Dengan manajemen perubahan yang efektif, organisasi dapat membantu masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan
kebijakan dengan lebih mudah dan meminimalkan dampak negatif dari perubahan tersebut. Beberapa alasan mengapa
implementasi kebijakan butuh manajemen perubahan adalah:
1. Perubahan Kebijakan dapat menimbulkan resistensi: masyarakat mungkin merasa nyaman dengan cara kerja
lama, dan perubahan kebijakan dapat menimbulkan resistensi terhadap perubahan. Dengan manajemen perubahan
yang baik, organisasi dapat membantu mengurangi resistensi dan memastikan masyarakat menerima perubahan
dengan lebih baik.
2. Mengurangi dampak negatif: Perubahan kebijakan yang tidak dipersiapkan dengan baik dapat menyebabkan
dampak negatif pada kinerja organisasi. Dengan manajemen perubahan yang baik, organisasi dapat meminimalkan
dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif dari perubahan kebijakan.
3. Membangun dukungan dan partisipasi: Manajemen perubahan juga dapat membantu membangun dukungan dan
partisipasi dari masyarakat dalam implementasi kebijakan. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses perubahan,
mereka dapat merasa lebih terlibat dan merasa memiliki kepentingan dalam kesuksesan implementasi kebijakan.
4. Memastikan keberhasilan: Dengan manajemen perubahan yang efektif, organisasi dapat memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan dan mengurangi risiko kegagalan.
Penyebab kegagalan perubahan
Beberapa penyebab umum kegagalan perubahan di antaranya adalah:
1. Kurangnya dukungan dari pimpinan: Kegagalan perubahan seringkali disebabkan oleh kurangnya dukungan dari pimpinan
dan manajemen dalam organisasi. Pimpinan dan manajemen harus memainkan peran aktif dalam perubahan dan
memastikan bahwa masyarakat memiliki sumber daya dan dukungan yang mereka butuhkan untuk beradaptasi dengan
perubahan.
2. Kurangnya komunikasi yang efektif: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam perubahan. Kegagalan perubahan
seringkali disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang efektif dan terbuka antara pimpinan dan masyarakat. masyarakat
harus memahami tujuan dan manfaat dari perubahan dan merasa bahwa mereka memiliki peran dalam perubahan.
3. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan: masyarakat yang kurang keterampilan dan pengetahuan dapat menghambat
keberhasilan perubahan. masyarakat harus diberi pelatihan dan pengembangan untuk membantu mereka memahami
perubahan dan memperoleh keterampilan baru yang dibutuhkan untuk berhasil dalam lingkungan baru.
4. Kebijakan dan prosedur yang tidak efektif: Kegagalan perubahan seringkali disebabkan oleh kebijakan dan prosedur yang
tidak efektif. Kebijakan dan prosedur harus diperbarui atau disesuaikan agar sesuai dengan perubahan yang terjadi.
5. Kurangnya partisipasi masyarakat: masyarakat yang merasa tidak terlibat dalam perubahan dapat menghambat
keberhasilan perubahan. masyarakat harus dilibatkan dalam proses perubahan dan merasa bahwa mereka memiliki peran
dalam kesuksesannya.
6. Perubahan yang terlalu cepat atau terlalu lambat: Perubahan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat menyebabkan
kegagalan. Perubahan harus diimplementasikan dengan kecepatan yang tepat agar dapat diterima oleh masyarakat
dan memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan baik.
Resistensi perubahan
1.Ketidakpastian: Perubahan seringkali membawa ketidakpastian yang dapat membuat
individu merasa tidak nyaman atau cemas. Mereka mungkin tidak yakin tentang apa yang
akan terjadi di masa depan atau bagaimana perubahan tersebut akan memengaruhi
pekerjaan mereka.
2.Kenyamanan dalam zona nyaman: Individu cenderung merasa nyaman dengan rutinitas dan
cara kerja yang telah dikenal. Ketika perubahan datang, mereka mungkin merasa terganggu
dan khawatir bahwa mereka tidak akan dapat menyesuaikan diri dengan cara kerja yang
baru.
3.Rasa takut akan kehilangan kontrol: Perubahan dapat membuat individu merasa kehilangan
kendali atau kekuasaan atas pekerjaan mereka. Mereka mungkin khawatir bahwa perubahan
tersebut akan mengurangi keterlibatan atau kontribusi mereka dalam pekerjaan.
4.Kebiasaan lama: Individu cenderung merasa sulit untuk meninggalkan kebiasaan lama atau
cara kerja yang telah mereka kuasai selama bertahun-tahun. Mereka mungkin merasa sulit
untuk beradaptasi dengan cara kerja baru atau teknologi baru.
The Eight-Step Process for Leading Change
John Kotter adalah seorang profesor Harvard Business School yang terkenal
karena karyanya dalam bidang manajemen perubahan. Kotter mengembangkan
model manajemen perubahan yang terdiri dari delapan langkah yang disebut
"The Eight-Step Process for Leading Change".
1. Membangun urgensi: Langkah pertama adalah membangun kesadaran akan urgensi perubahan. Pimpinan harus
memperjelas mengapa perubahan diperlukan dan apa yang akan terjadi jika perubahan tidak dilakukan.
2. Membentuk tim yang kuat: Langkah kedua adalah membentuk tim perubahan yang kuat dan berdedikasi untuk
membawa perubahan. Tim harus memiliki keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perubahan.
3. Membuat visi yang jelas: Langkah ketiga adalah menciptakan visi yang jelas dan terperinci tentang masa depan
organisasi. Visi ini harus dapat memotivasi dan menginspirasi karyawan untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mencapai perubahan.
4. Berkomunikasi secara efektif: Langkah keempat adalah berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan karyawan
tentang perubahan yang akan terjadi. Pimpinan harus menjelaskan visi perubahan dengan jelas dan merespons secara aktif
terhadap masalah dan kekhawatiran karyawan.
5. Mempertahankan momentum: Langkah kelima adalah mempertahankan momentum perubahan dengan menciptakan
"quick wins" atau kemenangan cepat yang dapat memotivasi karyawan dan membuktikan bahwa perubahan positif sedang
terjadi.
6. Membangun perubahan dalam sistem: Langkah keenam adalah membangun perubahan dalam sistem dan budaya
organisasi. Hal ini melibatkan menciptakan struktur organisasi yang mendukung perubahan, memperbarui kebijakan dan
prosedur, serta menghilangkan hambatan yang mungkin muncul selama perubahan.
7. Membangun perubahan dalam budaya organisasi: Langkah ketujuh adalah membangun perubahan dalam budaya
organisasi. Ini melibatkan mengubah sikap, nilai, dan perilaku karyawan untuk menciptakan budaya yang mendukung
perubahan.
8. Mempertahankan perubahan: Langkah terakhir adalah mempertahankan perubahan dan mencegah kembali ke cara
kerja lama. Pimpinan harus memastikan bahwa perubahan terus dipelihara dan diperbaiki untuk mencapai hasil jangka
panjang yang diinginkan.
LANGKAH PERUBAHAN # 1
MENCIPTAKAN RASA KEMENDESAKKAN
• More change, not less. Memanfaatkan kredibilitas yg tlh diperoleh dari hasil jangka pendek, utk
menghadapi masalah perubahan berikutnya.
• More Help. Tenaga tambahan didatangkan, dipromosikan utk turut membantu menangani
perubahan2 berikutnya.
• Leadership from Senior Management. Para pimpinan senior agar terus menjaga fokus
perubahan, dan rasa kemendesakan jangan melemah
• People management & leadership from below. Pimpinan lapisan bawah hrs dikembangkan
kemampuan kepemimpinan dan manajerialnya utk dpt menyelesaikan perubahan2.
• Reduction of unnecessary interdependencies. Utk memudahkan perubahan baik yg jk pendek/jk
panjang, kurangi kebergantungan antar organisasi.
LANGKAH PERUBAHAN # 8
MENGKOKOHKAN PENDEKATAN BARU YG TLH DICAPAI KE DLM BUDAYA
• Culture changes come last, not first. Pada hampir semua perubahan pd norma2 dan nilai2 baru
muncul diakhir dari proses transformasi
• Results matter. Perubahan baru biasanya bisa diterima oleh budaya setlh ia dgn jelas dpt bekerja
dan lebih baik dari cara yg lama.
• Requires a lot of talk. Tanpa instruksi lisan dan dukungan, orang enggan utk mengakui kebaikan
dari praktek yg baru.
• May involve turnover. Kadang2 satu2 cara utk merubah budaya diperlukan penggantian personil
kunci.
• Makes decision on succession crucial. Bila proses promosi tdk dirubah agr cocok dgn praktek yg
baru, budaya lama bisa muncul kembali.
Tugas