Anda di halaman 1dari 13

Resume Ekonomi Manajerial

Bab 11 Praktik Penentuan Harga

Anggota Kelompok:

1. Anisa Putri M. (F0219016)

2. Fatimah Tulzahra

3.

PRODI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
A. Penentuan Harga untuk Berapa Jenis Produk
Penentuan Harga Berbagai Jenis Produk yang memiliki keterkaitan Permintaan
Produk yang dijual perusahaan bisa memiliki keterkaitan sebagai barang substitusi
atau barang komplementer. Dalam menentukan harga produk yang memiliki
keterkaitan, sebuah perusahaan harus mempertimbangkan dampak dari perubahan
harga salah satu produknya terhadap permintaan produk lain. Alasannya adalah
karena pengurangan harga sebuah produk menyebabkan turunnya permintaan
produk substitusi yang dijual oleh perusahaan yang sama dan menyebabkan naiknya
permintaan terhadap produk komplementer. Dengan demikian, untuk
memaksimumkan laba, perusahaan harus menetapkan tingkat output dan harga dari
berbagai jenis produk yang dihasilkan, secara bersamaan dan tidak secara terpisah.
Hubungan antar permintaan (demand interrelationship) mempengaruhi keputusan
penentuan harga yang dilakukan oleh perusahaan penghsil beberapa jenis produk,
melalui dampaknya terhadap pendapatan marginal. Untuk perusahaan penghasil dua
jenis produk (A dan B), fungsi permintaan marginal dari perusahaan tersebut adalah:
MRᴀ = ∆TR + ∆TRв (Persamaan 1) ∆Qᴀ ∆Qᴀ MRв = ∆TRв + ∆TRᴀ (Persamaan 2)
∆Qв ∆Qв

Dari dua persamaan di atas, menyatakan bahwa pendapatan marginal bagi masing-
masing produk mempunyai dua komponen, yang satu berhubungan dengan
perubahan dalam 1

pendapatan total akibat penjualan itu sendiri, dan yang lain berhubungan dengan
perubahan dalam pendapatan total akibat penjualan produk yang lain. Dengan
demikian, suku kedua sisi kanan masing-masing persamaan di atas, mencerminkan
hubungan antarpermintaan. Misalnya, suku (∆TRв)/( ∆Qᴀ) dalam persamaan 1
mengukur perubahan penerimaan dari penjualan produk B, yang terjadi karena
penjualan satu unit tambahan produk A. demikian pula, suku (∆TRᴀ)/( ∆Qв) dalam
persamaan 2 mengukur perubahan pendapatan total dari penjualan produk A yang
terjadi karena penjualan satu unit tambahan produk B . jika suku kedua dari sisi
kanan persamaan tersebut nilainya positif, yang berarti bahwa peningkatan penjualan
salah satu produk memacu penjualan produk yang lain, maka kedua produk tersebut
bersifat komplementer. Sebaliknya jika suku kedua bernilai negative, yang berarti
bahwa peningkatan penjualan salah satu produk menurunkan penjualan produk lain.,
maka kedua produk tersebut bersifat substitusi. 2. Pemanfaatan Kapasitas Pabrik dan
Penentuan Harga Produk yang Optimum Salah satu alasan penting bagi perusahaan
untuk menghasilkan lebih dari satu jenis produk adalah agar bisa lebih memanfaatan
kapasitas pabrik dan kapasitas produksinya. Sebuah perusahaan yang memiliki
kapasitas berlebih (setelah menghasilkan sebuah jenis produk pada tingkat output
terbaiknya) bisa mencari produk lain untuk dihasilkan sehingga bisa lebih maksimum
memanfaatan kapasitas pabrik dan kapasitas produksi. Sepanjang pendapatan
marginal dari produk-produk lebih tinggi dari biaya marginalnya, laba perusahaan
akan meningkat. Jadi, ketimbang menghasilkan sebuah produk tunggal pada titik
dimana MR=MC dan menyisakan banyak kapasitas berlebih, perusahaan, akan
memperkenalkan produk baru sesuai dengan urutan tingkat laba yang dihasilkanya,
sampai dimana pendapatan marginal dan biaya marginal dari unit terakhir dari
produk yang paling kecil labanya mencapai nilai yang sama.

3. Penentuan Harga Optimum untuk Produk Gabungan yang Diproduksi dalam


Proporsi Tetap Produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan bisa memiliki
keterkaitan tidak hanya dalam hal permintaan , tetapi juga dalam hal produksi. Saling
ketergantungan produksi muncul ketika produk dihasilkan secara gabungan. Produk
bisa dihasilkan secara gabungan dalam proporsi yang tetap atau berubah-ubah.
Ketika produk-produk dihasilkan secara gabungan dalam proporsi yang tetap,
produk-produk tersebut harus dianggap sebagai sebuah “paket produksi”. Dengan
begitu tidak terdapat suatu cara yang rasional untuk 2

mengalokasikan biaya produksi paket tersebut dalam masing-masing produk didalam


paket. Disisi lain produk yang dihasilkan secara gabungan bisa saja memiliki
permintaan dan pemdapatan marginal yang berdiri sendiri. Tingkat output terbaik
bagi produk gabungan itu kemudian ditentukan pada saat penjumlahan vertical dari
pendapatan marginal masingmasing komponen produk gabungan sama dengan biaya
marginal tunggal untuk menghasilkan keseluruhan paket produk itu. 4. Penentuan
Harga Optimum untuk Produk Gabungan yang Diproduksi dalam Proporsi Variabel
Meskipun kasus produk yang dihasilkan secara gabungan dalam proporsi tetap (yaitu
bersifat komplementer dalam produksi) mungkin saja terjadi, yang lebih umum
adalah kasus produk-produk yang dihasilkan seca ra gabungan dalam proporsi
variabel (yaitu bersifat subtitusi dalam produksi).
B. Diskriminasi Harga
Arti dan Kondisi Terjadinya Diskriminasi Harga Diskriminasi harga adalah tindakan
penjualan dalam menjual barang yang sama di bawah pengawasan produksi yang
sama dengan harga berbeda kepada pembeli yang berbeda. Diskriminasi harga
mengacu pada penentuna harga yang berbeda-beda, pada kuantitas yang berbeda
pada sebuah produk, pada waktu yang berbeda untuk setiap pelanggan yang berbeda,
atau pasar yang berbeda, tetapi bukan berdasarkan perbedaanya biaya. Harus diingat
bahwa perbedaan harga akibat perbedaan biaya dalam memasok suatu produk/jasa
dengan jumlah yang berbeda, pada waktu yang berbeda, pada kelompok konsumen
yang berbeda, atau dalam pasar yang berbeda, tidakah termasuk dalam kelompok
diskriminasi harga. Agar menjadi diskriminasi harga, perbedaan ini tidaklah boleh
berdasarkan perbedaan dalam biaya. Juga perlu ditekankan bahwa diskriminasi
harga tidak memiliki konotasi yang negative dalam ilmu ekonomi artinya dalam ilmu
ekonomi diskriminasi harga bersifat netral dan menguntungkan sebagian orang dan
juga merugikan sebagian lain, dan karena itu seringkali sulit atau bahkan tidak
mungkin untuk menentukan, apakah diskriminasi harga menguntungkan atau
merugikan bagi masyarakat secara keseluruhan. Tiga kondisi harus dipenuhi agar
semua perusahaan dapat menerapkan diskriminasi harga: 1. Perusahaan tersebut
harus mempunyai kemampuan mengendalikan harga produk. (artinya perusahaan
tersebut haruslah perusahaan persaingan tidak sempurna). Perusahaan persaingan
tidak sempurna memiliki kendali atas harga produk yang dijual (artinya bertindak
sebagia price taker ) 2. Elastisitas harga permintaan terhadap produk tersebut harus
berbeda untuk jumlah produk yang berbeda, waktu yang berbeda, kelompok yang
berbeda, atau dalam pasar yang berbeda. 3. Jumlah produk atau jasa tersebut, kapan
waktu digunakan atau dikonsumsinya produk tersebut, dan kelompok pelanggan atau
pasar bagi produk tersebut harus dapat dipisahkan (artinya perusahaan tersebut
harus mampu melakukan segmentasi pasar).

2. Diskriminasi Harga Tingkat-Pertama dan Tingkat-Kedua

Terdapat tiga jenis diskriminasi harga: tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat
ketiga. Dengan menerapkan salah satu jenis diskriminasi harga tersebut perusahaan
dapat meningkatkan pendapatan dan laba totalnya dengan mengambil seluruh atau
sebagian suplus konsumen. Diskriminasi harga tingkat pertama (first-degree price
discrimination) berkaitan dengan penjualan setiap unti produk secara terpisah dan
menganakan harga setingggi mungkin bagi setiap unit produk yang di jual.
Diskriminasi tingkat pertama dilakukan dengan cara menerapkan hargayang
berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To
Pay) masing-masing konsumen. Strategi tingkat pertama inisering disebut
diskriminasi sempurna (perfect price discrimination) karena berhasil mengambil
surplus konsumen paling besar. Syarat utama agarpenerapan strategi diskriminasi
tingkat pertama ini dapat berhasil adalahperusahaan harus mengetahui reservation
price masing-masing konsumen. Dengan menggunakan hal itu perusahaan menguras
seluruh surplus konsumen dari konsumen dan memaksimumkan penerimaan dan laba
total yang diperoleh dari penjualan produk tersebut. Namun demikian, diskriminasi
harga tingkat pertama jarang ditemukan dalam dunia nyata, karena untuk
menerapkannya perusahaan harus memiliki pengetahuan yang akurat tentang kurva
permintaan masing-masing konsumen secara individu dan mengenakan harga setinggi
mungkin untuk setiap unit produk yang dijual terpisah. Contoh: seorang dokter
memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-bedapada setiap pasiennya. Yang lebih
praktis dan sering terjadi adalah diskriminasi harga tingkat kedua (seconddegree
price discrimination). Diskriminasi tingkat kedua ini dilakukan dengan cara
menerapkanharga yang berbeda-beda pada jumlah batch produk yang dijual. Ini
mengacu pada penentuan harga perunit yang sama untuk sejumlah atau sekelompok
produk tertentu yang dijual kepada setiap pelanggan, kemudian memberikan harga
yang lebih murah perunitnya untuk sejumlah atau sekelompok tambahan produk
tersebut, dan seterusnya. Dengan melakukan ini, perusahaan akan memperoleh
sebagian, tetapi tidak semua, surplus konsumen. 3. Diskriminasi Harga Tingkat-Ketiga
Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing
kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan
tidak mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui
reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas
lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijual di pedesaan dan di perkotaan
akan berbeda harganya.

C. Diskriminasi Harga Internasional dan Dumping


Diskriminasi harga juga dapat diterapkan antara pasar domestic dan pasar luar negri.
Pratik diskriminasi harga secara internasional disebut dengan dumping. Yaitu
menjual barang diluar negeri jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga dalam
negeri. Atau bisa juga dijual dengan harga dibawah harga produksi. Hal ini mengacu
pada pengenaan harga yang lebih murah diluar negeri dibandingkan di dalam negeri
untuk komoditas yang sama, karna lebih tingginya elastisitas harga permintaan
dipasar luar negri. Dengan melakukan hal tersebut, monopolis memperoleh laba yang
lebih tinggi dibanding penjual pada tingkat output terbaik dengan harga yang sama
dikedua pasar. Persaingan dari pasar luar negri biasanya juga dibatasi beberapa
peraturan tarif impor atau hambatan perdagangan lainnya. Pembatasan impor ini
berguna sebagai pembagi pasar (yaitu, menjaga agar pasar domestic terpisah dari
pasar luar negri) dan mencegah terjadinya preexpor komoditas ke dalam negara
tempat monopolis tersebut beroperasi (yang akan 4

menggagalkan upaya monopolis untuk menjual komoditas tersebut lebih mahal


didalam negeri dibandingkan diluar negri). Selain dumping yang muncul sebagai
akibat dari diskriminasi harga internasional (sering disebut sebagai persistent
dumping), terdapat dua bentuk lain dari dumping, yaitu: a. Predatori dumping adalah
penjualan sementara sebuah komoditas dibawah biaya produksinya atau pada tingkat
harga yang lebih rendah diluar negri agar bisa menyingkirkan produsen dari luar
negri dari persaingan dan setelah itu harga diluar negri akan dinaikan untuk
mengambil keuntungan dari kekuatan monopoli yang baru saja diperoleh. b.

Sporadic dumping adalah penjualan sekali-kali sebuah produk dibawah biaya


produksinya atau pada tingkat harga terlalu rendah diluar negri daripada domestic,
untuk menghabiskan kelebihan produksi yang bersifat sementara atau tidak
diperkirakan sebelumnya, tanpa harus menurunkan harga domest

D. Penentuan Harga Transfer


Arti dan Sifat Penentuan Harga Transfer Pertumbuhan perusahaan modern berskala
besar yang pesat, juga diikuti terjadinya desentralisasi dan pembentukan pusat
penghasil laba yang semiotonom. Hal ini diperlukan karna adanya kebutuhan untuk
mengendalikan kecenderungan peningkatan biaya komunikasi dan koordinasi
diantara divisi-divisi yang berbeda. Desentralisasi dan pembentukan pusat penghasil
laba yang semiotonom, juga menimbulkan perlunya penentuan harga transfer
(transfer pricing), atau kebutuhan untuk menentukan harga “produk antara” yang
dijual oleh sebuah divisi semiotonom suatu perusahaan yang berskala besar dan dibeli
oleh divisi semiotonom lain dari perusahaan yang sama.

Pengertian Harga Transfer  Harga transfer (dalam arti luas) adalah penentuan
harga barang atau jasa yang ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban
dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya. 
Harga transfer (dalam arti sempit) adalah harga perpindahan barang antara dua
pusat laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini
digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Oleh sebab itu di
dalam suatu perusahaan terdapat : a. Divisi yang menjual produk (barang/jasa) =
penjual. b. Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli. Sehingga dalam
divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan : 1.
Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar perusahaan atau
eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi
penjual). 2. Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer Harga transfer
sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena
melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga
mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit
pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual,
maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting. 5

Penentuan harga yang sesuai untuk produk antara yang dijual oleh sebuah divisi
semiotonom kepada divisi otonom lainnya (penentuan harga transfer) memiliki nilai
penting yang sosial bagi efisiensi masing-masing divisi, selain itu juga bagi operasi
perusahaan tersebut secara keseluruhan. Alasannya ada 2, pertama harga yang
dibayar oleh sebuah divisi dalam perusahaan untuk produk antara yang dihasilkan
oleh divisi lain, mempengaruhi output dari setiap divisi, dan oleh karna itu akan
mempengaruhi output perusahaan secara keseluruhan. Jika harga transfer yang
ditetapkan salah, berbagai divisi akan terlibat dalam transaksi tersebut, akibatnya
perusahaan secara keseluruhan tidak akan menghasilkan output pada tingkat
optimum atau tingkat yang memaksimumkan laba. Kedua, harga-harga transfer
mempengaruhi tingkat laba dari divisi yang terlibat dalam jual beli produk antara
tersebut, dan akibatnya harga transfer berfungsi sebagai insentif agar berbagai divisi
dalam perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Harga transfer yang terlalu rendah
secara arti fiasial akan menurunkan tingkat laba dari divisi yang melakukan
pembelian dan hal ini bisa menyebabkan jatuhnya semangat para manajer, staff, dan
pekerja dalam divisi yang melakukan produksi karna peningkatan gaji dan bonus, dan
bahkan kadang-kadang keberadaan pekerjaan mereka, tergantung pada tingkat laba
divisi tersebut.

3. Penentuan Harga Transfer jika Tidak Terdapat Pasar Eksternal untuk Produk
Antara Jika tidak terdapat permintaan eksternal untuk produk antara divisi tersebut
bisa menjual barang antara tersebut hanya secara internal kepada divisi pemasaran
perusahaan dan divisi pemasaran perusahaan bisa membeli barang antara itu hanya
dari divisi produksi perusahaan. Karna 1 unit barang antara digunakan untuk
menghasilkan setiap unit produk akhir, maka output barang antara dan barang akhir
adalah sama. 4. Penentuan Harga Transfer jika Pasar untuk Produk Antara Bersifat
Persaingan Sempurna Ketika pasar eksternal untuk produk antara tersedia, output
dari divisi produksi tidak harus sama dengan output dari produk akhir. Jika output
optimum dari divisi Produksi melebihi produk antara yang diminta secara eksternal
produk antara itu. Di sisi lain, jika divisi pemasaran meminta lebih banyak dari yang
dapat disediakan oleh divisi produksi pada tingkat output terbaiknya, kelebihan
permintaan dapat dipenuhi dengan pembelian produk antara dari pasar eksternal.
Namun demikian, harga transfer tergantung kepada apakah pasar eksternal bersifat
pasar persaingan sempurna atau tidak. 5. Penentuan Harga Transfer jika Pasar untuk
Produk Antara Bersifat Persaingan Tidak Sempurna Jika produk antara berada di
pasar eksternal yang bersifat persaingan tidak sempurna, harga transfer produk
antara untuk penjualan di dalam perusahaan akan berbeda dengan harga produk
antara dalam pasar eksternal tersebut. Penentuan harga internal dan eksternal bagi
produk antara yang dihasilkan divisi produksi, akan menjadi salah satu bentuk
diskriminasi harga tingkat-ketiga.

E. Penentuan Harga dalam Praktik


a. Penentuan Harga Biaya Plus
Harga biaya plus merupakan penentuan harga melalui penambahan suatu persentase
tertentu (biaya overhead) pada biaya variabel rata-rata (AVC) sehingga memperoleh
perkiraan biaya rata-rata yang dialokasikan secara penuh, kemudian perusahaan
menambahkan markup atas biaya untuk memperoleh laba. Rumus markup atas
biaya/mark-up on cost:
P−C
m=
C ❑
m = markup atas biaya
P = harga produk
C = biaya rata-rata teralokasi penuh produk
P−C disebut margin laba, dimana: P=C (1+m)❑
Sebagai contoh, sebuah perusahaan menggunakan 80% kapasitas produksi 125 unit
untuk menghasilkan tingkat output yang normal atau standar. Proyeksi biaya variabel
dan overhead total untuk setahun ke depan adalah $1.000 dan $600, dan menetapkan
25% markup atas biaya. Maka output normal atau standar adalah sebesar 100 unit, AVC
= $10, dan biaya overhead rata-rata adalah $6. Jadi, C = $16 dan P = 16(1 + 0,25) = $20
dengan m = ($20 - $16)/$16 = 0,25. Markup sebesar 25% adalah penentuan yang terjadi
secara tradisional dalam beberapa industri utama, seperti industri mobil, peralatan listrik
dan aluminium agar perusahaan tersebut dapat mencapai target tingkat pengembalian
atas investasi untuk tingkat output yang normal atau standar.
b. Evaluasi terhadap Penentuan Harga di Atas Biaya
Penentuan harga biaya plus banyak digunakan dalam dunia nyata karena memiliki
beberapa kelebihan:
1. memerlukan informasi yang lebih sedikit dan tidak terlalu akurat dibanding aturan
menentukan harga pada tingkat output ketika pendapatan sama dengan biaya
marginal.
2. terlihat mudah dan sederhana untuk digunakan.
3. biasanya menghasilkan harga yang relatif stabil ketika biaya tidak terlalu banyak
berubah dengan berlalunya waktu.
4. bisa memberikan pembenaran yang jelas untuk peningkatan harga yang
disebabkan peningkatan biaya.
Akan tetapi, penentuan harga biaya plus memperoleh kritik:
1. didasarkan pada biaya akuntansi dan historis, tidak didasarkan pada biaya
penggantian atau biaya kesempatan.
2. didasarkan pada biaya rata-rata dan bukan biaya marginal atas produk.
Perusahaan biasanya menentukan markup yang lebih tinggi terhadap produk yang
menghadapi permintaan yang kurang elastis dibandingkan produk yang memiliki
permintaan yang lebih elastis, sehingga produk penentuan harga biaya plus akan
menyebabkan terjadinya harga yang mendekati pemaksimuman laba. Rumus markup
yang optimum adalah:
Ep
m= −1
E p +1
Dari persamaan tersebut, jika E p = -2, maka m = 1 atau 100%, jika E p = -3, maka m =
0,5 atau 50%. Dengan demikian, markup yang optimum lebih rendah untuk elastisitas
permintaan terhadap harga yang semakin tinggi.
c. Analisis Inkremental dalam Penentuan Harga
Inkremental analisis diperoleh jika seluruh perubahan langsung dan tidak langsung
dalam penerimaan dan biaya akibat suatu tindakan tertentu turut diperhitungkan.
Sebagai contoh, Kodak menurunkan harga produknya sehingga pendapatan
inkrementalnya lebih kecil dari peningkatan biayanya, tetapi ketika peningkatan
penjualan kamera Kodak juga diperhitungkan, maka sangat menguntungkan bagi
perusahaan.
d. Penentuan Harga pada Beban Tinggi, Tarif Dua-Bagian, Pengikatan, dan
Penggabungan
1. Penentuan harga pada beban tinggi (peak-load pricing) mengacu pada pembebanan
harga lebih tinggi untuk barang atau jasa selama jam beban tinggi dibanding di luar
jam beban tinggi. Permintaan untuk beberapa jasa (seperti listrik) lebih tinggi
selama beberapa saat (seperti di sore hari atau di musim dingin) dibanding saat
lainnya (seperti selama siang hari atau di musim semi).
2. Tarif Dua-Bagian mengacu pada praktik penentuan harga ketika konsumen
membayar biaya awal untuk mendapatkan hak membeli sebuah produk atau jasa,
selain juga biaya penggunaan atau harga untuk setiap unit yang mereka beli.
Contohnya adalah yang dilakukan oleh sebagian besar taman bermain, dimana
mereka tidak hanya mengenakan biaya untuk tiket masuk, namun juga mengenakan
biaya untuk setiap permainan yang disediakan.
3. Pengikatan (tying) mengacu pada keharusan bagi konsumen yang membeli atau
menyewa sebuah produk, untuk juga membeli produk lain yang dibutuhkan untuk
menggunakan produk yang pertama. Sebagai contoh, ketika Xerox Corporation
hanyalah satu-satunya produsen mesin fotokopi pada dekade 1950-an, dia
mengharuskan perusahaan yang menyewa mesinnya untuk juga membeli kertas dari
Xerox.
4. Penggabungan atau bundling adalah dimana perusahaan mengharuskan pelanggan
yang membeli atau menyewa produk atau jasa juga untuk membeli atau menyewa
produk atau jasa lainnya, tetapi perusahaan tidak bisa melakukan diskriminasi
harga. Contohnya, suatu perusahaan alat telekomunikasi melakukan kerjasama
dengan penyedia layanan komunikasi dengan memberikan harga yang lebih murah
jika membeli produk yang telah di bundling dibandingkan jika membeli produk
secara terpisah.
e. Praktik Penentuan Harga Lainnya
1. Penentuan harga gengsi mengacu pada penentuan harga yang tertinggi dengan
sengaja untuk menarik konsumen yang berorientasi kepada gengsi. Contohnya,
banyak orang yang rela mengeluarkan uang sebesar $30,000 hingga $70,000 untuk
mengendarai mobil Mercedes Benz dibandingkan mobil lain yang sejenis dengan
harga yang lebih murah, dikarenakan gengsi yang lebih tinggi dengan mengendarai
mobil Mercedes tersebut.
2. Penentuan batas harga (price lining) mengacu kepada penentuan harga yang
ditargetkan oleh sebuah perusahaan dan kemudian mengembangkan sebuah produk
yang memungkinkan perusahaan untuk memaksimumkan laba pada tingkat harga
tersebut. Sebagai contoh, mobil GM jenis Cadillac dijual pada kelompok harga
yang paling tinggi dan memikat konsumen yang paling kaya dan yang paling peduli
dengan kualitas. GM juga menjual mobil yang berukuran sedang, yaitu Buick, pada
tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen dengan penghasilan menengah.
Akhirnya, GM memiliki mobil berukuran kecil yang dijual pada kelompok harga
yang paling rendah.
3. Skimming mengacu pada penentuan harga yang tinggi ketika sebuah produk
diluncurkan dan secara bertahap harganya diturunkan. Hal ini dilakukan karena
sulitnya menentukan jumlah permintaan dan harga yang sebaiknya dikenakan untuk
suatu produk. Skimming banyak dilakukan untuk produk seperti mesin cuci, kulkas,
komputer dan lain-lain.
4. Penentuan harga nilai atau Value Pricing mengacu pada penjualan barang-barang
berkualitas pada tingkat harga yang lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap barang yang
diproduksi. Contohnya, rantai waralaba Taco Bell milik PepsiCo Inc. menikmati
peningkatan penjualannya sebesar 15 persen pada triwulan keempat tahun 1990,
sebagai akibat diluncurkannya menu "value" yang menawarkan taco seharga 59 sen
dan 14 jenis makanan lainnya seharga 59 sen atau 79 sen.
5. Pengimbangan harga atau Price Matching adalah strategi penentuan harga dari
perusahaan yang mengiklankan harga produk/jasa dan berjanji mengimbangi harga
yang lebih rendah yang ditawarkan pesaingnya.
6. Penentuan harga melalui lelang atau Auction Pricing adalah strategi penentuan
harga dimana para pembeli dan para penjual melakukan penawaran untuk barang
yang akan dijual. Salah satu jenis penentuan harga melalui lelang di Internet adalah
konsumen mengeposkan harga yang ingin ia bayar untuk barang atau jasa yang
ditawarkan dan fasilitas situs akan mempertemukannya dengan penjual.

Anda mungkin juga menyukai