Kelompok 2 :
Kian Widayadi (5150211436)
Novita Febriyanti (5190211301)
Frisna Dika. R (5190211311)
Tri Esta Mahmudah (5190211314)
Nugraheni Anggun. S (5190211315)
Ananda Ines. S (5190211316)
Efan Saputro (5190211317)
Agnes Nindia. D (5190211319)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Manajemen Pemasaran II tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah
tentang “Mengembangkan Strategi & Program Penetapan Harga” dapat menjadi referensi bagi
pihak yang tertarik pada karya Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Manajemen Pemasaran II
ini dapat memberikan manfaat.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 3
Praktik penetapan harga telah mengalami perubahan besar dalam tahun-tahun terakhir.
Banyak perusahaan melawan kecenderungan harga yang rendah dan berhasil mendorong
konsumen membeli produk dan jasa yang lebih mahal dengan menggabungkan formulasi
produk unik yang melibatkan kampanye pemasaran. Bahkan produk dalam kategori pasaran
swalayan yang sangat kompetitif dapat menikmati kenaikan harga untuk penawaran baru yang
tepat.
Saat ini internet juga mempunyai andil membalik tren penetapan harga tetap. Ini
semacam perlombaan antara teknologi pedagang dan teknologi konsumen.
Berikut ini sebuah daftar pendek tentang bagaimana internet memungkinkan penjual
mendiskriminasikan pembeli dan pembeli mendiskirminasikan penjual.
1
Pembeli bisa :
Penjual dapat :
2
Tiga topik kunci-harga :
Harga Referensi,
konsumen sering menerapkan harga referensi, membandingkan harga yang diteliti
dengan harga referensi internal yang mereka ingat atau dengan kerangka referensi
eksternal seperti “harga eceran reguler” yang terpasang. Semua jenis harga referensi
mungkin diterapkan dan penjual sering memanipulasi mereka. Misalnya, penjual dapat
mensituasikan produknya diantara pesaing mahal untuk menunjukkan bahwa mereka
berada pada kelas yang sama. Pemasar juga mendorong pemikiran harga referensi
dengan menyatakan harga eeran yang disarankan produsen yang tinggi atau dengan
mengindikasikan bahwa harga asli produk itu jauh lebih tinggi atau dengan
menunjukkan harga tinggi pesaing.
Asumsi Harga dan Kualitas
banyak konsumen menggunakan harga sebagai indikator kualitas. Misalnya sebotol
parfum yang harganya $100 mungkin hanya berisi aroma parfum yang nilainya $10,
tetapi pemberi hadiah membayar $100 untuk mengkomunikasikan penghargaan mereka
yang tinggi kepada si penerima. Beberapa mereka mengadopasi eksklusifitas dan
kelangkaan sebagai sarana untuk menekankan keunikan dan membenarkan penetapan
harga premium. Pembuat barang mewah seperti jam tangan, perhiasan, parfum sering
menekankan eksklusifitas dalam pesan komunikasi dan strategi saluran mereka. Bagi
pelanggan, barang mewah yang menginginkan keunikan, permintaan mungkin benar-
benar meningkat ketika harga meningkat, karena mereka yakin hanya sedikit pelanggan
lain yang mampu membeli produk tersebut.
Akhiran Harga
banyak penjual yakin harga harus berakhir dengan angka ganjil. Pelanggan melihat
barang dengan $299 berada pada kisaran $200 dan bukan $300. Riset memperlihatkan
bahwa konsumen cenderung memproses harga dari “kiri ke kanan” dan bukan dengan
membulatkan. Untuk popularitas akhiran “9” adalah bahwa angka itu
mengkomunikasikan pemberitahuan diskon atau tawaran, mencerminkan bahwa jika
perusahaan menginginkan citra harga yang tinggi, perusahaan harus menghindari taktik
akhiran ganjil. Petunjuk penetapan harga seperti tanda obral dan harga yang berakhir
dengan angka 9 menjadi kurang efektif jika semakin sering diterapkan. Ketersediaan
yang terbatas (misalnya “hanya tiga hari”) juga dapat meningkatkan penjualan diantara
konsumen yang aktif berbelanja untuk sebuh produk.
3
B. MENETAPKAN HARGA menurut Kotler (2009)
Perusahaan dapat mengharapkan salah satu dari lima tujuan utama melalui penetapan
harga: kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar maksimum, menguasai
pasar secara maksimum, atau kepemimpinan mutu produk.
Kemampuan bertahan
Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika terjadi
kelebihan kapasitas, persaingan yang sengit, atau keinginan konsumen yang berubah-
ubah. Kelangsungan hidup adalah tujuan jangka pendek. Dalam jangka panjang,
perusahaan tersebut harus belajar bagaimana menambah nilai atau berhadapan dengan
kepunahan.
Perusahaan tersebut memperkirakan permintaan dan biaya yang terkait dengan harga
alternatif dan memilih harga yang menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat
pengembalian investasi yang maksimum. Strategi ini mengandaikan bahwa perusahaan
tersebut mempunyai pengetahuan tentang fungsi permintaan dan biayanya; dalam
kenyataannya, keduanya sulit diperkirakan.
Perusahaan menetapkan harga yang paling rendah, dengan berasumsi bahwa pasar
tersebut peka terhadap harga. Kondisi-kondisi berikut mendukung penetapan harga
yang rendah:
a. Pasar tersebut sangat peka terhadap harga, dan harga yang rendah merangsang
pertumbuhan pasar;
b. Biaya produksi dan distribusi turun dengan makin terakumulasinya pengalaman
produksi
c. Harga yang rendah menghapuskan atau mencegah persaingan.
4
Kepemimpinan kualitas produk
Banyak merek berusaha keras untuk menjadi “barang mewah yang dapat dihasilkan”
produk atau jasa yang bercirikan tingkatan yang tinggi soal mutu, selera dan status yang
dapat dirasakan, dengan harga yang cukup tinggi yang tidak di luar jangkauan
konsumen.
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dalam kasus
biasa, permintaan dan harga berbanding terbalik: makin tinggi harganya, makin rendah
permintaannya. Dalam kasus barang mewah, kadang-kadang harga naik dan malah penjualan
akan makin banyak, bukan makin sedikit.
5
c. Analisis statistikal atas harga masa lalu, jumlah yang terjual, dan faktor-faktor lain
secara statistik untuk memperkirakan hubungan-hubungannya. Menciptakan
model yang tepat dan menyesuaikan data tersebut dengan teknik-teknik statistik
yang tepat memerlukan keahlian yang sangat tinggi.
6
produksi tertentu; biaya rata-rata (average cost) adalah biaya per unit pada tingkat
produksi, biaya rata-rata sama dengan biaya total dibagi dengan jumlah produksi.
Produksi Terakumulasi
Penurunan biaya rata-rata terhadap pengalaman produksi terakumulasi disebut kurva
pengalaman (experience curve) atau kurva pembelajaran (learning curve). Tetapi
penetapan harga berdasarkan kurva pengalaman mengandung risiko besar. Penetapan
harga agresif bisa memberikan citra murah pada produk dan mengansumsikan bahwa
pesaing adalah pengikut yang lemah. Strategi ini menyebabkan perusahaan membangun
lebih banyak pabrik untuk memenuhi permintaan, tetapi pesaing dapat memilih untuk
berinovasi dengan teknologi biaya yang lebih rendah, sementara pemimpin pasar
terjebak dengan tekonolgi lama. Sebagian besar penetapan harga berdasarkan kurva
pengalaman memfokuskan diri pada biaya manufaktur, tetapi semua biaya dapat
diperbaiki, termasuk biaya pemasaran.
Dalam kisaran kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar dan biaya
perusahan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga dan kemungkinan reaksi harga
pesaing. Mula-mula perusahaan harus memperhitungkan harga pesaing terdekat. Kemudian
7
perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan dapat mengenakan lebih banyak, sama atau
kurang dari pesaing.
Pengenalan harga baru atau perubahan harga lama dapat memprovokasi respons dari
pelanggan, pesaing, distributor, pemasok, dan pemerintah. Pesaing sangat mungkin beraksi
ketika jumlah perusahaan hanya sedikit, produk bersifat homogen, dan pembeli banyak
memiliki informasi. Reaksi pesaing bisa menjadi masalah khusus ketika perusahaan-
perusahaan ini mempunyai proporsi nilai yang kuat.
Salah satu cara perusahaan dapat mengantisipasi reaksi pesaing adalah
mengansumsikan pesaing bereaksi dalam cara standar terhadap harga yang ditetapkan atau
diubah. Cara lainnya dengan mengansumsikan pesaing memperlakukan setiap perbedaan atau
perubahan harga sebagai tantangan baru dan bereaksi menurut kepentingan pribadinya pada
saat itu.
Adapun pertimbangan utama dalam penetapan harga, yaitu biaya menetapkan batas
bawah untuk harga, harga pesaing dan harga produk pengganti memberikan titik orientasi, dan
penilaian pelanggan atas fitur-fitur unik menetapkan batas atas harga. Perusahaan memilih
metode penetapan harga yang mencakup satu atau lebih dari tiga pertimbangan ini. Berikut
adalah enam metode dalam penetapan harga : penetapan harga markup, penetapan harga tingkat
pengembalian sasaran, penetapan harga nilai anggapan, penetapan harga nilai, penetapan harga
going-rate, dan penetapan harga jenis lelang.
8
Penetapan harga nilai anggaran
Nilai anggaran terdiri dari beberapa elemen, seperti citra pembeli akan kinerja produk,
kemampuan penghantaran dari saluran, kualitas jaminan, dukungan pelanggan, dan
atribut yang kurang dominan seperti reputasi pemasok, kepercayaan, dan harga diri.
Kunci bagi penetapan harga nilai anggaran adalah menghantarkan lebih banyak nilai
dibandingkan pesaing dan mendemostrasikannya ke pembeli prosprektif. Pada
dasarnya perusahaan harus memahami proses pengambilan kepurusan pelanggan.
Perusahaan dapat berusaha menetukan nilai penawarannya dengan beberapa cara:
penilaian manajerial di dalam perusahaan, nilai produk yang serupa, kelompok fokus,
survey, eksperimen, analisis data historis, dan analisis gabungan.
Dalam penetapan harga tinggi rendah (hight low pricing), pengecer mengenakan harga
yang lebih tinggi dengan basis setiap hari tetapi kemudian sering melakukan promosi
dimana harga sementara diturunkan di bawah tingkat EDLP. Dua strategi penetapan
harga yang berbeda ini terbukti mampu mempengaruhi penilaian harga konsumen,
diskon yang besar dapat membuat pelanggan menganggap harga murah sepanjang
waktu dibandingkan diskon yang sering tetapi sedikit (tinggi-rendah), bahkan jika rata-
rata aktualnya sama.
9
Penetapan harga going rate
10
Penetapan Harga Berbagi Keuntungan dan Resiko
Pemasar bisnis yang menjanjikan penghematan bagus dengan peralatan mereka,
mungkin harus siap menjamin penghematan yang dijanjikan, tetapi juga mungkin
berpatisipasi dalam peningkatan jika keuntungan jauh lebih besar daripada yang
diharapkan.
Barter, pembeli dan penjual secara langsung bertukar barang, tanpa uang dan campur
tangan pihak ketiga.
Persetujuan Kompensasi, penjual menerima pembayaran secara tunai dan sisanya
dalam bentuk barang.
11
Pengaturan Pembelian Kembali, penjual menjual sebuah pabrik, peralatan atau
teknologi ke negara lain dan menyetujui untuk menerima sebagian pembayaran dalam
bentuk hasil produksi yang diproduksi dengan peralatan yang dipasok.
Offset, penjual menerima pembayaran penuh secara tunai tetapi setuju untuk
membelanjakan sejumlah uang di dalam negara tersebut selama periode yang
ditentukan.
Rabat Tunai
Rabat tunai mendorong pembelian produk produsen pada periode tertentu, untuk
membantu menghabiskan persediaan tanpa memotong harga resmi.
12
Jangka Waktu Pembayaran Lebih Panjang
Penjual, terutama bank pinjaman dan perusahaan mobil, merentangkan pinjaman untuk
periode yang lebih panjang dan menurunkan pembayaran bulanan.
Diskon Psikologis
Menetapkan harga yang cukup tinggi dan menawarkan produk dengan penghematan
yang cukup besar.
13
D. MEMULAI DAN MERESPONS PERUBAHAN HARGA menurut Kotler (2009)
Memulai menurunkan Harga menurut Kotler (2009)
Keadaan utama yang mendorong kenaikan harga adalah inflasi biaya. Kenaikan biaya
yang tidak sesuai dengan keuntungan produktivitas membuat marjin laba menurun dan
membuat perusahaan melakukan kenaikan harga secara regular. Perusahaan sering menaikan
harga mereka melebihi peningkatan biaya, untuk mengatisipasi inflasi lebih lanjut atau
pengendalian harga pemerintah, dalam praktiknya disebut penetapan harga antisipasif
(anticipatory pricing). Faktor lain yang menyebabkan inflasi adalah kelebihan permintaan.
Ketika perusahaan tidak dapat memasok semua pelanggannya, perusahaan dapat menaikan
harganya, mengurangi pasokan ke pelanggan atau bisa keduanya.
Harga dapat dinaikan dengan cara berikut, masing-masing mempunyai dampak yang berbeda
terhadap pembeli.
14
Penetapan harga kutipan tertunda (delayed quotation)
Perusahaan tidak menetapkan harga akhir sampai produk selesai atau dihantarkan.
Penetapan harga ini umum dalam industri dengan waktu jeda (lead time) produksi yang
panjang, seperti konstruksi industri dan peralatan berat.
Klausa peningkatan harga (escalator clause)
Perusahaan mengharuskan pelanggan membayar harga saat ini dan semua atau sebagian
kenaikan inflasi yang terjadi sebelum pengiriman. Klausa peningkatan harga
mendasarkan kenaikan harga pada beberapa indeks harga tertentu. Klausa ini
ditemukan dalam kontrak proyek industri besar, seperti konstruksi pesawat dan
pembangunan jembatan.
Penguraian
Perusahaan mempertahankan harganya tetapi menghilangkan atau menetapkan harga
secara terpisah untuk satu elemen atau lebih yang menjadi penawaran sebelumnya,
seperti pengiriman atau instalasi gratis. Perusahaan mobil kadang menambahkan rem
anti-lock dan kantong udara di sisi penumpang sebagai tambahan pelengkap kendaraan
mereka.
Pengurangan diskon
Perusahaan menginstruksikan wiraniaganya untuk tidak menawarkan diskon tunai
normal dan diskon kuantitas.
Mengingat penolakan konsumen yang kuat terhadap kenaikan harga, pemasar berusaha keras
menemukan pendekatan alternatif yang akan memungkinkan mereka menghindari kenaikan
harga ketika jalan lainnya adalah menaikan harga. Berikut beberapa contoh populer.
15
Menciptakan merek ekonomis yang baru.
Dalam pasar dengan homogenitas produk yang tinggi, perusahaan dapat mencari cara
untuk meningkatkan produk tambahannya. Jika pesaing menaikan harganya di pasar homogen,
perusahaan lain mungkin tidak akan menandinginya jika peningkatan itu tidak menguntungkan
industri secara keseluruhan.
16
E. KASUS
PT. SINAR SOSRO
Sinar sosro merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agro industri
yang memproduksi berbagai macam produk dengan menggunakan pucuk daun teh sebagai
salah satu bahan baku utamanya, dimana salah satu produknya adalah Teh Botol Sosro. Teh
Botol Sosro merupakan produk teh siap minum pertama di Indonesia yang dikemas dalam botol
dan telah dikenal oleh masyarakat luas.
Persaingan yang begitu ketat dari banyaknya teh dalam kemasan botol yang beredar di
pasaran. Berdasarkan data pada PT. Sinar Sosro terdapat tujuh merek teh dalam kemasan botol
yang beredar di Indonesia, yaitu Teh Botol Sosro, Fruit Tea, Joy Tea, TEBS, S-tee, Frestea,
Tekita.
Dalam pricing strategy-nya, Sosro menerapkan Demand-Oriented Pricing Method atau
metode penetapan harga yang berorientasi pada permintaan, dimana Sosro tidak membebankan
harga yang terlalu tinggi untuk sebuah produk minuman pelepas dahaga, akan tetapi dengan
harga yang ekonomis. Dengan harga tersebut, volume permintaan konsumen akan besar,
sehingga dengan margin yang kecil dikalikan dengan banyaknya volume penjualan yang
mereka terima, maka keuntungan secara keseluruhan akan besar.
Pada level Dister, harga yang diberikan PT. Sinar Sosro (pabrik) untuk produk Teh
Botol Sosro adalah Rp 16.900/ krat. Di level subwholesaler, mereka mengambil dari Dister di
kisaran Rp 17.300/ krat. Di level pengecer, dengan patokan harga dari agen Rp 18.000/ krat,
mereka bisa mengambil keuntungan mencapai 100% atau bahkan lebih, karena bisa menjual
Rp 36.000/ krat (Rp 1.500/ botol). Khusus pengecer, mereka pun bisa langsung mengambil ke
pabrik atau KP, dengan pricing yang sama, yaitu Rp 18.000/ krat. Kesimpulan dalam hal
pricing management, Teh Botol Sosro dijual dengan harga yang ekonomis dibandingkan
dengan kompetitor / pesaing lainnya, dan harga seragam di setiap daerah. Sosro telah dianggap
sebagai produk minuman yang sangat general untuk setiap suasana dan siapapun
konsumennya, dimanapun, yang terbukti dengan tagline « Apapun makanannya, minumannya
tetap teh botol Sosro».
17
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip, 2009, Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 2, Jakarta : Penerbit Erlangga
Hidayat, Taufik. 2005. Cipratan Rezeki di Tiap Titik. Majalah SWA 10/XX/12-25 Mei 2005.
18