Oleh :
PUJIONO
NPM : 1911322025391
BANJARMASIN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
4.1. Pembahasan
The story about change yang bercerita tentang sekelompok penguin tadi
menjadi sebuah refleksi bahwa perubahan akan selalu ada dalam setiap kondisi.
Perubahan menjadi sebuah proses yang terus akan dilalui. Dalam bukunya yang
berjudul “Leading Change” Kotter juga mengemukakan bahwa untuk memulai proses
perubahan ada beberapa langkah yang harus dibangun. Berikut delapan langkah yang
dijelaskan Kotter dalam bukunya demi menuju perubahan yang diinginkan.
Langkah #1: Menciptakan Sense of Urgency
Sense of urgency adalah motivasi yang menginisiasi hasrat untuk berubah.
Untuk membuat perubahan benar-benar terjadi, rasa keinginan untuk berubah yang
tinggi dari seluruh elemen di dalam organisasi akan membantu organisasi memulai
perubahan.
Membangun sense of urgency¸bukan hanya sekedar menunjukkan data
statistik penjualan yang rendah atau berbicara tentang semakin tingginya tingkat
persaingan di luar sana. Dalam bukunya, Kotter menyarankan untuk membangun
dialog yang jujur dan meyakinkan bagaimana kondisi yang terjadi di pasar dan juga
bagaimana dengan para kompetitor yang ada. Jika banyak orang mulai membicarakan
tentang perubahan yang Anda usulkan, sense of urgency dari seluruh elemen
organisasi akan timbul dengan sendirinya.
Di banyak kasus, urgensi yang paling memotivasi didorong oleh sosok
pemimpin. Jika transformasi meliputi seluruh sendi perusahaan, maka di tangan CEO-
lah keberhasilan fase pertama dalam proses transformasi ini berada. Ketika level
urgensi tidak terpompa sepenuhnya, transformasi tidak bisa membuahkan
kesuksesan dan masa depan perusahaan tak ubahnya seperti telur di ujung tanduk.
Lalu bagaimana kita mengetahui level urgensi cukup tinggi? Menurut
pengamatan Kotter, level urgensi telah cukup untuk melakukan perubahan ketika 75%
manajemen menyatakan akan adanya kebutuhan yang mendesak untuk berubah,
agar perubahan bisa berhasil.
Langkah #2: Menciptakan Koalisi Kepemimpinan yang Kuat
Walaupun inisiatif perbaikan seringkali dimulai oleh satu atau dua orang saja,
namun inisiatif yang sukses mampu menghimpun lebih banyak massa dan
membentuk koalisi kepemimpinan yang kuat.
Kepemimpinan yang kuat dan dukungan dari para karyawan kunci sangat
penting dalam tahap kedua ini. Orang-orang perlu diyakinkan bahwa perubahan itu
perlu. Mengelola perubahan saja bukan menjadi satu-satunya jalan keluar, karena
betapapun bagusnya ide perubahan, keberhasilannya bergantung dari eksekusi para
individunya.
Dalam usaha transformasi yang sukses, chairman, presiden, atau manajer
umum, ditambah lima hingga lima puluh orang lainnya, bersatu dan mengembangkan
komitmen bersama untuk meningkatkan keunggulan kinerja perusahaan melalui
perubahan. Koalisi semacam ini, dalam banyak kasus yang diamati Kotter, sangat
powerful untuk memastikan kesuksesan –dalam hal titel, ekspertis, informasi, reputasi
dan hubungan kerja.
Langkah #3: Memiliki Visi untuk Perubahan
Di banyak perusahaan yang sukses menjalankan perubahan, koalisi
kepemimpinan mengembangkan gambaran kondisi di masa depan yang begitu ideal
dan menarik, khususnya bagi pelanggan, stakeholder dan karyawan. Sebuah visi
biasanya melampaui apa yang dapat dicapai perusahaan dalam lima tahun. Sebuah
visi secara jelas berbicara tentang arah yang seharusnya dituju oleh perusahaan.
Visi yang dibutuhkan perusahaan adalah visi yang bijak dan logis. Tanpa
adanya visi yang bijak (sensible vision) dan dipahami bersama, usaha transformasi
hanya akan menjadi serangkaian proyek yang tidak saling berhubungan dan tidak
kompatibel, yang hanya akan mengaburkan arah gerak perusahaan. Tanpa adanya
visi yang logis (sound vision), proyek reengineering di divisi akunting, quality
program di pabrik, tinjauan kinerja 360 o oleh departemen SDM, dan proyek cultural
change di departemen penjualan tidak akan memberi nilai tambah yang berarti bagi
kemajuan perusahaan.
Sedikit tips dari Kotter: jika Anda tidak bisa mengkomunikasikan visi dalam
waktu kurang dari lima menit kepada seseorang dan mendapatkan reaksi yang
menyiratkan pemahaman dan ketertarikan, artinya Anda belum melalui tahap ini
dengan sukses dalam rangkaian proses transformasi perusahaan.
Langkah #4: Mengkomunikasikan Visi dengan Jelas
Apa yang Anda lakukan dengan visi Anda setelah Anda membuatnya akan
menentukan keberhasilan Anda dalam memimpin perubahan. Pesan yang mungkin
Anda sampaikan dalam visi Anda adalah tentang keadaan ‘di luar ‘ yang makin sulit
diprediksi namun menuntut perusahaan untuk tetap dalam keadaan yang siap
menghadapi persaingan. Sehingga dengan keadaan seperti itu, Anda perlu
berkomunikasi cukup sering dan menunjukkan effort Anda dalam setiap upaya yang
Anda lakukan (walk the talk).
Tanpa adanya kemampuan komunikasi yang kredibel, hati dan pikiran
karyawan tidak akan bisa dimenangkan. Eksekutif yang memiliki kemampuan
komunikasi yang baik menanamkan pesan-pesan yang tersirat dalam aktivitas sehari-
harinya. Mereka mendiskusikan dan berbicara tentang peranan masing-masing level
karyawan untuk mendukung transformasi.
Langkah #5: Menyingkirkan Hambatan dalam Proses
Perubahan dimulai ketika sejumlah besar individu dalam perusahaan telah
teryakinkan untuk mencoba pendekatan baru, mengembangkan ide-ide baru, dan
memberikan peran kepemimpinan. Seiring dengan prosesnya, semakin besar massa
yang memiliki visi bersama dan sepakat untuk memulai proses transformasi. Hingga
titik tertentu, komunikasi yang efektif mengenai arah tujuan perusahaan yang baru.
Jika Anda berhasil mengikuti langkah-langkah perubahan dan menjalankan
proses perubahan sampai di tahap ini, maka Anda telah berbicara tentang visi dan
membangun dukungan dari semua tingkatan organisasi.
Namun, pertanyaannya adakah pihak atau individu yang menolak perubahan?
Atau apakah ada proses atau struktur yang mengambat proses Anda melakukan
perubahan?
Dalam paruh pertama proses transformasi, tidak ada organisasi yang memiliki
cukup momentum, waktu dan kekuatan untuk menyingkirkan semua hambatan
sekaligus. Namun pilihlah salah satu hambatan terbesar dan singkirkanlah. Jika
penghambat tersebut adalah karyawan, perlakukanlah ia dengan adil dan sesuai
dengan visi baru perusahaan. Namun tindakan nyata menjadi sesuatu yang esensial,
baik untuk memotivasi karyawan dan menjaga kredibilitas usaha menuju perubahan
itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, perusahaan harus memikirkan cara-cara untuk
mengatasi hambatan yang muncul dalam proses menuju perubahan.
Langkah #6: Merencanakan dan Menciptakan Kemenangan Jangka
Pendek Secara Sistematis
Transformasi membutuhkan banyak waktu. Sebagian besar orang tidak mampu
menempuh perjalanan jauh jika mereka tidak melihat sedikit titik terang dalam 12 atau
24 bulan, yang akan menandakan bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar dan
makin mendekati tujuan akhir. Tanpa ada kemenangan-kemenangan kecil, akan ada
banyak orang yang menyerah dan kehilangan kesabaran. Inisiatif-pun menjadi basi.
Kemenangan kecil dalam jangka pendek tidak hanya membawa dampak positif
untuk moral karyawan. Perusahaan-pun akan merasakan keuntungannya, baik
peningkatan produktivitas, kualitas, bahkan revenue. Kemenangan-kemenangan kecil
ibaratnya cicilan yang akan melunasi target berupa kemenangan besar yang menjadi
bagian dari visi perusahaan.
Langkah #7: Menguatkan Perubahan
Kotter berpendapat bahwa banyak inisiatif perubahan gagal karena
kemenangan yang dinyatakan terlalu dini. Perubahan yang benar-benar nyata terjadi
tidak dalam waktu sekejap. Kemenangan yang dicapai dalam jangka pendek hanya
tahap awal dari apa yang perlu dilakukan untuk mencapai perubahan jangka panjang.
Alih-alih mendeklarasikan kemenangan, para pemimpin di organisasi yang
sukses melakukan transformasi memanfaatkan kredibilitas yang dihasilkan oleh
kemenangan-kemenangan kecil untuk mengatasi masalah yang lebih besar. Mereka
menangani sistem dan struktur yang tidak sesuai dengan visi transformasi, yang belum
pernah ditangani sebelumnya. Mereka mencurahkan perhatian kepada kualitas
sumber daya manusia; siapa yang direkrut, siapa yang harus dipromosikan, dan
bagaimana organisasi mengembangkan kualitas SDM-nya. Mereka memasukkan
setiap proyek reengineering kedalam lingkup yang lebih besar alih-alih hanya sekedar
inisiatif belaka. Mereka memahami bahwa transformasi tidak akan terjadi dalam
hitungan bulan, melainkan tahun.
Langkah #8: Menanamkan Perubahan Kedalam Budaya Perusahaan
Perubahan akan bertahan ketika telah menjadi “cara perusahaan melakukan
segala sesuatu,” ketika perubahan tersebut telah masuk kedalam urat nadi yang
mengalirkan darah ke seluruh sendi perusahaan. Hingga perubahan (perilaku yang
baru) telah berakar kuat dalam norma-norma sosial dan shared value di perusahaan,
perubahan tersebut rentan terhadap degradasi ketika tekanan untuk melakukan
perubahan telah melonggar.
Ada dua faktor yang menentukan keberhasilan integrasi perubahan kedalam
budaya perusahaan:
Pertama: usaha untuk menunjukkan kepada setiap orang bahwa pendekatan,
perilaku, dan cara kerja yang baru memang memberikan dampak besar dalam
peningkatan kinerja yang terjadi.
Kedua:mendedikasikan waktu yang cukup untuk memastikan bahwa generasi
top management berikutnya telah berhasil menanamkan dan mewujudkan pendekatan
baru yang ada.Hal ini perlu dimasukkan dalam persyaratan promosi jabatan karena
jika tidak, hasil dari transformasi yang telah dilakukan terancam berumur pendek.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam kehidupan manusia, perubahan tidak dapat dihindari. Dimulai oleh
dunia usaha yang lebih dulu menyadari pentingnya perubahan bagi peningkatan
kualitas produksi yang dihasilkan, sampai ke administrasi pemerintahan. Berbagai
upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul
akibat adanya perubahan. Oleh karena perubahan memang selalu terjadi dan pasti
akan selalu terjadi, pimpinan organisasi baik organisasi pemerintah maupun non-
pemerintah disamping harus memiliki kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi diluar organisasi yang dipimpinnya dan mampu memperhitungkan dan
mengakomodasikan dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi itu, mutlak perlu
pula untuk mempunyai keterampilan dan keberanian untuk melakukan perubahan
didalam organisasi demi peningkatan kemampuan organisasional untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu untuk menghadapi perubahan
kita perlu melakukam manajemen perubahan yang berarti upaya yang dilakukan untuk
mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam
organisasi.
Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu
perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti
itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari
perubahan tersebut mengarah pada titik positif.
5.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.
DAFTAR PUSTAKA