Tungky Greswandono
Ekonomi–Bisnis Email : Tungkigez@gmail.com
UNIVERSITAS WIDYAMANDALA MADIUN
ABSTRAK
Dalam persaingan monopolistik terdiri banyak penjual dan perusahaan didirikan pada
prinsipnya bertujuan untuk mendapatkan laba, yang diperoleh dari kegiatan usaha dan dapat
bersaing dalam pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penetapan harga jual
produk pada perusahaan macaroni .Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data diambil dari data primer dan teknik
pengumpulan data melalui kunjungan ke perusahaan. Hasil penelitian setelah menghitung
harga jual produk . penetapan harga jual ditandai dengan total fixed cost dan variable cost dan
laba yang ingin diperoleh perusahaan supaya maksimal. Nanti perusahaan ini harus benar-
benar memberikan produk yang sesuai kepuasaan konsumen serta yang tidak terlalu banyal
pesaing dalam pasar monopolistik harus ada perbedaan antara produk mereka dengan
perusahaan lainnya dalam pasar monopolistik
Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak
produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa
aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang
dihasilkanpasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk
lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi, kosmetik, dll. Meskipun fungsi semua
shampoo sama yakni untukmembersihkan rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan
produsen yang berbeda memilikiciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan
warna, kemasan, dan lain-lain.
Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
hargawalaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau
oligopoli.Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan
dan ciri khas darisuatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain,
dan tetap memilih mereka tersebut walau produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar
makanan ringan seperti snack makanan buat waktu santai pada saat dirumah maupun
dijalan. Produk makanan ringan memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-
masing memiliki ciri khusus sendiri. Pada pasar persaingan monopolistik, harga
bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan.Bagaimana kemampuan perusahaan
menciptakan citra yang baik di dalam benak masyarakat,sehingga membuat mereka mau
membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh
terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar
monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra
perusahaannya.
Dan pada persaingan monopolistik ini juga terdapat persaingan tantara lain
makanan ringan seperti usaha rumahan yaitu penjual macaroni biasa disebut home
industri dan nantinya dianalisis variabel apa yang dapat mempengaruhi analisis jangka
pendek dalam pasar persaingan monopolistik
Perusahaan cheese egg adalah perusahaan home industri di daerah madiun yang
memiliki tenaga kerja upah dan memiliki banyak konsumen yang tertarik dan membeli
produk macaroni sebagai produk makanan ringan, oleh sebab itu dalam analisis
penentuan harga dan keuntungan maksimasi yang didapat perusahaan yang dilihat dari
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel setelah itu menentukan harga
jual per unit yang membuat mereka mampu bersaing dengan perusahaan lainnya yang
juga menjual produk yang sama dan variabel dalam kasus ini terlebih di pasar
monopolistik adalah variasi produk dan beban penjualan dari segi iklan produk yang
ingin dibuat untuk menarik konsumen setelah mendapatkan keuntungan yang didapat
perusahaan home industri haruslah berusaha mengembangkan dari segi produk maupun
iklan maupun pelayanan yang diberikan konsumen
Tentu dalam menentukan harga jangka pendek haruslah menggunakan variabel
yang dapat mempengaruhi harga dan output perusahaan home industri ini seperti variasi
produk dan beban penjualan yang bisa saja membedakan antara perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya, oleh sebab itu disamping mencari keuntungan yang diinginkan
haruslah juga menetapkan harga dan output yang ingin dihasilkan agar dalam jangka
pendek perusahaan mampu memaksimalkan biaya yang sudah dikeluarkan, maka dari itu
perlunya perusahaan macaroni yang bersaing dengan makanan ringan lainnya dalam
suatu daerah, dengan keanekaragaman makanan ringan ini nanti akan mempengaruhi
perusahaan home industri dalam memperkenalkan produk mereka dan membedakan
produk mereka dengan produk lainnya dari segi kualitas produk, iklan , dan kemasan
produk macaroni.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja yang mempengaruhi penentuan harga dalam jangka pendek pada pasar
persaingan monopolistik?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel-variabel yang bisa mempengaruhi dalam
pasar persaingan monopolistik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penentuan harga dan Output Jangka Pendek dalam Pasar Persaingan
Monopolistik:
Struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk
produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori pasar persaingan
monopolistik dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap daya analisis model
persaingan sempurna maupun monopoli. Model ini dikembangkan oleh Joan Robinson
(ekonomInggris) dan Edward Chamberlain (ekonom USA). Struktur pasar hampir sama
dengan persaingan sempurna, namun produk yang dihasilkan tidak homogen, melainkan
terdiferensiasi dan diferensiasi ini mendorong perusahaan untuk melakukan persaingan
non harga sehingga output yang dihasilkan sangat mungkin saling menjadi substitusi
Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahan dalam pasar Persaingan
monopolistis lebih elastis dari monopoli. Artinya bila perusahaan menaikkan harga maka
jumlah komoditas yang dijual menjadi sangat berkurang dan bila perusahaan
menurunkan harga maka jumlah komoditas yang dijual menjadi sangat bertambah.
Karena perusahaan persaingan monpolistik menghasilkan produk yang terdiferesiasi,
kurva permintaan yang dihadapinya memliki kemiringan negative, tetapi karena terdapat
banyak produk subtitusi yang dekat untuk produk itu, kurva permintaanya sangat elastis
terhadap perubahan harga. Elastisitas harga terhadap permintaan semakin tinggi, kalau
deferensiasi produknya semakin sedikit.
Seperti halnya dalam monopoli, karena kurva permintaan yang di hadapi oleh
perusahaan memiliki kemiringan negative dan linier, maka kurva pendapatan
marginalnya berada di bawah kurva permintaan, yang memotong sumbu harga pada titik
yang sama dan memiliki kemiringan absolut dua kali lipat kurva permintaan. Seperti juga
dalam home industry produksi makroni, tingkat output terbaik dari home industry
produksi macroni monopolistic dalam jangka pendek, dicapai ketika pendapatan
marginal sama dengan biaya, sepanjang harga (yang ditentukan pada kurva permintaan)
melebihi biaya variabel rata-rata.
Seperti halnya dalam kasus perusahaan persaingan sempurna maupun kaum
monopolis, home industry produksi macroni persaingan monopolistik bisa memperoleh
laba, mencapai titik impas, atau justru merugi dalam jangka pendek. Jika pada tingkat
output terbaiknya, P>ATC, maka perusahaan memperoleh laba, jika P=ATC maka
perusahaan mencapai titik impas, dan jika P<ATC, maka perusahaan mengalami
kerugian, tetapi meminimumkan kerugiannya jika perusahaan tetap berproduksi
sepanjang P>AVC. Akhirnya, karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan
persaingan monopolistik memiliki kemiringan negative, MR=MC<P pada tingkat output
terbaiknya, sehingga (seperti juga dalam kasus monopoli) bagian kurva MC yang
menanjak dan terletak di atas kurva AVC bukan merupakan kurva penawaran jangka
pendek perusahaan persaingan monopolistik.
2.1 Variasi Produk dan Beban Penjualan dalam Pasar Persaingan Monopolistik
Dalam pasar persaingan monopolistik, sebuah perusahaan dapat meningkatkan
pengeluarannya untuk meningkatkan variasi produk dan usaha penjualan; agar dapat
meningkatkan permintaan atas produknya dan membuat produknya menjadi lebih tidak
elastis terhadap perubahan harga. Variasi produk (product variation) mengacu kepada
perubahan dalam beberapa ciri produk yang dilakukan oleh perusahaan persaingan
monopolistik, untuk menjadikan produknya lebih menarik bagi konsumen. Misalnya,
produsen bisa saja mengurangi kandungan gula dalam sereal untuk sarapan dan
memasukkan hadiah kejutan kecil ke dalam setiap paket produk. Beban penjualan
(selling expensesr adalah semua beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengiklankan produk, meningkatkan armada penjualannya, memperbaiki pelayanan,
dan sebagainya.
Variasi produk dan beban penjualan bisa meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan, tetapi juga mengakibatkan tambahan biaya dan masalah hukum. Sebuah
perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk variasi produk dan usaha
penjualan selama MR yang diperoleh akibat biaya ekstra ini melebihi MC, hingga
akhirnya MR = MC. Meskipun dengan mengeluarkan lebih banyak uang untuk variasi
produk dan usaha penjualan perusahaan bisa meningkatkan laba dalam jangka pendek,
perusahaan persaingan monopolistik akan mencapai titik impas dalam jangka panjang,
karena hal serupa akan dilakukan oleh perusahaan lain dan karena masuknya
Variasi komoditas di pasar persaingan monopolistik menimbulkan keuntungan
baik bagi produsen maupun konsumen. Segolongan konsumen akan lebih suka membeli
suatu komoditas dari suatu perusahaan walaupun lebih mahal dibandingkan dari
perusahaan lain (konsumen mempunyai banyak pilihan produk yang cocok dengan
dirinya)
Diferensiasi produk dapat menciptakan bentuk kekuasaan monopoli karena
diferensiasi komoditas mampu menciptakann suatu penghambat kepada perusahaan-
perusahaan lain untuk menarik para pelanggannya serta karakteristik pasar monopolistik
1. Produk yang terdifferensiasi (Differensiasi Produk)
Differensiasi produk adalah usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan untuk memberikan daya tarik baik langsung maupun tidak langsung
kepada konsumen dibandingkan perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama
atau sejenis ataupun yang berbeda.
2. Jumlah perusahaan banyak dalam industri
Jumlah perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik banyak. Di Indonesia
dapat dilihat begitu banyaknya merek pakaian dan sepatu. Banyaknya perusahaan
menyebabkan keputusan perusahaan tentang harga dan output tidak perlu harus
memperhitungkan reaksi perusahaan lain, karena setiap perusahaan menghadapi kurva
permintaannya masing-masing.
3. Mudah masuk dan keluar
Laba super normal yang dinikmati perusahaan mengundang perusahaan
pendatang untuk memasuki indsutri. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka panjang
dapat mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi jika kalah mereka harus keluar, agar
kerugian tidak menjadi lebih besar. Sama halnya dengan pasar persaingan sempurna,
dalam pasar persaingan monopolistik proses masuk keluar akan terhenti bila semua
perusahaan hanya memperoleh laba normal.
Maka dari itu dari karakteristik ini kita dapat menyimpulkan bahwa benar-benar
perusahaan yang produknya ada dalam persaingan monopolistik harus memperhatikan
biaya promosi, strategi pelayanan dan kemasan produk serta strategi-strategi agar produk
mereka lebih diminati konsumen karena konsumen pasti mencari produk yang
berkualitas baik namun memiliki harga yang tidak terlalu mahal dari produk yang sama.
BAB IV
Menghitung harga jual:
Persamaan biaya volume laba Untuk menentukan perencanaan laba dapat
digunakan persamaan menurut Krismiaji dan Aryani (2011:169) adalah sebagai berikut :
Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba
Biaya Variabel (variabel cost) Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya
yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Sedangkan menurut Garrison (2006:257), biaya variabel (variable cost) adalah biaya
yang jumlahnya berubah secara proposional terhadap perubahan tingkat aktivitas
penjualan
Biaya Tetap (fixed cost) Menurut Mulyadi (2009:466), biaya tetap adalah biaya
yang jumlahnya tetap dalam volume kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Carter
(2009:69), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika
aktivitas bisnis meningkat dan menurun.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah bentuk
penelitian yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, serta terperinci. Sedangkan Jenis
data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah Data primer adalah
sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa
hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda) dalam perusahaan
cheese egg
Obyek, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini obyek yang digunakan langsung kepada perusahaan home
industri. Kemudian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pembuatan macaroni seperti bahan-bahan pembuatan serta biaya
tetap lainnya
Teknik Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan Microsoft Excel dan
pedoman buku Salvator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Tetap
Jumlah Produksi
No. Material Harga Satuan sebulan 50 Biaya tetap per unit
ukuran 1/4kg
Biaya Sewa Tempat
1 Rp 450,000 50 Rp 9.000
(include listrik + PDAM)
Jumlah
yang
Harga Satuan
No. Material dihasilkan Harga per bungkus
( Kg )
ukuran ¼
kg
Dalam usaha rumahan pembuatan macaroni ini selama satu bulan mampu
memproduksi 50 . Dalam data diatas menunjukkan bahwa total fixed cost (TFC)Rp 678.000
dan total 10ariable cost (TVC) adalah 115.000
Q P TC TR LABA
0 Rp 35.000 - - -
Saran
1. Lebih dalam penentuan jangka pendek perusahaan home industri harus gencar
berinovasi produk dan terus mengevaluasi produk mereka apakah sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang mereka ciptakan
2. Membuat produk mereka lebih menarik dibanding produk perusahaan yang sudah
ada, agar produk mereka terdeferensiasi atas produk yang sudah ada. Jadi ada
pembeda dari produk perusahaan home industri lainnya
3. Promosi kecil-kecilan dalam jangka pendek penting agar produk mereka juga
dikenal masyarakat khusunya dikota madiun
4. Bila tercapai keuntungan yang maksimal haruslah juga digunakan terutama untuk
memperbaiki kualitas produk atau pelayanan atau kemasan produk agar lebih
diminati oleh konsumen dan konsumen lebih merasa puas ketika melakukan
pembelian produk tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Abstract
dimana:
X = Unit penjualan untuk mencapai target
F = Biaya tetap
I = Laba
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
Pengertian Perilaku Biaya
Menurut Mulyadi (2009:465), “perilaku biaya dapat dikatakan sebagai hubungan antara
total biaya dengan perubahan volume kegiatan”. Sedangkan menurut Garison (2006:256),
perilaku biaya adalah biaya yang akan bereaksi atau berubah dengan adanya perubahan
tingkat aktivitas. Pemahaman terhadap perilaku biaya adalah kunci beberapa pembuatan
keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui perilaku biaya akan mampu memprediksi
dengan lebih baik, apakah yang terjadi pada biaya dalam berbagai kondisi.
Tiga klasifikasi yang paling umum dari perilaku biaya adalah biaya variabel, biaya
tetap, dan biaya semi variabel.
1. Biaya Variabel (variabel cost)
Menurut Mulyadi (2009:468), biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Sedangkan menurut Garrison (2006:257),
biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional
terhadap perubahan tingkat aktivitas
Biaya variabel
Rumus berikut ini digunakan untuk menghitung nilai titik potong pada sumbu X (a) dan
slope (b) yang meminimalkan kuadrat residual.
b=
a=
dimana:
X = Tingkat aktivitas (variable independent)
Y = Total biaya semi variabel (variable dependent)
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel per unit aktivitas
n = Jumlah observasi
Σ = Jumlah total observasi
Untuk menganalisis biaya volume dan laba dapat digunakan analisis braek evenpoint
(BEP), yang menghubungkan antara biaya, volume penjualan dengan keuntungan yang
diharapkan. Berdasarkan BEP tersebut akan diketahui pada tingkat volume berapa
perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Menurut Garrison (2006:334), ada dua cara menentukan titik impas yaitu dengan
melakukan pendekatan metode persamaan dan pedekatan grafis.
1. Perhitungan impas dengan metode grafik
Perhitungan impas juga dapat dilakukakan dengan menentukan titik pertemuan antara
garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Untuk dapat
menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menujukan volume
penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya dan pendapatan.
Area laba
Tahap 2
Tahap 1
volume
Area rugi
Gambar 2.1
Grafik Break Event Point
Dimana :
2. Metode persamaan
Dalam metode persamaan, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menghitung titik impas baik dalam unit maupun rupiah, sebagai berikut
a. Pendekatan persamaan operasi
Pendekatan persamaan operasi memfokuskan pada laporan laba-rugi sebagai alat
yang berguna dalam mengorganisasikan biaya perusahaan dalam kategori biaya
tetap dan variabel. Laporan laba-rugi dapat dinyatakan dalam persamaan naratif.
I = ( S VC ) FC
Atau
Analisis terhadap produk tunggal sangat sederhana dengan menerapkan pada rumus-
rumus yang telah disajikan pada pembahasan di atas. Namun dalam kasus menghitung break
even point yang multi produk maka perusahaan harus menggunakan bauran penjualan sebagai
alat analisisnya. Menurut Hansen (20011 : 286) “bauran penjualan (sales mix) adalah
kombinasi relative dari berbagai produk yang dijual oleh perusahaan”. Untuk perhitungan
dengan multi produk, tetap digunakan rumus yang sama dengan kasus produk tunggal.
Margin kontribusi
Margin kontribusi adalah selisih harga jual per unit dan biaya variabel per unit atau juga
disebut total contribution margin yang merupakan selisih antara jumlah penjualan dan jumlah biaya
variabel. Contribution margin merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan
memberikan laba.
Menurut Samryn (2013:173), untuk menentukan kontribusi margin dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
71.114.365
____________________________________________________
[(8.000 x 2,82) + (7.000 x 1,64)] - [(3.434,57 x 2,82) + (3,429,336 x 1,64)]
71.114.365
34.040 – 15.309,6
Penjualan :
Penjualan pia basah (8.000 x 282.150) Rp 2.257.200.000
Penjualan pia kering (7.000 x 163.800) Rp 1.146.600.000
Total penjualan Rp 3.403.800.000
Biaya variabel :
Pia basah (3.434,57 x 282.150) Rp 969.063.926
Pia kering (3.429,336 x 163.800) Rp 561.725.237
Total biaya variabel Rp 1.530.789.163
Kontribusi margin Rp 1.873.010.837
Jadi kontribusi margin perusahaan Pia Latief pada tahun 2017 sebesar Rp
1.873.010.837,-
b. Rasio margin kontribusi
Rumus rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut:
Jadi rasio margin kontribusi perusahaan pia LATIEF tahun 2017 adalah
55 .
71.114.365 + 1.895.390.648
Sales = _____________________________
18.730,4
Sales = 104.990 unit
Dari hasil ini dapat diperinci setiap produknya sebagai berikut :
Penjualan tahun 2018 pia basah (2,82 x 104.990) = 296.072 dibulatkan.
Penjualan tahun 2018 pia kering (1,64 x 104.990) = 172.184 dibulatkan.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Break evenpoint produk pia basah pada tahun 2017 sebesar 10.707 unit (kotak) dimana
setiap kotak berisi 10 biji dengan harga per unit Rp 8.000,- sehingga jumlah BEP yang
dicapai sebesar Rp 85.656.000,-
2. Break evenpoint produk pia kering pada tahun 2017 sebesar 6.227 unit (kotak) dimana
setiap kotak berisi 10 biji dengan harga per unit Rp 7.000,- sehingga jumlah BEP yang
dicapai sebesar Rp 43.589.000,-
3. Dari kedua jenis produk tersebut maka titik impas perusahaan dicapai pada saat
penjualan sebesar Rp 129.245.000,-
4. Contribution margin kedua produk sebesar Rp 1.873.010.837,-
5. Margin of safety produk pia basah sebesar Rp 2.171.544.000,- dan produk pia kering
sebesar Rp 1.103.011.000,- dan jika menggunakan rasio akan dicapai margin of safety
pia basah sebeasr 96,21% dan pia kering sebesar 96,2%
6. Untuk mencapai kenaikan laba sebesar 5% dari tahun sebelumnya perusahaan harus
melakukan penjualan produk pia basah sebesar 296.072 unit dan produk pia kering
sebesar 172.184,-
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K. 2009. Akuntasi Manajemen. Edisi 14. Jakarta :Salemba Empat.
Garrison Ray H., Noreen, Eric W., Brewer, Peter C. 2006. Akuntansi Manajerial (alih
bahasa: A. Totok Budi Santoso). Buku I. Jakarta : Salemba Empat.
Hansen, Dor R. DAN Mowen M, 2011. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. Terjemahan Fitrisari,
Dewi dan Kwary, Deny Arnos. Jakarta : Salemba Empat,