Anda di halaman 1dari 112

Organisasi Riset Pertanian dan Pangan

Badan Riset dan Inovasi Nasional

PA N D UA N
Penyusunan dan Seleksi Proposal
Kegiatan Rumah Program Tahun 2024

ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN PANGAN


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
CIBINONG, 2023
PA N D UA N
Penyusunan dan Seleksi Proposal
Kegiatan Rumah Program Tahun 2024
KATA PENGANTAR

Berdasarkan komoditas dan bidang riset, Organisasi Riset


Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN membawahi 6 (enam) Pusat
Riset, yaitu Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Pusat
Riset Agroindustri, Pusat Riset Tanaman Pangan, Pusat Riset
Hortikutura dan Perkebunan, Pusat Riset Peternakan, dan Pusat
Riset Teknologi Tepat Guna. Setiap Pusat Riset memiliki
spesifikasi tugas dan fungsi masing-masing berdasarkan
peraturan BRIN No. 15 tahun 2022, tetapi dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya saling berkolaborasi dan bersinergi satu
sama lain untuk kemajuan riset dan inovasi bidang pertanian dan
pangan pada level nasional maupun global.

Pada tahun 2024, ORPP mempunyai 3 (tiga) skema Rumah


Program (RP) yang didanai dari Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
2024 untuk kegiatan riset dan inovasi, yaitu RP Bibit Unggul
Pertanian dan Pangan, RP Teknologi Tepat Guna dan Proses, dan
RP Pangan Fungsional. Ruang lingkup, tujuan, sasaran, dan
prioritas riset dan inovasi ketiga RP tersebut mengacu pada
komoditas pertanian strategis dan prioritas untuk mengatasi
berbagai isu nasional dan global. Mekanisme penganggaran dan
pelaksanaan riset kedua RP tersebut bersifat terbuka untuk
semua periset di lingkungan BRIN. Oleh karena itu, ORPP

i
membuka Call for Proposal (CfP) untuk menjaring topik-topik
riset yang relevan dengan ketiga RP, memiliki novelti tinggi,
bersifat unggulan dan terpadu, serta target output yang pasti.
Untuk pelaksanaan CfP tersebut, buku panduan penyusunan dan
seleksi proposal RP 2024 ini menjadi Petunjuk Teknis Seleksi
Proposal RP Bibit Unggul Pertanian dan Pangan, RP Teknologi
Tepat Guna dan Proses, dan RP Pangan Fungsional Tahun
Anggaran 2024.

Diharapkan buku panduan ini dapat menjadi pedoman bagi


periset yang akan mengajukan proposal dan tim Panelis yang
akan melakukan review kelayakan proposal untuk mendapatkan
pendanaan RP. Panduan monev ini juga akan membantu tim
monev dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan anggaran riset berbasis output dengan lebih baik,
efektif, dan transparan.

ii
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................... 1
1.2. VISI DAN MISI ORPP BRIN ...................................................... 4
1.2.1. Visi ORPP BRIN ................................................................ 4
1.2.2. Misi ORPP BRIN ............................................................... 5
1.3. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ORPP BRIN ................ 7
1.3.1. Tujuan ORPP BRIN........................................................... 7
1.3.2. Sasaran strategis ORPP BRIN ........................................... 8
BAB II PENGERTIAN, TUJUAN DAN SASARAN RUMAH PROGRAM
OR PP 10
2.1. PENGERTIAN ......................................................................... 10
2.2. ARAH KEBIJAKAN................................................................. 11
2.3. TUJUAN DAN SASARAN RUMAH PROGRAM ...................... 17
2.4. STRATEGI ............................................................................. 19
2.4. INDIKATOR KINERJA ............................................................. 22
BAB III RUMAH PROGRAM ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN
PANGAN BRIN .................................................................................. 25
3.1. RUMAH PROGRAM BIBIT UNGGUL PERTANIAN DAN
PANGAN ........................................................................................ 25
3.1.1. Latar Belakang ................................................................. 25
3.1.2. Ruang lingkup .................................................................. 28
3.2. RUMAH PROGRAM TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN
PROSES ........................................................................................ 33
3.2.1. Latar Belakang ................................................................. 33
3.2.2. Ruang Lingkup ................................................................. 35
3.2.2.1. Fokus dan lingkup secara umum .................................. 35
3.2.2.2. Fokus dan lingkup riset untuk komoditas utama........... 49

iii
3.3. RUMAH PROGRAM PANGAN FUNGSIONAL........................ 62
3.3.1. Latar Belakang ................................................................62
3.3.2. Ruang Lingkup ................................................................62
BAB IV MEKANISME PENGUSULAN DAN SELEKSI PROPOSAL 68
4.1. PENJELASAN UMUM ............................................................. 68
4.2. ALUR PENGUSULAN PROPOSAL......................................... 69
4.3. JADWAL SELEKSI .................................................................. 71
BAB V PROPOSAL............................................................................ 76

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Perencanaan Usulan Kegiatan sampai dengan Monitoring


Kegiatan di RP OR PP Tahun 2024 ................................................ 4
Gambar 2. Keterkaitan VISI Indonesia 2045 dengan ruang lingkup Organisasi
Pertanian dan Pangan ...................................................................17
Gambar 3. Road Map Riset Bibit Unggul Pertanian dan Pangan .......................27
Gambar 4. State of the art dan kebaruan konsep Program Bibit Unggul Berbasis
SDG Pertanian ............................................................................28
Gambar 5. Tema Riset Teknologi Tepat Guna dan Proses ................................35
Gambar 6. Pangan fungsional berdasarkan sumbernya.....................................63
Gambar 7. Klasifikasi target “marker” untuk pangan fungsional .......................66
Gambar 8. Alur pengusulan proposal riset di ORPP BRIN ...............................69
Gambar 9. Tahapan proses seleksi proposal riset .............................................74

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Prioritas Riset Nasional 2020-2024 ......................................................20


Tabel 2. Program Prioritas Bidang Pangan (Quick Win Riset dan Inovasi Badan
Riset dan Inovasi Nasional 2023-2024)..............................................................21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Proposal Kegiatan Rumah Program ORPP BRIN ..................79


Lampiran 2. Pedoman Pengusulan dan Penganggaran .........................................88
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup Peneliti ........................................................90
Lampiran 4. Lembar Kerja Seleksi Proposal .......................................................93
Lampiran 5. Format Rekapitulasi Hasil Seleksi Proposal ...................................100

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 merupakan tahapan penting dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
karena akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan
dalam RPJPN.

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka


menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan ekonomi dilakukan untuk mendorong
pertumbuhan yang inklusif dan berkualitas yang ditunjukkan
dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya ekonomi bagi
peningkatan kesejahteraan secara adil dan merata. Ada dua
pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, yaitu (1)
pengelolaan sumber daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai
tambah ekonomi. Kedua pendekatan dilaksanakan secara sinergi

1
dan terpadu dengan kebijakan lintas sektor. Peningkatan inovasi
dan kualitas investasi merupakan modal utama untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan dan
mensejahterakan secara adil dan merata.

ORPP-BRIN memiliki tugas untuk menyelenggarakan tugas


teknis penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan
serta invensi dan inovasi di bidang pertanian dan pangan. Sektor
pertanian dan pangan merupakan sektor strategis tidak hanya
terkait penyediaan pangan bagi masyarakat tetapi juga berperan
dalam pertumbuhan perekenomian nasional. Pembangunan
pertanian yang lebih produktif, berkualitas dan berkelanjutan
memerlukan teknologi inovatif yang dihasilkan dari proses riset
yang dilakukan oleh ORPP-BRIN. Guna meningkatkan efisiensi
dan efektifitas riset dan inovasi di bidang pertanian dan pangan,
ORPP menerapkan pendekatan ilmiah yang maju seperti
bioteknologi, teknologi digital, robotik, dan teknologi tepat guna
untuk menjawab tantangan pada dua isu utama yang menjadi
fokus ORPP, yaitu perubahan iklim dan ekonomi hijau (green
economy).

Berdasarkan komoditas dan bidang riset, ORPP membawahi


enam Pusat Riset yaitu Pusat Riset Teknologi dan Proses
Pangan, Pusat Riset Agroindustri, Pusat Riset Tanaman Pangan,
Pusat Riset Hortikutura dan Perkebunan, Pusat Riset Peternakan,

2
dan Pusat Riset Teknologi Tepat Guna. Setiap Pusat Riset
memiliki spesifikasi tugas dan fungsi masing-masing tetapi
memiliki konektifitas satu sama lain pada level on-farm dan off-
farm yang memungkinkan saling bersinergi dan berkolaborasi.
Oleh karena itu, maka disusunlah skema pendanaan riset
berdasarkan karakteristik terebut, yaitu RP pada ORPP meliputi
RP Bibit Unggul Pertanian dan Pangan, RP Teknologi Tepat
Guna dan Proses, dan RP Pangan Fungsional.

RP merupakan skema pendanaan riset internal di BRIN yang


disesuaikan karakteristik yang dimiliki oleh Organisasi Riset di
BRIN. Di dalam RP ORPP pemecahan masalah-masalah yang
ada di dalam sektor pertanian dan pangan dilakukan dengan
pendekatan yang lebih menyeluruh (holistic), multidisplin, dan
berperspektif jangka panjang serta memberikan solusi total. RP
ORPP bersifat Call for Proposal, top down dan Joint Riset
Collaboration dan dirancang untuk menghasilkan temuan baru
dan penerapan teknologi yang bersifat strategis, multidimensi,
multidisplin, multiyear. Usulan kegiatan dalam RP ini harus
melalui seleksi secara berjenjang

Panduan ini disusun sebagai sarana sosialisasi Rumah Program,


ajakan berpartisipasi, dan arahan pelaksana untuk para peneliti
yang berminat dalam RP ini. Melalui penyempurnaan bertahap
dan terus menerus proses perencanaan (termasuk proses

3
seleksinya), pelaksanaan anggaran, pemantauan dan evaluasi
diharapkan pelaksanaan RP ORPP dapat mencapai sasarannya
secara efektif dan efisien. Siklus ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus Perencanaan Usulan Kegiatan sampai


dengan Monitoring Kegiatan di RP OR PP Tahun
2024

1.2. VISI DAN MISI ORPP BRIN


1.2.1. Visi ORPP BRIN
Visi merupakan kondisi yang diharapkan akan dicapai pada
akhir periode perencanaan. Visi BRIN 2020-2024 yaitu:
Terwujudnya Badan Riset dan Inovasi Nasional yang andal,
profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada
Presiden dan Wakil Presiden untuk mewujudkan Visi dan Misi:
“Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
berlandaskan Gotong Royong”.

4
Berdasarkan visi BRIN tersebut maka visi ORPP 2022-2024
adalah: “Menjadi Penggerak Sektor Pembangunan Nasional
Berbasis IPTEK Pertanian dan Pangan. Visi ORPP memiliki
makna bahwa dalam beberapa tahun kedepan, semua upaya
strategis yang dilakukan ORPP diarahkan untuk menggerakkan
seluruh sektor pembangunan nasional melalui penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Pertanian dan Pangan secara
terintegrasi dan bersinergi sehingga dapat berperan dalam
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.

1.2.2. Misi ORPP BRIN


Misi Badan Riset dan Inovasi Nasional pada 2022-2024 adalah:
- Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis
yang cepat, akurat dan responsif, kepada Presiden dan Wakil
Presiden dalam menyelenggarakan penelitian,
pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta invensi dan
inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan
penyelenggaraan keantariksaan secara nasional yang
terintegrasi serta melakukan monitoring pengendalian dan
evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BRIDA;
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana
riset dan inovasi penyelenggaraan ketenaganukliran, dan

5
keantariksaan secara nasional yang terintegrasi dan
pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BRIDA;
- Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di
bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan
hubungan kelembagaan.

Mengacu pada misi BRIN 2022-2024, maka misi ORPP adalah:


- Memberikan dukungan teknis serta analisis yang cepat,
akurat dan responsif, kepada Presiden dan wakil Presiden
melalui BRIN dalam menyelenggarakan penelitian,
pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta invensi dan
inovasi dalam bidang pertanian dan pangan;
- Meningkatkan produktivitas dan daya saing sumber daya
riset di bidang pertanian dan pangan;
- Meningkatkan kerjasama riset dan kemitraan, peningkatan
penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan
IPTEK pada beberapa fokus prioritas riset dan inovasi
nasional, serta peningkatan good governance dalam rangka
reformasi birokrasi.

6
1.3. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ORPP
BRIN
1.3.1. Tujuan ORPP BRIN
a. Terwujudnya temuan, terobosan dan pembaharuan ilmu
pengetahuan dari hasil penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pertanian dan pangan, dan berkontribusi dalam peningkatan
produktivitas dan daya saing, peningkatan kualitas
lingkungan hidup dan ketahanan bencana, serta iklim;
b. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dan
kompetitif di bidang pertanian dan pangan;
c. Terwujudnya tata kelola pemerintahan di Badan Riset dan
Inovasi Nasional yang baik dan bersih yang terimplementasi
di ORPP.

Pencapaian tujuan pertama, strategi yang diambil yaitu


peningkatan kontribusi ORPP-BRIN terhadap riset dan daya
saing bangsa, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan
ketahanan bencana, serta iklim berbasis hasil riset dan inovasi di
bidang pertanian dan pangan.
Pencapaian tujuan kedua, dilakukan dengan penguatan dan
peningkatan sumber daya riset dan inovasi yang unggul dan
kompetitif. Adapun sasaran strategisnya: meningkatkan
produktivitas dan daya saing sumber daya riset dan inovasi
BRIN, dengan Indikator Kinerja:

7
- Persentase SDM IPTEK Berkualifikasi S3;
- Jumlah infrastruktur IPTEK strategis yang dikembangkan,
dan
- Rasio perolehan dana eksternal terhadap anggaran rupiah
murni (RM) yang bersumber dari DIPA BRIN.
Pencapaian tujuan ketiga, dilakukan melalui Implementasi
Reformasi Birokrasi BRIN sesuai Roadmap Reformasi Birokrasi
Nasional menuju Tata Kelola Pemerintahan yang baik dan bersih
yang diterapkan di ORPP.

1.3.2. Sasaran strategis ORPP BRIN


Sasaran strategis ORPP BRIN meliputi:
a. Meningkatnya keunggulan riset dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian dan pangan,
serta dapat dijadikan kebijakan/rekomendasi ilmiah berbasis
bukti yang selaras dengan arah pembangunan berkelanjutan,
dengan indikator kinerja:
- Jumlah kekayaan intelektual
- Jumlah publikasi ilmiah internasional dan
- Jumlah sitasi di jurnal internasional terindeks global.
b. Meningkatnya kolaborasi dalam pengembangan dan
pemanfaatan produk ilmu pengetahuan di bidang pertanian
dan pangan berdasarkan prioritas pembangunan
berkelanjutan, dengan indikator kinerja:

8
- Jumlah produk inovasi di bidangan pertanian dan pangan
dari tenant Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi
(PPBT) yang dibina;
- Jumlah inovasi dari ORPP yang dimanfaatkan industri/
badan usaha; dan
- Patent Granted
c. Meningkatnya penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang pertanian dan pangan untuk mendukung kualitas
lingkungan hidup, ketahanan bencana, dan kerentanan
iklim, dengan indikator kinerja:
- Penerapan teknologi untuk keberlanjutan pemanfaatan
sumber daya alam; dan
- Penerapan teknologi untuk pencegahan dan mitigasi
pasca bencana.

9
BAB II
PENGERTIAN, TUJUAN DAN SASARAN
RUMAH PROGRAM OR PP

2.1. PENGERTIAN
Kegiatan Rumah Program ORPP adalah kumpulan dari sejumlah
bidang yang ditentukan secara call for proposal, top down dan
Joint Research Collaboration yang luarannya secara agregatif
merefleksikan program ORPP diarahkan untuk mendapatkan
sumbangsih bagi solusi masalah nasional dan/atau
pengembangan keilmuan yang strategis.
Rumah Program ORPP dilaksanakan dengan
mempertimbangkan faktor keunggulan komparatif: berdasarkan
quick win riset inovasi 2024 yang harus dicapai sesuai dengan
output maka ada 5 fokus riset yang menjadi sub program
prioritas di Rumah Program TA 2024, yaitu:
- Pengembangan Bibit Unggul Komoditas Strategis;
- Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan Pangan utama;
- Teknologi Pupuk, Nutrisi Ternak, dan Pestisida Pangan
Utama;
- Riset Teknologi Proses Pangan Utama
- Riset Pangan Fungsional
dengan komposisi 75% Pangan Utama/ Komoditas Strategis
dan 25% non Pangan Utama dan berpotensi isu-isu terkini;

10
2.2. ARAH KEBIJAKAN
Dalam RPJMN 2020-2024 ada tujuh agenda pembangunan
nasional, yaitu:
a. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
Berkualitas dan Berkeadilan;
b. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan
dan Menjamin Pemerataan;
c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan
Berdaya Saing;
d. Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan;
e. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar;
f. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan
Bencana, dan Perubahan Iklim;
g. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi
Pelayanan Publik.

Agenda pembangunan untuk memperkuat Ketahanan Ekonomi


untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan akan
dilakukan melalui:
a. Pengelolaan sumber daya ekonomi yang mencakup
pemenuhan pangan dan pertanian serta pengelolaan
kemaritiman, kelautan dan perikanan, sumber daya air,
sumber daya energi, serta kehutanan

11
b. Akselerasi peningkatan nilai tambah pertanian dan
perikanan, kemaritiman, energi, industri, pariwisata, serta
ekonomi kreatif dan digital.

Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya ekonomi


pada tahun 2020-2024 mencakup:
a. Pemenuhan kebutuhan energi dengan mengutamakan
peningkatan energi baru terbarukan (EBT)
b. Peningkatan kuantitas/ketahanan air untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi
c. Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi
pangan
d. Peningkatan pengelolaan kemaritiman, perikanan dan
kelautan

Sedangkan arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai


tambah ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup:
a. Penguatan kewirausahaan, usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dan koperasi;
b. Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di
sektor riil, dan industrialisasi;
c. Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan penguatan
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN);
d. Penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing ekonomi.

12
Kebijakan pengelolaan sumber daya ekonomi melalui
Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan
dilaksanakan dengan strategi:
a. Meningkatkan kualitas konsumsi, keamanan, fortifikasi dan
biofortifikasi pangan;
b. Meningkatkan ketersediaan pangan hasil pertanian,
perikanan dan pangan hasil laut terutama melalui
peningkatan produktivitas dan teknik produksi secara
berkelanjutan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga
kebutuhan pokok;
c. Meningkatkan produktivitas, kesejahteraan sumber daya
manusia (SDM) pertanian, perikanan serta kepastian pasar;
d. Menjaga keberlanjutan produktivitas sumber daya pertanian
yang adaptif terhadap perubahan iklim, sistem pertanian
presisi, pengelolaan lahan dan air irigasi; serta
e. Meningkatkan tata kelola sistem pangan nasional.

Untuk kebijakan peningkatan nilai tambah ekonomi melalui


Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor
riil, dan industrialisasi yang dilaksanakan dengan strategi:
a. meningkatkan industrialisasi berbasis pengolahan komoditas
pertanian, kehutanan, perikanan, kemaritiman, dan non agro
yang terintegrasi hulu-hilir;

13
b. meningkatkan industrialisasi melalui pengembangan smelter
dan kawasan industri terutama di luar Jawa;
c. meningkatkan daya saing destinasi dan industri pariwisata
yang didukung penguatan rantai pasok dan ekosistem
pariwisata;
d. meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk dan usaha
kreatif dan digital;
e. memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan investasi,
termasuk reformasi ketenagakerjaan; serta
f. mengembangkan industri halal.

Dalam RPMN 2020-2024, upaya Pemerintah dalam membangun


lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan
mengatisipasi perubahan iklim salah satunya adalah
mengagendakan pembangunan rendah karbon. Kebijakan ini
dilakukan melalui upaya penurunan emisi dan intensitas emisi
pada bidang-bidang prioritas, yakni meliputi bidang energi,
lahan, limbah, industri, dan kelautan. Strategi untuk
mewujudkan Arah Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon
pada RPJMN 2020-2024 mencakup:
a. Pembangunan Energi Berkelanjutan;
b. Pemulihan Lahan Berkelanjutan;
c. Pengelolaan Limbah;
d. Pengembangan Industri Hijau; dan

14
e. Rendah Karbon Pesisir dan Laut. Pembangunan rendah
karbon dengan strategi Pemulihan Lahan Berkelanjutan
akan dilaksanakan melalui:
- Restorasi dan Pemulihan Lahan Gambut;
- Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
- Pengurangan Laju Deforestasi; serta
- Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Pertanian
menuju Pertanian Berkelanjutan.

Menurut RPJMN 2005-2025, Pengembangan IPTEK dalam


jangka panjang diarahkan pada:
a. Peningkatan kualitas dan kemanfaatan IPTEK nasional
dalam rangka mendukung peningkatan daya saing secara
global melalui peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
IPTEK, reformasi kelembagaan penelitian dan
pengembangan yang didukung oleh reformasi di dalam
fleksibilitas pembiayaan litbang;
b. Penguatan sistem pengakuan atas hasil temuan (royalty
system, paten, HKI) dan kualitas produk (SNI, ISO);
c. Penerapan standar mutu yang mengacu pada sistem
Measurement Standardization Testing and Quality (MSTQ),
penerapan teknologi yang tepat dalam sistem produksi, serta
penerapan Total Quality Management (TQM);
d. Pengembangan keterkaitan fungsional sistem inovasi untuk

15
mendorong pelembagaannya sebagai bagian yang integral di
dalam pengembangan kegiatan usahanya.

Sedangkan pengembangan IPTEK untuk ekonomi diarahkan pada


peningkatan kualitas dan kemanfaatan IPTEK nasional dalam
rangka mendukung daya saing secara global. Hal itu dilakukan
melalui:
a. Peningkatan, penguasaan, dan penerapan IPTEK secara luas
dalam sistem produksi barang/jasa;
b. Pembangunan pusat-pusat keunggulan IPTEK;
c. Pengembangan lembaga penelitian yang handal;
d. Perwujudan sistem pengakuan terhadap hasil pertemuan dan
hak atas kekayaan intelektual;
e Pengembangan dan penerapan standar mutu;
f. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM IPTEK;
g. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
IPTEK.

Dalam kerangka pencapaian sasaran umum kebijakan dan


program ORPP BRIN menuju visi Indonesia maju 2024
berkontribusi dalam penyediaan inovasi teknologi yang berbasis
pada pemanfaatan sumber daya genetik dan sumber daya alam,
memanfaatkan teknologi berbasis revolusi industry 4.0, adaptasi
dan mitigasi terhadap perubahan iklim, penyediaan pangan

16
bergizi dan kemajuan teknologi yang berpengaruh pada
keterlibatan tenaga kerja pertanian milenial. Inovasi pertanian
yang dihasilkan diharapkan mendukung pertumbuhan sektor
pertanian sebesar 3,1% dan kontribusi sektor pertanian sebesar
7% (Gambar 2).

Gambar 2. Keterkaitan VISI Indonesia 2045 dengan ruang


lingkup Organisasi Pertanian dan Pangan

2.3. TUJUAN DAN SASARAN RUMAH PROGRAM


Rumah Program pada ORPP BRIN dilaksanakan dengan tujuan:
a. Menghasilkan temuan, terobosan dan pembaharuan ilmu
pengetahuan dari hasil penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pertanian dan pangan melalui publikasi ilmiah dan

17
pemanfaatannya hasil temuan oleh komunitas ilmiah,
sehingga terbentuk ekosistem riset berkembang dan maju;
b. Menciptakan teknologi inovatif yang bermanfaat dalam
peningkatan produksi, produkvitas dan kualitas produk
pertanian yang berkelanjutan berbasis paten yang
dimanfaatkan oleh petani, Perusahaan Pemula Berbasis
Teknologi (PPBT), dan industri menengah dan besar;
c. Menghasilkan produk riset lebih bermanfaat dalam
memberikan solusi terhadap persoalan di bidang pertanian
dan pangan lingkup internasional, regional, nasional
dan/atau daerah yang strategis dan berjangka pannjang, serta
memberikan dampak luas bagi daerah/sektor/disiplin
keilmuan tertentu.

Sasaran Rumah Program ORPP BRIN adalah :


a. Terangkatnya citra ORPP BRIN sebagai knowledge-based
yang mampu memberikan solusi terhadap persoalan-
persoalan strategis bangsa dan negara, serta meningkatnya
kapasitas sebagai organisasi riset dalam tingkat nasional
ataupun internasional;
b. Meningkatkan interaksi kelembagaan, keilmuan personel
secara internal BRIN dan dengan berbagai pemangku
kepentingan di dalam dan luar negeri.

18
2.4. STRATEGI
Implementasi riset dan inovasi pertanian dan pangan, Sesuai
dengan arah kebijakan Pembangunan Nasional berbasis inovasi
untuk percepatan pencapaian Visi Indonesia 2045 sebagaimana
tercantum dalam RPJMN 2020-2024, ada 3 (tiga) Rumah
Program riset dan inovasi bidang pertanian dan pangan dengan
target komoditas strategis, yaitu padi, jagung, kedelai, model
pengelolaan dan pembibitan sawit yang unggul, bawang merah,
bawang putih produktivitas tinggi tahan cekaman
biotik/antibiotic, cabai produktivitas tinggi, bibit sapi potong
unggul, galur ayam/ unggas lokal unggul dan teknologi
pendukung produktivitas tinggi serta tahan penyakit, tebu seperti
dijelaskan pada Renstra BRIN pada Prioritas Riset Nasional
2020-2024 tabel dibawah ini.
Capaian
Fokus
Tema Riset Produk Riset Produk Inovasi
Riset
Nasional Nasional
Pangan Bioteknologi Benih/ Bibit unggul Padi produktivitas .
modern komersial : padi 10 ton/ha
produksi Benih/bibit unggul Kedelai potensi
benih dan Komersial : kedelai hasil tinggi > 3,5
bibit unggul ton/ha
Tanaman, Benih/bibit unggul Model pengelolaan
ternak dan Komersial : kelapa dan pembibitan
ikan arget sawit sawit yang unggul
Benih/bibit unggul Bawang merah,
Komersial : bawang putih
bawang merah dan produktivitas
bawang putih tinggi tahan
cekaman
biotik/abiotic
Benih/bibit unggul Cabai

19
Capaian
Fokus
Tema Riset Produk Riset Produk Inovasi
Riset
Nasional Nasional
Komersial : cabai produktivitas
tinggi
Benih/bibit unggul Bibit sapi potong
Komersial : ternak Unggul
ruminansia
Benih/bibit unggul Galur
Komersial : unggas ayam/unggas
lokal unggul dan
teknologi
pendukung
produktivitas
tinggi serta tahan
penyakit
Tabel 1. Prioritas Riset Nasional 2020-2024

Controlled
Pupuk Nanobiopestis
Atmospheri
Varietas hayati ida Keju
Mineral c
unggul berbahan serawangi dan halloumi
blok Storage
tebu aktif bakteri nanoeukaliptu yang
untuk (CAS)
Inisiatif Saccharum pelarut Zn s mengandun
suplemen untuk
officinaru untuk untuk g
pakan sapi perpanjang
m mengatasi produktivitas spirulina sp
masa
stunting cabai
simpan
Urgens - Swasemba- - Definisi Zn Defisiensi Produktivitas Penting untuk • Program
i da gula dilahan mineral cabai fluktuatif Meningkat- penguatan
konsumsi pertanian/ mengakibat- • OPT tanaman kan stok
ditargetkan perkebu- kan laju cabai berakibat pemanfaatan pangan
tercapai nan dapat pertumbuhan kegagalan panen bahan lokal nasionaPP
tahun 2025 mengura- sapi rendah • Perlu adanya • Perlu Nomor 66
- Perlu ngi hasil Populasi sapi pengelolaan OPT adanya Tahun 2021
teknologi panen dan Potong cabai yang alternatif • Mengatasi
dan kualitas tinggi, berbasis sumber teknologi dari food
pengelolaa nutrisinya terutama di daya genetic local susu yang loss bahan
n pasca - Perlu peternak dan ramah menghasilkan pangan dan
panen strategi dengan lingkungan produk yang pertanian
untuk dan pakan dari baik bagi sepanjang
meningkat- Pendeka- hijauan. kesehatan rantai
kan tan baru Untuk • Permintaan pasok
produktivit untuk itu, perlu keju • Stabilitas
as hablur Biofortify- teknologi meningkat ketersediaan
dan kasi yang tiap tahun bahan pangan
rendemen tanaman mudah akibat
tebu guna pengaplika- perubahan
- Varietas meningkat siannya. iklim• Perlu
unggul tebu kan teknologi
adaptif Kesehatan penyimpanan
sesuai (menurun- untuk
tipologi kan memperpan-
lahan stunting) jang
diperlukan masa simpan
bahan pangan

20
Controlled
Pupuk Nanobiopestis
Atmospheri
Varietas hayati ida Keju
Mineral c
unggul berbahan serawangi dan halloumi
blok Storage
tebu aktif bakteri nanoeukaliptu yang
untuk (CAS)
Inisiatif Saccharum pelarut Zn s mengandun
suplemen untuk
officinaru untuk untuk g
pakan sapi perpanjang
m mengatasi produktivitas spirulina sp
masa
stunting cabai
simpan
Keman Meningkat Meningkat- Pertumbu- Efektif karena Tersedia- Menurun-
-faatan -kan kan han mudah diserap nya kan food
produksi ketahanan sapi/ungags tanaman produk loss
gula tanaman meningkat Bahan baku berbasis Hermat
nasional terhadap maka tersedia bahan lokal energi
dan cekaman pasokan Produktifitas dan sensor halal
mengura- lingkungan daging dapat merupakan Dapat
ngi produktivi- meningkat dikembangka produk diaplikasi-
impor gula tas Tepat n di sentra halal kan pada
konsumsi tanaman Dimanfaat- komoditas \Bergizi berbagai
Mening- dan kan pertanian tinggi dan produk
katkan ramah pada sapi di terpilih aman bagi Memudahk
Kesejahte- lingkungan peternak Mengendalika Kesehatan an distribusi
raan Meningkat- yang n penyakit karena dan dapat
petani kan diberi utama cabai tanpa bahan dipantau
yang kandungan pakan dan pengawet daring
berkelanjut nutrisi hijauan meningkatkan Meningkat-
an hasil panen (mudah produktifitas- kan TKDN
Memberik (zinc) diaplikasi- nya
an kan) Harga produk
alternatif Dapat lebih murah
teknologi dikonsumsi dari harga
budi oleh kompetitor
daya tebu sapi sesuai
sesuai kebutuhan
Good dan
Agricul- setiap saat
tural secara
Practices mandiri
(GAP)
Target • Lisensi Lisensi Lisensi Licensi Lisensi Licensi
2024 teknologi teknologi teknologi teknologi teknologi teknologi
• VUB • Teknologi Teknologi termanfaatkan Teknologi Pengoperasi
tebu termanfaatk termanfaatk termanfaatk an CAS
adaptif an an di sentra an oleh
terhadap produksi industri
perubahan sapi
iklim
Tabel 2. Program Prioritas Bidang Pangan (Quick Win Riset
dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional 2023-
2024)
Strategi Implementasi riset dan inovasi pertanian dan pangan
diterjemahkan kedalam Program Riset nasional 2022-2024 dan
Prioritas Bidang Pangan Quick Win Riset dan Inovasi BRIN
2023-2024 yang terdapat dalam Rentra BRIN. Strategi

21
dilaksanakan ke dalam 3 (tiga) Rumah Program ORPP, BRIN
yaitu :
- Rumah Program Bibit Unggul Pertanian dan Pangan;
- Rumah Program Teknologi Tepat Guna dan Proses;
- Rumah Program Pangan Fungsional

2.4. INDIKATOR KINERJA


Indikator kinerja yang digunakan Rumah Program ORPP BRIN
adalah sebagai berikut:
2.4.1. Masukan (Input Faktor)
a. Rumah Program ORPP mampu menggalang keterlibatan
mitra penelitian nasional maupun internasional;
b. Kemungkinan pembiayaan majemuk (multiple funding
scheme probability), baik bersumber pada anggaran
pembangunan pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
pendanaan co sharing dari pihak mitra nasional dan
internasional, maupun pendanaan dari lembaga penelitian
internasional dan bantuan luar negeri;
2.4.2. Keluaran (Output)
a. Jumlah publikasi yang mempunyai nilai akademik tinggi
dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terindeks global
bereputasi tinggi/menengah;
b. Jumlah keluaran yang terukur dan valid secara teknis dan
ilmiah dalam kurun waktu tertentu dalam besaran yang

22
dapat terkelola (measurable output and manageable project
size) berupa:
- publikasi ilmiah (nasional/ internasional);
- Kekayaan Intelektual (nasional/ internasional);
- prototipe/ model/ rancang bangun/ purwarupa (skala
laboratorium/ pilot/ komersial).
c. Solusi startegis (strategic solution) dengan dukungan
pengetahuan, kompetensi dan informasi (basic knowledge,
competence and information availability) yang dicapai dan
dapat di akses oleh BRIN.
2.4.3. Dampak (impact)
a. Meningkatnya produksi, produktivitas, efiseiensi dan
kualitas produk pertanian secara regional dan nasional;
b. Meningkatnya sikap tanggap dan proaktif dari stakeholder
(Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, perguruan
tinggi, LSM. Petani dan Masyarakat) terhadap
pembangunan pertanian berbasis riset;
c. Tingkat penerimaan dan respon masyarakat luas, baik dalam
tingkat pusat maupun daerah. Faktor ini berhubungan
dengan tingkat pengakuan terhadap keberhasilan maupun
kegagalan dari Rumah Program ORPP BRIN;
Dampak yang dihasilkan dari keberhasilan program terpadu
setelah kurun waktu tertentu, baik yang terukur maupun tak
terukur, antara lain berupa:

23
a. Pengakuan kalangan akademik nasional maupun
internasional; terhadap publikasi yang dapat tercermin dari
indeks kutipan (sitasi indeks);
b. Peningkatan pendapatan nasional maupun daerah;
c. Pencipataan lapangan kerja.

24
BAB III
RUMAH PROGRAM ORGANISASI RISET
PERTANIAN DAN PANGAN BRIN

3.1. RUMAH PROGRAM BIBIT UNGGUL PERTANIAN


DAN PANGAN
3.1.1. Latar Belakang
Program riset dan inovasi Bibit Unggul akan dilaksanakan
untuk:
a. Menyediakan bibit unggul tanaman/ternak yang merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya
tanaman/ternak dan perannya tidak tergantikan oleh faktor
lain. Keunggulan bibit tanaman/ternak dapat dinikmati oleh
konsumen bila bibit yang ditanam bermutu;
b. Meningkatkan kualitas konsumsi, keamanan, fortifikasi dan
biofortifikasi pangan;
c. Menyediakan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan
pangan hasil pertanian melalui peningkatan produktivitas
dan teknik produksi secara berkelanjutan; dan
d. Menjaga keberlanjutan produktivitas sumber daya pertanian
dan pangan yang adaptif terhadap perubahan iklim, sistem
pertanian presisi, dan pengelolaan lahan.
Modal utama riset dan inovasi bibit unggul tanaman dan ternak
adalah sumber daya genetik (SDG) pertanian yang sangat

25
melimpah. Kelimpahan SDG, posisi geografis di katulistiwa,
dan keragaman agroekosistem pertanian Indonesia menjadi
modal dan keunggulan komparatif yang sangat penting dalam
kegiatan Lriset dan inovasi mendukung pembangunan
pertanian. Sistem pertanian bioindustri berkelanjutan yang
berimbang dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi maju
(science and technology biobased economy) merupakan
pendekatan paling relevan dalam pembangunan pertanian ke
depan. Pembangunan pertanian juga harus selaras dengan era
revolusi Industri 4.0 dengan kemajuan teknologinya yang
sangat pesat dan menimbulkan transisi revolusi teknologi yang
secara fundamental akan mengubah cara hidup, bekerja, dan
relasi organisasi dalam berhubungan satu sama lain. Era
Industri 4.0 memanfaatkan kemajuan teknologi baru untuk
mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis yang akan
berpengaruh sangat luar biasa terhadap semua disiplin ilmu,
ekonomi, industri dan pemerintah.
Bidang bioteknologi, merupakan capaian gemilang revolusi
industri 4.0 terjadi pada percepatan luar biasa teknologi
sekuensing genom organisme yang dikenal sebagai Next-
Generation Sequencing (NGS). Kecepatan teknologi NGS
dalam mensekuensing genom organisme mencapai satu juta
kali lebih efisien daripada sekuensing dengan metode Sanger.
Metode NGS memungkinkan sekuensing genom dapat

26
dilakukan pada skala besar dalam waktu cepat dan biaya yang
relatif murah. Sedangkan metode Sanger hanya mampu
membaca urutan DNA kurang dari 1000 basa. Kemunculan
teknologi NGS sejak tahun 2005 telah menyebabkan kegiatan
pembacaan genom organisme meningkat secara eksponensial.
Roadmap dan the state of art program riset bibit unggul
pertanian dan pangan ditampilkan pada Gambar dibawah ini:

Gambar 3. Road Map Riset Bibit Unggul Pertanian dan Pangan

Hal ini menyebabkan kemajuan bidang bioteknologi dalam


pemanfaatan SDG mengalami percepatan luar biasa. Identifikasi
fungsional SDG tidak lagi pada karakter fenotipik tetapi sudah
fokus pada target gen. Kemampuan membaca gen semakin maju,
pemilihan gen fungsional juga sangat presisi, dan
pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan manusia sangat

27
strategis, baik untuk aplikasi di sektor pertanian maupun industri
farmasi dan kesehatan. Oleh karena itu, sudah waktunya riset dan
inovasi bidang pertanian di Indonesia mulai fokus pada
pendekatan teknologi omic, seperti genomic, transcriptomic,
proteomic, dan metabolomics, dalam menghasilkan bibit unggul
tanaman dan ternak beserta teknologi pendukungnya (Gambar
4).

Gambar 4. State of the art dan kebaruan konsep Program


Bibit Unggul Berbasis SDG Pertanian

3.1.2. Ruang lingkup


a. Ruang lingkup riset Bibit Unggul Tanaman dan Ternak

28
untuk komoditas strategis yaitu dengan topik-topik riset
sebagai berikut :
- Perakitan padi provitas tinggi (>10 ton/ha) serta toleran
cekaman biotik dan abiotic;
- Perakitan calon VUB sorgum berkualitas (pulen dan
rendah tanin) dan kandungan gizi tinggi (Fe dan Zn);
- Perakitan kedelai produktivitas tinggi (produksi riil >3
ton/ha), toleran cekaman biotik dan abiotik;
- Perakitan calon VUB jagung hibrida produktivitas
tinggi, toleran cekaman biotik dan abiotik;
- Perakitan calon VUB ubi kayu produktivitas tinggi,
toleran cekaman biotik dan abiotic;
- Seleksi calon bibit unggul Stevia sebagai komoditas
substitusi gula konsumsi;
- Bibit unggul sagu hasil pendekatan analisis
bioprospeksi molekuler sumber daya genetic untuk
mendukung deversifikasi pangan non beras;
- Bibit unggul impatiens adaptif dataran rendah dengan
produktivitas tinggi dan mutu standar ekspor;
- Bibit unggul kentang produktivitas dan kualitas untuk
target substitusi impor;
- Bibit unggul ayam lokal yang memiliki produktivitas
telur/daging tinggi;

29
- Seleksi bibit unggul sapi Peranakan Ongole (PO)
dengan bobot sapih >120 kg dan bobot badan umur 24
bulan > 400 kg.
b. Ruang lingkup riset Pupuk, Nutrisi Ternak dan Pestisida
Ramah Lingkungan untuk komoditas strategis yaitu dengan
topik-topik riset sebagai berikut :
b.1. Teknologi pupuk dan pembenah tanah, teknologi yang
dihasilkan memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
- Pemanfaatan bahan aktif pupuk ramah
lingkungan dari sumber daya lokal (mikroba,
bahan tambang tidak termanfaatkan dan senyawa
alami lainnya);
- Pengembangan teknologi formulasi pupuk dan
pembenah tanah yang ramah lingkungan yang
efektif, efisien, dan nano teknologi;
- Teknologi aplikasinya pupuk dan pembenah
tanah berbasis berbasis pada teknologi slow
release, nano-coating, rekomendasi aplikasi yang
presisi berbasis IoT, AI, digital dan robotic yang
lebih efektif dan efisien.
b.2. Teknologi nutrisi ternak, teknologi yang akan
dihasilkan memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
- Identifikasi bahan aktif dan alternatif untuk
nutrisi ternak dari sumber daya lokal (ekstrak

30
tanaman, subtitusi untuk pakan ternak yang
jagung, kedelai dan lainnya menggunakan bahan
limbah);
- Pengembangan teknologi formulasi nutrisi ternak
yang efektif, efisien, murah dan presisi tinggi
yang dapat meningkatkan produksitivtias ternak;
- Pengembangan teknologi aplikasinya nutrisi
ternak berbasis pada teknologi digital, IoT, AI,
otomasi dan robotic yang lebih efektif dan efisien.
b.3. Teknologi pestisida dan obat-obatan lainnya,
teknologi yang dihasilkan memiliki ruang lingkup
sebagai berikut:
- Pemanfaatan bahan aktif untuk pestisida dan
obat-obatan lainnya yang ramah lingkungan dari
sumber daya lokal (ekstrak tanaman, mikroba,
senyawa alami lainnya) plant growth promoting
microbe, agens hayati, entomopatogen, antagonis
dan elisitor biotik;
- Pengembangan teknologi formulasi pestisida dan
obat-obatan lainya untuk menanggulangi OPT
tanaman dan ternak, serta aplikasinya yang ramah
lingkungan yang efektif, efisien, dan presisi
tinggi. Output yang diharapkan: formulasi
pestisida nabati berbasis nano teknologi;

31
- Pengembangan teknologi aplikasinya pestisida
berbasis pada teknologi digital, IoT, AI, otomasi
dan robotic yang lebih efektif dan efisien dan
ramah lingkungan.
b.4. Ruang lingkup riset Teknologi Budidaya
Berkelanjutan untuk komoditas strategis yaitu dengan
topik-topik riset sebagai berikut :
- Pengembangan teknologi sistem budi daya yang
berkelanjutan dengan penerapan teknologi
precision farming, intensive agriculture, adaptive
agriculture, didukung dengan teknologi
digitalisasi dan otomasi serta IoT;
- Pengelolaan lahan untuk pengurangan karbon dan
emisi gas rumah kaca, meminimalkan erosi, dan
kerusakan lingkungan serta meminimalkan
cemaran logam berat dan bahan berbahaya
lainnya;
- Pengembangan sistem deteksi dan pengendalian
OPT (hama dan penyakit) yang ramah
lingkungan;
- Pengembangan sistem dan teknologi penyediaan
bibit untuk menjamin ketersediaan bahan in-situ,
mutu genetik, dan mutu hasil yang diinginkan

32
3.2. RUMAH PROGRAM TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DAN PROSES
3.2.1. Latar Belakang
Program-program riset dan inovasi Teknologi Tepat Guna dan
Proses akan dilaksanakan untuk :
a) Menghasilkan riset peralatan dan proses TTG pra-panen
dan panen, yaitu teknologi budidaya Indoor maupun
budidaya outdoor dan teknologi panen berbagai komoditas
pertanian khususnya komoditas bahan pangan utama;
b) Menghasilkan riset peralatan dan proses TTG pasca panen
primer dan sekunder termasuk teknologi penanganan
produk segar, grading dan sortasi komoditas pertanian;
c) Menghasilkan riset peralatan dan proses TTG bidang
penyimpanan, pengemasan dan distribusi produk pangan;
d) Menghasilkan riset sistem yang terintegrasi dan ergonomi
peralatan TTG, yaitu terintegrasinya sub-sub sistem mulai
dari input, proses dan output dalam litbangjirap peralatan
teknologi tepat guna yang mencakup bidang pertanian mulai
pra hingga pasca panen; teknologi peralatan yang ergonomi;
e) Menghasilkan riset peralatan dan proses TTG penanganan
limbah pertanian dan UMKM pangan yaitu, teknologi
penganan limbah padat dan limbah cair;

33
f) Menghasilkan riset teknologi maju dalam integritas produk
pertanian yang melingkupi material maju bahan pangan, isu
adulterans dan isu halal.

Rumah Program Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Proses


didesain dalam upaya menyelesaikan permasalahan Teknologi
Tepat Guna yang dihadapi oleh UMKM dan industri pangan
dalam menghadapi persaingan global dan berkontribusi dalam
mengurangi dampak-dampak perubahan iklim terhadap
produktivitas UMKM baik disektor budidaya pertanian maupun
pengolahan hasil pertanian. Untuk itu TTG yang akan
dikembangkan dalam program ini dibuat dengan mengadopsi
konsep yang umum dipakai dalam Rantai pasok pangan yaitu
“From Farm to Table”. Hal ini karena konsep ini telah banyak
diadopsi, dikembangkan dan diterapkan dalam pemenuhan
standar-standar good practices di industry pangan. Bidang
kegiatan riset yang dinaungi oleh rumah program ini meliputi
inovasi teknologi tepat guna peralatan dan proses on farm
dengan penerapan otomatisasi dan instrumentasi teknologi pra-
panen (precision agriculture) berbasis 4.0, inovasi teknologi
tepat guna peralatan dan proses pasca-panen termasuk
penanganan komoditas pertanian segar, inovasi ttg peralatan dan
proses penyimpanan, pengemasan & distribusi produk pertanian,
inovasi ttg peralatan dan proses penanganan limbah pertanian,

34
dan integrasi sistem, ergonomi teknologi, dan manajemen
agroindustri.

Keluaran Rumah Program Teknologi Tepat Guna (TTG) dan


Proses ini utamanya adalah purwarupa berupa 1 set peralatan
TTG teruji komprehensif dan 1 contoh produk pertanian
berintegritas. Untuk memfokuskan bidang penelitian di program
ini maka kegiatan penelitian dan pengembangan TTG
dikelompokkan dalam tema riset sebagaimana dapat dilihat
dalam Gambar 5.

Gambar 5. Tema Riset Teknologi Tepat Guna dan Proses


3.2.2. Ruang Lingkup
3.2.2.1. Fokus dan lingkup secara umum

35
a. Riset Teknologi Tepat Guna Peralatan dan Proses On
Farm dengan penerapan otomatisasi dan instrumentasi
teknologi Pra-Panen (Precision Agriculture) berbasis 4.0
Kegiatan pra-panen yang dimaksud dalam kegiatan ini
adalah kegiatan budidaya. Budidaya merupakan
pengembangan dan penggunaan sumber daya alam nabati
yang dilakukan manusia menggunakan modal, teknologi
atau sumber daya lainnya untuk menghasilkan produk dalam
bentuk barang untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Budidaya dalam cakupan ini di bagi menjadi budidaya
outdoor dan indoor. Kegiatan budidaya outdoor meliputi,
tillage (pengolahan tanah), seeding (pembenihan),
fertilizing (pemupukan), weeding (penyiangan) dan
harvesting (pemanenan). Budidaya indoor meliputi,
greenhouse, aquaculture dan poultry (peternakan).
Budidaya indoor dapat menjadi terobosan sistem budidaya
yang tahan terhadap perubahan iklim. Selain itu teknik
budidaya indoor dengan sistem control otomatis dan
penggunaan IOT bisa meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan air, pupuk serta mengurangi penggunaan
pestisida yang dapat merusak lingkungan. Namun TTG juga
dapat digunakan dalam kegiatan budidaya outdoor yang
sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, sehingga kegiatan
budidaya ini sangat terdampak oleh fenomena perubahan

36
iklim saat ini. Untuk itu dibutuhkan teknologi tepat guna
yang dapat mengatasi permasalahan ini. Teknologi tepat
guna yang mendukung budidaya outdoor misalkan
penggunaan TTG untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk dan air seperti teknologi drip irrigation (sistem irigasi
tetes) yang dikembangkan dengan sistem control dan
otomatisasi. Teknologi tepat guna juga dapat berupa
teknologi yang dapat mengurangi penyebab fenomena
perubahan iklim, seperti teknologi yang ramah lingkungan,
teknologi yang menurunkan emisi gas rumah kaca. Selain
itu, teknologi tepat guna pra-panen ini juga diharapkan dapat
mendukung konsep green economy, dimana teknologi yang
diusung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tanpa merusak lingkungan disekitarnya. Dengan
pengembangan teknologi tepat guna pra-panen yang
mendukung konsep green economy tersebut, diharapkan
juga dapat meningkatkan hasil produksi pertanian sehingga
dapat meningkatkan ketahanan pangan.

Kehadiran teknologi tepat guna pra panen akan


menghasilkan efisiensi serta efektifitas yang cukup
berpengaruh pada hasil panen dan juga dapat mengatasi
permasalahan perubahan iklim, mendukung konsep
ekonomi hijau dan meningkatkan ketahanan pangan. Seiring
kemajuan zaman yang ditandai dengan adanya revolusi

37
industri 4.0 menjadi tantangan yang besar bagi
perkembangan teknologi di Indonesia, dengan kemudahan
yang ditawarkan oleh konsep Internet of Things dan
penerapannya memberikan kemudahan bagi para pengguna
untuk mengatasi permasalahan di bidang budidaya.

b. Inovasi Teknologi Tepat Guna Peralatan dan Proses


Pasca-Panen termasuk penanganan komoditas
pertanian segar
Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak
dapat dihindari akibat pemanasan global (global warming)
dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek
kehidupan, termasuk sektor pertanian dan dikhawatirkan
akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan
produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK), yaitu CO2, CH4, N2O,
SF6, HFC, dan PFC terjadi akibat aktivitas manusia seperti
pemanfaatan bahan bakar fosil, pengembangan industri,
limbah, usaha pertanian dan peternakan, dan konversi lahan
yang tidak terkendali. Aktivitas tersebut mengakibatkan
terperangkapnya radiasi di atmosfer sehingga meningkatkan
suhu permukaan bumi secara global. Berdasarkan uraian
tersebut, untuk mengurangi laju peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca serta menekan dampak pemanasan global
terhadap siklus produksi pertanian dan pangan, tentu perlu

38
adanya inovasi teknologi untuk mengatasinya. Dalam
kaitannya dengan siklus produksi hasil pertanian dan
pangan, tahapan yang penting untuk dilakukan diantaranya
adalah penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen
merupakan rangkaian proses yang penting untuk dilakukan
karena bertujuan untuk dapat mempertahankan mutu
produk, mengurangi susut dan meningkatkan nilai ekonomi
produk. Penanganan pascapanen terdiri dari serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak produk dipanen sampai siap
dikonsumsi (untuk produk segar) atau sampai siap diolah
(sebagai bahan baku olahan). Sebagai upaya mengurangi
laju pemanasan global dan mencegah dampaknya terhadap
sektor pengolahan hasil pertanian, diperlukan
pengembangan inovasi teknologi peralatan pascapanen
dengan kriteria antara lain: 1) ramah lingkungan: tidak
menimbulkan emisi gas rumah kaca dan atau menimbulkan
emisi seminimal mungkin, 2) mendukung proses
penanganan pascapanen akibat dampak perubahan iklim dan
cuaca yang tidak menentu, 3) mendukung proses produksi
komoditas lokal (from farm to table) sebagai upaya
ketahanan pangan nasional berbasis komoditas lokal. Selain
untuk mengurangi tingkat aktivitas pemanasan global,
menangani dampak climate change dan menjaga ketahanan
pangan nasional, pengembangan inovasi peralatan dan

39
teknik pascapanen dengan kriteria yang telah disebutkan
juga harapannya dapat menumbuhkan pelaku-pelaku usaha
baru berbasis ekonomi hijau (green economy) dimana
tujuannya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kesetaraan sosial masyarakat sekaligus mengurangi risiko
kerusakan dan dampak lingkungan.

Secara umum, cakupan teknologi pascapanen meliputi


penanganan produk segar, sortasi-grading serta
pengawetan/penyimpanan produk segar. Secara spesifik,
pascapanen dikatakan sebagai tahapan dalam penanganan
suatu komoditas hingga menjadi produk setengah jadi atau
produk siap olah, dimana perubahan/transformasi produk
hanya terjadi secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi
biasanya tidak terjadi atau hanya sedikit terjadi pada tahap
ini. Setiap produk pertanian/perkebunan/perikanan
memiliki tahapan pascapanen yang berbeda-beda antara
lain: 1) produk hortikultura, proses pascapanen umumnya
meliputi pembersihan, pengumpulan, sortasi dan grading,
pengemasan dan penyimpanan dalam bentuk segar dan
pengangkutan; 2) produk biji-bijian dan kacang-kacangan,
proses pascapanennya meliputi pengangkutan, pengeringan,
pengupasan, sortasi, penundaan, perontokan, penyimpanan
dalam bentuk biji dan penepungan; 3) umbi-umbian,
tahapannya terdiri dari pengangkutan, pengupasan,

40
perajangan, pengeringan, penyimpanan dalam bentuk
segar/kering serta penepungan. Selain itu ada beberapa
produk perkebunan yang memerlukan pascapanen khusus
yaitu fermentasi sebagai contoh adalah untuk biji kopi dan
kakao, dimana ini masih termasuk penanganan primer
(pascapanen). Pada sektor perikanan-peternakan, terdapat
juga tahapan pascapanen khususnya terkait dengan
penyimpanan pasca pemanenan produk segar hewani.
Inovasi teknologi tepat guna pascapanen diharapkan dapat
diaplikasikan pada proses pascapanen produk
pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan untuk
meningkatkan mutu, mengurangi susut dan meningkatkan
nilai ekonomi dari produk-produk hasil panen dengan tetap
mempertimbangkan aspek ketepatgunaan dan ramah
lingkungan.

Penanganan pascapanen produk segar merupakan tahap


awal agroindustri yang sangat penting untuk menentukan
produk akhir. Untuk itu, riset pengembangan dan
peningkatan mutu produk pascapanen perlu dilakukan
secara kontinu dan komperhensif dengan memperhatikan
kondisi dan potensi wilayah, masyarakat, perubahan iklim,
perkembangan teknologi, lingkungan dan sosial budaya.
Penanganan produk segar diharapkan dapat peningkatan
efisiensi proses pra dan menuju pasca panen (sortasi,

41
pengecilan ukuran, perlakuan panas/dingin, pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan), mencegah loses produk
menjaga kesegaran dan mutu produk, sehingga meningkat
daya tahan dan keawetan produk.

c. Inovasi TTG Peralatan dan Proses Penyimpanan,


Pengemasan & Distribusi Produk Pertanian
Kegiatan di bidang pengemasan, penyimpanan & distribusi
pangan merupakan tahapan yang sangat penting dalam
penanganan produk bahan pangan untuk menjaga tingkat
ketersediaan dan menjaga kualitas bahan pangan tetap
terjaga sampai kepada konsumen. Penerapan TTG dalam
bidang penyimpanan, pengemasan dan distribusi pangan
akan meningkatkan ketahanan pangan dalam situasi
perubahan iklim global. Teknik penyimpanan yang baik
dengan penerapan prinsip-prinsip pengurangan kadar air,
modifikasi lingkungan penyimpanan dan lainnya dapat
diterapkan sebagai bentuk TTG untuk meningkatkan masa
simpan bahan pertanian dan pangan. Dalam rangka
mendukung ekonomi hijau, beberapa hal perlu diperhatikan
dalam proses pengemasan, seperti pengurangan penggunaan
kemasan plastik sekali pakai (guna mengurangi jumlah
sampah plastik), diganti dengan penggunaan kemasan yang
dapat digunakan berulang kemudian juga penggalakan

42
proses daur ulang kemasan. Selain itu, Inovasi dari
pengembangan kemasan yang mudah terurai secara alami
atau bahkan kemasan yang dapat dimakan (edible) dari
biomaterial juga sangat diperlukan untuk mendukung
implementasi ekonomi hijau pada industri pertanian dan
pangan. Lingkup pengemasan sesungguhnya lebih luas
lagi, tidak sekadar pembungkusan melainkan juga
mencakup pewadahan, pembotolan, pengalengan,
pengepakan, enkapsulasi dan pelilinan. Jenis peralatan
pengemasan yang dibutuhkan bervariasi sesuai dengan jenis
bahan pengemas yang digunakan. Secara umum terdiri dari
mesin pengisian bahan ke dalam kemasan dan mesin
penutupan kemasan. Setelah dikemas, bahan pangan
disimpan untuk kemudian didistribusikan. Penyimpanan
bahan pangan mencakup penyimpanan bahan dalam bentuk
padatan, cairan dan bahan padat mengalir (tepung, granul,
butiran, serpihan). Teknologi peralatan untuk penyimpanan
bahan pangan menyesuaikan dengan bentuk bahan pangan
tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan bahan pangan adalah temperatur, kelembaban
udara, serta higenitas tempat penyimpanan. Dalam proses
distribusi, bahan pangan juga perlu dilindungi dari berbagai
potensi kerusakan dan kehilangan/ susut, sehingga

43
diperlukan teknologi dan perlakuan yang tepat untuk setiap
jenis komoditas bahan pangan.

Kegiatan ini bertujuan menghasilkan inovasi teknologi tepat


guna untuk menunjang kegiatan pengemasan, penyimpanan
dan distribusi bahan pangan dari produk unggulan daerah
dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk tersebut.

d. Inovasi TTG Peralatan dan proses Penanganan Limbah


Pertanian dan UMKM Pangan
Limbah adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari suatu
proses produksi, tetapi juga bukan bagian yang tidak dapat
teratasi. Dampak limbah pertanian dan UMKM pangan
dengan jumlah yang besar diduga dapat menyebabkan efek
rumah kaca sebagai penyebab terjadinya pemanasan global
yang secara otomatis juga mempengaruhi perubahan iklim.
Penanganan limbah juga merupakan salah satu konsep green
economy yang sangat penting. Selama ini teknologi green
economy dianggap sebagai pelaksanaan yang memerlukan
teknologi dan biaya yang tinggi, padahal penerapan green
economy juga dapat diterapkan dengan cara yang sederhana
sesuai dengan karakteristik teknologi yang dibutuhkan.

44
Beberapa cara untuk mengurangi limbah pertanian dan
UMKM pangan misalnya seperti melakukan manajemen
limbah dan mengembangkan teknologi terkait penanganan
limbah. Penanganan limbah Pertanian dan UMKM Pangan
memerlukan inovasi TTG yang dapat mengolah berbagai
limbah tersebut baik berupa limbah padat maupun limbah
cair. Potensi limbah pertanian dan UMKM pangan biasanya
berupa biomassa yang masih dapat diolah dan dimanfaatkan
menjadi berbagai produk yang bernilai seperti
pemanfaatannya menjadi sumber energi, pupuk, media
tanam atau pemanfaatan lain. Penanganan limbah juga
bertujuan menjaga agar limbah tersebut tidak mencemari
lingkungan.
Integrasi pemanfaatan teknologi biorefinery untuk
pemanfaatan bahan alam lokal ini sangat menarik untuk
diterapkan. Berbagai macam biomassa (makroalga, limbah
pertanian, limbah peternakan, limbah industri kecil
menengah) dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku
terbarukan untuk produksi bahan bakar dan kimia.
Keterlibatan zeolite alam sebagai penunjang menjadi nilai
tambah dalam konsep biorefinery pemanfaatan bahan alam
lokal untuk mendukung ketahanan pangan. Secara detail
topik penelitian teknologi biorefinery dalam pemanfaatan

45
bahan alam lokal untuk mendukung program pemerintah di
bidang ketahanan pangan.
Produksi limbah pangan yang begitu besar menggambarkan
produksi pangan yang tinggi. Akan tetapi, hal ini menjadi
ironi tersendiri karena beberapa penduduk dunia mengalami
kelaparan dan malnutrisi akibat tidak meratanya distribusi
pangan, adanya pemanasan global yang memengaruhi
produksi bahan pangan, adanya masalah keamanan pangan
yang masih berlarut-larut terkait penggunaan pestisida,
kontaminasi mikroba, penggunaan bahan berbahaya dalam
pengolahan pangan, dan lainnya yang menjadikan masalah
penanganan limbah terkait dengan food security.

e. Integrasi Sistem, ergonomi teknologi, dan manajemen


Agroindustri
Integrasi Sistem, ergonomi teknologi, dan manajemen
Agroindustri merupakan salah satu bagian penting dalam
litbangjirap riset peralatan TTG. Karakteristik teknologi
tepat guna yaitu teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat; menjawab permasalahan masyarakat; tidak
merusak lingkungan; dapat dimanfaatkan dan dipelihara
oleh masyarakat secara mudah; dan menghasilkan nilai
tambah dari aspek ekonomi dan lingkungan (inpres No. 3
tahun 2001). Mengacu pada tujuan dan karakteristik

46
peralatan TTG maka perlu menerapkan integrasi sistem dan
ergonomi peralatan TTG agar teknologi yang dihasilkan
dapat digunakan oleh pengguna teknologi dengan optimal.
Rekayasa dan integrasi sistem adalah proses perekayasaan
dan pengintegrasian sub-sub sistem mulai dari input, proses
dan output dalam riset teknologi tepat guna mencakup
bidang pertanian mulai pra-pasca panen hingga pengolahan.

Dewasa ini kita dihadapkan dengan degradasi sumber daya


alam, sumber daya energi, lingkungan dan sumber daya
pangan. Adanya ancaman perubahan iklim dan pemanasan
global semakin mengurangi kemampuan alam dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Menyadari permasalahan di
atas maka konsep green economy yaitu pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan menjadi hal
yang tidak terelakkan demi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan generasi mendatang. Pertanian merupakan
salah satu sektor yang menjadi perhatian dalam Indonesia
Climate Change Sectoral Roadmap (ICSR) hingga 2030 ke
depan, sehingga perlu adanya pengembangan teknologi.
Teknologi menjadi elemen penting dalam menghadapi
perubahan iklim (climate change), terutama di bidang
pangan dan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan
(food security) nasional. Integrasi sistem dalam litbangjirap

47
teknologi tepat guna diharapkan dapat mengatasi
permasalahan perubahan iklim di bidang pertanian.
Pengembangan produk industri selama ini dihadapkan pada
beberapa kendala. Masalah pendayagunaan hasil pertanian
menjadi produk industri bernilai tinggi masih belum
optimal, karena sistem produksi pertanian yang menyangkut
logistik, supply chain, dan kelembagaan masih menjadi
penghambat. Sistem dan manajemen agroindustri
diharapkan mampu menjembatani kendala-kendala dalam
meningkatkan nilai tambah produk industri, misalnya
perubahan iklim, ketidakpastian ekonomi (inflasi, perang,
dan lain-lain), kelangkaan bahan baku, mengurangi impor
bahan baku, dan mencegah terjadinya lonjakan harga
produk agroindustri. Upaya yang bisa dilakukan adalah
adanya sistem yang terintergasi baik rantai pasok maupun
teknoekonomi dan ergonomi teknologi.
Kaitannya ergonomi dalam peralatan TTG adalah untuk
menghasilkan peralatan TTG yang sesuai dengan
karakteristik pengguna TTG. Peralatan TTG yang ergonomi
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah/jual dalam
rangka komersialisasi produk. Ergonomi dapat didefinisikan
sebagai suatu disiplin ilmu yang mengkaji keterbatasan,
kelebihan, serta karakteristik manusia, dan memanfaatkan
informasi tersebut dalam merancang produk, mesin,

48
fasilitas, lingkungan dan sistem kerja, dengan tujuan utama
tercapainya kualitas kerja yang terbaik tanpa mengabaikan
aspek kesehatan, keselamatan, serta kenyamanan manusia
penggunanya. Mengacu pada definisi ini, dapat dikatakan
bahwa hampir semua objek rancangan yang berhubungan
(berinteraksi) dengan manusia memerlukan ilmu ergonomi
(Iridiastadi dan Yassierli, 2017). Ergonomi merupakan
kajian interaksi antara manusia dan mesin, serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Tujuannya adalah untuk
untuk meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan
(Bridger, 2009). Perkembangan Ergonomi saat ini dianggap
penting karena erat kaitannya dengan keselamatan kerja,
efisiensi produksi, peningkatan produktifitas dan kualitas.

3.2.2.2. Fokus dan lingkup riset untuk komoditas utama


a. Pengembangan Teknologi Controlled/ Modified
Atmosphere Storage and Packaging untuk penanganan
food loss komoditas pertanian
Masyarakat Indonesia cenderung memilih komoditas
pertanian segar dalam konsumsinya sebagai contoh cabai
segar. Hal ini berbeda dengan masyarakat negara tetangga
seperti Thailand dan Korea Selatan yang lebih sering
menggunakan produk cabai bubuk dalam menu
makanannya. Budaya konsumsi cabai dari bahan segar ini

49
tentu saja merupakan tantangan tersendiri dalam hal
penanganan pasca panen dari komoditas cabai.

Kerusakan dan penurunan mutu komoditas komoditas


pertanian dapat disebabkan penanganan yang salah dalam
tahapan budidaya, pemanenan, distribusi, pasca panen
primer maupun pasca panen sekunder. Hama penyakit
tanaman biasa menyerang tanaman cabai yang
menyebabkan penurunan produktivitas cabai maupun
bentuk cabai yang kurang baik. Kerusakan mekanis cabai
biasa terjadi akibat pengemasan dan transportasi yang
kurang baik. Untuk itu setiap tahapan dalam produksi cabai
perlu dikaji secara mendalam untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya food loss dari komoditas pertanian ini.
Teknologi yang akan digunakan dalam penanganan food
loss cabai akan difokuskan dengan teknologi pengendalian
komposisi dan suhu udara dalam ruang penyimpanan atau
kemasan yang lebih dikenal sebagai controlled atmosphere
storage (CAS) dan controlled/modified atmosphere
packaging (CAP/MAP). Teknologi ini digunakan untuk
mengurangi persentasi jumlah kandungan oksigen dalam
udara, dan menambahkan nitrogen sehingga proses respirasi
alami cabai dan pertumbuhan mikroba bisa terhambat
sehingga secara keseluruhan dapat memperpanjang masa
simpan komoditas cabai. Teknologi ini dapat pula

50
dikombinasikan dengan penambahan gas ozon (O3) yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan mengoksidasi
gas etilen yang merupakan gas yang mempercepat
pematangan. Namun penambahan gas ozon dalam jumlah
yang tidak tepat justru malah bisa mempercepat kerusakan
komoditas pertanian karena gas ozon mempunyai sifat
oksidasi yang dapat merusak komponen zat aktif dalam
komoditas pertanian seperti kerusakan zat warna
(chlorophyl, carotene dan lainnya). Secara umum suhu
rendah dapat menghambat aktivitas metabolisme respirasi
komoditas pertanian, sehingga dapat menghambat
kerusakan komoditas pertanian. Namun suhu yang rendah
dapat menurunkan kelembaban udara yang justru dapat
mempercepat hilangnya air dari dalam bahan. Untuk itu
diperlukan riset yang komprehensif untuk mengoptimasi
komposisi gas dan suhu yang tepat dalam ruang
penyimpanan dan kemasan sehingga dapat memperpanjang
komoditas pertanian khususnya cabai.

b. Pengembangan Teknologi In Ovo Feeding


Daging ayam dan telor merupakan sumber pangan
berprotein tinggi yang dikonsumsi oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Penyediaan bibit ayam (DOC) yang bermutu
melalui UMKM dan industri penetasan telor merupakan
salah satu kunci sukses dalam industri peternakan ayam

51
dalam penyediaan daging dan telur. Peningkatan
produktivitas ayam (unggas) lokal dapat dilakukan
setidaknya melalui dua pendekatan yakni 1) perbaikan bibit
baik melalui persilangan maupun seleksi, dan 2) perbaikan
manajemen pakan. Produktivitas dan ayam dapat
dioptimalkan lagi melalui manajemen pakan yang baik.
Pendekatan manajemen pakan tersebut adalah dengan cara
menerapkan teknologi in ovo feeding (IOF) yaitu pemberian
nutrisi dini pada fase embrio telor menjelang menetas. In
Ovo Feeding (IOF) disebut sebagai salah satu dari enam
tema penting dunia perunggasan ke depan karena dianggap
sebagai teknologi inovatif dalam 20 tahun ini yang
memberikan dampak besar dalam industri peternakan ayam.
In ovo feeding adalah metode menyuntikkan nutrien berupa
cairan ke dalam amnion embrio pada umur 18 hari inkubasi
(penetasan) yang menyebabkan embrio tersebut secara
alami mengkonsumsi nutrien tersebut secara oral sebelum
menetas. Pada usaha peternakan modern saat ini
menunjukkan bahwa periode perkembangan embrio dan
neonatal (pertumbuhan di awal-awal menetas) ayam
mendekati 50% umur produktif. Oleh karena itu periode
perkembangan embrio dan neonatal merupakan fase penting
dalam mencapai kinerja pertumbuhan ayam pedaging yang
berkualitas di pasaran.

52
Di sisi lain, saat ini terjadi pelarangan penggunaan antibiotik
sebagai pemacu pertumbuhan. Regulasi pelarangan
terhadap produk ini menuntut berbagai upaya mencari
produk pengganti. Bahan nutrisi yang diinjeksikan ke telur
melalui inovasi IOF menggunakan asam butirat dari
kelompok asam organik dan selenium dari kelompok
mikromineral dinilai dapat dijadikan alternatif pengganti
peran antibiotik selain probiotik, prebiotik, minyak esensial,
ekstrak tanaman dan enzim. Mekanisme kerja asam butirat
dapat mengoptimalkan perkembangan dan fungsi usus
(villi), sedangkan selenium berperan penting dalam berbagai
selenoprotein diantaranya adalah glutathione peroksidase
(GSH-Px) yang terlibat dalam perlindungan antioksidan
seluler (mendetoksi hidroperoksida akibat radikal bebas).
Pada prinsipnya, kedua bahan tersebut dapat menciptakan
kondisi fisiologis dan metabolis ternak yang lebih baik.
Hasil penelitian Balit Peternakan di Tahun 2019
menyebutkan bahwa mengkombinasikan Asam Butirat dan
Selenium mampu menghasilkan peningkatan produktivitas
ayam kampung unggul Balitbangtan dengan melihat
beberapa indikator yakni luas permukaan vili yang
berkembang lebih baik, peningkatan imunitas (titer antibodi
dan aktivitas enzim glutathionin peroksidase), dan
pertumbuhan serta efesiensi pakan yang lebih baik.

53
Aplikasi IOF ini memang tidak gampang, sebab sebelumnya
alat penyuntikannya masih dilakukan secara manual. Alat
injektor otomatis belum tersedia secara lokal di Indonesia,
sebab masih harus impor dengan harga yang sangat mahal.
Alat tersebut pernah diperkenalkan tahun 2003 di salah satu
perusahaan unggas besar di Indonesia, namun tidak
diketahui pastinya proses uji coba dan kerjasamanya tidak
berlanjut.
Dalam pengembangan teknologi IOF diperlukan riset
formula bahan in ovo feeding serta riset pengembangan alat
injektor otomatis telur. Terobosan teknologi IOF ini
diharapkan akan mampu menjadi terobosan baru teknologi
pertanian Indonesia khususnya di bidang peternakan karena
teknologi ini mempunyai potensi cukup besar
dikembangkan dan dapat memberikan respon positif dari
mitra industri peternakan.
Penelitian untuk pengembangan peralatan In Ovo Feeding
yang sesuai untuk UMKM dan industri penetasan telor di
Indonesia telah dimulai sejak tahun 2019 di kementrian
terkait, namun tidak dilanjutkan karena adanya perubahan
kebijakan penelitian dan anggaran. Penelitian dan
pengembangan teknoligi peralatan untuk IOF akan
dilanjutkan mulai tahun 2023 untuk menghasilkan teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dalam mendukung

54
DOC yang bermutu dan terjangkau oleh peternak ayam.
Peralatan yang perlu dikembangkan menggunakan tray
standard untuk UMKM penetasan telor di Indonesia dengan
skala penuh yang ditetaskan dalam mesin penetas standar
baik berukuran kecil maupun menegah dan menggunakan
pengendalian/kontrol otomatis agar dihasilkan DOC
bermutu

c. Pengembangan Teknologi Halal dan Produk Halal


Pada sektor industri halal, Indonesia merupakan konsumen
produk makanan dan minuman halal terbesar di dunia
dengan nilai konsumsi sebesar 114 miliar dollar AS pada
tahun 2020. Saat ini, produk halal Indonesia yang beredar di
dunia baru berkisar 3,8% dari total pasar halal dunia.
Kondisi ini menggambarkan bahwa pengembangan riset
sains halal dan inovasi produk halal serta meningkatkan
substitusi bahan non-halal dalam negeri (non-impor)
menjadi sangat penting.
Makanan-minuman halal, obat-obatan halal, dan kosmetika
halal merupakan sektor-sektor dalam industri halal yang
berpotensi memiliki titik kritis kehalalan produk. Seiring
dengan perkembangan teknologi, produk-produk makanan
umumnya sering ditambahkan dengan komponen non-halal
(Schieber, 2008). Tujuannya adalah menghasilkan produk
yang memiliki kualitas yang diinginkan konsumen dengan

55
biaya murah. Pemalsuan komponen/bahan-bahan yang halal
dengan komponen/bahan non-halal (syubhat) dalam produk
makanan-minuman, obat-obatan, dan kosmetik sudah marak
dilakukan dan semakin sulit untuk diidentifikasi dengan
mudah oleh orang awam (Mursyidi, 2013). Penyelidikan
berdasar pengetahuan ilmiah dan memanfaatkan teknologi
untuk melakukan identifikasi komponen non-halal dalam
produk makanan sangatlah penting. Targetnya adalah
mengembangkan metode autentikasi yang cepat, mudah
diaplikasikan dan biaya yang murah.
Selain isu autentikasi halal, salah satu tantangan industri
manufaktur, khususnya industri halal saat ini adalah
penggunaan bahan baku dan bahan penolong industri yang
masih cukup banyak disuplai melalui impor. Hal ini tidak
hanya berdampak pada neraca perdagangan Indonesia tetapi
juga terkait resiko jaminan halal-nya. Diperlukan riset dan
inovasi terkini guna menjawab tantangan industri terkait
penggunaan bahan baku yang halal dan terjangkau pada
seluruh titik kritis di sepanjang lini produksi. Riset dan
Inovasi tersebut diklasifikasikan menjadi:
- Melakukan riset dan inovasi autentikasi produk halal
hasil anak bangsa;
- Melakukan riset dan inovasi substitusi bahan baku impor
dan subtitusi non-halal pada produk pangan.

56
d. Pengembangan Teknologi Produksi Pupuk Hayati dari
by Product Tanaman Pangan
Indonesia merupakan negara agraris yang sangat kaya akan
sumber daya alam hayati terutama dalam sektor pertanian.
Tidak mengherankan jika dihasilkan berbagai limbah hasil
produksi pertanian seperti: sekam padi, jerami, tongkol
jagung, tempurung kelapa, gergajian kayu dan kulit dari
berbagai biji-bijian. Berdasarkan data statistik, produksi
padi Indonesia dalam bentuk gabah kering giling (GKG)
diketahui bahwa jika dihasilkan limbah berupa sekam padi
antara 20% sampai dengan 30% maka terjadi penumpukan
limbah rata-rata tiap tahun sebanyak lebih dari 10 juta ton.
Umumnya pemanfaatan limbah tersebut belum maksimal,
bahkan dapat menjadi sampah yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Sejauh ini pemanfaatan limbah
tersebut adalah sebagai bahan bakar dan abunya sebagai
bahan untuk mencuci peralatan dapur. Untuk lebih
memberdayakan limbah buangan tersebut dan mengurangi
efek negatif dari limbah, maka salah satu alternatifnya
adalah dengan mengolahnya menjadi silika. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa abu
sekam padi banyak mengandung silika dengan kandungan
silika 94 - 96 %.

57
Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi, yang
merupakan hasil sampingan saat proses penggilingan padi
dilakukan. Sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi
dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu
sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar.
Nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam padi
adalah 94 - 96 % dan apabila nilainya mendekati atau di
bawah 90 % kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam
padi yang telah terkontaminasi dengan zat lain yang
kandungan silikanya rendah. Silika yang terdapat dalam
sekam padi adalah dalam bentuk amorf terhidrat. Tapi jika
pembakaran dilakukan secara terus menerus pada suhu di
atas 650oC akan menaikkan kristalinitasnya dan akhirnya
akan terbentuk fasa cristobalite dan tridymite dari silika
sekam padi. Silika (SiO2) atau disebut juga silox merupakan
senyawa kimia yang berwujud bubuk putih dalam keadaan
murninya pada suhu kamar. Silika merupakan senyawa
tidak reaktif dan hanya dapat dilarutkan dalam asam fluorida
(HF) dan lelehan NaOH.
Dengan meningkatnya produksi padi di Indonesia, tentu
akan diikuti dengan melimpahnya limbah penggilingan
padi. Salah satu limbahnya adalah sekam. Pada tahun 2016
saja dihasilkan sekitar 15,8 juta ton limbah sekam padi yang
hingga saat ini belum optimal pemanfaatannya

58
dibandingkan potensi nilai ekonomi, contohnya adalah
pemanfaatan sekam sebagai bahan bakar pengering gabah
dan bahan asap cair masih menyisakan limbah abu sekam
yang belum banyak dimanfaatkan. Padahal sekitar 50% abu
sekam merupakan silika yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk biosilika untuk berbagai tanaman, khususnya padi.
Pupuk biosilika dari sekam, dapat dihasilkan dengan
rendemen lebih dari 50% dengan kemurnian/kandungan
silikanya mencapai 97%.

e. Pengembangan Edible Film Berbasis Produk Laut


Plastik merupakan kemasan yang paling banyak digunakan
dan berkembang saat ini karena merupakan kemasan yang
ringan, kuat, mudah dibentuk dan memiliki harga yang
terjangkau (Mahalik dan Nambiar 2010). Berdasarkan data
Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia
(2015) menyatakan bahwa, konsumsi plastik per kapita di
Indonesia hanya 20 kilogram per tahun namun Indonesia
menjadi negara penyumbang plastik kedua terbesar di dunia
akibat minimnya pengelolaan sampah. Sebesar 45% sampah
plastik tidak terkelola dari total sampah plastik sekitar 65
juta ton setiap tahunnya. Jumlah ini sangat tinggi dan
dikhawatirkan akan menyebabkan dampak negatif yang
tidak kecil bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Darajat
2020). Saat ini sudah banyak yang mengembangkan

59
kemasan ramah lingkungan berbasis hidrokoloid. Menurut
Skurtys et al. (2011) karagenan adalah jenis hidrokoloid
yang larut dalam air yang memiliki potensi tinggi sebagai
pembentuk edible film. Karagenan dihasilkan dari ekstraksi
rumput laut Rhodophyceae yaitu Eucheuma Cottoni.
Menurut Soetjipto et al. (2019) jenis ini tumbuh subur di
sebagian besar wilayah Indonesia, dan indonesia telah
menguasai lebih dari separuh nilai pasar rumput laut dunia.
Pada tahun 2018 volume ekspor indonesia untuk produk
karagenan sebesar 10,772-ton dan terus meningkat setiap
tahunnya baik secara nilai dan volume. Terdapat beberapa
penelitian yang menggunakan karagenan sebagai bahan
baku pembuatan edible film. Karagenan tersedia dalam
jumlah melimpah, mudah didapat dan umumnya aman dari
paparan bahan kimia akan tetapi jenis kappakaragenan sulit
larut dalam air (Rajendran et al. 2012). Proses pemanasan
larutan karagenan merupakan hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan edible film, menurut Sun et al. (2015)
kappa-karagenan komersial pada umumnya memiliki berat
molekul yang besar dan memiliki daya larut yang rendah.
Saat ini belum banyak tersedia data mengenai waktu yang
tepat untuk melarutkan karagenan. Menurut Rusli et al.
(2017), pelarutan karagenan minimal 30 menit akan
menghasilkan edible film yang memiliki kuat tarik yang

60
sudah memenuhi standar minimal nilai kuat tarik edible film
berdasarkan Japanese industrial standar yaitu 3,92 N/mm2.
Salah satu kelemahan edible film karagenan adalah sifat
termoplastik yang kurang baik, terutama kemampuannya
untuk dikelim (heat-sealability). Menurut Nafchi et al.
(2011) untuk memperbaiki sifat termoplastis suatu edible
film dapat dilakukan dengan menambahkan plasticizer pada
formulanya. Peran plasticizer sangat menentukan sifat heat-
sealability suatu edible film dan memiliki peran penting
terhadap kekuatan keliman dari edible film. Penambahan
plasticizer pada formula edible film berbahan karagenan
dengan pilihan jenis dan konsentrasi yang tepat,
kemungkinan akan dapat memperbaiki sifat mekanis dan
fungsionalnya. Hingga saat ini penelitian untuk
memperbaiki sifat termoplastis edible film karagenan
dengan penambahan plasticizer masih sangat jarang
dijumpai.
Target yang ingin dicapai adalah a) teknologi edible film
karagenan dengan penambahan plasticizer yang dapat
digunakan untuk pengganti non-edible film. b)
Pengembangan peralatan tepat guna untuk model produksi
edible film karagenan dengan penambahan plasticzer.

61
3.3. RUMAH PROGRAM PANGAN FUNGSIONAL
3.3.1. Latar Belakang
Program-program riset dan inovasi Pangan Fungsional akan
dilaksanakan untuk :
a. Menghasilkan riset eksplorasi sumber bahan pangan
fungsional, yaitu bahan pangan yang memiliki manfaat
kesehatan tertentu bagi yang mengkonsumsi;
b. Menghasilkan riset inovasi teknologi pangan fungsional,
yaitu teknologi pengolahan bahan pangan menjadi pangan
fungsional yang diterima konsumen;
c. Menghasilkan riset teknologi penanganan produk pangan
fungsional, grading dan standardisasi serta penyimpanan
bahan pangan fungsional;
d. Menghasilkan riset pengujian pangan fungsional secara
klinis pada hewan coba maupun pada manusia;
e. Menghasilkan riset inovasi bahan pangan fungsional
pencegah penyakit degeneratif, tidak menular;
f. Menghasilkan riset inovasi bahan pangan fungsional
berbasis bahan baku lokal.

3.3.2. Ruang Lingkup


Fokus dan lingkup riset untuk komoditas utama sebagai berikut:
a. Eksplorasi potensi bahan baku pangan fungsional

62
Biodiversitas bahan pangan Indonesia yang kaya dan
beraneka ragam masih banyak yang belum tereksplorasi
manfaatnya bagi kesehatan dan peluangnya masih sangat
terbuka. Bahan baku pangan yang memiliki manfaat
fungsional dapat bersumber dari tanaman, hewan, hasil
bahari dan mikroba endogenous yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Secara garis besar, sumber bahan pangan
fungsional disajikan pada Gambar 6 berikut:

Gambar 6. Pangan fungsional berdasarkan sumbernya

b. Inovasi Teknologi Proses Pangan Fungsional dan


Kualitas Produk
Kegiatan penelitian dan pengembangan pangan fungsional
menjadi salah satu bagian penting dalam pengembangan
produk pangan fungsional. Hal ini dikarenakan proses
penciptaan prototipe produk pangan fungsional merupakan
perwujudan fisik dari konsep (ide) terkait produk pangan

63
fungsional yang akan dihasilkan. Tahapan formulasi,
pengujian kualitas produk bahkan stabilitas komponen aktif
dalam produk pangan fungsional yang diproduksi menjadi
perhatian yang sangat penting. Selain itu, tinjauan aspek
peralatan dalam menghasilkan produk yang memiliki
kualitas dan stabilitas terhadap komponen aktif ikut juga
dievaluasi.

Stabilisasi dan pengemasan penting untuk mengamankan


keamanan pangan dan stabilitas fisik makanan (menjaga
kualitas sensorik), dan untuk melindungi fungsi pangan
fungsional. Stabilitas dan pengemasa bertujuan untuk
menjaga kualitas bahan baku, sifat fisiokimia dan fungsinya
semaksimal mungkin sambil memastikan mikroba
keamanan, dan dapat mengurangi masalah lingkungan.

Proses stabilisasi umumnya didasarkan pada inaktivasi


(pemanasan), penghambatan (fermentasi, pengeringan,
pendinginan/ pembekuan), penghilangan (membran) dan
pencegahan (kemasan). Teknologi pemrosesan makanan
non-termal baru, seperti: bioteknologi, sterilisasi
microwave, sterilisasi bertekanan, iradiasi, pulsed
technology, dan pulse/electrical/magnetic.

Kegiatan riset ini diharapkan mampu menyediakan paket


teknologi proses dan peralatan dalam mengolah menjadi

64
produk pangan fungsional yang berkualitas, dan memiliki
stabilitas dan fungsionalitas yang sama seperti bahan
bakunya.

c. Inovasi Teknologi Preservasi Bahan Pangan


Fungsional
Substansi fungsional dalam bahan pangan memiliki potensi
ketidakstabilan dalam proses pengolahan, pengemasan,
penyimpanan dan distribusi. Diperlukan inovasi bagaimana
keberadaan bahan fungsional dalam produk pangan agar
terjaga khasiatnya sehingga dapat memberikan dampak
yang optimal bagi konsumen.

Kegiatan ini diharapkan mampu menyediakan paket


teknologi alternatif dalam menjaga availabilitas komponen
pangan fungsional pada produk tetap pada kualitas
maksimalnya, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh
konsumen secara optimal.

d. Efikasi dan Keamanan Produk Pangan Fungsional


Semua pangan fungsional yang akan dipasarkaan harus
memiliki dasar ilmiah yang dibuktikan bagaimana dan
sejauh mana fungsi target dapat dimodulasi dan
relevansinya dengan kesejahteraan dan kesehatan, termasuk
kemungkinan pengurangan risiko penyakit (kronis) tertentu.
Bukti ilmiah didasarkan pada uji klinis dan intervensi di

65
manusia, idealnya dalam kombinasi dengan hasil studi in
vitro, hewan percobaan (in vivo) dan studi epidemiologi
observasional yang menunjukkan hubungan kausal antara
asupan makanan fungsional tertentu (bahan) dan perbaikan
yang diharapkan dari fungsi fisiologis. Sebagai contoh:
evaluasi efikasi dan keamanan pangan fungsional dalam
meningkatkan kesehatan pada plantstanol/ sterol tumbuhan
yang dapat mengurangi kadar kolesterol pada serum. Hal ini
dimana telah terbukti bahwa ada hubungan sebab akibat
antara kolesterol dan penyakit jantung koroner. Klasifikasi
target marker dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Klasifikasi target “marker” untuk pangan


fungsional
Untuk membangun konsep ilmiah untuk evaluasi pada peta
jalan ini, maka kegiatan riset harus: (1) mempertimbangkan
apakah efek yang diklaim akan menyiratkan manfaat
kesehatan bagi kelompok sasaran tertentu, (2) memilih jenis
studi yang sesuai, kelompok sasaran dan marker atau faktor
risiko, (3) mempertimbangkan “probabilitas” dari efek yang

66
diklaim, dan (4) menimbang totalitas bukti yang tersedia.
Pada peta jalan ini, diharapkan menghasilkan data ilmiah
dari produk-produk pangan fungsional yang telah
dikembangkan diukur dengan pendekatan nutrigenomik,
proteomik dan metabolomik.

67
BAB IV
MEKANISME PENGUSULAN DAN SELEKSI
PROPOSAL

4.1. PENJELASAN UMUM


a. Proposal disusun oleh Penanggungjawab kegiatan dengan
menggunakan format dan mekanisme yang tercantum atau
sesuai dengan buku panduan penyusunan proposal dan
seleksi Rumah Program ORPP BRIN;
b. Proposal diusulkan oleh Kepala Pusat Riset sebagai
proposal Pusat Riset (tidak perseorangan) dan yang
bertanggungjawab adalah kepala Pusat Riset;
c. Proposal yang lulus seleksi tahap 1 disampaikan kepada
Manajemen IPTEK OR PP BRIN;
d. Koordinator Rumah Program bertanggungjawab terhadap
atas pelaksanaan kegiatan dalam Rumah Program yang ada
dibawah koordinasinya;
e. Ketua Kelompok Riset (Kelris) membantu Koordinator
Rumah Program dalam melaksanakan koordinasinya;
f. Penanggungjawab kegiatan adalah Peneliti BRIN aktif
(tidak sedang dalam tugas belajar, baik di dalam maupun di
luar negeri) dengan jenjang fungsional sesuai dengan
persyaratan dan memiliki track record yang baik dibidang
penelitian yang diusulkan.

68
4.2. ALUR PENGUSULAN PROPOSAL
Tahapan :

Gambar 8. Alur pengusulan proposal riset di ORPP BRIN


Keterangan:
1. Kepala ORPP BRIN menentukan tema-tema pada
Rumah Program dan menetapkan Koordinator Rumah
Program dan membentuk Tim Panel;
2. Koordinator Rumah Program Menyusun dan
menyampaikan Term of Reference (TOR) dan topik
kegiatan Rumah Program ke Kepala ORPP BRIN
melalui Manajemen IPTEK ORPP BRIN;

69
3. Tim Manajemen IPTEK ORPP BRIN, Koordinator
Rumah Program, menyusun Panduan Penyusunan dan
Seleksi Proposal kegiatan Rumah Program ORPP
BRIN dan atas persetujuan Kepala ORPP BRIN,
menyebarkan ke seluruh Organisasi Riset BRIN;
4. Organisasi Riset melalui Kepala Pusat Riset
menyampaikan Panduan kegiatan Rumah Program
ORPP BRIN kepada para periset di lingkungannya;
5. Penanggungjawab Kegiatan menyusun Proposal
dengan menggunakan format seperti pada lampiran 1
dan lampiran 2 Buku Panduan Penyusunan dan Seleksi
Proposal;
6. Proposal diajukan secara hirarki melalui Pusat Riset di
lingkungan BRIN, setelah melalui seleksi internal Pusat
Riset/ Organisasi Riset;
7. Proposal yang lolos seleksi internal Pusat Riset/
Organisasi Riset disampaikan ke Manajemen IPTEK
ORPP BRIN untuk seleksi administrasi;
8. Manajemen Iptek ORPP BRIN menyampaikan
proposal yang lulus seleksi administrasi kepada
Koordinator Rumah Program dan Tim Panel;
9. Tim Panel melaksanakan seleksi substansi Tahap I dan
Tahap II.

70
10. Hasil seleksi proposal oleh Tim Panel berupa
rekomendasi layak atau tidak layak dibiayai ke Kepala
ORPP BRIN melalui Manajemen IPTEK ORPP BRIN
untuk proses selanjutnya;
11. Keputusan akhir atas hasil seleksi proposal kegiatan
menjadi kewengangan Kepala ORPP BRIN dan bersifat
final.

4.3. JADWAL SELEKSI


a. Jadwal tentative penyususnan dan seleksi proposal tahun
anggaran 2024 sebagai berikut:
Pembahasan buku panduan : 24-25 Mei 2023
Batas akhir penyerahan : 28 Juli 2023
proposal ke Manajemen
IPTEK ORPP BRIN
Seleksi Administratif : 1 -3 Agustus 2023
Seleksi Substantif (Desk : 9-11 Agustus 2023
Evaluation)
Seleksi Substatif (Seminar : 29-31 Agustus 2023
evaluasi/paparan)
Pengumuman dan : Desember 2023
Persetujuan

71
b. Proses Seleksi
Seleksi substansi dilakukan secara berjenjang oleh tim
seleksi internal Pusat Riset, kemudian dilanjutkan dengan
seleksi administratif oleh Manajemen IPTEK ORPP BRIN.
Proposal yang memenuhi persyaratan administratif
kemudian diseleksi oleh Tim Panel. Yang terdiri atas para
ahli dari dalam dan luar BRIN. Tujuan seleksi ini adalah
untuk mendapatkan kegiatan yang unggul dan dapat
memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia serta mencari alternatif solusi
terhadap permasalahan bangsa.
Sebelum seleksi akhir dilaksanakan, Tim panel akan diberi
pemahaman tentang Rumah Program ORPP BRIN secara
komprehensif oleh penanggunggungjawab Rumah Program
dan Koordinator Rumah Program. Setiap penilai diberi
dokumen Term of Reference (TOR) Rumah Program ORPP
BRIN dan panduan-panduan lainnya yang terkait.

b. Tahapan Seleksi
Proposal dinilai secara berjenjang dari tim seleksi pusat
riset, sesuai dengan latar belakang penelitian yang
berkenaan, seleksi akhir dilakukan oleh Tim Panel. Hasil
seleksi Tim Panel berupa rekomendasi bagi kepala ORPP
BRIN dalam pengambilan keputusan akhir.

72
Tahapan pelaksanaan seleksi tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
- Seleksi internal disetiap unit pengusul (Pusat Riset);
- Seleksi administratif oleh Manajemen IPTEK ORPP.
Penelaahan proposal dari segi penyusunan dan kesesuaian
format, kelengkapan, dan penelaahan keuangan (kesesuaian
dengan satuan biaya masukan/ satuan biaya masukan BRIN
yang berlaku);
Pelaksanaan seleksi usulan kegiatan Rumah Program ORPP
BRIN, yaitu :
- Seleksi Substansi Tahap I;
Seleksi substansi pada tahap ini khusus untuk proposal
saja tanpa kehadiran penaggung jawab kegiatan pada
proposal kegiatan/ pengusul kegiatan.
- Seleksi Substansi Tahap II:
Seleksi ini merupakan presentasi Penanggungjawab
Kegiatan di hadapan Tim Panel. Setiap proposal dinilai
minimal 3 (orang panel). Manajemen IPTEK membatu
ketua tim panel dalam merangkum hasil penilaian
secara singkat dengan mengemukakan pokok-pokok
permasalahan beserta tanggapan dan saran-saran yang
diajukan. Lembar penilaian (Lampiran 4) masing-
masing penilai ditandatangani oleh Ketua Tim Panel

73
(Lampiran 5). Manajemen IPTEK harus mengikuti
jalannya seleksi sampai selesai.

Tahapan proses seleksi tersebut dapat digambarkan


sebagai berikut :

Gambar 9. Tahapan proses seleksi proposal riset


Keterangan :

5.1. Usulan kegiatan baru harus disusun dengan proposal baru


sesuai dengan panduan ini. Bagi kegiatan lanjutan
membuat proposal yang memuat laporan kemajuan

74
pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan dan rencana
kerja tahun berikutnya;
5.2. Proposal harus sudah diterima Manajemen IPTEK ORPP
BRIN selambat-lambatnya 21 Juli 2023;
5.3. Tim Panel menyeleksi proposal yang masuk setelah lulus
seleksi awal dan administratif dalam dua tahap yaitu :
Seleksi tahap I (Desk Evaluation) dan Seleksi Tahap II
(Paparan). Seleksi tersebut dan menghasilkan 3 kategori :
- Proposal diusulkan untuk dibiayai;
- Proposal diusulkan untuk dibiayai, dengan
perbaikan;
- Proposal diusulkan untuk tidak dibiayai.
5.4. Berita Acara penilaian ditandatangani (digital signature)
oleh Koordinator Rumah Program dan tembusannya
disampaikan kepada Kepala ORPP BRIN;
5.5. Keputusan akhir atas hasil seleksi menjadi wewenang
Kepala ORPP BRIN selaku penanggungjawab Rumah
Program dan bersifat final.

75
BAB V
PROPOSAL

1. Dalam menyiapkan dan menyusun proposal kegiatan


Rumah Program ORPP, Penanggungjawab kegiatan
diwajibkan mengacu pada TOR tiap-tiap Rumah Program
yang tertuang dalam buku panduan;
2. Proposal kegiatan disusun sesuai dengan format yang telah
ditetapkan sebagaimana pada lampiran 1. Proposal yang
tidak sesuai dengan format dinyatakan tidak memenuhi
syarat administrasi dan tidak akan diteruskan pada tahap
seleksi substansi berikutnya. Manajemen IPTEK ORPP
BRIN akan memberitahukan secara tertulis apabila
diperlukan beberapa dokumen tambahan yang harus
dilengkapi oleh pengusul. Seluruh proposal yang lulus
seleksi menjadi milik ORPP BRIN;
3. Penangungjawab Kegiatan adalah peneliti BRIN aktif tidak
sedang berstatus sebagai pegawai dalam tugas belajar
ataupun Degree by Research (DBR sebagai anggota Tim
Riset), baik didalam maupun diluar negeri, jenjang
fungsional serendah-rendahnya peneliti ahli muda dengan
gelar akademik minimal S2 serta mempunyai rekam jejak
yang baik di bidang penelitian yang diusulkan;

76
4. Satu orang SDM IPTEK maksimal dapat berada di 2 (dua)
ajuan proposal Rumah Program ORPP BRIN (1 posisi
sebagai ketua dan 1 posisi sebagai anggota, atau sebagai
anggota di 2 proposal);
5. Personil (Tim Riset) berjumlah 3-15 orang, harus
melibatkan minimal 2 periset lintas PR/OR (PR berbeda di
dalam OR yang sama atau OR yang berbeda) dan boleh
minimal 1 periset dari mitra BRIN (Kementerian,
Universitas, Swasta, dsb);
6. Proposal diusulkan oleh Kepala Pusat Riset sebagai
proposal unit kerja dan yang bertanggungjawab adalah
Kepala Pusat Riset.
7. Proposal ditulis dengan font Times New Roman 12, spasi 1,5
dan telah disetujui oleh Kepala Pusat Riset untuk dikirim ke
tautan https://linktr.ee/RumahProgramORPP , pada menu
“Submit Proposal RP BU/ TTG) paling lambat 28 Juli 2023
pukul 23.59 wib dengan format PDF maksimal 10 mb.
Untuk ditindaklanjuti pada proses administrasi, Proposal
yang tidak lolos proses administrasi akan ditolak dan tidak
diteruskan ke dalam proses berikutnya;
8. Penamaan file PDF Proposal dan file EXCEL Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dan mencantumkan status kegiatan
(Baru/ Lanjutan) yang diunggah masing-masing dengan

77
format: Status Kegiatan_Organisasi Riset_Pusat
Riset_Nama Pengusul (contoh: Baru_OR Kesehatan_Rian);
9. Proposal yang lulus seleksi, namun Penaggungjawab
kegiatan karena satu dan lain hal tidak dapat melanjutkan
kegiatan, koordinator Rumah Program berwenang
menetapkan penggantinya atas usulan dari Kepala Pusat
Riset yang bersangkutan, dengan memperhatikan latar
belakang kompetensi yang bersangkutan;
10. Bagi proposal yang dinyatakan lulus seleksi akan
diumumkan, dan Penanggungjawab kegiatan diwajibkan
membuat Acuan Pelaksanaan Kegiatan Rumah Program
Tahun 2024 yang dilengkapi dengan Dokumen Rencana
Pelaksana Kegiatan (DRPK) tahun 2024.

78
Lampiran 1. Format Proposal Kegiatan Rumah Program ORPP BRIN

Baru Lanjutan
Centang salah satu dalam kotak tersedia

PROPOSAL KEGIATAN RUMAH PROGRAM


…………………………………
(Pilih salah satu: Bibit Unggul Pertanian Pangan/ Teknologi Tepat Guna dan Proses/
Pangan Fungsional)
ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN PANGAN, BRIN
TAHUN ANGGARAN 2024
JUDUL KEGIATAN
I KETERANGAN UMUM
Nama Pusat Riset : (Tuliskan Nama Pusat Riset)
Nama Organisasi : (Tuliskan Nama Organisasi
Riset Riset)
Alamat Unit Kerja : (alamat Home Base)
No Hp/ WhasApp : (Nomor yang dapat dihubungi)
Alamat email : (Email yang aktif)
II DATA KEGIATAN
1 Nama : (Tuliskan Nama dan Gelar)
Penanggung
Jawab Tim Riset
2 Nama Anggota : 1. Nama (unit kerja xxx,
Tim Riset Organisasi Riset xxx)
2. Nama (unit kerja xxx,
Organisasi Riset xxx)
3. Nama (unit kerja xxx,
Organisasi Riset xxx (DBR)
4. Nama (PT xxxx atau CV…)

79
3 Nama Pusat Riset : Nama Organisasi Riset
lain yang terlibat
a. : a.
b. : b.
c. : c.
4 Lama Riset : ….tahun (202…sd 202…)
5 Jenis Riset : Kombinasi
Laboratorium Lapangan Lab dan
Lapangan
Pilih yang sesuai

Target Output : RP Bibit Unggul Pertanian dan


Utama Pangan
- Calon Galur
(pilih sesuai
- Calon VUB
Rumah
Program(RP))
RP Teknologi Tepat Guna dan
Proses :
- Purwarupa

RP Hasil Riset Pangan


Fungsional
- Purwarupa

Target Output : - Publikasi Internasional


Tambahan (scopus- terbit)
- KI
Target Output : Diluar Output Utama dan
Lainnya Tambahan
6 Output Riset : Output Utama:
sebelumnya (Riset Output Tambahan :
Lanjutan) Output Lainnya :

80
6 Biaya Kegiatan : Untuk kegiatan lanjutan sebutkan
besaran anggaran tahun
sebelumnya
dalam jutaan rupiah
Sumber Dana 2021 2022 2023 Jumlah
Rupiah Murni
DIPA ORPP
BRIN
MoU atau
sejenisnya

……….,…………. Juli 2023


Mengetahui
Kepala Pusat Riset Penanggungjawab
Kegiatan

Digital Signature Digital Signature

…………………. ………………….
NIP……………… NIP………………

III ISI PROPOSAL


A. ABSTRAK
• Uraikan singkat dan komprehensif tentang latar
belakang, permasalahan yang akan ditangani/diteliti,
dan rencana kegiatan yang akan dilakukan sesuai

81
dengan hipotesis bila berupa penelitian, (tidak lebih dari
setengah halaman);
• Menuliskan kata kunci berkisar 5-7 kata

B. PENDAHULUAN
Dalam menuliskan pendahuluan agar menguraikan:
• Latar belakang, mencakup tinjauan Pustaka kegiatan
penelitian dan state of the art dari riset yang akan
dilakukan;
• Tujuan dan sasaran (umum dan spesifik);
• Perumusan masalah.

C. METODOLOGI
Uraikan secara rinci bagaimana cara mendekati
permasalahan untuk hasil yang diharapkan.

D. FAKTOR RISIKO/ KEBERHASILAN


Uraikan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dan
risiko yang dapat menghambat pencapaian sasaran

E. HASIL YANG DIHARAPKAN (UNTUK PROPOSAL


BARU)

82
Menjelaskan hasil-hasil kegiatan/riset yang akan dicapai
untuk tahun yang berkenaan, dan rencana hasil sapai
selesainya kegiatan.

F. HASIL YANG TELAH DICAPAI (UNTUK PROPOSAL


LANJUTAN)
Menjelaskan hasil-hasil yang telah dicapai untuk tahun
sebelumnya, dan rencana hasil sampai dengan selesainya
kegiatan.

G. ASPEK STRATEGIS
Menjelasakan secara rinci kegiatan-kegiatan yang akan
dilanjutkan terhadap kemungkinan perkembangan masa
depan, baik pada bidang penelitian bidang pembangunan
secara keseluruhan.

H. PELAKSANA RISET
Sebutkan institusi dan personal mitra riset. Jelasakan secara
rinci pembagian peran dan tanggungjawab dalam tim riset.
Hal serupa juga berlaku apabila terdapat kesepakatan dalam
pengunaan peralatan, pembiayaan, publikasi dan
sebagainya. Bila ada MoU atau dokumen sejenis, lampirkan
dalam proposal

83
I. PERSONALIA
Nama
Gelar
Lengkap
Kesarjanaan
dan NIP
Bidang Jabatan Pria/ Nama Pusat
No
Keahlian Fungsional Wanita Riset
Pendidikan
(lampirkan
Akhir
biodata
periset)
1
2
3
4 Dst

J. JADWAL KEGIATAN
No Rencana BULAN
Kerja 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
2
3
4 Dst

K. DAFTAR PUSTAKA YANG RELEVAN, UP TO DATE


DAN KOMPREHENSIF

84
L. PEMBIAYAAN
(LIHAT PEDOMAN PADA LAMPIRAN 2)
1. Biaya sesuai durasi kegiatan
Akun Uraian 2022 2023 Jumlah
521811 Belanja Barang Persediaan
Konsumsi
(Bahan-bahan riset)
Belanja Barang Persediaan
Konsumsi (diperuntukkan
untuk bahan bahan riset
yang diperlukan untuk
Analisa sample)
Belanja Jasa Lainnya (Jika
tidak terdapat di ELSA
BRIN, ditunjukkan dengan
surat keterangan/
pernyataan dari ELSA
BRIN)
521213 Honorarium Output
Kegiatan (tenaga lapang
untuk riset)
524111 Belanja Perjalanan Dinas
(digunakan untuk riset)
524113 Belanja Perjalanan Dinas
dalam Kota (digunakan
untuk riset)
Harga sudah memperhitungkan biaya pajak (11%)
Biaya perjalanan dinas maksimal 3% dari usulan RAB
yang diajukan

85
2. Rincian Biaya Tahun Anggaran yang diusulkan
Sesuai dengan Standard Biaya Masukan (SBM) BRIN

a. Belanja Barang Persediaan Konsumsi (Bahan-bahan


Riset)
Harga
Uraian Bahan Jumlah
No Volume satuan
Riset (Rp)
(Rp)
1.
2.
3. Dst

b. Belanja Barang Persediaan Konsumsi (Bahan


Analisa Sample, jika ada)
Harga
Uraian Bahan Jumlah
No Volume satuan
Riset (Rp)
(Rp)
1.
2.
3. Dst

c. Honorarium Output Kegiatan (Tenaga lapang)


Harga
Jumlah
No Uraian Volume satuan
(Rp)
(Rp)
1 Maks
80.000
2
3 Dst

86
d. Belanja Perjalanan Dinas (untuk riset)
Harga
Uraian Jumlah
No Volume satuan
Perjalanan (Rp)
(Rp)
1 (Contoh)
Jakarta-
Bandung
-Transport PP
-Uang Harian
-Penginapan
2 (Contoh)
Jakarta
Surabaya
- Transport PP
-Uang Harian
-Penginapan
3 Dst

e. Belanja Perjalanan Dinas dalam kota (untuk riset)


Harga
Uraian Jumlah
No Volume satuan
Perjalanan (Rp)
(Rp)
1 Maksimum
150.000
(8 jam
sehari)

87
Lampiran 2.
Pedoman Pengusulan dan Penganggaran

PEDOMAN PENGUSULAN DAN PENGGARAN

Pagu kegiatan Rumah Program ORPP BRIN maksimum Rp.


150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) per tahun. Pagu
anggaran setiap kegiatan dirinci ke dalam jenis pengeluaran
sebagai berikut :

1. Belanja Barang Persediaan Konsumsi


Alokasi ini digunakan untuk penyediaan bahan-bahan riset
guna keberlangungan riset pada Rumah Program, tidak
diperkanankan digunakan untuk ATK (Alat Tulis Kantor)

2. Belanja Jasa Lainnya


Diperuntukkan hanya pada kegiatan Rumah Program Bibit
Unggul Pertanian dan Pangan, digunakan untuk
mengalokasikan pembayaran jasa yang digunakan untuk
menunjang dalam analisa sampel yang belum bisa dilakukan
ELSA BRIN (maksimum Rp. 1.500.000,-), bilamana
keperluan untuk analisa sample melebihi nilai maksimum
diperkenankan dimasukaan ke dalam Belanja Barang
Persediaan Konsumsi;

88
3. Honor Output Kegiatan
Diperuntukkan hanya pada kegiatan:
- Rumah Program Bibit Unggul Pertanian dan Pangan,
digunakan untuk membiayai tenaga lapangan (buruh
kasar/petani) dengan beberapa kegiatan tahapan yaitu
mulai dari penyiapan lahan, tanam, pemeliharaan dan
panen;
- Rumah Program Pangan Fungsional Kegiatan ini
diperlukan untuk tenaga lapang dalam uji interfensi
purwarupa kepada sasaran konsumen pangan fungsional
Honor maksimum sebesar Rp 80.000/ orang/ hari sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya
Masukan (SBM) tahun berjalan.

4. Belanja Perjalanan Dinas


Alokasi ini digunakan untuk menunjang kegiatan riset yang
memerlukan untuk riset ke lapangan (mengikuti SBM BRIN
yang berlaku)

5. Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota


Alokasi ini digunakan untuk menunjang kegiatan riset yang
memerlukan untuk riset ke lapangan ataupun untuk
digunakan dalam pemantauan lokasi kegiatan di dalam kota
(mengikuti SBM BRIN yang berlaku)

89
Lampiran 3.
Daftar Riwayat Hidup Peneliti

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Berisi biodata lengkap penanggungjawab kegiatan riset dan


peneliti anggota. Kemukakan hal-hal yang berkaitan langsung
dengan riset yang diusulkan)

1. Nama Lengkap :
2. NIP :
3. Tempat/ Tanggal Lahir :
4. Jenis Kelamin :
5. Bidang Keahlian :
6. Kampus/ unit Kerja :
7. Alamat Kampus/Unit :
Kerja
8. Alamat Rumah :
9. Pendidikan (S1 Keatas) :

Perguruan Kota dan Tahun Bidang


No.
Tinggi Negara Lulus Studi
1. S1 :
2. S2 :
3. S3 :
4. Dst :

90
10. Pengalaman Penelitian :
Sebutkan minimal 1 peneiltian/kegiatan yang paling baik dalam
5 tahun terakhir, dan jika mungkin yang relevan dengan usulan
kegiatan
No Judul Penelitian Tahun
1.
2.
3.
4. Dst

11. Paten :
Sebutkan paten yang dimiliki atau usulan paten yang telah
diajukan
No Judul Paten Tahun
1.
2.
3.
4. Dst

12. Publikasi :
Karya ilmiah dalam 5 tahun terakhir, terutama yang relevan
dengan usulan kegiatan. Sebutkan judul, majalah/buku, volume,
tahun dan halaman
No Karya Ilmiah

91
(Harus disetujui oleh Kepala Pusat Riset tiap-tiap pengusul)
MENYETUJUI
Kepala Pusat Riset,
Organisasi Riset

Digital Signature

(Nama dan NIP)

BARCODE

92
Lampiran 4.
Lembar Kerja Seleksi Proposal

LEMBAR KERJA PENILAIAN PROPOSAL

a. Lembar Kerja Seleksi Adminsitrasi


b. Lembar Kerja Seleksi Proposal (Tahap I/ desk Evaluation)
c. Lembar Kerja Seleksi Proposal (Tahap II/ Paparan)

93
LEMBAR KERJA SELEKSI ADMINISTRASI
SELEKSI PROPOSAL KEGIATAN RUMAH PROGRAM
ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN PANGAN, BRIN
TA 2024
Nomor Proposal :

Judul Riset :

Rumah Program :

Status Riset : Baru/ Lanjutan (pilih salah satu)

No Sasaran Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Penjelasan


Informasi umum
1 Kelengkapan proposal
- Keterangan Umum Lengkap/ tidak lengkap
- Data Kegiatan Lengkap/ tidak lengkap
- Isi Proposal Lengkap/ tidak lengkap
2 Keabsahan Proposal
- Ketua Tim Riset Tanda tangan/ tidak
(Penanggungjawab
Riset)
- Kepala Pusat Riset Tanda tangan (digital
signature) / tidak
3 Pelaksana Kegiatan Riset
- Daftar Nama Pelaksana Ada/ tidak ada
- Kriteria Peneliti Ada/ tidak ada
- Daftar riwayat Hidup Ada/ tidak ada
4 Pembiayaan Riset Baru/
Lanjutan Sesuai/ tidak sesuai
- Pagu Lengkap/ tidak lengkap
- Rincian Biaya
Detail Informasi
1 Pengusul/
Penanggungjawab Riset Sesuai/ tidak Sesuai
Berstatus Sebagai SDM
IPTEK BRIN Minimal
Pendidikan S2 atau
Jenjang Fungsional
Periset (Peneliti/
Perekayasa) Ahli Muda

94
No Sasaran Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Penjelasan
2 Keterlibatan Lintas PR Ada/ tidak ada
atau OR
3 Pengesahan (TTD digital Ada/ tidak ada
signature Kepala PR dan
Ketua Tim Riset)
4 Terdapat Tim sedang Ijin Ya/ tidak
Belajar (Degree by
Research)
5 Kesesuaian Waktu Sesuai/ tidak sesuai
Pengumpulan Proposal
(Sesuai Deadline)
6 Kesesuaian Personalia Sesuai/ tidak sesuai
Tim Periset (3-15 Orang)
7 Menyebutkan Output Ya, tidak menyebutkan
Utama/ tambahan/ lainnya
8 Kesesuaian Komposisi Sesuai/ tidak sesuai
Prosentase Komponen
Belanja Barang Perse-
diaan konsumsi, Jasa
Analisa (Bibit Unggul),
Perjadin))
9 Kesesuaian RAB (Sesuai Sesuai/ tidak sesuai
dengan Standar Biaya)
10 Terdapat Data Dukung Ya/ tidak terdapat
(Spesifikasi Barang, Link
Data Dukung)
11 Terdapat Alamat dan Ada/ tidak ada
Kontak Person Periset
12 Kesesuaian Penamaan Sesuai / tidak sesuai
File
……..,…………2023

Tim Seleksi

(…………………………………..)

95
LEMBAR KERJA DESK EVALUATION
SELEKSI PROPOSAL KEGIATAN RUMAH PROGRAM
ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN PANGAN, BRIN
TA 2024
A. Data Penelitian
Nomor Proposal :

Judul Riset :

Rumah Program :

Status Riset : Baru/ Lanjutan (pilih salah satu)

No Kriteria Penilaian Penjelasan


1. Output Utama : - RP Bibit Unggul output Calon galur/
calon bibit unggul
- RP TTG dan Proses ouput Purwarupa
- RP Pangan Fungsional output
Purwarupa
(Pilih sesuai Rumah Program)
2. Output Tambahan : - Publikasi
- Kekayaan Intelektual
3 Output Lainnya : Diluar output Utama dan tambahan
3. Fokus Komoditi : Dijelaskan
Riset
Berdasarkan kriteria penilaian Proposal tersebut diatas dinyatakan

Dilanjutkan/ tidak dilanjutkan *) Coret yang tidak sesuai

Ke seleksi tahap pemaparan :

B. Catatan/ Rekomendasi/Alasan :

……..,…………2023

Tim Seleksi

(…………………………………..)

96
LEMBAR KERJA
SELEKSI PROPOSAL KEGIATAN RUMAH PROGRAM
ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN PANGAN, BRIN
TA 2024

Nomor Proposal :

Judul Riset :

Rumah Program :

Status Riset : Baru/ Lanjutan (pilih salah satu)

Nilai
Rata- Bobot
No Kriteria Penilaian Nilai NXB
rata (B)
(N)
A Kontribusi Terhadap Pembangunan:
a. Tingkat keunggulan
terhadap yang 1 3 7 9
sudah ada
b. Tingkat
Kemanfaatan hasil
dalam
1 3 7 9
menyelesaikan
permasalahan
30
pembangunan
c. Cakupan prospek
ekonomi/ kologi 1 3 7 9
hasil kegiatan
d. Keterkaitan hasil
riset dengan industri
1 3 7 9
dan stake holder
lainnya
B Kontribusi terhadap IPTEK
a. Originalitas,
temuan, potensi
1 3 7 9
publikasi/ KI dan 30
penerapan IPTEK
b. Unsur pembaharuan 1 3 7 9

97
Nilai
Rata- Bobot
No Kriteria Penilaian Nilai NXB
rata (B)
(N)
c. Kualitas dan
relevansi :
1 3 7 9
- State of the Art;
- Kebaharuan Riset
d. Mengembangkan
produk baru untuk
1 3 7 9
meningkatkan
sesuatu
3 Struktur Rumusan Masalah
a. Ketajaman latar
belakang dan 1 3 7 9
rumusan masalah;
b. Kejelasan Tujuan 25
dan Sasaran Riset;
c. Ketepatan Solusi
1 3 7 9
(fokus dan atraktif
4 Kejelasan Peta Jalan Riset
a. Ketajaman tahapan
1 3 7 9
riset;
b. Peta jalan memiliki
keterkaitan antar 1 3 7 9
tahapan;
c. Kesesuaian peta
15
jalan dengan
1 3 7 9
metode dan output
yang dicapai;
d. Memiliki
keberlanjutan 1 3 7 9
program kegiatan
5 Relevansi dengan target Output yang dijanjikan dan
kebermanfaatan:
a. Kelayakan
sumberdaya dalam
1 3 7 9
ketercepatan hasil
15
yang diharapkan
b. Aktualisasi tema
1 3 7 9
dan temuan terkini
C Metodologi

98
Nilai
Rata- Bobot
No Kriteria Penilaian Nilai NXB
rata (B)
(N)
a. Kejelasan
1 3 7 9
perumusan masalah
b. Tingkat
komprehensif
abstrak dalam 1 3 7 9
menjelaskan riset/
kegiatan
c. Tingkar
30
rasionalisasi dengan 1 3 7 9
tujuan
d. Keterkaitan
metodologi dengan 1 3 7 9
tujuan
e. Tinjauan riset/
kegiatan
1 3 7 9
sebelumnya usulan
yang diajukan
D Penyusunan Rincian Anggaran Biaya
Lengkap, rinci, wajar,
10
dan jelas 1 3 7 9
peruntukannya
Nilai Total (A+ B + C + D) = ………….

Rekomendasi (LULUS / DITOLAK *) Pilih salah satu

……..,…………2023

Tim Seleksi

(…………………………………..)
Catatan :
1. N merupakan nilai rata-rata dari N
2. Nilai 1 = Sangat Jelek
3. Nilai 3 = Jelek
4. Nilai 7 = Baik
5. Nilai 9 = Sangat Baik

99
Lampiran 5. Format Rekapitulasi Hasil Seleksi Proposal

REKAPITULASI HASIL SELEKSI PROPOSAL


KEGIATAN RUMAH PROGRAM
ORGANISASI RISET PERTANIAN DAN PANGAN, BRIN
TA 2024

Nomor Proposal :

Judul Riset :

Rumah Program :

Status Riset : Baru/ Lanjutan (pilih salah satu)

NILAI TIM SELEKSI


Tim Kontribusi Kontribusi Rata-rata
Seleksi Terhadap terhadap Metodologi (Nilai
Pembangunan IPTEK Akhir)
1
2
3

RATA-RATA (NILAI AKHIR)


NILAI AKHIR KELULUSAN : >= 650
REKOMENDASI : LOLOS/ DITOLAK *) pilih yang sesuai
CATATAN/REKOMENDASI/ALASAN

……..,…………2023
Koordinator Rumah Program

(…………………………………..)

100
101
102
Organisasi Riset Pertanian dan Pangan
Badan Riset dan Inovasi Nasional

KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI SOEKARNO


CIBINONG

103

Anda mungkin juga menyukai