Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pasar Persaingan Monopolistik

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomi Industri

Dosen Pengampu :

Miftahal Anjarsabda Wira Buana, S.Pd., M.E

Disusun Oleh :

Husnul Marom (14810014)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada Tim Penulis. Sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata Kuliah
Ekonomi.dengan judul “Monopolistik”

Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada Miftahal Anjarsabda Eira


Buana, S.Pd., M.E selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi Industri yang
telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima
kasih kepada segala pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu
pengetahuan tentang ekonomi terutama didalam materi monopolistik. Kritik dan
saran sangat kami harapkan kepada pembaca dalam pengembangan makalah
kedepannya.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 2

A. Pengertian Pasar Monopolistik................................................... 2


B. Asumsi Pasar Monopolistik......................................................... 3
C. Penentuan Harga Pasar Monopolistik........................................ 5
D. Diferensiasi Produk...................................................................... 10

KESIMPULAN................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar Monopolistik adalah salah satu pasar yang dimana terdapat banyak
produsen yang memproduksi atau menghasilkan barang serupa tetapi mempunyai
perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual di pasar monopolistik tidak terbatas,
tapi setiap produk yang dihasilkan pasti mempunyai karakter tersendiri yang
membedakannya dengan produk-produk lainnya.

Seperti misalnya sabun mandi, shampo, pasta gigi, dan sebagainya.


Meskipun fungsi dari semua sabun mandi sama yaitu untuk membersihkan badan,
akan tetapi setiap produk yang dihasilkan oleh produsen yang berbeda memiliki
ciri yang khusus, seperti misalnya perbedaan wangi, warna, kemasan, bentuk dan
sebagainya. Atau ada juga definisi pasar monopolistik yaitu pasar yang dimana
terdapat banyak produsen atau perusahaan yang menjual barang yang berbeda
corak.

Di pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah suatu faktor yang dapat


mendongkrak penjualan. Tapi bagaimana kemampuan produsen atau perusahaan
menciptakan citra yang baik di dalam benak konsumen atau masyarakat, sehingga
membuat mereka ingin membeli produk tersebut meskipun dengan harga yang
agak mahal. Oleh sebab itu, setiap perusahaan yang berada dalam pasar
monopolistik harus selalu aktif mempromosikan produknya sekaligus menjaga
citra perusahaannya. Dalam makalah ini, penulis makalah akan membahas lebih
rinci mengenai pasar monopolistik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah seperti
berikut :

1. Bagaimana penentuan harga di pasar persaingan monopolistis?


2. Jelaskan Tentang Diferensiasi Produk?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar Monopolistik 

Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat


banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan
dalam beberapa aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun
setiap produk yang dihasilkanpasti memiliki karakter tersendiri yang
membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi,
kosmetik, dll. Meskipun fungsi semua shampoo sama yakni untukmembersihkan
rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memilikiciri
khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain.1

Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk


mempengaruhi hargawalaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar
monopoli atau oligopoli.Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan.
Karena perbedaan dan ciri khas darisuatu barang, konsumen tidak akan mudah
berpindah ke merek lain, dan tetap memilih merektersebut walau produsen
menaikkan harga. Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia2. Produksepeda
motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing memiliki ciri
khusussendiri. Sebut saja sepeda motor Honda, di mana ciri khususnya adalah irit
bahan bakar.Sedangkan Yamaha memiliki keunggulan pada mesin yang stabil dan
jarang rusak. Akibatnyatiap-tiap merek mempunyai pelanggan setia masing-
masing.Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa
mendongkrak penjualan.Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra
yang baik di dalam benak masyarakat,sehingga membuat mereka mau membeli
produk tersebut meskipun dengan harga mahal akansangat berpengaruh terhadap
penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang beradadalam pasar
monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra
perusahaannya.
1
Suharso dan Ana Retnoningsih, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya karya, Semarang,
hlm. 180.
2
3 Suharso dan Ana Retnoningsih, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya karya,
Semarang, hlm. 180.

2
B. Asumsi Pasar Monopolistik 

Setiap perusahaan dalam menentukan keputusannya tidak tergantung pada


perusahaanlainnya,karena itu setiap perusahaan menganggap bahwa harga-harga
pesaing,iklan daripesaing tidak berbeda dengan tindakannya sendiri. Oleh karena
itu perubahan harga olehsuatu perusahan dianggap tidak akan mempengaruhi
perusahaan lain untuk beraksimengubah harga-harga mereka.

Jumlah perusahaan dalam suatu industri sangat banyak dan semuanya


memproduksiproduk dasar yang sama. Namun demikian asumsi bahwa produk
adalah homogensempurna dihilangkan, setiap perusahaan dianggap mampu untuk
membedakan produknyapaling tidak dalam beberapa tingkat atau derajat dari
produk-produk perusahaan saingannya. Dalam persaingan monopolistik sejalan
dengan waktu persaingan jangkapanjang akan banyak perusahaan yang akan
memasuki pasar. Jika semakin banyakperusahaan yang memasuki industri tersebut
dan menawarkan barang pengganti yang sangat dekat (tetapi tidak sempurna)
maka pangsa pasar dari perusahaan yamg pertamaakan menurun. Pasar
Monopolistik memiliki ciri-ciri yang melekat , yaitu : 3

1. Terdapat banyak produsen atau penjual. Meskipun demikian, pasar ini tidak


memilikiprodusen atau penjual sebanyak pasar persaingan sempurna dan tidak
ada satu punprodusen yang mempunyai skala produksi yang lebih besar dari
produsen lainnya.
2. Adanya Diferensiasi Produk . Pasar ini menawarkan produk yang cenderung
sama, namunmemiliki perbedaan-perbedaan khusus dengan produk lainnya,
misalnya dari carapengemasan, pelayanan yang diberikan dan cara
pembayaran.
3. Produsen Dapat mempengaruhi harga.  Berbeda dengan Pasar Persaingan
Sempurna,dimana harga terbentuk berdasarkan mekanisme pasar, maka pasar
monopolistik dapatmempengaruhi harga meskipun tidak sebesar pasar
oligopoli dan monopoli.

3
Andi Fahmi Lubis, dkk, 2009, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Jakarta,ROV
Creative Media, hlm. 88.

3
4. Produsen dapat keluar masuk pasar. Hal ini dipengaruhi oleh laba ekonomis,
saat produsenhanya sedikit di pasar maka laba ekonomisnya cukup tinggi.
Ketika produsen semakinbanyak dan laba ekonomis semakin kecil, maka
pasar menjadi tidak menarik dan produsendapat meninggalkan pasar.
5. Promosi penjualan harus aktif . Pada pasar ini harga bukan merupakan
pendongkrak jumlahkonsumen, melainkan kemampuan perusahaan
menciptakan citra baik dimata konsumen,sehingga dapat menimbulkan
fanatisme terhadap produk. Karenanya, iklan dan promosimemiliki peran
penting dalam merebut dan mempertahankan konsumen.Kedudukan
persaingan monopolistik akan membuka peluang pasar yang terbatas
lingkupkonsumennya, sehingga pencapaian laba tak sebesar seperti kedudukan
yang mungkin bisadicapai pada pasar persaingan bebas sempuma. Dalam
pasar persaingan monopolistik masih

Kedudukan persaingan monopolistik akan membuka peluang pasar yang


terbatas lingkupkonsumennya, sehingga pencapaian laba tak sebesar seperti
kedudukan yang mungkin bisadicapai pada pasar persaingan bebas sempuma.
Dalam pasar persaingan monopolistik masih juga tetap ada persaingan antara
perusahaan, terutama dalam persaingan kampanyeperiklanan yang mencoba
menarik sebanyak-banyaknya konsumen.Persaingan ini akan memacu perusahaan-
perusahaan yang masuk dalam persainganmonopolistik untuk meningkatkan
efisiensi mereka masing - masing. Dampak yang timbul darikeadaan pasar
persaingan monopolistik lazimnya mendekati keadaan pasar persaingansempuma,
dengan demikian harga-harga juga cenderung mendekati harga pokok
produksi.Terdapat empat macam bentuk pasar dalam perekonomian.

4
Kempat bentuk pasar itu adalah:4

1) Pasar persaingan bebas sempuma ;


2) Pasar monopoli ;
3) Pasar oligopoli ; dan
4) Pasar persaingan monopolistik.

Persaingan menunjuk pada keadaan di mana terdapat banyak pesaing di


pasar, baik sebagaipenjual maupun pembeli. Persaingan dapat berupa persaingan
harga maupun persaingan nir-harga. Pasar monopoli menunjuk pada pasar di
mana pasar dikuasai sepenuhnya oleh seorang penjual. Monopoli dapat terjadi
karena faktor alam, faktor perlindungan undang-undang,besamya kekuatan
perusahaan terutama dari segi keuangan dan pengalaman usaha. Jika dalamsuatu
pasar terdapat beberapa perusahaan yang menjadi pemegang kekuasaan, maka
pasartersebut dinamakan pasar oligopoli. Sedangkan bentuk pasar yang lain
adalah pasar persainganmonopolistik. Bentuk pasar ini pada dasamya merupakan
pasar yang berada di antara dua jenisbentuk pasar yang ekstrem, yaitu pasar
persaingan bebas sempuma dan pasar monopoli. Olehsebab itu, sifat-sifatnya
mengandung unsur sifat-sifat pasar persaingan sempuma dan pasar monopoli.

C. Penentuan Harga Pasar Monopolistik

Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah sumber pokok bagi umat Islam, karena
alQur’an dan Al-Hadits merupakan kalam ilahi yang bersifat abadi yang
diwahyukankepada Rasulullah Saw.27 Al-Qur’an dan Al-Hadits merupakan
sumber utama dalam ilmu pengetahuan sekaligus sumber hukum yang memberi
inspirasi tentang seperangkat pengaturan segala aspek kehidupan termasuk dalam
hal muamalah. Seperti yang diterangkan dalam potongan ayat dan hadits dibawah
ini:Firman Allah dalam surat An-Nisaa’ ayat 29 :

4
3 Suharso dan Ana Retnoningsih, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya karya,
Semarang, hlm. 180.

5
‫اط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُك ْو َن تِ َج َار ًة َع ْن‬
ِ ‫ٰيٓاَُّيها الَّ ِذين ٰام ُنوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَموالَ ُكم بينَ ُكم بِالْب‬
َ ْ َْ ْ َ ْ ْ َ َْ َ
‫س ُك ْم ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ َكا َن بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ ٍ ‫َت َر‬
َ ‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َت ْق ُتلُ ْٓو ا اَْن ُف‬
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”5

Pada dasarnya, strategi harga dalam ekonomi konvensional dapat


digunakan dalam Ekonomi Syariah selama tidak bertentangan dengan koridor
syari’at Islam, namun disarankan bahwa prilaku ekonomi dari sebuah pasar Islami
harus dibedakan dengan tegas dengan pasar yang dijalankan oleh sistem
konvensional. Karena prinsip yang dituju oleh keduanya berbeda. Tujuan dari
kegiatan ekonomi konvensional yaitu memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya, sedangkan dalam Ekonomi Syariah untuk meraih al-falah dan
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda di akherat kelak bagi dirinya sendiri
maupun bagi semua manusia. 6Hukum harga dalam ekonomi syariah sangat
mengedepankan asas kemanusiaan. Harga ditetapkan untuk mencapai tujuan dunia
maupun akhirat, bukan hanya sekedar untuk memperoleh keuntungan semata.
Sehingga dalam menetapkan harga menurut ekonomi syariah harus
memperhatikan nilai dan moral ekonomi.

a. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

Dalam menentukan harga terdapat metode factor penentu harga, yang


utama adalah aspek penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga
ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan
jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead,
dan laba.

5
Al-Qur’an Al-Karim.
6
Sholikul Hadi, Strategi Penetapan Harga Komoditas Dalam Perspektif Ekonomi Syariah, (Jurnal
Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah:2019)

6
1) Standard Markup Pricing Dalam metode ini, harga ditentukan dengan jalan
menambahkan persentase tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu
kelas produk. Misalnya, pakaian dikenai tambahan 15%, sepatu 20%,
arloji 25%, hem 15%, dan lain-lain. Metode ini banyak diterapkan di
supermarket dan toko-toko eceran lainnya yang menawarkan banyak lini
produk. Persentase mark up bervariasi besarnya, tergantung pada jenis
usaha serta produk yang dijual. Biasanya produk-produk yang tingkat
perputarannya lebih tinggi dikenakan markup yang lebih kecil daripada
produk-produk yang tingkat perputarannya rendah.
2) Cost Plus Percentage of Cost Pricing Metode ini seringkali digunakan
untuk menentukan harga suatu item. Misalnya suatu perusahaan arsitektur
menetapkan tarif sebesar 15% dari biaya kontruksi sebuah rumah. Jadi,
bila biaya kontruksi sebuah rumah sebesar Rp100 juta dan fee arsitek
sebesar 15% dari biaya kontruksi (Rp 15 juta), maka harga akhirnya
sebesar RP 115 juta.
3) Cost Plus Fixed Fee Pricing Metode ini banyak diterapkan dalam produk-
produk yang sifatnya sangat teknikal, seperti mobil, pesawat, atau satelit.
Dalam strategi ini produsen akan mendapatkan ganti atas semua biaya
yang dikeluarkan, seberapapun besarnya, tetapi produsen hanya akan
memperoleh fee sebagai laba yang besarnya tergantung kesepakatan
bersama. Misalnya Singapura menyepakati untuk membayar PT Satelit
kita seharga Rp 2 triliyun sebagai biaya peluncuran satelit SS1 dan fee
sebesar RP 200 milyar. Bila kemudian ternyata biaya peluncuran
membengkak hingga mencapai Rp 3 triliyun, maka fee yang diterima PT
Satelit kita tetap sebesar Rp 200 milyar.
4) Exsperience Curve Pricing Metode ini dikembangkan atas dasar konsep
efek belajar yang menyatakan bahwa unit cost barang dan jasa akan
menurun antara 10-30% untuk setiap peningkatan sebesar dua kali lipat
pada pengalaman perusahaan dalam memproduksi dan menjual barang
atau jasa tersebut. Pengalaman perusahaan tersebut dinyatakan dalam
volume produksi dan penjualan. Misalnya, perusahaan meramalkan

7
biayanya akan menurun sebesar 15% setiap kali terjadi peningkatan
volume produksi sebesar dua kali lipat. Dengan demikian biaya produksi
dan penjualan unit ke 100 akan sebesar 85% dari biaya pada unit ke 50,
dan seterusnya. Strategi ini banyak diterapkan dalam perusahaan-
perusahaan elektronik.
b. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba

Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan


harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik
atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi.

1) Target Profit Pricing Metode ini umumnya berupa ketetapan atas besarnya
target laba tahunan yang dinyatakan secara spesifik.
Metode ini dapat dinyatakan dengan rumus :
Laba : Pendapatan total – Biaya total Laba : (Harga x kuantitas) – (Biaya
tetap + (Biaya variable x Kuantitas))
2) Target Return On Sales Pricing Pada metode ini, perusahaan menetapkan
tingkat harga tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam persentase
tertentu terhadap volume penjualan. Biasanya metode ini banyak
digunakan oleh jaringanjaringan supermarket.
3) Target Return On Investment Pricing Dalam metode ini perusahaan
menetapkan besarnya suatu target ROI tahunan, yaitu rasio antara laba
dengan investasi total yang ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi
dan asset yang mendukung produk tertentu. Kemudian harga ditentukan
agar dapat mencapai target ROI tersebut.
Metode ini dapat dinyatakan dengan rumus :
Harga sasaran:
Biaya + Pengembalian yang diinginkan x modal yang diinvestasikan
Jumlah penjualan yang diharapkan
c. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan kepada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga
juga dapat diterapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing.

8
1) Customary Pricing Metode ini digunakan pada produk yang penetapan
harganya dilakukan dengan berpegang teguh pada tingkat harga tradisional.
Perusahaan berusaha untuk tidak mengubah harga diluar batas yang
diterima. Dengan begitu, perusahaan menyesuaikan ukuran dan isi produk
guna mempertahankan harga. Contoh produk yang harganya biasa
ditetapkan dengan metode ini antara lain beras, gula, dan makanan ringan.
2) Above, At, or Below Market Pricing Pada umumnya sangat sulit untuk
mengidentifikasi harga pasar spesifik untuk suatu produk atau kelas produk
tertentu. Oleh karena itu, seringkali ada perusahaan yang menggunakan
pendekatan subyektif dalam memperkirakan harga pesaing atau harga
pasar. Berdasarkan patokan subyektif tersebut, kemudian perusahaan secara
cermat memilih strategi penetapan harga yang berada diatas, sama, atau di
bawah harga pasar tersebut. Above – market pricing dilaksanakan dengan
jalan menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar. Metode ini
hanya sesuai digunakan oleh perusahaan yang sudah memiliki reputasi atau
perusahaan yang menghasilkan barang-barang prestise. Ini dikarenakan
konsumen kurang memperhatikan aspek harga dalam pembeliannya, tetapi
mereka lebih mengutamakan kualitas atau faktor prestise yang terkandung
dalam produk yang dibeli.
3) Loss Leader Pricing Terkadang ada perusahaan yang menjual produk
dengan harga dibawah biayanya. Tujuannya bukan untuk meningkatkan
penjualan produk yang bersangkutan, tetapi untuk menarik konsumen
supaya datang ke toko dan membeli produk lainnya, khususnya produk
yang bermarkup cukup tinggi. Jadi suatu produk dijadikan semacam
pancingan agar produk lainnya juga laku. Produk pancingan tersebut
biasanya dijual dengan dasar persediaan terbatas. Strategi ini banyak
diterapkan di supermarket dan department store.
4) Sealed Bid Pricing Metode ini menggunakan system penawaran harga dan
biasanya melibatkan agen pembelian. Jadi, bila ada perusahaan atau
lembaga yang ingin membeli suatu produk, maka yang bersangkutan
menggunakan jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi produk

9
yang dibutuhkan kepada para calon produsen. Setiap calon produsen
diminta untuk menyampaikan harga penawarannya untuk kuantitas yang
dibutuhkan. Harga penawaran tersebut harus diajukan dalam jangka waktu
tertentu, kemudian diadakan semacam lelang untuk menentukan penawaran
terendah yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kontrak pembelian.
D. Diferensiasi Produk

Menurut Jeff Madura dalam bukunya pengantar bisnis diferensiasi produk


adalah upaya dari perusahaan untuk membedakan produknya dari produk pesaing
dalam suatu sifat yang membuat lebih diinginkan. Beberapa produk dibedakan
oleh pesaing dari kualitasnya.7 Sedangkan dalam jurnal Joefar Pratama Sahetapy
mendefinisikan diferensiasi produk sebagai tindakan memodifikasi produk
menjadi menarik. Diferensiasi produk biasanya hanya mengubah sedikit karakter
produk, antara lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi fisik
produk.8 Jadi, diferensiasi produk yaitu membuat perbedaan suatu produk dengan
cara mengembangkan dan memodifikasi sebuah produk. Diferensiasi berarti
bahwa suatu produk atau jasa tidak hanya memiliki perbedaan dengan produk atau
jasa yang sudah ada, melainkan juga merupakan titik keunggulan dibandingkan
yang lainnya.

a. Hotelling Model
Pada tahun 1929, Hotelling (1929) mengusulkan sebuah model untuk
menggambarkan kasus pasar duopoli yang terjadi pada masa itu. Dalam pasar
duopoli ini, terdapat dua buah perusahaan yang bersaing ketat dengan
produk/jasa yang sama. Pelanggan diasumsikan tersebar pada sebuah garis
lurus (linear city model). Tingkat kepuasan pelanggan (utility function) atau
daya beli pelanggan dirumuskan sebagai harga jual ditambah dengan effort
untuk mencapai toko dari perusahaan tersebut.

7
Jeff Madura, Pengantar Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm. 99.
8
Joefer Pramata Sahetapy, Diferensiasi Produk, Strategi Merek, Pengaruhnya Terhadap Keputusan
Pembelian Meubel UD. Sinar Sakti Manado, Jurnal Emba, Vol. 1, No. 3, 2013, hlm. 412.

10
Pelanggan diasumsikan tidak memiliki preferensi khusus terhadap kedua
perusahaan tersebut. Sebagai ilustrasi, Hotelling (1929) menggambarkan
kasus tersebut seperti dalam Gambar 1.

Pada model mereka, Hotelling (1929) merumuskan profit (Π) dari kedua
perusahaan dalam persamaan (1) dan (2):
1) A = PA (a + x)
2) B = PB (b + y )
Keterangan:
i : Profit dari perusahaan i di mana i = A, B,
Pi : Harga jual produk dari perusahaan i di mana i =  A, B, a,b, x, y : Jumlah
total demand secara berturut-turut di area a,b, x, y .
Di mana, total permintaan adalah total panjang dari linear city yang
dirumuskan pada persamaan (3):
3) l = a + x + y + b

Pada posisi di tengah linear city (antara x dan y ), pelanggan akan bersifat
indifferent (tidak memiliki preferensi tertentu). Sehingga fungsi utilitas pada
pelanggan ini akan besifat seperti pada persamaan (4).

4) UA =UB  PA + ct x = PB + cty
di mana A t B t ct adalah biaya transportasi dari pelanggan menuju toko.
Model Hotelling (1929) ini memunculkan banyak penelitian setelahnya.
Hingga penelitian terkini pun, banyak mengadopsi model Hotelling. Beberapa
penerapan model Hotelling terkini akan dibahas lebih lanjut pada subbagian
2.2.

11
KESIMPULAN

Pasar Monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat


banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan
dalam beberapa aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun
setiap produk yang dihasilkanpasti memiliki karakter tersendiri yang
membedakannya dengan produk lainnya.

Jumlah perusahaan dalam suatu industri sangat banyak dan semuanya


memproduksiproduk dasar yang sama. Namun demikian asumsi bahwa produk
adalah homogensempurna dihilangkan, setiap perusahaan dianggap mampu untuk
membedakan produknyapaling tidak dalam beberapa tingkat atau derajat dari
produk-produk perusahaan saingannya. Dalam persaingan monopolistik sejalan
dengan waktu persaingan jangkapanjang akan banyak perusahaan yang akan
memasuki pasar. Jika semakin banyakperusahaan yang memasuki industri tersebut
dan menawarkan barang pengganti yang sangat dekat (tetapi tidak sempurna)
maka pangsa pasar dari perusahaan yamg pertamaakan menurun.

Strategi harga dalam ekonomi konvensional dapat digunakan dalam


Ekonomi Syariah selama tidak bertentangan dengan koridor syari’at Islam, namun
disarankan bahwa prilaku ekonomi dari sebuah pasar Islami harus dibedakan
dengan tegas dengan pasar yang dijalankan oleh sistem konvensional. Karena
prinsip yang dituju oleh keduanya berbeda. Tujuan dari kegiatan ekonomi
konvensional yaitu memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, sedangkan
dalam Ekonomi Syariah untuk meraih al-falah dan mendapatkan keuntungan yang
berlipat ganda di akherat kelak bagi dirinya sendiri maupun bagi semua manusia.

Diferensiasi produk yaitu membuat perbedaan suatu produk dengan cara


mengembangkan dan memodifikasi sebuah produk. Diferensiasi berarti bahwa
suatu produk atau jasa tidak hanya memiliki perbedaan dengan produk atau jasa
yang sudah ada, melainkan juga merupakan titik keunggulan dibandingkan yang
lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arcelus, F.J., Kumar, S. & Srinivasan, G., 2005. Retailer's response to alternate
manufacturer's incentives under a singleperiod, price-dependent,
stochasticdemand framework. Decision Sciences, 36(4), pp.599-626.

Arcelus, F.J. & Srinivasan, G., 2003. Scanbacks and direct rebates: manufacturer's
tools against forward buying. International Transactions in Operational Research,
10(6), pp.619-35.

Aydin, G. & Porteus, E.L., 2008. Manufacturerto-retailer versus manufacturer-


toconsumer rebates in a supply chain. Retail supply chain management, 122,
pp.237-70.

Chen, X., Li, C.-L., Rhee, B.-D. & Simchi-Levi, D., 2007. The impact of
manufacturer rebates on supply chain profits. Naval Research Logistics, 54(6),
pp.667-80.

Demirag, O.C., Baysar, O., Keskinocak, P. & Swann, J.L., 2010. The effects of
customer rebates and retailer incentives on a manufacturer's profits and sales.
Naval Research Logistics, 57(1), pp.88-108.

Fishelson, G., 1990. The Hotelling model under uncertainty: A note. Resources
and energy, 12(4), pp.353-59.

Hadi, Sholikul. “Strategi Penetapan Harga Komoditas Dalam Perspektif


Ekonomi Syariah”, Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah:2019.

Suharso dan Retnoningsih, Ana. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Widya karya:
Semarang, 2012

Madura, Jeff. “Pengantar Bisnis”, Salemba Empat, Jakarta, 2001

Sahetapy, Joefer Pramata. “Diferensiasi Produk, Strategi Merek, Pengaruhnya


Terhadap Keputusan Pembelian Meubel UD”, Sinar Sakti Manado, Jurnal Emba,
Vol. 1, No. 3, 2013

13
14

Anda mungkin juga menyukai