Anda di halaman 1dari 14

Sebelum kita mencari tahu tentang instrumen yang dimiliki oleh kebijakan moneter, kita bahas

terlebih dahulu tentang pengertian kebijakan moneter, kebijakan ini diartikan sebagai sebuah
langkah atau sebuah tindakan yang diambil oleh petinggi moneter yang disini bertindak adalah
Bank Sentral atau Bank Indonesia untuk mengatur atau mempengaruhi jumlah uang yang beredar
dan daya beli atas uang tersebut. Pada intinya kebijakan moneter adalah kebijakan yang
berhubungan dengan masalah keuangan. (Baca juga : peran kebijakan moneter dalam
perekonomian)

Adapun beberapa instrumen kebijakan moneter, diantaranya :

1. Kebijakan operasi pasar terbuka (open market operation)


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebiajkan yang diambil oleh bank sentral untuk
mengurangi atau menambahkan jumlah uang yang sedang beredar di masyarakat. Hal ini
dilakukan dengan cara menjual serifikat Bank Indonesia (SBI) atau bisa juga dengan membeli
surat berharga yang ada dalam pasar modal. Contoh dari kebijakan ini adalah ketika Bank
Indonesia melelang sertifikatnya atau bisa juga membeli atau menarik surat-surat berharga yang
beredar di pasar modal.

Lelang sertfikat diberlakukan ketika uang yang beredar di masyarakat berlebih maka dengan itu
jumlahnya bisa diminimalisir. Sedangkan pembelian surat-surat berharga diberlakukan ketika uang
yang beredar di masyarakat sedikit atau rendah maka dengan cara tersebut uang yang beredar di
masyarakat akan kembali menjadi normal. Konsekuensi dari kebijakan ini sangat besar karena
bertempat di pasar terbuka, dimana semua pihak bebas untuk masuk dan melakukan bisnisnya.
Namun di sisi lain dengan ikut di pasar terbuka kita akan mudah untuk mencapai tujuan utama,
misalkan untuk menjual sertifikat berharga kita mudah untuk menemukan pihak yang akan
membeli surat atau sertifikat.

Kita juga lebih mudah untuk membangung sebuah jaringan dimana ketika terjadi suatu kesulitan
atau masalah bisa terselesaikan dengan baik dan efektif. Pelaksanaan kebijakan ini dilakukan
dalam jangka waktu yang cukup panjang karena setiap hasil penjualan surat atau sertifikat
berharga digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada dan mempertahankan kestabilan
jumlah uang yang beredar di masyarakat.

2. Kebijakan diskonto (discount policy)


Diskonto adalah suatu kebijakan dimana terjadi pengurangan dan penambahan jumlah uang yang
beredar di masyarakat dengan cara mengubah diskonto yang dimiliki oleh bank umum. apabila
pada suatu kondisi dimana bank sentral telah memperhitungkan bahwasannya jumlah uang yang
beredar telah mencapai atau melebihi kebutuhan (termasuk gejala inflasi), maka bank sentral
secara otomatis akan mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga dengan hal ini maka
jumlah uang yang beredar di masayarakat sedikit demi sedikit akan berkurang, biasanya banyak
orang yang berkeinginan untuk menabungkan uangnya di Bank.

(Baca juga : akibat inflasi penyebab terjadinya inflasi pengertian inflasi menurut para ahli)
ads
Contohnya ketika Bank sentral memberlakukan kenaikan dan penurunan suku bunga, hal ini
dilakukan untuk menstabilkan jumlah uang yang beredar di masyarakat, ketika terjadi gejala inflasi
dimana uang masyarakat yang beredar banyak maka diterapkanlah sistem diskonto kenaikan suku
bunga agar masyarakat mau dan tertarik untuk menabung. Di sisi lain ketika jumlah uang yang
beredar di masyarakat rendah maka suku bunga Bank akan diturunkan agar masyarakat tidak
menabung dan uangnya tetap berputar sehingga jumlah uang yang beredar semakin lama akan
stabil.

Untuk kebijakan diskonto ini sering mengalami hambatan apalagi ketika adanya kenaikan dan
penurunan suku bunga maka akan menimbulkan ketergantungan. dimana mereka hanya mau
menabung saat suku bunga naik dan ketika suku bunga turun maka pemborosan uang akan terjadi
di dalamnya. Namun di sisi lain penerapan diskonto memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi karena
perubahan strategi ddi dalamnya mudah dilaksanakan, misal ketika saat itu suku bunga tinggi dan
ketika terjadi kekurangan jumlah uang yang beredar atau mengalami krisis suku bank bisa
diturunkan saat itu juga. Hal ini mudah karena yang digunakannya adalah sebuah sistem atau
program yang sudah di desain sedemikian rupa sehingga tidak membutuhkan waktu dan dana yang
besar. Cukup melakukan pemberitahuan kepada para nasabah bahwasannya suku bunga akan
diturunkan karena krisis.

3. Kebijakan cadangan khas


Kebijakan ini berhubungan dengan cash ratio, dimana Bank sentral memiliki wewenang untuk
membuat peraturan yakni dalam menaikkan ataupun menurunkan cadangan khas atau yang sering
kita sebut dengan cash ratio. Bank umum dalam keadaan ini akan menerima uang dari para
nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito, dan jenis tabungan lainnya. Namun dalam hal ini
ada sebuah pengecualian yakni adanya presentase tertentu dari uang yang disetor oleh nasabah
yang tidak diperbolehkan untuk dipinjamkan.

Contohnya : saat Bank sentral menahan atau melarang sebagian dari tabungan serta uang yang
beredar di masyarakat baik deposito, giro, sertifikat dan lain lain untuk dipinjamkan kepada pihak
lain, hal ini dimaksudkan untuk membuat kondisi peredaran uang menjadi stabil kembali, yakni
dengan berupaya menurunkan jumlah uang berlebih yang beredar di masyrakat.
(Baca juga : Bank dengan bunga deposito tertinggi)

Begitu pula sebaliknya ketika uang yang beredar di masyarakat sedikit maka Bank sentral akan
melakukan kebijakan yakni mengeluarkan cadangan khasnya yang telah diperoleh sebelumnya
untuk dipinjamkanm kepada masyarakat. Tujuan utama diberlakukannya kebijakan cadangan khas
adalah untuk mensiasati ketidakstabilan kondisi uang yang beredar di masyarakat. Dengan adanya
kebijakan ini maka pemerintah atau Bank sentral tidak bingung ketika ada ketidakstabilan dalam
hal jumlah uang yang beredar di masyarakat, karena ketika kondisi normal dan ada kelebihan
maka pemerintah akan mencadangkan kelebihan itu dengan tujuan untuk digunakan ketika ada
sebuah masalah yang berkaitan dengan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini bisa
diterapkan dimanapun berada karena dengan persiapan awal kita tidak akan kesulitan dalam
menghadapi sebuah masalah meskipun datangnya secara tiba-tiba.

4. Kebijakan kredit ketat


Sesuai dengan namanya yang mengandung unsur ketat maka kebijakan yang satu ini berhubungan
dengan pengawasan. Pengawasan terhadap jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dengan
adanya kebijakan diharapkan perekonomian mampu membaca situasi dengan baik dan mencari
sebuah pemecahan masalah ketika kita hidup bersama. Kredit ini diberikan bank umum dengan
beberapa syarat yakni karakter, kapasitas, jaminan, kapital, dan kondisi perekonomian. Langkah
ini sangat tepat diambil ketika terjadi inflasi di daerah tersebut. Contohnya ketika peredaran uang
di masyarakat tidak merata dan sering terjadi fluktuatif maka bank sentral akan menerapkan sistem
pajak kredit ketat agar tidak ada satupun pihak yang menyelewengkan uang yang ada.

Hal ini sangat efektif ketika terjadi sebuah kekacauan di suatu negara, karena apapun alasannya
semua pihak harus mentaatinya dan jika ada sebuah pelanggaran atau penyelewengan akan
mendapatkan sebuah sanksi dan hukuman sesuai dengan aturan yang ada. Kefefktifan kebijakan
ini tidak perlu diragukan lagi karena sistem ini akan mempersempit peluang pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab dalam membuat atau menciptakan suatu permasalahan.

(Baca juga : macam kredit pasif)


Sponsors Link

5. Kebijakan dorongan moral (moral suasion)


Kebijakan atau tindakan yang satu ini berbeda dengan yang lainnya karena dalam upayanya
menstabilkan jumlah uang yang beredar baik untuk menurunkan dan menaikkan jumlah uang
tersebut. Cara atau tindakan yang ditempuh oleh kebijakan ini adalah dengan pengumuman, pidato
dan edaran yang ditunjukkan pada bank umum dan pelaku ekonomi lainnya.

Pengumuman, pidato dan edaran ini berisi tentang ajakan atau larangan dengan tujuan menahan
pinjaman tabungan dan melepaskan pinjaman yang ada. Untuk kebijakan yang satu ini layaknya
seperti perintah dari atasan dan secara langsung akan ditindak lanjuti. Untuk kebijakan ini
memiliki kekurangan yakni tidak semua responden yang diperintahkan untuk melakukan perintah
tersebut. Hal ini terjadi karena tidak ada aksi yang signifikan dan control yang minimal.

(Baca juga : cara mengatasi kelangkaan sumber daya alam faktor penyebab kelangkaan)

Itulah beberapa instrumen yang dimiliki oleh kebijakan moneter, dimana instrumen itu terbagi
menjadi 5 yakni kebijakan operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, kebijakan cadangan khas,
kebijakan kredit ketat, dan kebijakan dorongan moral. Semua kebijakan ini berpengaruh terhadap
jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Pada dasarnya kebijakan ini hadir untuk menjaga kestabilan jumlah uang yang beredar karena hal
ini sangat berpengaruh dengan keadaaan ekonomi, ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat
berlebih dan hal itu berlangsung terus menerus maka akan terjadi sebuah permasalahan dalam
perekonomian misalkan menyebabkan inflasi dan lainnya. Begitu juga sebaliknya ketika jumlah
yang beredar dalam masyarakat menipis bahkan kurang dan kejadian ini terjadi terus menerus
maka kan terjadi krisis moneter di suatu negara akibat dari ketidakstabilan jumlah uang yang
beredar.

Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah. Hampir semua


instrumen moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat
berharga yang menjadi underlying-nya mengandung unsur bunga. Oleh karena itu
instrumen-instrumen konvensional yang mengandung unsur bunga (bank rates,
discount rate, open market operation dengan sekuritas bunga yang ditetapkan
didepan) tidak dapat digunakan pada pelaksanaan kebijakan moneter berbasis
Islam.
Tetapi sejumlah instrument kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah
pakar ekonomi Islam masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit,
seperti Reserve Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion
and change in monetary base.

Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral tidak dapat
menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam memerlukan
instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan ekonomi moneter dalam
ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa instrumen bebas bunga yang
dapat digunakan oleh bank sentral untuk meningkatkan atau menurunkan uang
beredar. Penghapusan sistem bunga, tidak menghambat untuk mengontrol jumlah
uang beredar dalam ekonomi.

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam


ekonomi Islam, antara lain:

Reserve Ratio

Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh
bank sentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin mengontrol jumlah uang
beredar, dapat menaikkan Reserve Ratio misalnya dari 5 persen menjadi 20 %
yang dampaknya sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit,
begitu sebaliknya.

Moral Persuassion
Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit
sebagai tanggung jawab mereka ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi.
Dampaknya, kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke dalam ekonomi.

Lending Ratio

Dalam ekonomi Islam, tidak ada istilah Lending (meminjamkan), lending ratio
dalam hal ini berarti Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).

Refinance Ratio
Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga. Ketika refinance ratio
meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat, dan ketika refinance ratio
turun, bank komersial harus hati-hati karena mereka tidak di dorong untuk
memberikan pinjaman.

Profit Sharing Ratio

Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai
suatu bisnis. Bank sentral dapat menggunakan profit sharing ratio sebagai
instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan jumlah uang
beredar, maka ratio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.

Islamic Sukuk

Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan


mengeluarkan sukuk lebih banyak sehingga uang akan mengalir ke bank sentral
dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki kapasitas untuk
menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar.

Penjualan atau pembelian sertipikat bank sentral dalam kerangka komersial,


disebut sebagai Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan
dan dijual oleh bank sentral kepada broker dalam jumlah besar, dalam jangka
pendek dan berbunga meskipun kecil. Treasury Bills ini tidak bisa di terima dalam
Islam, maka sebagai penggantinya diterbitkan pemerintah dengan sistem bebas
bunga, yang disebut GIC (Government Instrument Certificate).
Kebijakan Fiskal Tujuan, Fungsi dan Instrumen
Dalam dunia ekonomi pasti kita akan sering mendengar tentang
kebijakan, karena tanpa kebijakan maka jalannya perekonomian suatu
negara akan menjadi berantakan atau tidak sesuai dengan yang
direncanakan. Keberadaan kebijakan dalam dunia ekonomi adalah
sebagai landasan atau dasar semua kegiatan yang berhubungan dengan
dunia ekonomi baik dalam ruang lingkup kecil hingga besar. Untuk
itulah kebijakan selalu ada dalam penyebutan ekonomi. Seperti
layaknya fungsi sepatu bagi kaki kita, kaki kita diumpamakan sebagai
kegiatan ekonomi dan sepatu adalah kebijakan yang melindungi jalnnya
perekonomian. Ada banyak kebijakan yang diterapkan dalam dunia
ekonomi, salah satunya adalah kebijakan fiskal.

Pengertian
Pertama kalinya kita akan membahas tentang pengertian dasar dari
kebijakan fiskal sendiri. Kebijakan berasal dari akar kata bijak yang
artinya mahir atau ahli, bisa juga diartikan tajam dalam berfikir, arah
dan pebuh budi dalam bertindak. Untuk imbuhan ke-an yang menemani
kata bijak diartikan sebagai rangkaian atau susunan sebuah konsep
yang dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai suatu tujuan atau
cita-cita yang telah direncanakan atau disiapkan terlebih dahulu.
Sedangkan untuk kata fiskal berasal dari bahasa Inggris fisc yang
berarti sebuah pembendaharaan ataupun pengaturan keluar masuknya
uang. Dari dua pengertian tersebut bisa ditarik sebuah kesimpulan
bahwa kebijakan fiskal bisa didefinisikan sebagai suatu kebijakan
pemerintah dalam mengatur pengeluaran sekaligus pemasukan atau
pendapatan negara sebagai sebuuah langkah konkret untuk
menciptakan kesempatan kerja yang luas tanpa adanya masalah inflasi
dan krisis uang.

Kebijakan fiskal merupakan suatu kebijakan ekonomi yang


bertindak untuk mengarahkan kondisi perekonomian suatu bangsa
menjadi lebih baik dan produktif dari sebelumnya, dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintahan. Kebijakan fiskal ini fokus pada pengaturan jumlah
uang yang beredar. Mungkin kita berfikir kalau fokusnya pada jumlah
uang yang beredar, maka apa bedanya dengan kebijakan moneter.
Memang kebijakan hampir sama dengan kebijakan moneter namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan
belanja yang dilakukan oleh pemerintah.
Bisa dibilang bahwa kebijakan fiskal merupakan suatu kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka atau dalam momen untuk
mendapatkan dana segar serta bagaimana pemerintah menggunakan
dananya tersebut untuk keperluan berbelanja atau melakukan sebuah
pembangunan, tentunya dengan adanya kebijakan fiskal ini ada acuan
bagi pemerintah agar bijak dalam menggunakan dana yang ada. Dan
intinya kebijakan fiskal itu sendiri adalah kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan pengeluaran dan pemasukan negara.

Perlu anda ketahui bahwa kebijakan fiskal ini memiliki dua macam
aspek di dalamnya, yaitu aspek kualitatif dan aspek kuantitatif.
Untuk aspek kualitatif hal-hal yang menjadi pembahasan antara lain
jenis-jenis pajak, segala jenis pembayaran dan subsidi. Sedangkan
untuk aspek kuantitatif hal-hal yang menjadi pembahasan adalah segala
sesuatu yang memiliki hubungan dengan jumlah uang yang harus ditarik
dan dibelanjakan. Kebijakan fiskal diberlakukan oleh pemerintah dalam
tujuan untuk mempengaruhi hukum permintaan dan penawaran yang
ada dalam masyarakat, dengan cara melakukan perubahan insentif bagi
perusahaan dan individu. Untuk lebih mudah memahi kebijakan fiskal,
salah satu contohnya adalah APBN.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang sangat kompleks yakni untuk
mencapai sebuah perekonomian atau sistem ekonomi yang makmur dan
sejahtera, serta untuk menentukan arah dan tujuan, bidikan, prioritas
pembangunan bangsa atau pembangunan nasional dan tentunya
menghasilkan sebuah pertumbuhan ekonomi yang maksimal. Adapun
tujuan-tujuan kebijakan fiskal antara lain :

1. Mencegah dan mengurangi tingkat pengangguran

Mengatasi pengangguran merupakan salah satu tujuan utama


diterapkannya kebijakan fiskal. Kegagalan atau ketidakmampuan
mencapai kesempatan kerja penuh tidak hanya berakibat pada tingkat
pendapatan nasional atau laju pertumbuhan ekonomi yang tidak
maksimal namun juga dampak buruknya bisa menambah jumlah
pengangguran yang ada. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi
negara.

Dengan adanya kebijakan fiskal inilah diharapkan masalah


pengangguran ini bisa diatasi, diharapkan dengan diterapkannya
kebijakan ini semua pihak yang bersangkutan terutama lapangan
pekerjaan diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi dan jumlah SDM
yang ada. Misalkan dengan mengoptimalkan kemampuan yang mereka
miliki tidak harus memiliki sebuah ijazah resmi ataupun tidak mereka
tetap bisa berkreasi seperti halnya ada sebuah pergerakan masyarakat
berupa UKM (usaha kerja masyarakat) yang bisa menjadi peluang kerja
bagi para pengangguran. Terbukti bahwasannya 94% sumbangan
ekonomi Indonesia diperoleh dari UKM dan 6% dari industri yang
sebagaian besar dikuasai oleh asing. Untuk itulah dengan adanya
kebijakan fiskal masalah pengangguran bisa diatasi.

2. Mempertahankan stabilitas harga


Tujuan selanjutnya adalah kestabilan harga, disini kebijakan fiskal
selalu berusaha untuk menjaga harga pasar tidak mengalami penurunan
dan kelonjakan yang tinggi. Dua hal ini akan berakibat fatal
perekonomian negara, ketika harga terus menurus turun maka yang
akan terjadi adalah akan terjadi banyak gulung tikar dan pengangguran
karena usaha-usaha yang bukan milik negara bisa dibilang swasta dan
UKM akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan sebuah
keuntungan, kebanyakan dari mereka ada yang balik modal saja bahkan
ada juga yang tekor atau rugi. Sedangkan jika harga terus menerus
melonjak naik maka yang akan terjadi adalah inflasi.

Baca juga : faktor penyebab kelangkaan pengertian inflasi menurut


para ahli

ads
Dengan adanya inflasi memang bisa bermanfaat bagi kaum-kaum
pengusaha yang mampu memanfaatkannya dengan baik yakni mencari
keuntungan sebesar-besarnya, namun apakah kita tidak berfikir
bagaimana masyarakat dengan golongan ekonomi menengah ke bawah
maka mereka akan kesulitan dalam situasi harga yang terus menerus
naik. Tidak hanya itu dampak negatif dari inflasi, sektor swasta juga
akan merasakan dampak dari inflasi karena dengan adanya situasi ini
para investor lebih suka dengan produk yang tahan lama seperti halnya
tanah dan bangunan. Selain itu dalam jangka panjang inflasi ini akan
mengurangi trust dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam
menghadapi dan mengatasi masalah inflasi ini, kebijakan fiskal
menerapkan beberapa cara yakni :
Dengan menyeimbangkan uang yang beredar di masyarakat. Bank
Indonesia sebagai Bank sentral di Indonesia diharapkan mampu
menerapkan suku bunga Bank umum dengan nilai yang tinggi, dengan
tujuan banyak masyarakat yang menabungkan uangnya ke Bank
sehingga secara otomatis uang yang beredar di masyarakat akan turun
dengan sendirinya.
Menyeimbangkan jumlah uang yang beredar di masyarakat
dengan penyediaan produk baik barang maupun jasa sesuai dengan
uang tersebut.
Mengurangi pengeluaran dari pemerintah dengan memanfaatkan
atau mengoptimalkan pos-pos vital yang dimiliki pemerintah.
Menggelorakan sadar dan wajib pajak bagi semua kalangan
masyarakat yang memiliki kewajiban untuk membayarnya. Agar
pemerintah mampu mengadakan sebuah pembangunan dengan uang
pajak yang selalu rutin dibayarkan oleh semua anggota wajib pajak.
Mencari alternatif berupa mencari pinjaman ke luar negeri.

3. Memacu pertumbuhan ekonomi negara


Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu hal mutlak yang harus
diupayakan oleh pemerintah. Dengan kemjuan di bidang ekonomi ini
maka keberlangsungan hidup negara tersebut akan terjamin tanpa
adanya gangguan yang berarti. Pemerintah menerapkan kebijakan fiskal
untuk mencari sebuah trobosan atau inovasi baru yang mampu
berkontribusi dalam kemajuan perekonomian negara serta mencari
sebuah pemecahan masalah untuk digunakan dikemudian hari ketika
banyak problem dan tantangan yang menyerbu perekonomian negara.

4. Mendorong lajunnya investasi.

Investasi merupakan salah satu transaksi dalam dunia ekonomi yang


memiliki prospek besar. Untuk itulah kebijakan fiskal bertujuan untuk
mendorong agar kegiatan investasi ini terus bertambah dan bertambah
agar hasil dari padanya bisa dimanfaatkan sebagai pembangunan
nasional dan lain sebagainya. Namun juga harus diingat dan
diperhatikan ketika investor atau yang melakukan investasi adalah
orang asing maka kita harus selektif dan cekatan dalam mengurusinya
dan mengamati segala pergerakan mereka, karena takutnya dengan
sifat yang selalu ingin menjadi pemiliki seluruhnya. Jika itu terjadi maka
kita sebagai bangsa ini akan mengalami penurunan drasatis dan
kegagalan dimanapun investor asing berlabu

5. Untuk mewujudkan keadilan sosial

Arti dari keadilan sesungguhnya adalah meletakkan sesuatu tepat pada


tempatnya, bukan berarti harus sama. Salah satu contohnya ketika
seorang Ibu memberikan uang saku pada anaknya tentu berbeda antara
anak SD dan perguruan tinggi, pasti uang saku anak yang sudah kuliah
lebih banyak daripada anak yang SD hal ini disesuaikan dengan
kebutuhannya, inilah yang disebut dengan sebuah keadilan. Begitu juga
keberadaaan kebijakan fiskal ini untuk membuat dan menciptakan
keadilan sosial. Dalam hal ini kebijakan fiskal berusaha untuk membagi
rata atau mendistribusikan pendapatan. Kebijakan fiskal selalu
berupaya untuk membuat keseimbangan antara kaya dan miskin bukan
kaya menjadi kaya dan miskin menjadi miskin jadi diupayakan semua
pihak mendapatkan sebuah kecukupan bidang ekonomi. Salah satu cara
untuk bisa meratakan pendapatan bisa melalui pembayaran pajak.

Fungsi Kebijakan Fiskal


Disamping memiliki beberapa tujuan kebijakan fiskal memiliki beberapa
fungsi, dimana fungsi tersebut melangkapi keberadaan dan penguatan
kebijakan fiskal di dunia ekonomi sendiri, fungsi-fungsi itu antara lain :

Mengoptimalkan penggunaan Sumber daya alam dan sumber daya


manusia
Sumber daya merupakan salah satu komponen penting yang harus ada
dalam sebuah negara, tanpa kehadiran dua komponen tersebut maka
kegiatan perekonomian akan terencam musnah. Sumber daya pada
dasarnya dibagi menjadi dua yakni sumber daya alam dan sumber daya
manusia. sumber daya alam sebagai bahan dasar untuk kegiatan
produksi namun juga langsung bisa dikonsumsi oleh manusia.
sedangkan sumber daya manusia sebagai aspek pengelola dari sumber
daya alam yang masih mentah menjadi produk yang siap pakai atau
sudah matang siap untuk dikonsumsi. Kehadiran kebijakan fiskal adalah
untuk menyeimbangkan natara sumber daya alam yang ada dengan
sumber manusia yang ada, karena percuma jika hanya salah satunya
yang menonjol sebab akan menimbulkan sebuah ketimpangan dan
permasalahan baru. Contohnya ketika sumber daya alam melimpah dan
tidak ada tenaga ahli yang mengelola maka sumber daya yang ada akan
menumpuk dan tidak ada gunanya. Di sisi lain ketika sumber daya
manusia atau para ahli banyak dan tidak ada sumber daya alam yang
memadai maka mereka akan pindah ke negara orang karena
menganggap tenaganya tidak diperlukan di negaranya sendiri. Maka
kebijakan fiskal ini berfungsi sebagai penyeimbang dan pengoptimalan
sumber daya yang ada baik dari alam dan manusianya.

2. Mengoptimalkan kegiatan investasi

Investasi merupakan salah satu kegiatan yang bisa mendatangkan


keuntungan bagi pemerintah dan negara tentunya. Dengan terbukanya
lahan atau tempat untuk berinvestasi maka peluang usaha-usaha yang
mendatangkan keuntungan besar untuk pemasukan bagi devisa negara.
Bagaimanapun kehadiran kebijakan fiskal untuk membuka seluas-
luasnya peluang bagi para pemiliki modal untuk menginvestasikan
modalnya.

Instrumen Kebijakan Fiskal


Selain fungsi, kebijakan fiskal juga memiliki beberapa instrumen yang
menjadi ciri kahsnya. Adapun instrumen kebijakan fiskal, diantaranya
sebagai berikut :

1. Anggaran belanja seimbang

Sesuai dengan namanya yaitu seimbang, maka disini adalah


menggunakan perpaduan antara anggaran defisit dan anggaran surplus,
yaitu dengan memadukan antara konsep pengelauran lebih banyak
daripada pemasukan dan juga menggunakan konsep pemasukan yang
lebih banyak daripada pengeluaranya. Jadi pada dasarnya anggaran
seimbang ini menjadi salah satu poerantara diantara keduaanya,
anggaran ini bisa menggunakan anggaran sesuai dengan waktu dan
kondisinya. Ketika keadaan atau kondisi perekonomian negara
mengalami inflasi maka konsep anggaran surplus, dan ketika situasi
menunjukkan keadaan yang tidak stabil maka anggaran yang digunakan
adalah anggaran defisit.

2. Pembiayaan fungsional

Untuk kebijakan ini fokus pada penyesuaian anggaran negara dengan


menentukan biaya atau anggaran yang digunakan oleh pemerintah
dengan sedemikian rupa hingga tidak memiliki pengaruh bagi
pendapatan atau pemasukan negara secara langsung. Kebijakan
pembiayaan fungsional ini memiliki tujuan utama untuk menyerap
sebanyak-banyaknya tenaga kerja dnegan membuka berbagai lapangan
pekerjaan baru. Dalam kebijakan ini pula pajak dan pengeluaran
pemerintah ditempatkkan atau diposisikan dalam tempat yang berbeda.
kebijakan ini dipelopori atau dicetuskan oleh A.P Liner.

3. Anggaran defisit atau Kebijakan fiskal ekspansif

Anggaran defisit merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang


bertujuan untuk memeberikan stimulus pada sebuah perekonomian
dengan cara mengupayakan untuk membuat pengeluaran negara untuk
belanja dan pembangunana lebih besar daripada pemasukan yang ada
selama kurun waktu tertentu. Mungkin kita berfikir mengapa cara atau
kebijakan ini dipakai padahal dilihat dari satu sisi hal ini merugikan
negara, namun sebenarnya tidak pada dasarnya kebijakan ini dilakukan
hanya pada situasi ekonomi yang resesif karena hal ini akan
menguntungkan bagi negara.

Sponsors Link

Anggaran defisit dibagi menjadi beberapa bagian, yakni :

Defisit konvensional

Defisit jenis ini adalah anggaran defisit yang dihitung berdasarkan atas
selisih antara realisasi total pembelanjaan dan realisasi total
pengeluaran, termasuk di dalamnya juga dana hibah.

Defisit moneter

Defisit moneter adalah anggaran defisit yang hasilnya diperoleh dari


perhitungan berdasarkan antara selisih antara realisasi total belanja
negara (tidak termasuk pembayaran pokok ataupun hutang) serta
realisasi dari total penerimaan (tidak termasuk di dalamnya penerimaan
dari hutang)

Defisit operasional
Difisit operasional hampir senada dengan defisit moneter, namun
perbedaannya terletak dalam nilai yang diukur. Dalam difisit operasional
nilai yang dihitung adalah nilai riil atau asli bukan nilai nominal.

Defisit primer

Defisit primer adalah defisit yang jumlahnya dihitung dari selisih antara
realisasi dari belanja total (belum termasuk pembayaran pokok dan
hutang) dan total penerimaan.

4. Anggaran surplus atau kebijakan fiskal kontraktif

Untuk anggaran surplus ini sebenarnya adalah kebalikan dari anggaran


defisit, jika pada anggaran defisit pengeluaran pemerintah lebih
ditekankan daripada pemasukannya, namun jika dalam anggaran
surplus maka pemasukan negara adalah menjadi fokus perhataian
diharapkan pemasukan negara lebih besar dari penegeluaran negara
baik untuk pembangunan atau investasi dan lainnya. Kebijakan ini
diberlakukan ketika situasi ekonomi pada kondisi yang ekspansi serta
memanas (overheating). Hal ini semata hanya dilakukan untuk
menurunkan tekanan dan desakan yang kian tinggi dari permintaan.
(Baca juga : hukum permintaan dan penawaran)

5. Stabilitas anggaran otomatis

Stabilitas disini diartikan sebagai upaya untuk tetap mempertahankan


keadaan dan kondisi perekonomian yang sudah bagus dengan cara
menyesuaikan anggaran yang dimiliki negara, dengan memperhatikan
penggunaan biaya atau dana, dalam kebijakan ini diusahakan untuk
menekan pengeluaran negara dengan sesuatu yang lebih bermanfaat
dan tentunya dengan biaya minimum namun bisa menghasilkan banyak
hasil.

6. Pengelolaan anggaran

Pengelolaan anggaran ini merupakan salah satu usaha dari pemerintah


untuk menjaga sebuah kestabilan perekonomian negara. Cara atau
alternatif yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan serta
menggunakan hasil pajak atau pinajaman sebagai modal dasarnya.
Dimana hasil pajak dan pinajaman ini menjadi satu kesatuan utuh dalam
hal penerimaan dan pengeluaran negara. Konsep dari pengelolaan
anggaran ini senada dengan adanya anggaran seimbang, dimana ketika
kondisi perkonomian lesu atau tidak berkembang maka anggaran
surplus yang diterapkan sedangkan ketika terjadi inflasi kita akan
menerapkan tanpa adanya dana cuma BMT. Untuk pendekatan
pengelolaan anggaran ini dicetuskan oleh pertama kali oleh Alvin
Hansen.
Selanjutnya kita akan membahas tentang pokok-pokok pembahasan
dalam kebijakan fiskal, diantaranya :

1. Arah kebijakan fiskal dalam APBN

Kebijakan fiskal diarahkan supaya negara bisa memberikan biaya


untuk pengeluaran dan penyelenggaraan program-program atau rencana
pemerintah secara efisien, tepat guna dan jauh dari kata korupsi.
Kebijakan fiskal diarahkan untuk turut serta dalam menjaga
kestabilan ekonomi serta meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan fiskal hadir untuk diarahkan kepada perumusan dalam
menyusun rangkaian kegiatan yang mampu menjadi problem solving
atau pemecahan masalah-masalah yang diprioritaskan berdasarkan
perutran suatu negara layaknya undang-undang, seperti halnya
kemiskinan, pendidikan, pembangunana, sarana prasarana
(infrastuktur).
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan yang diarahkan
kepada penykongan atau sebagai pendukung dari keberadaan serta
pelaksanaa otonomi daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kesenjangan fiskal diantara pemerintahan pusat dengan pemerintahan
daerah.

2. Strategi kebijakan fiskal dalam APBN

Menurunkan serta meminimalisir defisit anggaran atas


keberadaan PBD.
Memperbaiki dan menyusun pendapatan negara dengan baimdan
terstruktur dengan pembayaran pajak serta hal-hal yang tidak berkaitan
dengan pajak (non-pajak).
Mengoptimalkan anggaran belanja yang telah tersedia, tidak
boleh sampai hutang kalau bisa dengan dana minimal mendapatkan
sesuatu yang luar biasa.
Merangsang kemudia mendukung kegiatan perekonomian negara
agar senantiasa bisa maju dan berkembang.
Memperbaiki dan merkonstruksi sistem adminitrasi, perpajakan,
bea dan cukai dengan tujuan bisa menjadi lebih baik lagi.
Memperinci atau mendetailakan alokasi kebutuhan prioritas
anggaran belanja yang berhak diterima oleh negara.
Mengalokasikan dan mendistribusikan anggaran belanja ke setiap
daerah yang memang membutuhkan serta tidak mengesampingkan
hukum atau peraturan yang sudah ada.
Memaksimalkan kebijakan pembiayaan defisit anggaran dengan
menggunakan biaya dan resiko yang rendah.

Sejarah Kebijakan Fiskal di Indonesia


Tak lengkap rasanya bila di suatu pembahasan tentang hal-hal yang
meliputi sejarah kita masing-masing individu. Kita akan menengok
zaman sebelum kita dilahirkan di tanah air Indoinesia yang tidak mudah
menyerah, penuh taktik dan strategi yang digunakan dan masih banyak
lainnya. Berikut adalah analisis kebijakan fiskal dari tahun ke tahunnya.

1. Kebijakan fiskal tahun 1999-2000

Menciptakan rangsangan fiskal


Memperkuat dan memperketat basis penerimaan anggaran
Mendukung dan berkontribusi aktif dalam program rekapitalisasi
perbankan
Mempertahankan dan tetap beracuan pada prinsip pembiayaan
defisit.

2. Kebijakan fiskal tahun 2002

Memperjuangkan volume dan rasio dana dan anggaran yyang


diberikan oleh PBD.
Rasio atau intensitas hutang pemerintah bisa diminimalisir.

Itulah sedikit paparan serta pembahasan seputar kebijakan fiskal, salah


sau kebijakan ekonomi yang fokus pada pembahasan pengeluaran serta
pemasukan pemrintah.

Anda mungkin juga menyukai