Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU ORGANISASI

PERSIAPAN PERILAKU ORGANISASI DI MASA


NEW NORMAL MELALUI PERKEMBANGAN
ORGANISASI

Disusun oleh :
MUHAMMAD RIZKY HERISKA PRATAMA
(A1B117132)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., atas limpahan nikmat dan karunia yang telah
diberikan, pada kesempatan ini masih diberikan kesehatan lahir dan batin, sehingga saya dapat
menyusun makalah Persiapan Perilaku Organisasi di Masa New Normal Melalui
Pengembangan Organisasi untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi sebagai
syarat menentukan nilai Ujian Tengah Semester. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu dari mata kuliah ini, Ibu Dra. Hj. Sulaimiah, M.Si..
atas tugas yang telah diberikan kepada kami.

Pusat perhatian pada makalah yang saya buat adalah pengembangan organisasi, karena
semua teks yang saya ambil hampir semua berkaitan dengan budaya dan perubahan pada
organisasi, sesuai judul yang saya angkat.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak


kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
dan makalah selanjutnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
2.1 Perilaku Organisasi di Era New Normal......................................................................................2
2.2 Langkah Adaptasi New Normal dalam Perkembangan Perilaku Organisasi................................5
2.3 Tantangan Perilaku Organisasi di Era New Normal (Human Resources)....................................7
2.4 Cara Pekerja Menerapkan Perkembangan Organisasi di Era New Normal..................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 2020 ini umat manusia di seluruh penjuru dunia diguncang dengan adanya
pandemi Virus Corona (COVID-19) yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan
menimbulkan banyak kepanikan. Ratusan hingga jutaan manusia terinfeksi dan sudah banyak
yang meninggal dunia akibat virus ini. Dalam hal ini pemerintah tidak tinggal diam, mulai dari
memberikan banyak himbauan-himbauan dan bantuan kepada masyarakat dalam mengatasi
wabah COVID-19 ini agar berjalan efektif dan efisien. Pemerintah Indonesia menerapkan sistem
di rumah saja yakni masyarakat Indonesia diharuskan untuk diam dan bekerja di rumah masing-
masing. Tidak ada seorang pun yang mendapatkan keuntungan dari kemunculan COVID-19 ini.
hampir semua segmen lumpuh dan perkembangan menjadi stagnan bahkan menurun. Untuk
bangkit dari problem ini maka perlu adanya adaptasi new normal dalam perspektif perilaku
organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja langkah yang bisa diambil untuk menegakkan kembali tiang penyangga
ekonomi?
2. Bagaimana cara agar perilaku organisasi tetap berjalan di tengah pandemi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi tujuan penyusunan makalah ini
yaitu :

1. Membantu para mahasiswa untuk lebih mengetahui langkah-langkah perkembangan


organisasi di masa new normal ini.
2. Memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi sebagai syarat nilai ujian tengah
semester dan absensi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Organisasi di Era New Normal

Pandemi COVID-19 berpengaruh cukup signifikan terhadap seluruh dimensi kehidupan


manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Ketidakpastian akibat
pandemi COVID-19 juga menyebabkan berubahnya berbagai tatanan. Tidak hanya dalam
masalah kesehatan namun meluas dalam bidang kehidupan lainnya. Pembatasan mobilitas atau
pembatasan sosial menjadi titik balik dimana interaksi manusia yang merupakan hal alami
menjadi harus dibatasi bahkan dialihkan dalam wujud interaksi virtual. Hal ini menjadi dilematis
mengingat tidak semua kegiatan dapat dilakukan dalam jarak jauh.
Akibatnya, banyak kegiatan yang terpaksa harus berhenti terutama dalam sektor
organisasi profit dengan sistem padat karya, sehingga banyak pekerja yang di rumahkan.
Kebijakan bekerja jarak jauh memang menjadi salah satu pilihan organisasi agar tetap
mempertahankan kegiatannya sejak pandemi COVID-19 mulai mewabah di Indonesia.
Organisasi bisnis dalam skala kecil maupun besar yang tidak mau beradaptasi dengan kondisi
COVID-19 tidak mungkin mampu bertahan terhadap gangguan krisis. Oleh karena itu, organisasi
perlu berfokus dalam membangun kontinuitas bisnis menuju tatanan baru di era new normal.
Istilah new normal dalam ekonomi merujuk pada kondisi krisis keuangan 2007-2008 dan pasca
resesi global 2008-2012 (djkn.kemenkeu.go.id).
Pada kondisi tersebut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati juga menegaskan bahwa
konsep work from home dapat diadaptasi menjadi flexible working space untuk meningkatkan
kinerja di masa new normal. Dengan kata lain dukungan teknologilah yang berperan dalam
tatanan baru untuk memajukan kinerja organisasi. Kemajuan teknologi perlu diintegrasikan
dalam budaya organisasi. Selain untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, juga
menjadi tuntutan pemenuhan atas protokol kesehatan. Penguatan dari dua sisi baik dari
infrastruktur teknologi maupun budaya organisasi perlu diupayakan agar kinerja organisasi tidak
mengalami kemunduran.

2
Sudah hampir 10 bulan lamanya, sejak pertama kali diumumkan kasus pertama positif
Covid-19 di Indonesia. Sampai saat ini masyarakat telah terbiasa dengan melakukan segalanya
dari rumah. Oleh karena itu, perubahan ini lebih popular disebut “Era New Normal” dengan
munculnya kebiasaan baru di tengah masyarakat. Belakangan seluruh elemen mendadak
mengalami perubahan drastis. Aktivitas yang biasanya dilakukan diluar ruangan kini menjadi
terbatas didalam ruangan. Hal ini pun, pada akhirnya mempengaruhi berbagai aspek. Baik itu
dari segi ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan lainnya. Termasuk dalam hal ini budaya
organisasi.
Sayangnya, sebagian organisasi masih mempertahankan budaya lamanya. Masih banyak
yang belum menerapkan bahwa budaya organisasi tidaklah sekaku itu, yang selalu terus menerus
harus di lestarikan. Organisasi akan maju jika memang pegaturan organisasinya dilakukan secara
fleksibel mengikuti corak perkembangan zaman tanpa menghilangkan nilai luhur yang sudah
ada. Namun, kondisi semacam ini perlu dipahami juga oleh seluruh anggota dalam organisasi.
Akan sangat fatal jika banyak yang justu acuh tak acuh dengan perubahan yang sudah ada.
Perubahan yang kian cepat haruslah direspon secara positif oleh organisasi, sehingga apapun
perubahannya tidak membuat organisasi kehilangan budaya yang sudah menjadi ciri khasnya.
Jika memang semua anggota telah memahami karakteristik budayanya maka perubahan apapun
akan dapat direspon secara bijaksana dan cermat.
Budaya sebagai falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan
juga norma dimiliki secara bersama dan mengikat oleh setiap organisasi. Aspek budaya
organisasi digolongkan menjadi 3 bagian (Schein, 2010), diantaranya:
 Pertama, artefak yang berisi berbagai hal yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan
ketika dijumpai. Secara garis besar, aspek ini adalah sesuatu yang paling mudah untuk
dilihat dan dirasakan. Sebelum wabah Covid-19 datang ke Indonesia yang akhirnya
mengubah aktivitas organisasi menjadi #dirumahsaja. Alhasil semua kegiatan dapat
dimaksimalkan dengan metode virtualisasi.
 Kedua, keyakinan dan nilai yang dianut merupakan ideals (ide), goals (tujuan), valuas
(nilai), aspirations (aspirasi), ideology (ideologi), dan rationalization (rasionalisasi)
(Schein, 2010). Beralihnya aktivitas organisasi ke dunia maya lantas menghilangkan
interaksi sosial secara tatap muka. Pada kondisi ini, sejatinya telah merubah nilai sosial
yang selama ini dijalankan oleh organisasi.

3
 Ketiga, asumsi dasar yang merupakan asumsi tersirat dan membimbing sebagai haluan
organisasi bertindak dan berbagi kepada para anggotanya, dengan mereka melihat,
berfikir, dan merasakan. Aspek ini menjadi aspek terkecil dalam menciptakan budaya
organisasi.
Pada prinsipnya ada 2 elemen budaya organisasi. Pertama, elemen idealistik yang berupa
keyakinan seperti asumsi dasar dan nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam berperilaku. Kedua
elemen yang bersifat behavioral yang tampak dan mudah diamati sepertihalnya artefak yang
berwujud fisik, perilaku, dan verbal. Usut punya usut, setelah dilanda wabah pandemi COVID-
19 ada organisasi yang fakum dan menunda sementara program-programnya. Disisi lain, justru
ada juga yang memanfaatkan momen ini sebagai sarana komunikasi virtual agar lebih efektif.
Budaya organisasi berperan penting sebagai sistem kontrol atas sikap dan perilaku
anggota organisasi melalui nilai-nilai etis dan kepercayaan yang berlaku. Penerapan budaya
organisasi yang tepat dapat memengaruhi ketahanan organisasi dalam situasi krisis, bahkan
membuka peluang untuk beradaptasi dan berinovasi untuk menciptakan keuntungan yang lain.
Krisis global akibat COVID-19 yang telah mendorong berbagai negara menuju jurang resesi
harus dihadapi termasuk Indonesia, sehingga budaya adaptif menjadi sebuah keniscayaan.
Ketegasan manajemen senior dalam organisasi diperlukan untuk membangun dan menerapkan
rencana usaha yang berkesinambungan dan berkelanjutan di tengah resesi ekonomi. Adapun
transformasi budaya kerja yang lebih fleksibel dan terkontrol merupakan salah satu indikator
keberhasilan adaptasi organisasi. Pergeseran paradigma dari work from office menuju work from
home hingga work from everywhere harus diadaptasi dengan baik. Perubahan pola pikir hingga
penguatan platfrom digital yang memfasilitasi komunikasi selama situasi krisis seperti COVID-
19 sangat dibutuhkan. Dengan demikian jelas bahwa transisi organisasi sangat terkait dengan
infrastruktur teknologi, begitu juga sebaliknya.
Esensi dasar dalam budaya organisasi adalah pembiasaan, sehingga pendekatan gesit
yang dilakukan organisasi dalam masa krisis sangat memengaruhi kecepatan dan ketepatan
adaptasi. Adapun dalam situasi krisis COVID-19 dengan minimalisasi interaksi langsung, maka
pendekatan teknologi yang memegang kunci adaptasi organisasi. Oleh karena itu, dalam rangka
menghadapi tren pasar yang dinamis di masa pandemi memerlukan adaptasi yang lebih cepat
dengan dukungan dari seluruh jajaran pemangku kepentingan di organisasi.

4
Transformasi budaya dengan pemanfaatan komponan teknologi tidak hanya mendukung
kinerja perusahaan, melainkan juga mendukung dan mempertahankan tenaga kerja sehingga
dampak pengangguran tidak semakin meluas. Sinergi dan transparansi tentunya sangat
diperlukan pada semua tingkatan arsitektur perusahaan agar sistem dan skema dari budaya baru
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Transformasi budaya juga perlu memperhatikan
penguatan sumber daya manusia dalam krisis, mengingat manusialah yang menjadi motor
penggerak organisasi. Tanpa kesiapan sumber daya manusia maka perbaikan infrastruktur
teknologi tidak akan membawa kebermanfaatan.

2.2 Langkah Adaptasi New Normal dalam Perkembangan Perilaku Organisasi

Sebelum masuk ke sana, ada 3 gelombang yang perlu diketahui dalam merespons adanya
COVID-19, sebagai awal untuk langkah-langkah adaptasi new normal dalam pengembangan
organisasi. 3 cara ini adalah rencana penanganan jangka pendek, rencana penanganan jangka
menengah dan rencana penanganan jangka panjang.

1. Rencana Penanganan Jangka Pendek

Rencana penanganan pertama adalah rencana penanganan jangka pendek. Dalam rencana
penanganan jangka pendek ini maka fokus dari bisnis kamu adalah untuk mengusahakan
keamanan dari tempat kerja dan juga membuat bisnis operasional yang baru untuk merespons
terjadinya pandemi.

2. Rencana Penanganan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk fokus pada proses
stabilisasi. Pada rencana ini kamu diharapkan untuk membangun rencana yang taktis untuk
merespons tantangan-tantangan yang muncul karena adanya COVID-19. Rencana jangka
menengah ini merupakan rencana yang digunakan untuk menghadapi kondisi new normal yang
segera akan diberlakukan secara besar-besaran di Indonesia.

3. Rencana Penanganan Jangka Panjang

5
Rencana terakhir adalah rencana jangka panjang. Rencana ini adalah sebuah rencana yang
dibuat untuk membuat bisnis kamu menjadi lebih kuat di masa depan meski dengan adanya
COVID-19 ini. rencana ini merupakan rencana yang wajib untuk di buat mengingat kita belum
tahu secara detail kapan pandemi ini akan berlalu. Oleh karena itu, kamu harus bersiap
kemungkinan terburuk dan selalu bersiap dengan kemungkinan terburuk.

Setelah mempersiapkan rencana yang berhubungan dengan new normal, maka hal lain yang
perlu dilakukan adalah mengetahui bidang-bidang apa saja yang nantinya diperlukan dalam
proses penataan bisnis. Berikut ini adalah 6 hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi
krisis COVID-19.

 Krisis manajemen
 Tenaga kerja
 Supply chain
 Perpajakan
 Finance
 Strategi dan brand

Memang ada banyak aksi yang harus diambil dalam adaptasi new normal menggunakan 3
strategi yang sudah disebutkan sebelumnya. Contohnya, tim manajemen krisis merupakan tim
yang dibangun dalam masa mobilisasi yaitu pada rencana penanganan Covid jangka pendek.
Perlu kamu ketahui, bahwa perencanaan ini mungkin saja berubah berdasarkan dengan peraturan
yang muncul dari pemerintah.

Hal ini disebabkan karena pemerintahan yang mulai menemukan celah untuk keluar dari
masalah ini akan segera menerapkan aturan yang lebih ketat di kemudian hari untuk menjaga
pembangunan tapi tetap mengindahkan upaya untuk meminimalisir penularan dari COVID-19.

6
2.3 Tantangan Perilaku Organisasi di Era New Normal (Human Resources)

Konsep new normal tidak memiliki perbedaan signifikan dengan konsep normal pra
pandemi. Perbedaannya hanya terletak pada proses, dengan segala sesuatunya dikerjakan secara
online. Berubahnya proses bekerja menjadi online tentu berdampak pada efektivitas kinerja dan
membuka peluang untuk perbaikan organisasi.

Perbaikan organisasi seperti apa yang harus dilakukan setiap perusahaan untuk
menstabilkan bisnisnya kembali di era new normal ini?

1. Interview System
Salah satu perubahan sistem interview dalam era new normal adalah proses rekrutmen
yang dilakukan secara online, dikenal dengan sebutan Group Panel Interview System
(GPIS). Proses ini dimulai dengan review awal, lalu presentasi dan diakhiri dengan panel
interview secara langsung. Aspek komunikasi non-verbal memiliki nilai signifikan dalam
proses ini.
2. Kondisi kerja kondusif
Berkaitan dengan kondisi kerja, tidak semua orang memiliki keleluasaan dan
kenyamanan untuk bekerja dari rumah. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri yang
proses penyelesaiannya dapat berjalan berbeda antara satu individu dan individu lainnya.
3. Pengembangan dan perencanaan SDM
Proses kerja yang berubah membutuhkan pengembangan dengan suasana yang
menyenangkan. Inovasi dan kreatifitas terhadap interaksi secara online diperlukan agar
pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien tanpa terganggu situasi dan kondisi
kerja.
4. Monitoring dan evaluasi
Proses monitor skala harian perlu diimplementasikan serinci mungkin agar kinerja
karyawan dapat tetap terukur secara nyata dan apa adanya.

Tantangan yang dihadapi perusahaan dan tim Human Resource memang tidak mudah
dalam kondisi pandemi COVID-19. Namun, bukan tidak mungkin bagi perusahaan untuk
bersinergi bersama tim Human Resource serta segenap karyawan melewati fase sulit yang

7
terjadi. Jadi, kemauan yang kuat dari karyawan pun juga sangat berperan dalam kesuksesan
perusahaan menghadapi New Normal pasca pandemi COVID-19.

2.4 Cara Pekerja Menerapkan Perkembangan Organisasi di Era New Normal

Melalui studi penelitian kualitatif, whitepaper yang berjudul "Transitioning Asia-Pacific


to a New Normal of Work" memberikan para pemimpin bisnis dan thought leaders di berbagai
industri perbankan, kesehatan, pendidikan, telekomunikasi, penelitian, dan konsultasi
profesional, kesempatan untuk berbagi wawasan mereka tentang bagaimana budaya organisasi di
Asia-Pasifik berkembang ke paradigma kerja baru.

“Ketika berbagai belahan dunia dilanda COVID-19, kehidupan dan pekerjaan berubah
dalam sekejap bagi semua orang,” kata Kady Dundas, Head of Marketing, Microsoft Teams,
Microsoft Corp. “Tiba-tiba kami beralih dari bekerja di ruang konferensi di kantor ke ruang
keluarga di rumah, dan kini sangat tergantung pada video. Kami sekarang memiliki sekitar 200
juta peserta meeting setiap hari, ini setara dengan 4,1 miliar meeting minutes. Poin-poin data
tersebut menunjukkan pergerakan yang luar biasa ke kebijakan bekerja jarak jauh,” katanya
dalam keterangan resmi. Di tengah pandemi, riset Microsoft menemukan berbagai organisasi
bisnis memprioritaskan adopsi teknologi untuk memungkinkan lingkungan kerja jarak jauh dan
transformasi bisnis secara keseluruhan, tapi perubahan itu tidak didorong teknologi saja.

"Sisi teknologi relatif mudah," kata Dr Joseph Sweeney, IBRS Advisor and Future of
Work Expert. “Ketika COVID-19 mulai menyebar dan semua orang harus mulai bekerja dari
rumah, Microsoft Teams adalah aplikasi yang jelas dan alami untuk digunakan. Solusinya sudah
ada dan akrab bagi siapa saja yang menggunakan Microsoft Office 365. Penggunaannya
langsung meroket. " Perubahan pola pikir yang drastis berperan mendorong organisasi untuk
memikirkan kembali cara-cara bekerja, bagaimana individu, kelompok, dan manajer berinteraksi
satu sama lain. Perubahan manajemen juga perlu menyesuaikan dengan pekerjaan new normal
ini dan memantau dampak emosional dari perubahan tersebut.

8
Beberapa tren baru yang perlu diwaspadai oleh organisasi bisnis pada saat mereka merencanakan
pekerjaan new normal tersebut meliputi:

Pertama, risiko burnout. Perusahaan harus memperhatikan persepsi baru tentang


availability atau jadwal kerja. Menurut Joe Sweeney, IBRS Advisor dan Future of Work Expert,
satu respons umum dari para pekerja adalah "bekerja lebih eras tanpa henti." Mereka yang sudah
mulai bekerja dari rumah menerima panggilan dari bos mereka hingga larut malam,
menggarisbawahi kebutuhan untuk membuat batas-batas untuk komunikasi di luar jam kerja.

Kedua, kekhawatiran perkembangan karir. Organisasi bisnis perlu menilai kembali


bagaimana kinerja dapat diukur. Alat kolaborasi bisa mengukur aktivitas tapi bukan nilai yang
diberikan seseorang kepada perusahaan. Organisasi bisnis ekarang menyadari bahwa para
"introvert" bisa bekerja dengan baik saat bekerja dari rumah, sedangkan para ekstrovert, yang
dulunya "pemain bintang" di kantor, tidak lagi menjadi pusat perhatian.

Ketiga, perlunya fleksibilitas dan empati. Penelitian menemukan bahwa hampir setengah
(47%) orang yang bekerja dari rumah melaporkan gangguan di rumah sebagai tantangan.
Organisasi serta manajer dan tim harus ikut membantu para karyawan untuk menciptakan
lingkungan yang bebas gangguan. tetapi juga lebih fleksibel dalam pengiriman pekerjaan serta
berempati dengan tantangan orang untuk bekerja dari rumah.

Keempat, pelatihan dan kesiapan teknologi. Saat teknologi menjadi kebutuhan pokok
bagi karyawan, pelatihan harus terus dilakukan guna membuka potensi penuh dari perangkat
keras dan lunak. “Ada yang menolak perubahan - biasanya para petinggi, karena mereka tidak
pernah perlu belajar cara menggunakan teknologi. Mereka selalu memiliki dukungan tim TI di
kantor ketika mereka membutuhkannya,” kata Dr. Nitin Paranjape, CEO and Founder,
MacOffice Services PrivateLimited dari India.

Kelima, memasukkan unsur sosial. Organisasi bisnis juga perlu fokus pada kebijakan dan
budaya perusahaan daripada penggunaan teknologi saja. Microsoft Work Trend Index3 yang
dirilis pada bulan April 2020 mencerminkan interaksi manusia secara berkelanjutan jumlah
orang yang menggunakan video pada rapat Microsoft Teams meningkat dua kali lipat dengan
bekerja dari rumah. Selain memungkinkan konferensi video, perusahaan perlu menemukan cara

9
untuk mendorong inovasi, ide kreatif, dan persahabatan untuk membuat karyawan merasa
sebagai bagian yang dihargai dalam organisasi.

"Di Indonesia, sekarang sudah biasa melihat anak-anak atau hewan peliharaan tiba-tiba
muncul di pertemuan virtual," kata Wahjudi Purnama, Business Group Lead, Modern Work,
Microsoft Indonesia. “Keluarga sangat penting dan saya percaya kita semua mengakui
tantangan-tantangan pada saat bekerja dari rumah. Sebagai perusahaan, kami berusaha untuk
berempati untuk kebutuhan karyawan dan berusaha untuk memberikan work-life balance yang
baik." Pada panggilan penghasilan FY20 Q4 Microsoft4 yang melaporkan peningkatan
pendapatan 6 persen dalam Produktivitas dan Proses Bisnis tahun fiskal ini, Satya Nadella, Chief
Executive Officer Microsoft menyatakan, “Lima bulan terakhir telah menunjukkan bahwa
intensitas teknologi adalah kunci ketahanan bisnis. Organisasi yang membangun kemampuan
digital mereka sendiri akan pulih lebih cepat dan muncul dari krisis ini lebih kuat. "

Tidak diragukan lagi, COVID-19 telah mempercepat transisi ke cara bekerja baru dan
mengasah fokus pada inovasi di seluruh Kawasan Asia Pasifik. Pada saat yang sama, lingkungan
sosial dan budaya memiliki dampak yang cukup besar bagaimana organisasi bisa merangkul
norma kerja yang baru.

Di negara-negara di mana perjalanan antara rumah dan kantor cukup jauh, organisasi
bisnis akan menemukan lebih banyak karyawan yang ingin bekerja dari rumah. "Seruan ini
seiring dengan kenyamanan para profesional dalam mengatur waktu mereka sendiri," kata Andy
Khoo, Maybank Head of Customer Experience, di Singapore. “Tidak tersedianya banyak
transportasi serta waktu yang dihabiskan di jalan - terutama di negara-negara seperti Indonesia,
Thailand dan India, berarti perjalanan pulang pergi bisa memakan waktu yang banyak. Di negara
lain, seperti Singapura, permintaannya karena para karyawan menyadari mereka bisa lebih
produktif kalau bekerja dari rumah."

Sementara itu, negara-negara dengan real estate mahal seperti Australia dan Singapura
akan menemukan manfaat finansial dalam transisi ke model di mana ruang kantor dibagikan
antara karyawan yang menghabiskan sebagian waktu di kantor, dan sebagian lagi bekerja dari
rumah.

10
Pendekatan hibrida pekerjaan yang baru ini mencerminkan bagaimana garis pekerjaan
dan kehidupan pribadi mulai buram. Indeks Tren Kerja kedua Microsoft5 menemukan bahwa di
luar jam kerja 9 pagi - 5 sore, chat Microsoft Teams di luar hari kerja biasa (dari 8-9 pagi dan 6-8
malam) telah meningkat lebih dari waktu lainnya sepanjang hari, antara 15% dan 23%. Pekerjaan
akhir pekan juga melonjak chatting dengan tim pada hari Sabtu dan Minggu meningkat lebih dari
200%.

Untuk meningkatkan kinerja tempat kerja di masa depan, organisasi bisnis perlu
mempercepat proses pengembangan kebijakan yang memungkinkan individu bebas dari standar
jam 9.00 hingga 17.00, menetapkan ekspektasi yang wajar mengenai ketersediaan mereka pada
jam kerja dan meninjau ulang indikator kinerja.

Alicia Tung, Chief Operating Officer, Great Place to Work Institute di Tiongkok,
mengatakan, "Kalau menyangkut emosi (di perusahaan), kita belum bisa mengukur, tapi
prosesnya sudah mulai. Dalam waktu sepuluh tahun, jika saya boleh membuat prediksi, sekitar
organisasi bisnis akan memiliki 40-60% dalam hal bekerja di kantor dibandingkan dengan
bekerja dari jarak jauh." Para pemimpin bisnis harus meninjau kembali fokus mereka pada
kebijakan perusahaan yang memungkinkan strategi keamanan yang kuat dan kolaborasi yang
efektif. Karena dengan berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai
wilayah, langkah selanjutnya berfokus pada kebijakan ini pekerjaan hibrida di new normal.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pandemi COVID-19 berpengaruh cukup signifikan terhadap seluruh dimensi kehidupan
manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Ketidakpastian akibat
pandemi COVID-19 juga menyebabkan berubahnya berbagai tatanan. Tidak hanya dalam
masalah kesehatan namun meluas dalam bidang kehidupan lainnya. Akibatnya, banyak kegiatan
yang terpaksa harus berhenti terutama dalam sektor organisasi profit dengan sistem padat karya,
sehingga banyak pekerja yang di rumahkan. Kebijakan bekerja jarak jauh memang menjadi salah
satu pilihan organisasi agar tetap mempertahankan kegiatannya sejak pandemi COVID-19 mulai
mewabah di Indonesia. Organisasi bisnis dalam skala kecil maupun besar yang tidak mau
beradaptasi dengan kondisi COVID-19 tidak mungkin mampu bertahan terhadap gangguan
krisis. Budaya sebagai falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan
juga norma dimiliki secara bersama dan mengikat oleh setiap organisasi. Aspek budaya
organisasi digolongkan menjadi 3 bagian (Schein, 2010), diantaranya: 1) artefak yang berisi
berbagai hal yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan ketika dijumpai. 2) keyakinan dan nilai
yang dianut merupakan ideals (ide), goals (tujuan), valuas (nilai), aspirations (aspirasi),
ideology (ideologi), dan rationalization (rasionalisasi) (Schein, 2010). 3) asumsi dasar yang
merupakan asumsi tersirat dan membimbing sebagai haluan organisasi bertindak dan berbagi
kepada para anggotanya. Ada 3 gelombang yang perlu diketahui dalam merespons adanya
COVID-19, sebagai awal untuk langkah-langkah adaptasi new normal dalam pengembangan
organisasi. 3 cara ini adalah rencana penanganan jangka pendek, rencana penanganan jangka
menengah dan rencana penanganan jangka panjang. Setelah mempersiapkan rencana yang
berhubungan dengan new normal, maka hal lain yang perlu dilakukan adalah mengetahui
bidang-bidang apa saja yang nantinya diperlukan dalam proses penataan bisnis. Berikut ini
adalah 6 hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi krisis COVID-19.

 Krisis manajemen

12
 Tenaga kerja
 Supply chain
 Perpajakan
 Finance
 Strategi dan brand

Konsep new normal tidak memiliki perbedaan signifikan dengan konsep normal pra
pandemi dan hanya terletak pada proses, dengan segala sesuatunya dikerjakan secara online.
Menurut tim Human Resource, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan
perilaku organisasi selama era new normal, yaitu Interview System, kondisi kerja kondusif,
pengembangan dan perencanaan SDM, dan monitoring evaluasi.

Melalui studi penelitian kualitatif, salah sebuah whitepaper memberikan para pemimpin
bisnis dan thought leaders di berbagai industri perbankan, kesehatan, pendidikan,
telekomunikasi, penelitian, dan konsultasi profesional, kesempatan untuk berbagi wawasan
mereka tentang bagaimana budaya organisasi di Asia-Pasifik berkembang ke paradigma kerja
baru.

Menurut tuturan kata Wahjudi Purnama, Business Group Lead, Modern Work, Microsoft
Indonesia, ia mengakui bahwa di Indonesia, sudah banyak melihat anak-anak atau hewan
peliharaan tiba-tiba muncul di pertemuan virtual, keluarga adalah hal yang paling utama dan ia
percaya bahwa semua mengakui rintangan dan hambatan pada saat bekerja dari rumah. Sebagai
perusahaan, kami berusaha untuk berempati untuk kebutuhan karyawan dan berusaha untuk
memberikan work-life balance yang baik.

Tidak diragukan lagi, COVID-19 telah mempercepat transisi ke cara bekerja baru dan
mengasah fokus pada inovasi di seluruh Kawasan Asia Pasifik. Pada saat yang sama, lingkungan
sosial dan budaya memiliki dampak yang cukup besar bagaimana organisasi bisa merangkul
norma kerja yang baru. Di negara-negara di mana perjalanan antara rumah dan kantor cukup
jauh, organisasi bisnis akan menemukan lebih banyak karyawan yang ingin bekerja dari rumah.

B. Saran

13
Dengan membaca makalah ini diharapkan dapat mampu mengetahui bagaimana cara
langkah-langkah kita menyikapi perkembangan organisasi di masa new normal, bagaimana cara
mendorong para mahasiswa agar tetap bekerja dan mengatur organisasinya dengan baik, dan
menegakkan kembali tiang penyangga ekonomi sehingga perekonomian di Indonesia dan dunia
berjalan pulih. Harapan terbesar semoga kita mampu dan bisa melewati masa-masa sulit ini,
dengan selalu #IngatPesanIbu, mematuhi protokol kesehatan 3M: mencuci tangan dengan sabun
dan air yang mengalir, menjaga jarak menghindari kerumunan, dan menggunakan masker saat
menjalankan aktivitas. Insya Allah, pandemi segera berakhir dengan patuh terhadap protokol
kesehatan tersebut. Amin.

14
DAFTAR PUSTAKA
Disadur dari berbagai situs

https://blog.klikcair.com/adaptasi-new-normal-dalam-perspektif-perilaku-organisasi/

https://www.bantennews.co.id/budaya-organisasi-dan-perubahannya-di-era-new-normal/

https://pelatihanpengembangansdm.co.id/tantangan-dan-solusi-human-resource-di-era-new-
normal/

https://lingkarjateng.com/2020/11/12/transformasi-budaya-organisasi-di-era-new-normal/

15

Anda mungkin juga menyukai