Work Readiness Among Students in University)

(Peranan Ketrampilan dan Kemampuan Dalam Mengatasi Kesulitan Terhadap Kesiapan


Kerja Mahasiswa)

Pendidikan diharapkan mampu memfasilitasi pembelajar untuk menghadapi tuntutan kehidupan


dan lingkungan sosial yang besar. Menurut UU No.12 Tahun 2012 pasal 18 ayat (2) menyatakan
bahwa pendidikan sarjana diharapkan mampu mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi pribadi
yang cerdas secara intelektual dan ilmuan yang berbudaya, lulusan mahasiswa yang mampu
memasuki dunia kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan dan mengembangkan
kemampuannya untuk menjadi pribadi yang professional. Selama
References
Ahmad, S. (2017). Masalah Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Indonesia . Jurnal Ilmiah
Cano Ekonomos , Vol.6 No.2.

Azizah, N., Sumaryati, S., & Santoso, S. (2019). Pengaruh Persepsi Magang Dunia Usaha/Dunia
Industri dan Pengalaman Organisasi Terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa. Jurnal Tata
Arta UNS.

Baiti, R. D., Abdullah, S. M., & Rochwidowati, N. S. (2017). Career Self-Efficacy dan Kesiapan
Kerja Pada Mahasiswa Semester Akhir. Jurnal Psikologi Integratif, 5, 128-141.

Borg, J., Turner, M., & Scoot Young, C. M. (2017). Fostering Work Readiness : A University
Case Study. AUBE Conference Paper.

Caballero, C. L., Walker, A., & Tyszkiewicz, F. M. (2011). The Work Readiness Scale (WRS):
Developing a measure to assess work readiness in college graduates. Journal of Teaching
and Learning for Graduate Employability.

Cavanagh, J., Burston, M., Southcombe, A., & Bartram, T. (2015). Contributing to A Graduate-
Center Understanding of Work-Readiness : An Explanatory Study of Australian
Undergraduate Students' Perception of Their Employability. The International Journal of
Management Education.

Faridah, Wibowo, E. W., Syafrial, H., & Yoelisatuti. (2021). Pembekalan Persiapan Memasuki
Dunia Kerja Kepada Siswa-Siswi SMK Citayam Bogor. JURNAL ABDIMAS PLJ.

Fataron, Z. A. (2019). The Pathway of Strengthening The Work Readiness : A Study on


Graduate Students of Economics dan Bussiness Faculty of UIN Walisongo Semarang.
Jurnal Pendidikan Vokasi.

Keogh, J., Maguire, T., & O'Donoghue, J. (2015). Graduate Work-Readiness in The 21st
Century. Higher Education in Transformation Conference, Dublin, Ireland .

Muspawi, M., & Lestari, A. (2020). Membangun Kesiapan Kerja Calon Tenaga Kerja. Jurnal
Literasiologi.
Nastiti, R., Koroy, T. R., Rusvitawati, D., Krismanti, N., & Hermaniar, Y. (2021). Pelatihan
Persiapan Menghadapi Dunia Kerja Bagi Mahasiswa Lulusan Baru. BAKTI BANUA :
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.

Prikshat, V., Nankervis, A., Burgess, J., & Dhakal, S. (2019). Conceptualising Graduate Work-
Readiness : Theories, Concepts and Implication for Practice and Research.

Qomariah, L., & Febriyanti, M. N. (2021). Exploration of Factors of Work Readiness During
The Pandemic Cocid-19. UMP Press Proceedings Series on Social Sciences &
Humanities Psychology in Individual and Community Empowerment to Build New
Normal Lifestyle.

Ridho, A., & Siswanti, A. D. (2020). Future Prespective and Work Readiness on Student. Jurnal
Psikologi.

Shamila, A. (n.d.). Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Kemiskinan dan


Pengangguran. 2019.

Zunita, M., Yusmansyah, & Widiastuti, R. (2019). Analisis Kesiapan Kerja Mahasiswa Tingkat
Akhir. Jurnal FKIP Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai