Anda di halaman 1dari 5

Perekonomian Indonesia Kelas G

Kelompok 20
1. Tri Esta Mahmudah ( 5190211314 )
2. Nugraheni Anggun Saputri ( 5190211315 )
3. Albertus Novian Arya ( 5190211406 )

POTRET KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL,


PEMBANGUNAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

I. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nasional Indonesia


dengan Indikator Indeks Gini
Berdasarkan data dari tahun 1996 sampai tahun 2017 kondisi ketimpangan di Indonesia, secara
umum dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.

Gini Rasio
Tahun Kota Desa Kota + Desa
1996 0,362 0,274 0,356
1999 0,326 0,244 0,311
2002 0,330 0,290 0,329
2005 0,338 0,264 0,343
2006 0,350 0,276 0,357
2007 0,374 0,302 0,376
2008 0,367 0,300 0,368
2016 0,316 0,409 0,394
2017 0,320 0,407 0,393
Tabel 4.1. Rasio Gini Menurut Daerah Tahun 1996-2017
Sumber : BPS Beberapa Penerbitan

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa tingkat ketimpangan cenderung meningkat sejak tahun
1999. Indek Gini rasio pada tahun 1999 masih pada tingkat 0,311 terus meningkat menjadi 0,343
pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 0,667 pada tahun 2016 dan menjadi 0,393 pada tahun 2017.
Dengan demikian selama proses reformasi justru terjadi ketimpangan yang cukup tinggi. Pada
wilayah pedesaan struktur pendapatan masyarakat di daerah pedesaan cenderung semakin timpang ,
jika pada tahun 1999 indek Gini Rasio masih pada tingkat 0,274, indeks ini cenderung terus
meningkat pada tahun 2006 menjadi 0,276 dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 0, 410 dan relatif
konstan dengan angka 0,409 pada tahun 2017. Tingginya tingkat kesenjangan pendapatan di daerah
pedesaan mengindikasikan terjadinya perubahan kepemilikan aset aset dari masyarakat miskin ke
masyarakat kaya. Artinya ada persoalan ekonomi yang menghimpit kelompok masyarakat miskin
sehingga melepas aset aset miliknya. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Indikator 1999 2002 2003 2005 2017


Komposisi Pendapatan
Keluarga
Pengeluaran Untuk Pangan 62,94 58,47 56,89 51,37 50,62
Pengeluaran Untuk Non 37,06 41,53 43,11 48,63 49,38
Pangan

Distribusi Pendapatan
40% Penduduk terendah 21,66 20,92 20,57 18,81 17,12
40% penduduk menengah 37,77 36,89 37,10 36,40 36,47
20% penduduk kaya 40,57 42,19 42,33 44,78 46,41
Indek Gini 0,31 0,33 0,32 0,36 0,39
Tabel 4.2. Distribusi Pendapatan Indonesia 1999-2017
Sumber: BPS

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kenaikan indek gini ini dapat ditelusuri dari persentase
pendapatan penduduk. Sejak tahun 1999 , persentase pendapatan terendah terus menurun dari 21,66
persen menjadi 18,81 persen pada tahun 2005. Sementara pada tahun 2016 nilainya terus menurun
menjadi 17,02 persen dan pada tahun 2017 menjadi 17,12 persen. Pada sisi lain persetase pendapatan
penduduk kaya cenderung terus meningkat dari 40,57 persen pada tahun 1999 meningkat menjadi
44,78 persen pada tahun 2005 dan naik menjadi 46,41 persen pada tahun 2017.

Tabel 4.3. Distribusi Pengeluaran Penduduk Indonesia Tahun 2016 – 2017


Penduduk Penduduk Penduduk
Daerah/Tahun 40 persen 40 persen 20 persen Jumlah
Terbawah Menengah Atas
(1) (2) (3) (4) (5)
Perkotaan
Maret 2016 15,91 36,74 47,35 100
September 2016 16,02 36,67 47,31 100
Maret 2017 16,04 36,89 47,07 100
Perdesaan
Maret 2016 20,40 38,50 41,10 100
September 2016 20,52 39,82 39,66 100
Maret 2017 20,36 39,65 39,99 100
Perkotaan+Perde saan
Maret 2016 17,02 36,09 46,89 100
September 2016 17,11 36,33 46,56 100
Maret 2017 17,12 36,47 46,41 100

Sumber: BPS 2017

Jika dilihat dari lokasi tempat ketimpangan tinggi ternyata terjadi di wilayah pedesaan dengan
indek gini sebesar 0,407 pada tahun 2017. Sementara di wilayah perkotaan justru lebih rendah yaitu
sebesar 0,320 pada tahun yang sama. Dengan menggunakan data pengeluaran dapat diketahui bahwa
pada wilayah perkotaan 40 persen kelompok masyarakat miskin mendapatkan 16,04 persen
sementara diwilayah pedesaan mendapatkan 20,36 persen.

II. Apakah pembangunan di indonesia sudah merata? Bandingkan data pembangunan fisik
maupun non fisik
Pembangunan di Indonesia belum merata karena kenyataanya masih banyak daerah-daerah
yang kurang bahkan belum tersentuh pembangunan seperti yang berada di pelosok terpencil. Masih
banyak ditemui daerah terpencil yang masih dilalui dengan jalan tanah dan belum masuknya listrik
ke daerah tersebut. Sehingga apabila kita lihat secara keseluruhan pembangunan di negara
Indonesia, sebenarnya masih sangat lambat dan sifatnya tidak merata. Pembangunan hanya
dirasakan oleh daerah pusat dan banyak pemberitaan bahwa dana pembangunan hanya habis
dikorupsi oleh para para pemegang kekuasaan. Adapun Faktor penyebab Ketidakmerataan
Pembangunan di Indonesia adalah sebagai berikut : kurangnya perhatian pemerintah dalam
menuntaskan masalah pemerataan pembangunan, pembangunan lebih banyak di fokuskan di
daerah-daerah perkotaan, kurangnya sifat kewirausahaan para pelaku pengembang ekonomi di
wilayah, lokasi-lokasi pulau pelosok terpencil yang sulit dijangkau, keterbatasan jaringan ekonomi
dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah, lemahnya kerjasama
antara pelaku pengembangan kawasan seperti pemerintah, lembaga non pemerintah, swasta, dan
masyarakat, ketidakseimbangan pasokan sumber daya alam dengan kegiatan pembangunan.

Data fisik pembangunan di Indonesia


Berikut data hasil pembangunan infrastruktur dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR):
1. Bendungan
Sejak tahun 2015 sampai 2018, pemerintah telah membangun 55 bendungan. 14 bendungan telah
selesai, sementara 41 lainnya masih dalam proses pengerjaan. Di tahun 2019 ini, pemerintah masih
akan membangun 10 bendungan lagi, sehingga nantinya total bendungan yang terbangun pada
masa pemerintahan Presiden Jokowi mencapai 65 bendungan.

2. Irigasi
Sama seperti bendungan, pada tahun 2015 pemerintah memulai pembangunan jaringan irigasi.
Hingga tahun 2018, jaringan irigasi yang telah terbangun yakni, 865.389 Hektar (Ha). Di tahun
2019 ini, pemerintah masih akan membangun jaringan irigasi seluas 139.410 Ha lagi, dengan
demikian total akumulasi jaringan irigasi yang terbangun nantinya, mencapai 1.004.799 Ha.

3. Embung
Pada tahun 2015 sampai 2018, pemerintah telah membangun embung sebanyak 942 buah. Di tahun
2019 ini, pemerintah akan membangun 120 embung lagi, yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Dengan demikian nantinya, total embung yang terbangun mencapai 1.062 buah.
4. Jalan
Total pembangunan jalan nasional dari tahun 2015 sampai 2018, sepanjang 3.387 Kilometer (Km).
Pembangunan jalan nasional pun masih berlanjut hingga tahun 2019, dengan penambahan 732 Km
lagi, jadi total jalan nasional yang telah terbangun nantinya, mencapai 4.119 Km.

5. Jalan Tol
Pemerintah terus mengebut pembangunannya mulai tahun 2015. Sampai tahun 2018, jalan tol yang
telah terbangun sepanjang 782 Km. Pembangunan terus berlanjut hingga saat ini, pemerintah
menargetkan pembangunan jalan tol tahun 2019 sepanjang 1.070 Km. Total pembangunan jalan
tol nantinya, di masa pemerintahan Presiden Jokowi mencapai 1.852 Km.

6. Jembatan
Dalam kurun waktu 2015 sampai 2018, jembatan yang telah terbangun sepanjang 41.063 meter
(m). Di tahun 2019 ini, pemerintah masih akan membangun jembatan sepanjang 10.029 m lagi,
nantinya total panjang jembatan yang terbangun mencapai 51.092 m.

7. Perumahan
Pemerintah tak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur nasional, tapi juga memberikan
tempat tinggal layak huni bagi masyarakat. Dalam kurun waktu 2015 sampai 2018, perumahan
yang telah terbangun sebanyak 3.542.318 unit. Di tahun 2019, pemerintah akan membangun 1,25
juta unit perumahan lagi.

8. Jembatan Gantung, Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan, Penanganan
Kawasan Kumuh Perkotaan, Pembangunan Pos Lintas Batas Negara, dan Rumah Susun.

Data non fisik pembangunan di Indonesia


1. Perkembangan Dimensi Pembentuk IPM Indonesia Tahun 2010–2020
Perlambatan capaian IPM tahun 2020 disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan komponen
pengeluaran/kapita/tahun yang disesuaikan, sedangkan komponen lainnya masih tetap tumbuh
positif.

2. Dimensi Pengetahuan
Dari sisi pendidikan, pada tahun 2020 anak-anak berusia 7 tahun memiliki harapan dapat
menikmati pendidikan selama 12,98 tahun atau hamper setara dengan lamanya waktu untuk
menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma I. Angka ini meningkat 0,03 tahun
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,95 tahun. Selain itu, rata-rata lama sekolah
penduduk umur 25 tahun ke atas juga masih meningkat 0,14 tahun, dari 8,34 tahun pada tahun
2019 menjadi 8,48 tahun pada tahun 2020. Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua
indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun dan Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun
ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2020, HLS Indonesia telah meningkat 1,69 tahun,
sementara RLS meningkat 1,02 tahun. Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung,
HLS tahun 2020 masih tumbuh 0,23 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan selama tahun
2011 2019, sedangkan RLS tumbuh 1,68 persen, melambat dibandingkan tahun sebelumnya
yang mencapai 2,08 persen.

3. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat


Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan
hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2020, UHH telah
meningkat sebesar 1,66 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,24 persen per tahun. Pada tahun
2010,Umur Harapan Hidup saat lahir di Indonesia adalah 69,81 tahun, dan pada tahun 2020
mencapai 71,47 tahun. Seiring dengan terjadinya pandemi COVID-19, UHH Indonesia tahun
2020 mengalami perlambatan. Pada tahun 2020, UHH Indonesia tumbuh 0,18 persen, melambat
dibandingkan pertumbuhan selama tahun 2017–2019 yang masing-masing mencapai 0,23
persen, 0,20 persen, dan 0,20 persen. Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2020
memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,47 tahun, lebih lama 0,13 tahun dibandingkan
dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.

4. Dimensi Standar Hidup Layak


Dimensi terakhir yang mewakili kualitas pembangunan manusia adalah standar hidup layak
yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita (atas dasar harga konstan 2012) yang
disesuaikan. Pada tahun 2020, pengeluaran per kapita yang disesuaikan masyarakat Indonesia
mencapai Rp11,01 juta per tahun, turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,53 persen.
Penurunan pengeluaran per kapita yang disesuaikan merupakan kejadian kali pertama sejak IPM
dihitung dengan metode baru.

III. Bagimana tingkat kemiskinan di Indonesia ? Bertambah atau Berkurang (carilah data-data
kemiskinan dari waktu ke waktu)
Secara umum, tingkat kemiskinan di Indonesia dari tahun 2006-2020 mengalami Penurunan,
baik dari sisi presentase maupun sisi jumlah, perkecualian pada september 2013, maret 2015, dan
maret 2020. Kenaikan jumlah dan presentase penduduk miskin pada periode tersebut dipicu oleh
kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak
dan adanya pandemi covid 19 pada maret 2020.
Lebih jelasnya saya akan menjukkan data Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2006-
2020 dari BPS.

Kesimpulan :
Indek Gini rasio pada tahun 1999 masih pada tingkat 0,311 terus meningkat menjadi 0,343 pada
tahun 2005 dan meningkat menjadi 0,667 pada tahun 2016 dan menjadi 0,393 pada tahun 2017.
Pada wilayah pedesaan struktur pendapatan masyarakat di daerah pedesaan cenderung semakin
timpang, jika pada tahun 1999 indek Gini Rasio masih pada tingkat 0,274, indeks ini cenderung terus
meningkat pada tahun 2006 menjadi 0,276 dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 0, 410 dan relatif
konstan dengan angka 0,409 pada tahun 2017.
Sejak tahun 1999, persentase pendapatan terendah terus menurun dari 21,66 persen menjadi 18,81
persen pada tahun 2005. Sementara pada tahun 2016 nilainya terus menurun menjadi 17,02 persen dan
pada tahun 2017 menjadi 17,12 persen.
Pada sisi lain persetase pendapatan penduduk kaya cenderung terus meningkat dari 40,57 persen
pada tahun 1999 meningkat menjadi 44,78 persen pada tahun 2005 dan naik menjadi 46,41 persen pada
tahun 2017.
Adapun Faktor penyebab Ketidakmerataan Pembangunan di Indonesia adalah sebagai berikut :
kurangnya perhatian pemerintah dalam menuntaskan masalah pemerataan pembangunan, pembangunan
lebih banyak di fokuskan di daerah-daerah perkotaan, kurangnya sifat kewirausahaan para pelaku
pengembang ekonomi di wilayah, lokasi-lokasi pulau pelosok terpencil yang sulit dijangkau,
keterbatasan jaringan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah,
lemahnya kerjasama antara pelaku pengembangan kawasan seperti pemerintah, lembaga non
pemerintah, swasta, dan masyarakat, ketidakseimbangan pasokan sumber daya alam dengan kegiatan
pembangunan.
a. Dimensi Pengetahuan Dari sisi pendidikan, pada tahun 2020 anak-anak berusia 7 tahun memiliki
harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,98 tahun atau hamper setara dengan lamanya waktu
untuk menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma I. Angka ini meningkat 0,03 tahun
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,95 tahun. Selain itu, rata-rata lama sekolah
penduduk umur 25 tahun ke atas juga masih meningkat 0,14 tahun, dari 8,34 tahun pada tahun 2019
menjadi 8,48 tahun pada tahun 2020.
Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, HLS tahun 2020 masih tumbuh 0,23
persen, melambat dibandingkan pertumbuhan selama tahun 2011 2019, sedangkan RLS tumbuh 1,68
persen, melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,08 persen.

b. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang
merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2010,Umur Harapan Hidup saat lahir di Indonesia adalah 69,81 tahun, dan pada tahun 2020
mencapai 71,47 tahun. Pada tahun 2020, UHH Indonesia tumbuh 0,18 persen, melambat
dibandingkan pertumbuhan selama tahun 2017–2019 yang masing-masing mencapai 0,23 persen,
0,20 persen, dan 0,20 persen.
Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2020 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga
71,47 tahun, lebih lama 0,13 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.
Pada tahun 2020, pengeluaran per kapita yang disesuaikan masyarakat Indonesia mencapai
Rp11,01 juta per tahun, turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,53 persen.

Sumber :
 https://core.ac.uk/download/pdf/288058334.pdf
 BPS, Statistik Indonesia Tahun 2017
 https://www.cnbcindonesia.com/news/20190214123837-4-55506/sederet-bukti-konkret-
pembangunan-infrastruktur-era-jokowi
 https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/12/15/1758/indeks-pembangunan-manusia--ipm--
indonesia-pada-tahun-2020-mencapai-71-
94.html#:~:text=IPM%20Indonesia%20tahun%202020%20adalah,poin)%20dibandingkan%20
capaian%20tahun%20sebelumnya
 https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-penduduk-miskin-maret-2020-
naik-menjadi-9-78-persen.html

Anda mungkin juga menyukai