Anggota Kelompok:
2. Fatimah Tulzahra
3.
PRODI S1 MANAJEMEN
SURAKARTA
2021
A. Penentuan Harga untuk Berapa Jenis Produk
Penentuan Harga Berbagai Jenis Produk yang memiliki keterkaitan Permintaan
Produk yang dijual perusahaan bisa memiliki keterkaitan sebagai barang substitusi
atau barang komplementer. Dalam menentukan harga produk yang memiliki
keterkaitan, sebuah perusahaan harus mempertimbangkan dampak dari perubahan
harga salah satu produknya terhadap permintaan produk lain. Alasannya adalah
karena pengurangan harga sebuah produk menyebabkan turunnya permintaan
produk substitusi yang dijual oleh perusahaan yang sama dan menyebabkan naiknya
permintaan terhadap produk komplementer. Dengan demikian, untuk
memaksimumkan laba, perusahaan harus menetapkan tingkat output dan harga dari
berbagai jenis produk yang dihasilkan, secara bersamaan dan tidak secara terpisah.
Hubungan antar permintaan (demand interrelationship) mempengaruhi keputusan
penentuan harga yang dilakukan oleh perusahaan penghsil beberapa jenis produk,
melalui dampaknya terhadap pendapatan marginal. Untuk perusahaan penghasil dua
jenis produk (A dan B), fungsi permintaan marginal dari perusahaan tersebut adalah:
MRᴀ = ∆TR + ∆TRв (Persamaan 1) ∆Qᴀ ∆Qᴀ MRв = ∆TRв + ∆TRᴀ (Persamaan 2)
∆Qв ∆Qв
Dari dua persamaan di atas, menyatakan bahwa pendapatan marginal bagi masing-
masing produk mempunyai dua komponen, yang satu berhubungan dengan
perubahan dalam 1
pendapatan total akibat penjualan itu sendiri, dan yang lain berhubungan dengan
perubahan dalam pendapatan total akibat penjualan produk yang lain. Dengan
demikian, suku kedua sisi kanan masing-masing persamaan di atas, mencerminkan
hubungan antarpermintaan. Misalnya, suku (∆TRв)/( ∆Qᴀ) dalam persamaan 1
mengukur perubahan penerimaan dari penjualan produk B, yang terjadi karena
penjualan satu unit tambahan produk A. demikian pula, suku (∆TRᴀ)/( ∆Qв) dalam
persamaan 2 mengukur perubahan pendapatan total dari penjualan produk A yang
terjadi karena penjualan satu unit tambahan produk B . jika suku kedua dari sisi
kanan persamaan tersebut nilainya positif, yang berarti bahwa peningkatan penjualan
salah satu produk memacu penjualan produk yang lain, maka kedua produk tersebut
bersifat komplementer. Sebaliknya jika suku kedua bernilai negative, yang berarti
bahwa peningkatan penjualan salah satu produk menurunkan penjualan produk lain.,
maka kedua produk tersebut bersifat substitusi. 2. Pemanfaatan Kapasitas Pabrik dan
Penentuan Harga Produk yang Optimum Salah satu alasan penting bagi perusahaan
untuk menghasilkan lebih dari satu jenis produk adalah agar bisa lebih memanfaatan
kapasitas pabrik dan kapasitas produksinya. Sebuah perusahaan yang memiliki
kapasitas berlebih (setelah menghasilkan sebuah jenis produk pada tingkat output
terbaiknya) bisa mencari produk lain untuk dihasilkan sehingga bisa lebih maksimum
memanfaatan kapasitas pabrik dan kapasitas produksi. Sepanjang pendapatan
marginal dari produk-produk lebih tinggi dari biaya marginalnya, laba perusahaan
akan meningkat. Jadi, ketimbang menghasilkan sebuah produk tunggal pada titik
dimana MR=MC dan menyisakan banyak kapasitas berlebih, perusahaan, akan
memperkenalkan produk baru sesuai dengan urutan tingkat laba yang dihasilkanya,
sampai dimana pendapatan marginal dan biaya marginal dari unit terakhir dari
produk yang paling kecil labanya mencapai nilai yang sama.
Terdapat tiga jenis diskriminasi harga: tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat
ketiga. Dengan menerapkan salah satu jenis diskriminasi harga tersebut perusahaan
dapat meningkatkan pendapatan dan laba totalnya dengan mengambil seluruh atau
sebagian suplus konsumen. Diskriminasi harga tingkat pertama (first-degree price
discrimination) berkaitan dengan penjualan setiap unti produk secara terpisah dan
menganakan harga setingggi mungkin bagi setiap unit produk yang di jual.
Diskriminasi tingkat pertama dilakukan dengan cara menerapkan hargayang
berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To
Pay) masing-masing konsumen. Strategi tingkat pertama inisering disebut
diskriminasi sempurna (perfect price discrimination) karena berhasil mengambil
surplus konsumen paling besar. Syarat utama agarpenerapan strategi diskriminasi
tingkat pertama ini dapat berhasil adalahperusahaan harus mengetahui reservation
price masing-masing konsumen. Dengan menggunakan hal itu perusahaan menguras
seluruh surplus konsumen dari konsumen dan memaksimumkan penerimaan dan laba
total yang diperoleh dari penjualan produk tersebut. Namun demikian, diskriminasi
harga tingkat pertama jarang ditemukan dalam dunia nyata, karena untuk
menerapkannya perusahaan harus memiliki pengetahuan yang akurat tentang kurva
permintaan masing-masing konsumen secara individu dan mengenakan harga setinggi
mungkin untuk setiap unit produk yang dijual terpisah. Contoh: seorang dokter
memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-bedapada setiap pasiennya. Yang lebih
praktis dan sering terjadi adalah diskriminasi harga tingkat kedua (seconddegree
price discrimination). Diskriminasi tingkat kedua ini dilakukan dengan cara
menerapkanharga yang berbeda-beda pada jumlah batch produk yang dijual. Ini
mengacu pada penentuan harga perunit yang sama untuk sejumlah atau sekelompok
produk tertentu yang dijual kepada setiap pelanggan, kemudian memberikan harga
yang lebih murah perunitnya untuk sejumlah atau sekelompok tambahan produk
tersebut, dan seterusnya. Dengan melakukan ini, perusahaan akan memperoleh
sebagian, tetapi tidak semua, surplus konsumen. 3. Diskriminasi Harga Tingkat-Ketiga
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing
kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan
tidak mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui
reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas
lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijual di pedesaan dan di perkotaan
akan berbeda harganya.
Pengertian Harga Transfer Harga transfer (dalam arti luas) adalah penentuan
harga barang atau jasa yang ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban
dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya.
Harga transfer (dalam arti sempit) adalah harga perpindahan barang antara dua
pusat laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini
digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Oleh sebab itu di
dalam suatu perusahaan terdapat : a. Divisi yang menjual produk (barang/jasa) =
penjual. b. Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli. Sehingga dalam
divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan : 1.
Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar perusahaan atau
eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi
penjual). 2. Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer Harga transfer
sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena
melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga
mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit
pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual,
maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting. 5
Penentuan harga yang sesuai untuk produk antara yang dijual oleh sebuah divisi
semiotonom kepada divisi otonom lainnya (penentuan harga transfer) memiliki nilai
penting yang sosial bagi efisiensi masing-masing divisi, selain itu juga bagi operasi
perusahaan tersebut secara keseluruhan. Alasannya ada 2, pertama harga yang
dibayar oleh sebuah divisi dalam perusahaan untuk produk antara yang dihasilkan
oleh divisi lain, mempengaruhi output dari setiap divisi, dan oleh karna itu akan
mempengaruhi output perusahaan secara keseluruhan. Jika harga transfer yang
ditetapkan salah, berbagai divisi akan terlibat dalam transaksi tersebut, akibatnya
perusahaan secara keseluruhan tidak akan menghasilkan output pada tingkat
optimum atau tingkat yang memaksimumkan laba. Kedua, harga-harga transfer
mempengaruhi tingkat laba dari divisi yang terlibat dalam jual beli produk antara
tersebut, dan akibatnya harga transfer berfungsi sebagai insentif agar berbagai divisi
dalam perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Harga transfer yang terlalu rendah
secara arti fiasial akan menurunkan tingkat laba dari divisi yang melakukan
pembelian dan hal ini bisa menyebabkan jatuhnya semangat para manajer, staff, dan
pekerja dalam divisi yang melakukan produksi karna peningkatan gaji dan bonus, dan
bahkan kadang-kadang keberadaan pekerjaan mereka, tergantung pada tingkat laba
divisi tersebut.
3. Penentuan Harga Transfer jika Tidak Terdapat Pasar Eksternal untuk Produk
Antara Jika tidak terdapat permintaan eksternal untuk produk antara divisi tersebut
bisa menjual barang antara tersebut hanya secara internal kepada divisi pemasaran
perusahaan dan divisi pemasaran perusahaan bisa membeli barang antara itu hanya
dari divisi produksi perusahaan. Karna 1 unit barang antara digunakan untuk
menghasilkan setiap unit produk akhir, maka output barang antara dan barang akhir
adalah sama. 4. Penentuan Harga Transfer jika Pasar untuk Produk Antara Bersifat
Persaingan Sempurna Ketika pasar eksternal untuk produk antara tersedia, output
dari divisi produksi tidak harus sama dengan output dari produk akhir. Jika output
optimum dari divisi Produksi melebihi produk antara yang diminta secara eksternal
produk antara itu. Di sisi lain, jika divisi pemasaran meminta lebih banyak dari yang
dapat disediakan oleh divisi produksi pada tingkat output terbaiknya, kelebihan
permintaan dapat dipenuhi dengan pembelian produk antara dari pasar eksternal.
Namun demikian, harga transfer tergantung kepada apakah pasar eksternal bersifat
pasar persaingan sempurna atau tidak. 5. Penentuan Harga Transfer jika Pasar untuk
Produk Antara Bersifat Persaingan Tidak Sempurna Jika produk antara berada di
pasar eksternal yang bersifat persaingan tidak sempurna, harga transfer produk
antara untuk penjualan di dalam perusahaan akan berbeda dengan harga produk
antara dalam pasar eksternal tersebut. Penentuan harga internal dan eksternal bagi
produk antara yang dihasilkan divisi produksi, akan menjadi salah satu bentuk
diskriminasi harga tingkat-ketiga.