MANAJEMEN PERUBAHAN
RESISTENSI PERUBAHAN ORGANISASI DAN SOLUSI
MENGATASINYA
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
manajemen perubahan oleh dosen pengampu Dr. Ismulayana Djan, SE., MM. Tak lupa pula
saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
proses penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini tidak terlepas dari rumusan yang telah disebutkan diatas
yaitu untuk mempelajari lebih dalam mengenai Resistensi Perubahan Organisasi dan
Solusi Mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Resistensi
Secara konseptual, resistensi perubahan merupakan reaksi alamiah terhadap sesuatu
yang menyebabkan gangguan dan hilangnya keseimbanggan (equilibrium).
Konsekuensinya, resistensi diikuti oleh perubahan, baik atas inisiatif sendiri atau dilakukan
orang lain, hal-hal tersebut terjadi tanpa memandang bagaimana kejadian tersebut dirasakan
positif atau negatif. Konsepsi yang lain resistensi terhadap perubahan adalah merupakan
kecenderungan bagi pekerja untuk tidak ingin berjalan seiring dengan perubahan
organisasi, baik oleh ketakutan individual atas sesuatu yang tidak diketahui atau kesulitan
organisasional. Resistensi terhadap perubahan adalah respons emosional atau perilaku
terhadap perubahan kerja riil atau imajinatif.
Dalam realitasnya, perubahan dapat menimbulkan tentangan dari individu maupun
organisasi, Tentangan dapat bersifat positif, dalam arti adanya keinginan menjaga stabilitas.
Namun, tentangan dapat pula menjadi sumber konflik, misalnya tentangan terhadap
rencana reorganisasi atau tentangan terhadap penciutan organisasi. Pada dasarnya,
perubahan merupakan pergeseran dari kemapanan, sehingga wajar saja apabila ada yang
menerima maupun menolak.
Perubahan pada hakikatnya merupakan upaya pergeseran dari kondisi status qu ke
kondisi yang baru. Perubahan ini untuk sebagian orang yang sedang mendapatkan manfaat
dari kekuasaan dirasakan akan mengandung risiko, sehingga terdapat kecenderungan
terdapatnya resistensi atau penolakan. Demikian pula pada tingkat organisasional, akan
terjadi pula kemungkinan resistensi (Wibowo, 2006: 56). Selanjutnya, dikemukakan oleh
Wibowo, perubahan adalah merupakan suatu fenomena yang harus dihadapi, namun tidak
semua orang bersedia menerima kenyataan adanya perubahan sehingga bersifat resisten.
Menolak perubahan, tetapi resistensi terhadap perubahan. bukannya tidak dapat diatasi.
Untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan, th dahulu harus dikenali siapa yang
menunjukkan sikap resisten. Komuniki timbal balik perio ditingkatkan agar bawahan
memahami manfaat dari perubahan dan atasan tabo apa yang diharapkan bawahan.
Organisasi bersedia meningkatkan pengeta keterampilan karyawan agar lebih mampu
berprestasi dalam kondisi lingkungan yang telah berubah. Organisasi bersikap lebih
memperhatikan karyawan dengan memberikan penghargaan dan melibatkan pekerja dalam
sebanyak mungkin kegiatan organisasi
Sumber bagi timbulnya keengganan untuk melakukan perubahan dapat berasal dari
individu atan organisasi, walaupun di antara keduanya dapat terjadi tumpang tindih Orang
hanya akan berubah apabila mempunyai kapasitas untuk melakukannya. Ability at
kemampuan berarti mempunyai keterampilan yang diperlukan dan mengetahu bagaimana
menggunakannya. Willingness atau keinginan adalah motivasi untuk menerapkan
keterampilan tersebut pada situasi tertentu. Jika terdapat kekurangan dalam kemampuan
atau keinginan, maka tidak mungkin berhasil melakukan perubahan
Resistensi dapat bersifat overt atau covert (jelas atau tersembunyi). Resistensi bersifat
jelas (part) terhadap perubahan organisasi dilakukan melalui memo, rapat, pertukaran satu
per satu, dan sarana umum lainnya. Sedang resistensi bersifat tersembunyi (cover) dapat
berjalan tanpa pemberitahuan sampai merusak proyek perubahan.
Respons orang terhadap perubahan dapat bersifat negatif muupon positif Respons
negatif terhadap perubahan dilakukan melalui (delapan) fase, yaitun (1) stability
(stabilitas), (2) immobilization (tidak bergerak), (3) deual (penolakan), (4) anger
(kemarahan), (5) bargaining (perundingan), (6) depression (tertekan). (7) testing
(pengujian), dan (8) repitants (penerimaan), (Wibowo, 2005: 57-58). Sedangkan respons
positif terhadap perubahan berlangsung dalam 5 (lima) fase, yaitu diawali clengan: (1)
uninformed optimism, adanya suatu perasaan optiinisme secara diam-diam, (2) informed
pessimism, yaitu timbulnya pernyataan pesimisme terhadap perubahan, (3) helpful realism,
tumbuhnya kesadaran baliwa perubahan merupakan realitas yang harus dihadapi, (4)
informed optimism. keberanian untuk menyatakan optimisme terhadap perubahan, dan (5)
completion, menunjukkan kesediaan turut serta dalam proses perubahan.
Sebab-sebab resistensi dalam perubahan organisasi karena (1) stabilitas struktural;
dalam organisasi terjadi adanya hierarki, subkelompok, peraturan, prosedur guna
memelihara ketertiban. Dengan adanya perubahan dimungkinkan timbul persoalan baro
terkait dengan kondisi diatas, sehingga menimbulkan instabilitas, (2) suboptimasi
fimgsional, perbedaan orientasi dan tujuan dan ketergantungan pada sumber daya dapat
nicnyebabkan timbulnya perubahan yang dianggap menguntungkan pada t fungsional,
tetapi oleh unit lain dianggap merugikan atau merupakan ancaman, (3) kultural
Keorganisasian; dalam perilaku keorganisasian ada pendapat yang mengatakan bahwa
kultur organisasi, nilai dan norma serta ekspektasi yang telah berakar mempengaruhi cara
berpikir dan berperilaku yang dapat diprediksi. Para anggota organisasi menentang
perubahan yang melepaskan mereka berasumsi dan cara yang disepakati dalam
melaksanakan tugas, (4) norma kelompok yang pada umumnya mengembangkan norma
mereka sendiri guna membantu mengembangkan perilaku yang dianggap baik. Para
anggota organisasi mengikuti norma tersebut, terutama kelompok yang mengikuti kohesif
Maka setiap perubahan dianggap merusak yang ada dan mengorbankan organisasi
(Winardi, 2005: 77-78)
Robbins (dalam Winardi, 2005; 7) mengemukakan tentang secara individu dan terangan
keorganisasian. Kedua tentangan tersebut diilustrasikan pada Gambar berikut
Disisi lain Wibowo (2006:62-69) mengemukakan resistensi individual & resistensi
organisasional dengan penjelasan berikut ini.
• Resistensi Individual
Terdapat beberapa faktor pendorong bagi timbulnya resistensi dari indivirta dala
organisasi, antara lain adalah karena ketidakamanan ekonomis. Suatu peroba
mempengaruhi perasaan keamanan, terutama bagi orang-orang yang sangat
memerlukan jaminan keamanan. Orang yang kinerjanya rendah dan klik om cenderung
menolak perubahan. Mereka khawatir perubahan dapat menimbulla ketidakpastian dan
berdampak negatif terhadap kelangsungan masa depannya.
Setiap perubahan memiliki potensi bagi seseorang untuk kehilangan pekerjaan atau
penurunan upah. Dengan demikian, suatu perubahan dapat menimbulkan
ketidakamanan secara ekonomis pada pekerja. Kekhawatiran tersebut dapat
menyebabkan orang menjadi resisten atau menolak terhadap perubahan.
Resistensi Organisasional
Perubahan pada tingkat organisasional dapat menghadapi resistensi yang menghambat
pencapaian tujuan organisasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi faktor
penghambat dalam menjalankan proses perubahan, yaitu seperti berikut.
Kelambanan strukturl
Kekuatan organisasional bertindak pada pekerja, mendorong mereka mewujudkan
pekerjaannya dalam cara tertentu, sehingga membuat mereka resisten terhadap
perubahan.
Organisasi memiliki mekanisme di dalamnya sang menghasilkan stabilitas Proses
seleksi, pelatihan, teknik sosialisasi, dan forsliau menyediakan po dipl aran dan
prosedur yang harus diikan Orang dalam organisasi dipilih dengan tepat, dibentuk
dan diarahkan berperilaku dalam cara tertemu Jika organisat dilutapikan pada
perubahan, struktur organisasi bertindak sebagai pengilang terhadap kelanjutan
stabilitas
Keterlambatan
Kelambanan untuk mewujudkan pekerjaan dengan cara khusus tidak hama berl dari
pekerjaan mereka sendiri, tetapi juga dari kelompok sosial dinama mereka bekerja.
Tantangan terhadap keseimbangan kekuatan
Jika perubahan dilak akan dengan memberikan penghargaan kepada mereka y
bertanggung jawab, maka mungkin akan terjadi pergeseran dalam keseimbang
kekuatan antara individu dan subunit organisasi. Perubahan mengakibatka
pergeseran seimbanggan di antara kekuatan yang terdapat dalam organisasi
Usaha perubahan sebelumnya tidak berhasil
Seseorang yang telah melalui bencana dapat dipaharai mungkin segan memiki
usaha yang sama. Sama halnya, kelompok atau seluruh organisasi yang pernah tid
berhasil meraperkenalkan perubahan di masa yang lalu mungkin akan bersike hati-
hati untuk menerima usaha perubahan pada tahap selanjutnya.
Ancaman terhadap keahlian
Perubahan dalam suatu organisasi juga merupakan ancaman terhadap kelompok
khusus yang memiliki keahlian. Dengan adanya perubahan, keahlian yang
diperlukan mungkin berbeda atau bisa juga yang semula merupakan kelompok ahli
tersentralist menjadi terdesentralisasi sebagai akibat perubahan.
Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang sudah ada setiap redistribus
kekuasaan pengambilan keputusan dapat mempengaruhi hubungan kekuasaan yang
sudah lama terbentuk. Perkenalan pengambilan keputusan partisipatif atau self
managed work teams merupakan jenis perubahan yang sering dianggap sebagai
ancaman oleh survisor atau manager menengah.
Ancaman terhadap alokasi sumber daya yang sudah ada
Kelompok di dalam organisasi yang mengontrol sumber daya sering melihat
perubahan sebagai ancaman. Mereka yang pada saat ini memperoleh manfaat dari
alokasi sumber daya sering merasa diancam oleh adanya perubahan. Perubahan
dikhawatirkan mempengaruhi alokasi sumber daya di masa yang akan datang,
sehingga mereka tidak menerima alokasi sumber daya seperti biasanya.
2. Taktik Mengatasi
Untuk mengatasi dipergunakan strategi digunakan perubahan dalam hambatan
keterlibatan, dukungan, negosiasi kesepakatan, manipulasi pemaksaan eksplisit
implisit 1991: 643-644).
Pendidikan dan Komunikasi
Hambatan terhadap perubahan dikurangi memberikan pendidikan komunikasi
dengan pekerja, logika salah informasi komunikasi buruk.
Rencana komunikasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap orang
diberikan informasi yang diperlukan dengan maksud agar dapat membuat
pilihan apakah mendukung atau menolak perubahan.
Dengan memberikan informasi yang benar dan akurat secara langsung, dapat
dihentikan meluasnya desas-desus yang merugikan, juga mengurangi waktu
yang diboroskan untuk berspekulasi tentang apa yang terjadi. Sedangkan untuk
merencanakan komunikasi peelu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
(a) siapakah target gtup yang harus menerima komunikasi, (b) apakah yang
harus dikomunikasikan, (c) apakah kombinasi komunikasi satu arah dan dua
arah harus direncanakan, (d) gaya komunikasi kepada mereka yang terpengaruh
perubahan dapatvmerasakan, dan (f) modal komunikasi apa yang harus
dipergunakan?
Partisipasi
Sangat sulit bagi individu untuk menghambat keputusan perubahan apabila
mereka diikutsertakan dalam proses perubahan. Sebelum membuat perubahan,
apa yang dipertentangkan dapat dibawa ke dalam proses kontribusi,
keikutsertaannya dapat mengurangi hambatan, memelihara komitmen dan
meningkatkan kualitas keputusan perubahan. Keterlibatan seseorang dalam
perubahan akan menyebabkan mereka merasa turut bertanggung jawab terhadap
keberhasilan perubahan, sehingga dapat mengurang resistensinya.
Fasilitas dan Dukungan
Agen perubahan dapat menawarkan serangkaian upaya untuk mengurangi
hambatan dengan memberikan fasilitasi dan dukungan kepada pekerja. Hal
tersebut terjadi ketika pekerja merasa takut dan tingkat kegelisahan tinggi,
pekerja dapat diberi konseling dan terapi serta pelatihan keterampilan baru.
Negosiasi
Negosiasi sebagai taktik mungkin penting jika hambatan datang dari sumber
yang kuat. Jika hambatan terletak pada beberapa individual kuat, paket
penghargaan spesifik dapat dinegosiasikan yang dapat memenuhi kebutuhan
individu.
Manipulasi dan Pemilihan (coorptation)
Manipulasi merupakan upaya menyembunyikan usaha mempengaruhi,
mempermainkan kenyataan membuat tampak lebih menarik, menyimpan
informasi yang tidak diinginkan dan menciptakan gosip tidak benar agar pekerja
menerima perubahan.
Kooptasi/pemilihan merupakan kombinasi manipulasi dan partisipasi.
Pemimpin kelompok penghambat disuap dengan memberi mereka peran kunci
dalam keputusan perubahan. Paksaan/kekerasan merupakan pelaksanaan
ancaman langsung atau paksaan terhadap penghambat proses perubahan.
Paksaan dapat diberikan berupa ancaman terhadap pemindahan, kehilangan
promosi, evaluasi kinerja negatif, atau surat rekomendasi buruh.
Pelatihan
Training sebenarnya jarang dipertimbangkan sebagai alat untuk mengurangi
resistensi terhadap perubahan, karena sedikit sekali organisasi yang
mempertimbangkan apakah persyaratan keterampilan, pengetahuan dan
kemampuan baru yang telah diciptakan oleh perubahan.
Penghargaan
Rencana penghargaan diharapkan dapat menibgkatkan moral staf yang sangat
penting, karena pwrubahan dapat menyebabkan kehebohan. Rencana
pwnghargaan juga akan memastikan bahwa lebih sedikit pekerja akan
meninggalkan pekerjaan karena mereka mendapatkan kepuasan kerja.
3. Sebaiknya perusahaan Go jek perlu membuat departemen lini baru yaitu departemen
keamanan yang bertugas sebagai pengawas lapangan untuk mengendalikan kecurangan-
kecurangan yang ada.
4. Perusahaan perlu memberikan tindakan yang tegas baik kepada pegawai maupun driver
yang melakukan kecurangan bisa dengan denda , surat peringatan, maupun pemecatan.
1. Pendidikan dan informasi yang benar kepada pengemudi Ojek Pangkalan. (Pendidikan
damInformasi)
2. Merangkul pengemudi ojek pangkalan untuk bergabung dengan menjadi Mitra Gojek.
(Partisipasi)
5. GO-JEK Indonesia berhasil merekrut sebanyak 16.000 Mitra GO-JEK, sehingga yang
sebelumnya jumlah Mitra GO-JEK adalah minoritas, secara otomatis berubah menjadi
mayoritas
6. Dengan tambahan kekuatan sebanyak 16.000 orang dengan sendirinya, pihak-pihak yang
menolak keberadaan GOJEK menjadi lebih sedikit (PENEKANAN /PAKSAAN).
a) Peran Pimpinan dalam Menghadapi Resistensi
1).Membentuk Dinamika Politik (shape political dynamics).Politik organisasional
memegang peranan penting dalam mencapaitujuan yang diinginkan. Secara politis,
resistensi terhadap perubahan dapatdiatasi dengan memenangkan dukungan individu
yang paling kuasa danberpengaruh. Dengan demikian, dukungan politis akan
memfasilitasipenerimaan perubahan.Mengidentifikasi dan Menentukan
PenolakPerubahan (identify and neutralize change resistance). Cara yang palingpenting
untuk mendukung inisiatif perubahan adalah dengan menetralkanmereka yang menolak
perubahan.
2).Mendidik Angkatan Kerja (educate the work force).
Para pekerja harus dididik agar mengerti tentang arti perubahanorganisasi bagi mereka.
3).Mengikutsertakan Pekerja pada Usaha Perubaahan (involve employees in thechange
efforts). Pekerja yang turut serta dalam proses perubahan dapat diharapkanhanya
memiliki sedikit resistensi (penolakan) terhadap perubahan, serta parapekerja dapat
lebih memahami kebutuhan akan perubahan.
4).Menghargai Perilaku Konstruktif (reward contructive).Mekanisme yang berhasil
untuk memfasilitasi perubahan organisasionaladalah dengan memberikan penghargaan
pada orang yang berperilaku sepertidiinginkan. Mengubah cara operasional organisasi
mungkin perlu dilakukandengan mengubah bentuk perilaku yang perlu diberi
penghargaan olehorganisasi.
5).Menciptakan Organisasi Pembelajaran (create a learning organization).Untuk
menyelenggarakan organisasi pembelajaran, manajemen harusmengambil langkah
diantaranya: menciptakan komitmen untuk berubah;menerima adanya struktur
organisasi informal; dan mengembangkan budayaorganisasi terbuka.
6).Memperhitungkan Situasi (take the situation into account ).Untuk mengatasi
resistensi organisasional lebih banyak memerlukankemauan dan komitmen politik para
top-managers , disertai langkah-langkahyang lebih komunikatif, akomodatif, dan
partisipatif.
b) Cara pemimpin menghadapi Resistensi
Teori yang dikemukakan oleh Robbins (2008) mengemukakan langkah apa saja yang
dapat di lakukan sebelum melakukan perubahan dalam organisasi, agar dapat
membantu dalam meminimalisir adanya sikap resistensi.
1. Mengidentifikasi perubahan dimana pimpinan harus melihat bahwa perubahan
tersebut sebagai hal yang akan di terima oleh individu dalamorganisasi.
2. Mengidentifikasi individu dalam organisasi dengan melihat karakter individu agar
dapat menyesuaikandiri.
3. Melakukan pendekatan dan penyesuaian baik secara individu maupun kelompok
terhadap perubahantersebut.
4. Melakukan komunikasi yang baik secara individu maupun kelompok untuk
mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul ketika dilakukan perubahan.
5. Melaksanakan perubahan untuk tujuan bersama dalamorganisasi. dan jika masih
ditemui sikap resistensi maka organisasi dapat menerapkan yang namanya paksaan
dimana jika individu menolak keras untuk di adakannya perubahan maka pemindahan
atau rotasi, tidak adanya promosi dan pemecatan dapat diterapkan.
6. Dalam mempertahankan perubahan yang telah di lakukan organisasi perlu
memfasilitasi setiap individu untuk dapat berkembang. Dan memberika reward kepada
setiap individu atau kelompok sebagai penghargaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resistensi perubahan merupakan reaksi alamiah terhadap sesuatu yang
menyebabkan gangguan dan hilangnya keseimbanggan (equilibrium).
Perubahan pada hakikatnya merupakan upaya pergeseran dari kondisi status quo
ke kondisi yang baru. Perubahan ini untuk sebagian orang yang sedang
mendapatkan manfaat dari kekuasaan dirasakan akan mengandung risiko, sehingga
terdapat kecenderungan terdapatnya resistensi atau penolakan.
Resistensi dapat bersifat overt atau covert (jelas atau tersembunyi). Resistensi
bersifat jelas (part) terhadap perubahan organisasi dilakukan melalui memo, rapat,
pertukaran satu per satu, dan sarana umum lainnya. Sedang resistensi bersifat
tersembunyi (cover) dapat berjalan tanpa pemberitahuan sampai merusak proyek
perubahan.
3.2 Saran
Mahasiswa/mahasiswi diharapkan dapat serius dan cermat dalam melaksanakan
pembelajaran mata kuliah Manajemen Perubahan supaya dapat memahami dasar-
dasar ilmu Manajemen Perubahan dengan baik