Dosen pengampu:
Eny Sulistyaningrum, S.E., M.A., Ph.D.
Disusun Oleh:
Agita Sekar Nahdliyah Umami (22/498884/NEK/26542)
Stephanus Bimo Dwi Prasetyo (22/499550/NEK/26759)
Halaman
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 3
SIMPULAN ........................................................................................................................ 19
BAB I
Pendahuluan
ii
Kelangsungan hidup manusia tidak terlepas dari bagaimana individu tersebut
mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Keterbatasan sumberdaya yang ada
dan daya beli yang dimiliki masyarakat membuat pemenuhan akan kebutuhan pokok
menjadi hal yang penting untuk diatur sedemikian rupa sehingga kebutuhan
masyarakat dapat tetap terpenuhi. Pengelolaan sumberdaya pemenuh kebutuhan
masyarakat kemudian sampai pada bagaimana pemerintah membantu rakyatnya untuk
dapat memperoleh harga beli dan harga jual komoditas yang sesuai dengan daya beli
dan daya saing pasar. Campur tangan pemerintah ini meliputi kebijakan kontrol harga
minimum atau maksimum yang sah ditetapkan untuk barang-barang tertentu
(https://www.investopedia.com/terms/p/price-ceiling.asp).
Keterlibatan pemerintah dalam mengatur harga yang berlaku di pasar ditujukan
untuk memberikan keadilan kepada pembeli maupun penjual. Fenomena turunnya
harga bawang merah yang ada di pasar tanah air menjadi contoh penerapan metode
kontrol harga. Bawang merah seringkali mengalami penurunan harga, terutama jika
terdapat panen serentak diseluruh penjuru tanah air dan lonjakan import bawang
merah yang turut mendorong harga bawang merah lokal semakin turun. Kelebihan
pasokan bawang merah di tanah air menjadi alasan turunnya harga bawang merah
lokal di pasar nasional. Hal ini sejalan dengan teori permintaan dan penawaran,
dimana banyaknya pasokan bawang di pasar mengakibatkan turunnya harga akibat
permintaan yang tetap, bertemu dengan kelebihan penawaran sehingga penjual
akhirnya menurunkan harga agar produknya dapat terjual untuk menghindari
kemungkinan bawang merah yang busuk karena over supply. Menangani kejadian ini,
pemerintah kemudian memiliki peran untuk dapat menjaga kestabilan harga
komoditas tersebut agar tetap memberikan keuntungan terhadap petani dan rantai
distribusi yang ada. Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan pemerintah adalah
dengan menerapkan price floor atau harga dasar yang berlaku di pasar. Penerapan
harga dasar tersebut diberlakukan untuk membantu produsen ketika harga yang
terbentuk di pasar terlalu rendah, yang mengindikasi ketidak adilan harga yang
diterima produsen dalam pasar. Setelah ditetapkan, harga tidak boleh turun di bawah
harga minimum.
Berbanding terbalik dengan fenomena harga bawang, harga minyak goreng
selama setahun terakhir justru mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dari harga
semula senilai Rp 13.500,- per liter menjadi Rp 28.000,- per liter. Menanggapi
kejadian ini, pemerintah juga turut andil dalam melindungi konsumen atas lonjakan
1
harga tersebut. Pemerintah kemudian menerapkan harga eceran tertinggi (HET) atau
yang kita kenal sebagai kebijakan price ceilling. Kebijakan harga tertinggi diterapkan
untuk meningkatkan daya beli konsumen dengan harga yang relatif terjangkau,
sehingga produsen atau penyedia produk diharapkan tidak menjual produk melebihi
batas atas harga yang sudah ditetapkan pemerintah, dengan tetap memberikan laba
bagi produsen (Baye & Prince, 2017, p. 48)
Kedua kebijakan kontrol harga tersebut menjadi solusi ketidak adilan praktik jual
beli yang ada di pasar bebas, sehingga mampu menjaga stabilitas harga komoditas dan
melindungi kesejahteraan baik pembeli maupun penjual. Tanpa penerapan kontrol
harga, dikhawatirkan komoditas yang dihasilkan dari supplier lokal akan kalah dengan
gempuran produk import dan terjadi kelangkaan akibat peralihan minat pemasok
untuk menembus pasar mancanegara. Dampak jangka panjang jika tidak adanya
penerapan kontrol harga, Indonesia dapat mengalami inflasi dan penurunan
perekonomian secara lebih luas.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas, penulis tertarik untuk
menganalisis penerapan kebijakan harga dasar (price floor) pada studi kasus harga
bawang merah dan harga tertinggi (price ceilling) pada studi kasus harga minyak
goreng yang ada di pasar Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari implementasi teori price
ceilings dan price floor melalui kasus yang terjadi di pasar domestik, khususnya pada
kasus harga bawang merah yang cenderung turun dan kasus kenaikan harga minyak
goreng yang melambung tinggi. Analisis pada kasus tersebut bermaksud untuk
2
menilai apakah metode penerapan kontrol harga yang dilaksanakan oleh pemerintah
sudah cukup efektif untuk menstabilkan harga dan pasokan yang ada di pasar atau
belum. Sehingga hasil tulisan ini diharapkan dapat memberikan alternatif penerapan
kebijakan dan metode yang menyertainya, untuk menyelesaikan persoalan harga yang
ada di pasar domestik.
3
Bab II
Istilah kontrol atau pengendalian harga mengacu pada harga minimum atau
maksimum yang sah ditetapkan untuk barang-barang tertentu. Kontrol harga
biasanya diatur oleh pemerintah dalam pasar bebas. Mereka biasanya
diimplementasikan sebagai sarana intervensi ekonomi langsung untuk mengelola
keterjangkauan barang dan jasa tertentu, termasuk sewa, bahan bakar, dan
makanan. Meskipun kebijakan ini membuat barang dan jasa tertentu lebih
terjangkau, pengendalian harga seringkali dapat menyebabkan gangguan di
pasar, kerugian bagi produsen, dan perubahan kualitas yang nyata. Sehingga
kebijakan ini lebih efektif diterapkan dalam jangka waktu yang sangat pendek.
Pengendalian harga dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan masalah
seperti kelangkaan, penurunan kualitas produk, pasar ilegal melalui saluran yang
tidak resmi dan tindak kecurangan lainnya.
Kontrol harga sendiri sudah diterapkan sejak ribuan tahun lalu. Menurut
sejarawan, produksi dan distribusi gandum telah diatur oleh otoritas Mesir pada
abad ketiga SM. Tidak hanya Mesir, Babilonia, Yunani kuno, dan kekaisaran
Romawi turut menerapkan kebijakan ini untuk mengontrol harga barang yang
beredar di wilayah tersebut (https://www.investopedia.com/terms/p/price-
ceiling.asp). Pada era yang lebih modern, kita dapat menemukan contoh
pengendalian harga, termasuk selama masa perang dan revolusi. Di Amerika
Serikat, pemerintah kolonial mengendalikan harga komoditas yang dibutuhkan
4
oleh tentara George Washington, karena mengakibatkan kelangkaan komoditas
tersebut. Pemerintah terus melakukan intervensi dan menetapkan batasan tentang
bagaimana produsen dapat menentukan harga produk dan layanan mereka.
Harga dasar adalah harga minimum yang ditetapkan untuk barang dan
jasa. Kebijakan ini ditetapkan oleh pemerintah atau, dalam beberapa kasus,
oleh produsen sendiri. Harga minimum diberlakukan untuk membantu
produsen ketika harga yang terbentuk di pasar terlalu rendah, yang
5
mengindikasi ketidak adilan harga yang diterima produsen dalam pasar.
Setelah ditetapkan, harga tidak boleh turun di bawah harga minimum.
Penetapan harga dasar sudah lazim digunakan untuk mengatur harga dasar di
berbagai industri, dengan alasan ekonomi utama untuk menetapkan harga
dasar adalah untuk mencegah predatory pricing atau tekanan harga anti
persaingan.(Sinha, 2000)
6
menetapkan harga yang murah dengan maksud untuk menyingkirkan
penutupan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat”. Aturan ini hadir untuk mencegah kemungkinan lambungan harga yang
tinggi setelah persaingan pasar dianggap longgar karena penetapan harga
yang terlalu rendah diawal periode tertentu. (Derek, 2005) .
7
Ketika Pemerintah menetapkan harga dasar lebih tinggi dari pada harga
keseimbangan pasar, maka dampak yang terjadi adalah sebagai berikut:
8
2. Harga tertinggi (price ceilling).
Pagu harga atau batas harga adalah titik tertinggi di mana barang dan jasa
dapat dijual. Ini terjadi ketika pihak berwenang ingin melindungi konsumen
terhadap harga yang terlalu tinggi. Hal ini terutama berlaku dalam kasus
kontrol sewa yang ada di Amerika, ketika lembaga pemerintah ingin
melindungi penyewa dari tuan tanah yang mematok harga terlalu tinggi. Sama
seperti harga dasar, harga tidak dapat melampaui batas setelah ditetapkan.
Ketika Price Ceiling ditetapkan pada tingkat harga di bawah harga pasar, maka
akan terdapat kelebihan permintaan (excess demand) atau kekurangan
persediaan (supply shortage). Jumlah produksi akan lebih sedikit ketika harga
rendah, sedangkan permintaan akan semakin banyak karena harga yang lebih
murah. Permintaan akan lebih besar dari penawaran dimana akan lebih banyak
orang yang ini membeli pada harga yang lebih murah, akan tetapi persediaan
lebih terbatas.
9
Jika penerapan Price Ceilings dirancang pada posisi di bawah harga
keseimbangan (equilibrium price) pasar pada kurva permintaan dan penawaran
yang elastis akan menimbulkan dampak sebagai berikut (Besanko dan
Braeutigam, 2011, dalam Puska Dagri, 2015):
10
yang bersifat inelastis sekalipun mampu mempengaruhi daya beli konsumen,
sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk membantu
meningkatkan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan BBM.
Didukung oleh penelitian Febrianto et al,. (2019) menyebutkan bahwa
penerapan price ceilings secara signifikan dapat meningkatkan penjualan
layanan penerbangan yang ada di Indonesia. Sebelum adanya kebijakan pagu
harga atau price ceilings, layanan penerbangan mengalami penurunan
operasional yang disebabkan oleh ketidakmampuan konsumen dalam
mencapai harga yang ditetapkan oleh pasar. Melalui skema pagu harga,
konsumen kemudian mampu mencapai harga layanan penerbangan komersil
dan mengakibatkan kenaikan volume penjualan tiket penerbangan komersil di
Indonesia.
11
Bab III
12
bawang merah di pasar global membuat bawang merah lokal sulit menembus
persaingan pasar global. Kelebihan pasokan bawang merah ini kemudian menjadi titik
turunnya harga bawang merah domestik. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran, dimana ketika permintaan akan bawang merah masih tetap pada
ekuilibrium yang sama namun bertemu dengan penawaran yang berlebih,
mengakibatkan turunnya harga bawang merah tersebut. (Baye & Prince, 2017, p. 40)
Rendahnya harga bawang merah yang terbentuk di pasar mengharuskan
pemerintah turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini sehingga dapat
melindungi petani bawang merah dan juga rantai distribusi yang menyertainya.
Pemerintah berusaha menerapkan harga minimal (price floor) dengan mengambil alih
penjualan dari petani melalui bulog, serta mengarahkan eksportir dan industri untuk
membeli bawang merah secara langsung kepada petani, untuk meminimalisir
panjangnya rantai distribusi, sehingga mampu memperbesar profit margin yang
diterima petani. Pemerintah, melalui Kementan juga memberikan subsidi berupa
sarana produksi seperti benih, pupuk serta bantuan alsintan seperti traktor, kultivator,
mulsa dan sebagainya. Untuk penanganan pasca panen, dalam upaya meningkatkan
kualitas dan memperpanjang umur simpan maka Kementan memfasiltasi instore
drying, juga untuk meningkatkan nilai tambah difasilitasi alat pengolahan bawang
merah berupa vacum fraying sebagai alat menggoreng bawang merah, alat
pengolahan bawang merah menjadi pasta dan sebagainya. (Kementerian Pertanian
Republik Indonesia. 2018)
Kepala Bulog Sub Dwive VI Pekalongan mengatakan bahwa Perum Badan Usaha
Logistik (Bulog) mempunyai tugas dalam ketahanan pangan melalui persediaan yang
13
cukup, akses, harga yang terjangkau, dan melakukan stabilisasi harga. Bulog juga
sedang membangunu gudang yang bisa berfungsi sebagai tempat penyimpanan (cold
storage) bawang merah di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes.
Dibangunnya gudang inii artinya pemerintah melalui BUMN, yakni Bulog hadir
ditengah masyarakat. Saat harga anjlok, kami beli kemudian akan kami simpan.
Bawang merah merang yang telah diserap oleh Bulog, setidaknya sudah dikirim
sebanyak 10 ton ke Jakarta hingga tanggal 12 Januari 2018. (Wartabahari.com)
14
Gambar 3. Efek tarif impor
Penerapan kebijakan price floor ini tidak dapat berlangsung dalam jangka
panjang dan terus menerus, karena hanya ditujukan untuk menahan anjlognya harga
pada kondisi tertentu saja. Untuk mengelola harga pasar supaya tidak sering terjadi
penurunan nilai ekonomis, pemerintah dapat memberikan arahan terhadap petani
mengenai periode tanam bawang merah dan waktu penjualan bawang merah,
sehingga penjualan bawang merah di Indonesia tidak mengalami over supply akibat
panen raya serempak di seluruh penjuru negeri. Hal ini dapat menekan turunnya harga
akibat kelebihan pasokan bawang merah yang ada di pasar domestik.
15
B. Kasus harga minyak goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar yang biasanya digunakan
untuk menggoreng . Minyak goreng terbuat dari, kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,
jagung, kedelai, bunga matahari dan kanola. (kemendag.2016). Minyak goreng
termasuk kedalam kelompok bahan pokok yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat
untuk menunjang kecukupan pangan di Indonesia, karena merupakan bahan
pendukung pengolahan makanan.
Pada pertengahan tahun 2021, tepatnya dibulan Agustus, terjadi kenaikan harga
komoditas minyak goreng di pasar bebas. Kenaikan harga minyak goreng diawali
dengan pergeseran pasar Crude Palm Oil (CPO) akibat tidak tercukupinya pasokan
minyak sawit non-nabati sehingga meningkatkan permintaan pasar global.
(Suara.com). Kenaikan permintaan minyak mentah skala global ini dimanfaatkan
pemasok yang ada di Indonesia sehingga pemasok lokal memilih melakukan ekspor
karena harga jual di pasar mancanegara cenderung lebih tinggi dibandingkan pasar
lokal. Peralihan stok minyak goreng ini kemudian mengakibatkan kelangkaan dan
peningkatan harga jual pada pasar domestik mengikuti harga pasar global.
Menyikapi kenaikan harga minyak goreng, pemerintah kemudian memberikan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat untuk memberikan dukungan
dalam menghadapi kenaikan harga minyak di Tanah Air, agar masyarakat tetap dapat
membeli minyak goreng. Pemberian BLT ini ternyata tidak tepat sasaran, karena
masyarakat justru tidak mengguanakan bantuan ini untuk membeli minyak, namun
justru digunakan untuk kebutuhan lainnya. Pemerintah kemudian menerapkan sistem
subsidi harga minyak goreng. Sebanyak 1,2 miliar liter minyak goreng disediakan
pemerintah untuk didistribusikan selama jangka waktu 6 bulan atau sekitar 250 juta
liter per bulan, dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Pemberian subsidi
terhadap harga minyak goreng diterapkan pada harga Rp 14.000,- per liter dan berlaku
sejak 19 Januari 2022 (republika.co.id). Harga subsidi pada minyak goreng yang
diberikan pemerintah merupakan upaya penerapan kebijakan Harga Eceran Tertinggi
(HET) atau price ceilings. Melalui kebijakan ini, Menteri Perdagangan berusaha
memastikan ketersediaan minyak goreng dengan harga terjangkau, dengan
mekanisme dan regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET). (Susiwijono Moegiarso).
Skema bantuan yang diterapkan pemerintah ternyata tidak kunjung menurunkan
harga minyak goreng yang ada di pasar domestik hingga pertengahan Maret 2022 dan
16
justru ketersediaan minyak goreng semakin menipis. Sementara terjadi kelangkaan
minyak goreng di pasar domestik, data yang dimiliki oleh kementerian perdagangan
menyebutkan bahwa pasokan minyak goreng lokal sangat melimpah. Pemerintah
kemudian menerbitkan larangan ekspor minyak goreng. Larangan ekspor minyak
goreng tersebut tidak serta merta meningkatkan pasokan minyak goreng yang ada di
pasar domestik. Kelangkaan minyak goreng tetap terjadi dan ketika minyak goreng
mulai mudah ditemui di pasar domestik, harganya sudah melonjak hingga Rp 28.000,-
per liter. Harga tersebut setara dua kali lipat dari harga normal sebelum adanya
kelangkaan minyak goreng dan naiknya harga minyak mentah dunia.
Meskipun sudah menarik skema harga eceran tertinggi, kelangkaan minyak
goreng tetap terjadi dan titik ekuilibrium permintaan tetap berada pada harga pasar
yang tinggi tersebut. Fenomena ini kemudian diselidiki oleh pemerintah dan
ditemukan adanya praktik suap yang dilakukan oleh Indrasari Wisnu Wardhana,
selaku Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag bersama 3 perusahaan kelapa
sawit swasta di Indonesia untuk melakukan ekspor minyak mentah dan minyak
goreng sebagai turunannya ditengah larangan ekspor minyak. (suara.com)
Penerapan harga eceran tertinggi atau price ceilings ternyata tidak cukup efektif
dalam kasus minyak goreng ini. Meskipun membantu konsumen dalam meningkatkan
kemampuan beli terhadap minyak goreng, namun keinginan para pemasok minyak
goreng lokal untuk menjual produknya dengan harga mahal di pasar mancanegara
membuat kelangkaan justru terjadi setelah penerapan kontrol harga tersebut. Hal ini
memang wajar terjadi, mengingat fungsi dari penerapan price ceilings hanya akan
efektif dilakukan dalam jangka pendek untuk mengatasi lonjakan penawaran.
Stabilitas harga hanya akan terjadi jika terdapat usaha yang mengiringi kebijakan
harga maksimum ini. Usaha yang sudah diterapkan pemerintah seperti larangan
ekspor minyak memang sudah tepat, mengingat akar dari persoalan kelangkaan
minyak goreng berasal dari tingginya ekspor minyak goreng ke pasar mancanegara.
Namun terdapat usaha lain yang dapat diterapkan oleh pemerintah, seperti menaikkan
pajak ekspor minyak goreng untuk menekan penjualan hasil produksi tanah air ke
mancanegara. Pemerintah juga bisa melakukan operasi pasar untuk mengawal
17
ketersediaan pasokan minyak goreng dari rantai distributor hingga konsumen akhir,
sehingga pemerintah dapat memastikan harga minyak goreng tetap terjangkau hingga
konsumen akhir. (unair news)
Fakta menyebutkan bahwa setelah mafia minyak goreng terungkap, persoalan
kelangkaan dan mahalnya harga minyak tidak lantas langsung teratasi. Banyak dari
distributor yang sudah terlanjur membeli minyak dengan harga mahal kemudian
menahan stok nya dengan harapan bahwa nilai dari minyak goreng tersebut akan
kembali ke nilai keekonomiannya. (liputan6.com). Fenomena ini menjadi hal yang
cukup ironis, mengingat banyak penjual yang kemudian mengalami kerugian akibat
pembelian minyak saat harga tinggi namun tidak dapat menjual dengan harga yang
sesuai dengan harga perolehannya. Melalui skema operasi pasar, pemerintah dapat
mengambil alih seluruh pasokan minyak goreng yang ada dengan kriteria tertentu
seperti bebasnya indikasi penimbunan secara sengaja, untuk mengurangi kerugian
penjual dan mengembalikan pasokan minyak goreng di pasar domestik. Hal ini perlu
diterapkan karena akan lebih efektif jika dibandingkan dengan penerapan subsidi
harga yang terus menerus membuat pasar bergantung pada campur tangan
pemerintah.
Pengembalian pasokan untuk didistribusikan ke pasar akan membantu
mempercepat pemulihan harga pasar seperti sebelum ada kelangkaan. Harga yang
dipatok untuk kondisi shortage adalah Rp 14.000,- per Liter, atau setara dengan harga
rata-rata tertinggi ketika belum terjadi kelangkaan, untuk memberikan keuntungan
bagi produsen namun tetap terjangkau bagi konsumen. Harga ini pula yang kemudian
diterapkan setelah pasokan kembali didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
18
SIMPULAN
Fluktuasi harga yang terbentuk di pasar bebas dapat mengakibatkan fluktuasi penjualan
produk yang disebabkan oleh adanya keterbatasan sumberdaya dan daya beli konsumen.
Tidak jarang, produsen maupun penjual melambungkan harga yang tinggi dengan tujuan
untuk memperoleh laba maksimal tanpa adanya kesiapan dan peningkatan pendapatan
konsumen, sehingga yang terjadi adalah penurunan penjualan dan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kemunduran perekonomian secara keseluruhan. Persoalan harga ini tidak
hanya terjadi pada harga yang terlalu tinggi, namun terlalu rendahnya harga yang terbentuk di
pasar juga dapat menyebabkan permasalahan yang kompleks bagi ekonomi sebuah negara.
Praktik-praktik persaingan harga yang memaksa perusahaan atau penjual dalam sebuah
lingkup pasar untuk menurunkan harga demi mendapatkan konsumen juga dapat
mengganggu kestabilan harga sebuah pasar. Penjual tidak dapat berlomba memberikan harga
paling rendah hanya untuk memperoleh pelanggan, karena yang justru terjadi adalah
pembentukan pasar monopoli oleh pesaing paling kuat modal sehingga pesaing yang lain
akan keluar dari pasar akibat terlalu rendahnya harga yang terbentuk di pasar. Hal ini akan
sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan menyebabkan kemunduran ekonomi setelah
pasar monopoli terbentuk oleh pihak swasta dengan memberikan lambungan harga yang tidak
dapat dijangkau konsumen.
Peran pemerintah kemudian sangat berarti pada situasi ini, untuk memberikan keadilan
baik bagi konsumen maupun penjual melalui pengendalian harga pasar bebas. Intervensi
pemerintah dalam pasar bebas lazim dilakukan untuk menjaga kestabilan harga yang ada
pada pasar bebas untuk melindungi kesejahteraan rakatnya.
Pengendalian harga yang dibahas dalam tulisan ini difokuskan pada price ceilings atau
harga maksimal yang dapat diterapkan oleh penjual untuk melindungi konsumen, dan price
floor atau harga dasar yang bisa diterapkan oleh penjual untuk membantu melindungi usaha
penjual. Penerapan kedua kebijakan ini hanya ditujukan untuk memberikan refleksi atas
perubahan ekuilibrium permintaan dan penawaran pasar yang bersifat sementara. Jangka
waktu penerapan kebijakan ini dipersingkat untuk menghindari dampak negatif yang
mungkin terjadi seperti kecurangan penjualan (pasar ilegal dan penimbunan), penurunan
kualitas produk dan kerugian dari sisi produsen.
19
DAFTAR PUSTAKA
Armand ilham. 2022. Kronologi polemik minyak goreng langka dan mahal. Hingga Jokowi
turun tangan. https://www.suara.com/news/2022/04/23/144141/kronologi-polemik-
minyak-goreng-langka-dan-mahal-hingga-jokowi-turun-tangan?page=3. Diakses
tanggal 4 September 2022.
Aparicio, D., & Cavallo, A. 2019. Kontrol Harga yang Ditargetkan pada Produk
Supermarket.Ulasan Ekonomi dan Statistik, 1–41. https://doi.org/10.1162/rest_a_00880
Baye, M.R., & Prince, J.T. 2017. Managerial Economic and Business Strategy 9th Edition.
McGraw-Hill. New York.
Derek, DA. 2005. Paradoks Penetapan Harga Predator.Tinjauan Hukum Cornell. Vol.91 : 1.
1–66.
Febrianto, AG, Warsito Tito, Aditya Wardana, Irenita Novembriani, Keke Yulianti. 2019.
The Impact of Price Ceiling and Price Floor Implementation Towards Indonesia
Scheduled Commercial Air Transport. Proceedings : Advances in Transportation and
Logistic Research. Trisakti University.
Galbraith, JK. 1952. Sebuah Teori Kontrol Harga. Cambridge, Massachusetts: Universitas
Harvard Tekan.
Hakim, Arif Rahman. 2022. Ekonom: pengendalian harga minyak goreng pemerintah sangat
absurd. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4916657/ekonom-pengendalian-harga-
minyak-goreng-pemerintah-sangat-absurd. Diakses tanggal 4 September 2022.
Ichsan Emraid Alamsyah. 2022. Upaya pemerintah tekan harga minyak goreng, dari subsidi
hingga batasi ekspor. https://www.republika.co.id/berita/r5whdb349/upaya-pemerintah-
tekan-harga-minyak-goreng-dari-subsidi-hingga-batasi-ekspor. Diakses tanggal 4
September 2022.
20
Kementerian perdagangan. 2016. Komoditas Minyak Goreng.
https://ews.kemendag.go.id/sp2kp-landing/assets/pdf/120116_ANK_PKM_DSK_
Minyak.pdf. Diakses tanggal 4 September 2022.
kompasTv pekalongan. 2021. Akibat panen raya, harga bawang merah anjlog.
https://www.kompas.tv/article/228828/akibat-panen-raya-harga-bawang-merah-
anjlok#:~:text=Petani%20mengatakan%20anjloknya%20harga%20yang,yang%20saat
%20ini%20sangat%20melimpah. Diakses tanggal 3 September 2022.
M Nurhadi. 2022. Harga Bawang Impor Jauh Lebih Murah Dibanding Produk Lokal,
Pedagang Pasrah. https://www.suara.com/bisnis/2022/06/28/090242/harga-bawang-
impor-jauh-lebih-murah-dibanding-produk-lokal-pedagang-pasrah. Diakses tanggal 3
September 2022.
Pandu Gumilar. 2018. Kementan: Ada praktik nakal importir bawang bombay.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180622/99/808519/kementan-ada-praktik-nakal-
importir-bawang-bombay. Diakses tanggal 3 September 2022.
Sandi Prabowo. 2022. Tiga alternatif kebijakan pemerintah untuk atasi kelangkaan minyak
goreng. https://news.unair.ac.id/2022/02/25/tiga-alternatif-kebijakan-pemerintah-untuk-
atasi-kelangkaan-minyak-goreng/?lang=id. Diakses tanggal 4 September 2022.
Sinha, S. 2000. Regulasi harga layanan telekomunikasi: urutan tarif pertama TRAI.
Vikalpa,25(1), 43–54. https://doi.org/10.1177/0256090920000113
Agustinus, M. (2018). Mentan Minta Bulog Beli Bawang Merah Petani di Brebes Rp
15.000/Kg. kumparan. https://kumparan.com/kumparanbisnis/mentan-minta-bulog-beli-
bawang-merah-petani-di-brebes-rp-15-000-kg/full. Diakses tanggal 3 Desember 2022.
21
Wartabahari.com. (2019). Harga Anjlok, Bulog Siap Serap Bawang Merah Petani.
http://wartabahari.com/8093/harga-anjlok-bulog-siap-serap-bawang-merah-petani/.
Diakses tanggal 3 Desember 2022.
Saragih, Juli Panglima. 2011. Dilema Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Dan
Alternatif Solusinya. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol.2 : 2.
Syamsiar, Siti. 2007. Upaya Pemberdayaan Petani Bawang Merah Melalui Kebijakan Harga
di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol.12 : 3.
Widhaningsih, Siti. Hartono S, Darwanto DH. 2010. Pengaruh Kebijakan Pemasaran Gula
Terhadap Penawaran dan Harga Domestik Gula di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi.
Vol.17 : 1.
22