Anda di halaman 1dari 39

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENYUSUNAN AGROWISATA
DI KECAMATAN DAHA BARAT
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
TIM PENELITI UNLAM

kerjasama :

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


dengan
BAPPEDA KABUPATEN HSS
2013

1
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI i
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................. 6
1.3. Sasaran ................................................................... 7
1.4. Sumber Pendanaan ................................................ 7
1.5. Ruang Lingkup ............................................................ 7
1.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan .............................. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................... 11
3.1. Metode ................................................................... 11
3.2. Jenis dan Sumber Data ........................................ 11
3.3 Analisis Data ......................................................... 13
3.4. Pedoman Penyusunan .......................................... 14
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................... 15
4.1. Identifikasi Potensi Sumberdaya ............................. 15
4.2. Analisis SWOT ........................................................ 27
4.3. Pengembangan Agrowisata .................................... 29
4.4. Kawasan Penunjang Agrowisata ............................. 32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 33
5.1. Kesimpulan ............................................................. 33
5.2. Saran ..................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

2
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 11
2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (000.000 Rp) 12
3. Kuadran analisis SWOT .................................................................... 14
4. Hasil Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal ...................... 27

3
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati terpenting


di dunia dengan tingkat endemisme tertinggi. Dengan 25.000 spesies tumbuhan
berbunga, Indonesia memiliki 10% dari seluruh spesies tumbuhan berbunga
dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki 12% spesies mamalia, 16% spesies
reptilia, dan 16% spesies burung. Sementara itu di perairan, kurang lebih 25%
spesies ikan dunia ada di Indonesia. Semua kekayaan alam dan hayati tersebut
merupakan aset yang tak ternilai. Kekayaan daratan dan perairan baik perairan
darat maupun perairan laut ini sudah selayaknya dilestarikan. Pelestarian alam
dan sumber daya hayati ini secara berkelanjutan dalam jangka panjang sangat
penting, karena kelestarian hidup di masa depan bergantung pada kelestarian
alam dan lingkungan.
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam
berlimpah, pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan
penting di masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas
dan signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan. Melalui perencanaan dan pengembangan
yang tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi
daerah. Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan
kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran
yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya
keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.

Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah Kabupaten yang mempunyai potensi dan
prospek yang cerah untuk terus tumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan
pendekatan yang lebih akurat untuk melihat potensi, realitas dan keinginan masyarakat
Hulu Sungai Selatan. Hal ini seirama dengan prinsip pembangunan partisipatif,
terencana dan aspiratif. Setiap daerah wajib menyusun rencana pembangunan daerah

4
secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan. Program
pengembangan kawasan Agrowisata di Daha Barat merupakan upaya untuk
mempercepat pertumbuhan daerah, dengan pendekatan perencanaan kewilayahan.
Potensi daerah yang pertumbuhannya cukup pesat diidentifikasi untuk digali dan
dikembangkan secara berkelanjutan sesuai dengan kemampuan daerah. Jika distribusi
pembangunan tidak merata, maka akan berdampak pada kesenjangan kemampuan
antar kawasan perkotaan dengan pedesaan, yang akan menghasilkan kemiskinan di
pedesaan dan mengakibatkan urbanisasi. Jika urbanisasi yang tidak terkendali, akan
menghambat peningkatan produktifitas pertanian. Pengembangan kawasan agrowisata
merupakan alternatif pembangunan pedesaan, sekaligus menciptakan lapangana
pekerjaan dan mengurangi kemiskinan atau meningkatkan taraf hidup dan
kesejahateraan masyarakat.
PDRB Kabupaten Hulu Sungai Selatan dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku


**) 8)
No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 561.793 647.179 720.958,88 778.609,87 802.754,51
2. Pertambangan dan Penggalian 44.897 52.870 62.383,26 66.935,31 95.119,17
3. Industri Pengolahan 140.125 144.091 156.947,14 162.357,86 170.000,44
4. Listrik dan Air Minum 6.117 6.644 8.108,50 9.094,96 10.293,77
5. Bangunan 98.133 103.160 109.589,76 118.586,50 130.226,32
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 360.669 400.449 437.979,96 462.875,09 498.663,65
7. Pengankutan dan komunikasi 96.500 105.749 120.946,63 137.731,51 156.120,83
8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 80.667 87.377 99.428,72 107.281,09 117.015,21
9. Jasa-Jasa 335.551 385.612 450.269,66 528.037,78 613.283,18
Total PDRB 1.724.551 1.933.136 2.166.612,51 2.371.509,96 2.593.477,08
Keterangan : **) angka diperbaiki
*) angka sementara
Sumber : PDRB BPS Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Berdasarkan data diatas dapat dilihat PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten
Hulu Sungai Selatan terus mengalami peningkatan dari berbagai lapangan usaha sejak
tahun 2008 – 2012. Sedangkan PDRB menurut lapangan usaha atas`dasar harga
konstan jutaan rupiah (000.000 Rp) dapat dilihat pada Tabel 2.

5
Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (000.000 Rp)
**) 8)
No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 397.902 419.486 419.710 434.476,96 437.321,17
2. Pertambangan dan Penggalian 33.909 36.314 35.622,99 34.676,20 48.064,26
3. Industri Pengolahan 67.687 69.319 74.732,60 77.029,01 79.379,66
4. Listrik dan Air Minum 3.298 3.407 3.600,73 3.736,60 3.994,94
5. Bangunan 45.222 46.260 48.277,43 51.559,35 55.592,98
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 187.426 195.356 206.852,48 214.718,26 222.547,20
7. Pengangkutan dan komunikasi 50.925 54.859 59.685,75 64.039,00 69.844,64
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 37.483 40.132 43.568,64 46.351,92 49.088,46
Perusahaan
9. Jasa-Jasa 176.420 185.527 201.554,16 219.952,79 240.050,74
Total PDRB 1.000.278 1.050.664 1.087.018,97 1.146.540,08 1.205.884,05
Keterangan : **) angka diperbaiki
*) angka sementara
Sumber : PDRB BPS Kabupaten Hulu Sungai Selatan

PDRB menurut lapangan usaha atas`dasar harga konstan juga menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan semua lapangan usaha memberikan

kontribusi yang baik bagi pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Kecamatan Daha Barat cukup potensial bagi perikanan keramba dan perikanan
kolam (Parit sungai) disamping juga dari hasil penangkapan di sungai dan rawa. Selain
itu potensi tanaman palawija juga cukup besar dimana mereka membibitkan sendiri
sampai membesarkannya dengan pangsa pasar mencapai kabupaten lain. Perkebunan
di Kecamatan Daha Barat juga berkembang dengan pesat dengan adanya perusahaan
perkebunan sawit . Mata pencarian penduduk sebagian besar adalah petani ikan, dan
sekaligus sebagai petani palawija potensial seperti cabai besar , cabai rawit, tomat dan
terong.
Kondisi dan potensi Kecamatan Daha Barat dengan dataran rendah yang
dilewati sungai Negara mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi daerah
agrowisata, letak Kecamatan Daha Barat yang berbatasan langsung dengan
kabupaten lain yaitu Kabupaten Tapin memberikan akses yang baik untuk
pengembangan..

Pada era otonomi daerah, agrowisata dapat dikembangkan di masing -


masing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi
wilayah dan budaya masyarakat di Indonesia sangat beragam. Masing - masing
daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain.

6
Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi
ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya
lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara
tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat
sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian.
Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan
pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat
pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang
semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah
melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan
pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata (Junaidi 2013).
Berdasarkan kondisi dan potensi alam dari Kecamatan Daha Barat
mempunyai potensi untuk dikembangkan agrowisata, akan tetapi seperti halnya
daerah lain potensi agrowisata banyak yang belum tergali dengan baik sehingga
mempersulit pengembangan agrowisata . Starategi yang baik dengan melihat
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari potensi agrowisata akan
membantu penyusunan rencana pengembangan agrowisata di Kecamatan Daha
Barat Kabupaten HSS.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud

Penyusunan Agrowisata di Kecamatan Daha Barat disusun sebagai pedoman


bagi pemerintah daerah, swasta dan masyarakat serta pihak-pihak terkait dan
merupakan acuan penentuan program dan kegiatan baik jangka pendek (tahunan),
jangka menengah maupun jangka panjang pembangunan daerah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan khususnya Kecamatan Daha Barat dalam pembuatan perencanaan
agrowisata.

1.2. 2. Tujuan

Penyusunan dokumen agrowisata di Kecamatan Daha Barat merupakan


perencanaan strategis percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan agrowisata

7
sebagai kegiatan utama pemerintah Kecamatan Daha Barat dengan tujuan sebagai
berikut:

1. Sebagai acuan untuk menggali potensi agrowisata di Kecamatan Daha


Barat
2. Sebagai acuan untuk strategi pengembangan manajemen agrowisata di
Kecamatan Daha Barat.
3. Sebagai acuan pengembangan agrowisata di Kecamatan Daha Barat

1.3. Sasaran

Sasaran dari kegiatan penyusunan dokumen agrowisata di kecamatan Daha


Barat adalah :
a. Tersusunnya konsep potensi agrowisata di Kecamatan Daha Barat
b. Terumuskannya kebijakan strategi pengembangan agrowisata yang diwujudkan
dalam struktur dan pola pemanfaatan ruang sistem jaringan infrastruktur yang
mendukung pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Daha Barat
c. Terumuskannya kebijakan perencanaan tata ruang kawasan agrowisata

1. 4. Sumber Pendanaan
Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya Rp. 121.000.000,- (seratus dua
puluh satu juta rupiah) Termasuk PPN dibiayai APBD Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Tahun Anggaran 2013.

1.5. Ruang Lingkup


a. Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah studi ini adalah wilayah Kecamatan Daha Barat Kabupaten HSS .

b. Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Penyusunan Agrowisata di


Kecamatan Daha Barat adalah:
 Mengidentifikasi potensi agrowisata (perikanan, kehutanan,
pertanian,peternakan, sosial budaya dan pasar) dan faktor-faktor
pendukung yang berhubungan dengan pengembangan Kawasan
Agrowisata

8
 Mengidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman terhadap
pengembangan agrowisata di Kecamatan Daha Barat.
 Melakukan penyusunan strategi pengembangan wilayah agrowisata
 Menentukan lokasi penunjang kawasan agrowisata di wilayah kajian.

1.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

a. Tahap Persiapan, antara lain mencakup :


 Persiapan kelembagaan yang berupa pembentukan tim pelaksana
pekerjaan yang terdiri dari team leader yang dibantu oleh beberapa
tenaga ahli dan tenaga pendukungnya;
 Persiapan Teknis, berupa konsultasi dengan instansi terkait dalam rangka
pengumpulan data/informasi yang dibutuhkan, penyusunan kuisioner dan
jadwal pelaksanaan;
 Penyiapan literatur dan dokumen kebijakan yang terkait dengan
penyusunan prospek pengembangan kawasan agrowisata.

9
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kawasan Agrowisata


Agrowisata memiliki pengertian yang sangat luas, dalam banyak hal
sering kali berisikan dengan ekowisata. Ekowisata dan agrowisata memiliki
banyak persamaan, terutama karena keduanya berbasis pada sumber daya
alam dan lingkungan. Di beberapa negara agrowisata dan ekowisata
dikelompokkan dalam satu pengertian dan kegiatan yang sama, agrowisata
merupakan bagian dari ekowisata. Untuk itu, diperlukan kesamaan pandangan
dalam perencanaan dan pengembangan agrowisata dan ekowisata.

2.2. Kriteria Kawasan Agrowisata


Kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria,
karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu
kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,
hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:
a. Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri
dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan.
b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri
pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal
maupun ekspor.
c. Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya
dukung kawasan baik terhadap industri & layanan wisata maupun
sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan
pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan
infrastruktur.
2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian
dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi.

10
Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan
sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor
agro.
3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro
dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan
dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
2.3. Prasyarat Kawasan Agrowisata
Pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi beberapa
prasyarat dasar antara lain:
1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi
unggulan.
2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agrowisata, seperti misalnya: jalan,
sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan
telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan
agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas
umum serta fasilitas sosial lainnya.
3. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk
mengembangkan kawasan agrowisata.
4. Pengembangan agrowisata tersebut mampu mendukung upaya-upaya
konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian
sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara
keseluruhan.

11
III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode

3.1.1. Metode Dasar dan Penentuan Lokasi


Metode yang diterapkan adalah metode survey, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan melihat gejala-gejala yang ada
serta mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik secara institusi
ekonomi, sosial, budaya dan politik dari suatu kelompok atau suatu daerah.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu
teknik pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu sehingga
relevan dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Daha
Barat Kabupaten HSS.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penyusunan agrowisata ini adalah berupa


data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Pengisian quetioner selain melalui wawancara juga berdasarkan
hasil pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi data
yang menunjang untuk kegiatan agrowisata berupa:
1. Sampel potensi agrowisata
- potensi sumberdaya alam
 Perikanan ; pengusahaan perikanan meliputi perikanan budidaya dan
perikanan penangkapan. Perikanan budidaya terdiri dari kolam air
tenang, jaring apung, dan keramba. Perikanan penangkapan terdiri
dari penangkapan ikan di perairan umum (rawa, danau, sungai).
 Kehutanan ; terkait dengan kondisi hutan di daerah setempat, yang
didominasi hutan rawa; agrowisata dapat dikaitkan dengan kegiatan
penelitian dan studi alam

12
 Pertanian ; jenis-jenis tanaman yang tumbuh baik di lokasi penelitian
(misalnya tanaman lokal khas daerah)
 Peternakan ; diarahkan pada cara cara-cara beternak tradisional
maupun secara modern
 Perkebunan: perkebunan kelapa sawit yang saat ini marak
dikembangkan di lokasi
2. Sampel Alat komunikasi
3. Sampel Sumber Daya Alam
4. Sampel Prasarana dan sarana kawasan yang sudah ada
5. Sampel Kondisi Permukiman
6. Sampel Kondisi Jalan
7. Sampel Alat Transportasi
8. Sampel Pencaharian Masyarakat
9. Sampel Lembaga Ekonomi yang ada
10. Sampel Sistem pergerakan barang dan modal
11. Sampel Pola migrasi penduduk
12.Sampel Karakteristik budaya (suku, adat, agama, dan ras)
13. Sampel Sumberdaya Manusia
Data sekunder yang digunakan merupakan data yang bersumber dari
lembaga-lembaga pemerintah dan dari publikasi yang berupa hasil-hasil
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi :
1. Kelembagaan
- Struktur organisasi
- Produk-produk peraturan/kebijakan
2. Penggunaan Tanah
- Penggunaan tanah
- Ketersediaan tanah dalam tata ruang kecamatan
3. Kondisi dan panjang jalan serta jembatan
4. Sumberdaya Manusia
- Jumlah penduduk
- Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan penduduk

13
5. Sarana Kesehatan

3.3. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam Penyusunan “Agrowisata di Kecamatan


Daha Barat Kabupaten HSS” adalah:
a. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis potensi agrowisata dan faktor-faktor
pendukung yang berhubungan dengan pengembangan Kawasan
Agrowisata digunakan analisis deskriptif terhadap berbagai variabel yang
telah ditetapkan.
b. Untuk mengetahui strategi pengembangan agrowisata dilihat dari
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman terhadap pengembangan
kawasan agrowisata digunakan analisis SWOT.
c. Untuk acuan pengembangan agrowisata di Kecamatan Daha Barat
menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil analisis potensi dan
analisis SWOT
Kuadran analisis SWOT bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Kuadran analisis SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness)

Peluang (oppurtunites) S–O W–O

Ancaman (threats) S–T W–T

Menurut: Kinnear dan Taylor (1983)

Tahap awal penggunaan dari analisis SWOT yaitu dengan menentukan


besarnya skor dari masing-masing faktor tersebut. Selanjutnya dibuat Matriks
QSP (Quantitative Strategie Planning) adalah alat yang direkomendasikan bagi
para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan terhadap alternatif strategi
secara obyektif berdasarkan kunci dari keberhasilan faktor internal dan eksternal
yang telah diidentifikasikan sebelumnya.

14
3.4. Pedoman Penyusunan

Dalam Penyusunan “Agrowisata Kecamatan Daha Barat” perlu


memperhatikan beberapa dasar pertimbangan yang akan dipakai sebagai suatu
pedoman, yaitu :
1. Kawasan Agrowisata di Kecamatan Daha Barat Kabupaten HSS merupakan
bagian dari perencanaan pembangunan bidang ekonomi, khususnya
pengembangan investasi sebagai bagian dari proses komprehensif untuk
memperbaiki perekonomian yang telah ada.
2. Penyusunan Agrowisata di Kecamatan Daha Barat Kabupaten HSS harus
sejalan dengan perencanaan pembangunan bidang ekonomi Kabupaten HSS
secara keseluruhan dan harus bersifat dinamis yang lengkap serta mudah
diimplementasikan.

15
IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Identifikasi Potensi Agrowisata

a. Potensi sumberdaya alam


Wilayah Kecamatan Daha Barat adalah merupakan dataran rendah
sampai berawa yang dilewati sungai negara sedang kan curah hujan tertinggi di
bulan Desember sebesar 560,3 mm.
2
Luas Kecamatan Daha Barat 51,55 Km atau hanya 3% dari luas
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan jumlah 7 desa dan penduduknya
sebanyak 7.556 Jiwa atau rata-rata kepadatan penduduknya 147 jiwa/km.2
Potensi sumberdaya alam dapat dilihat dari potensi sumberdaya
perikanan, kehutanan, pertanian, dan peternakan.
a.1. Perikanan
Potensi perikanan yang ada di Kecamatan Daha Barat adalah usaha
budidaya perikanan, penangkapan dan pengolahan produk perikanan.
- Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan terdiri dari kolam parit sungai (beje) dan budidaya
dalam karamba.

Usaha Kolam/Parit Sungai/Beje


Potensi usaha ikan Kolam atau “Parit Sungai” atau “Beje” istilah penduduk
setempat paling besar dibanding potensi usaha ikan Keramba. Usaha ikan
kolam/parit sungai adalah kolam ikan yang dibuat memanjang membentuk parit
dengan lebar 1-2 depa (1 depa = 1,7 m) atau 2-3 m dengan panjang bervariasi
antara 3 – 7 km2 di daerah rawa yang ada. Jenis ikan yang di panen meliputi
ikan gabus (haruan), papuyu, sepat dan sepat siam.
Usaha kolam/parit sungai tidak memerlukan biaya pakan, bibit ikan dan
obat-obatan. Pakan sepenuhnya diperoleh dari alam lingkungan kolam sendiri.
Biaya yang dikeluarkan hanya biaya pembuatan kolam di awal usaha, yaitu biaya
mendalami dan melebarkan kolam dengan alat sasungkal (tusuk tanah). Biaya
mendalami adalah Rp 7000,00/depa atau Rp 7000,00 /1,7 m atau mencapai 45

16
ribu untuk luasan tinggi 3 m, panjang 2 m dan lebar 2 m kolam yang dibuat.
Panen ikan dilaksanakan selama bulan Juli – September. Sejak bulan
Nopember tidak ada lagi panen ikan karena sudah masuk musim penghujan.
Kolam/parit sungai dengan panjang 7 km saat panen akan memberi penghasilan
mencapai 50 – 100 juta atau rata-rata mencapai 10 juta/km2 panjang kolam.

Usaha Ikan Keramba


Usaha ikan Keramba potensial dikembangkan di desa Baru dan desa
Siang Gantung. Di kedua desa tersebut saat ini telah dibantu modal usahanya
oleh CSR perusahaan kelapa sawit PT SAM. Bantuan mencapai 56 juta per
kelompok terdiri 10 orang, dengan rata-rata bantuan mencapai 5,6 juta/orang.
Program sudah berjalan selama dua tahun. Mekanisme pengembalian pinjaman
adalah 50% saat panen pertama, dan akan digulirkan untuk petani lainnnya.
Sementara 50% nya lagi diberikan kepada petani yang memperoleh bantuan
pertama untuk mengembangkan usaha ikan kerambanya lebih maju lagi. Lima
desa lain yang juga mengembangkan usaha ikan keramba walaupun tidak
sebesar di kedua desa di atas adalah desa Bejayau, Tanjung selor, Bajayau
Tengah, Bajayau Lama dan desa Bedaun.
Ikan yang dibudidayakan dalam karamba adalah ikan Toman dan
.Gabus (Haruan) sumber benih dari Katingan untuk ikan Toman dan benih ikan
lainnya diambil dari alam, pakan yang digunakan pakan alami ikan sepat dan
Lundu yang diperoleh dari hasil tangkapan di alam.

Usaha Penangkapan
Usaha penangkapan terdiri dari penangkapan ikan di perairan umum
(rawa, danau, sungai). Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Daha Barat
adalah sungai negara dan rawa yang ada di Kecamatan Daha Barat dengan ikan
hasil tangkapan Udang dan ikan baik ikan rawa maupun ikan sungai.
Penangkapan ikan dan udang sepanjang sungai Negara yang dilakukan nelayan
traditional menggunakan jukung (CIS) merupakan sumber wisata yang bisa
dilihat wisatawan sepanjang sungai negara. Hasil tangkapan berupa ikan Sepat,

17
Haruan, Pepuyu, Patin, dan Toman. Alat tangkap yang digunakan jaring,
pancing dan bisa menggunakan tangan pada saat musim kemarau di rawa.
Masyarakat yang melaksanakan penangkapan berada pada desa Siang
Gantung, Baru, Bajayau, Bajayau Tengah, Tanjung Selor, Badaun dan Bajayau
Lama.
Di Desa Badauh dan Bajayau direncanakan oleh kecamatan untuk
membangun kolam pemancingan dengan memanfaatkan potensi yang ada dari
alam.
Pengolahan Hasil perikanan dan Pemasaran
Produk olahan hasil perikanan yang ada di Kecamatan Daha Barat adalah
pengolahan ikan hasil tangkapan dan budidaya menjadi ikan kering yang
dilakukankan secara traditional. Jenis ikan yang diolah adalah: ikan sepat rawa,
ikan sepat siam, ikan Gabus , ikan toman dan ikan betok.
Prospek Pengembangan Agrowisata di Bidang Perikanan
Agrowisata di sektor perikanan dapat dikembangkan dengan pariwisata
penangkapan ikan dimana wisatawan dapat melihat penangkapan ikan/udang
oleh nelayan sepanjang sungai negara setelah menikmati proses penangkapan
di sepanjang sungai, wisatawan diajak melihat budidaya ikan di karamba dan
kolam parit dimana wisatawan dapat memancing ikan lokal ukuran konsumsi di
kolam yang disediakan khusus untuk pemancingan. Hasil tangkapan wisatawan
dapat langsung mereka nikmati dengan memberdayakan masyarakat setempat
khususnya ibu-ibu untuk memasak ikan sehingga menjadi ikan yang siap
disantap bersama dengan hasil dari pertanian lainnya, tersedianya tempat yang
resprentatif untuk menikmati hasil perikanan dan pertanian sangat diperlukan
mengingat pada saat ini belum tersedianya rumah makan yang baik sedangkan
untuk rumah makan terdekat berada di ibu kota Kabupaten HSS yang
memerlukan waktu lama untuk menempuhnya. Hasil olahan perikanan seperti
ikan kering dan krupuk dapat dijadikan sebagai buah tangan bagi wisatawan
dengan kemasan yang menarik misalnya dari bakul purun yang bahan bakunya
banyak terdapat di Kecamatan Daha Barat.

18
Gambar 1. Hasil olahan perikanan dan penangkapan ikan di sungai

a.2. Kehutanan
Kondisi Kecamatan Daha Barat didominasi oleh perairan rawa, sehingga
hutan yang terdapat di daerah ini adalah hutan rawa galam. Hutan rawa galam
merupakan hutan rawa air tawar yang didominasi oleh spesies tumbuhan galam
(Melaleuca cajuputi syn Melaleuca leucadendron). Spesies tumbuhan berkayu
ini tumbuh alami dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
relative ekstrim (air masam, tanah miskin hara, dan mudah terbakar terutama
pada musim kemarau). Tinggi pohonnya dapat mencapai 40 meter dan diameter
pohon bisa mencapai 35 cm. Masyarakat lokal seringkali memanfaatkan kayu
galam pada diameter yang tergolong masih kecil. Kayu ini sering digunakan
untuk perumahan, perahu, kayu bakar, pagar, atau tiang-tiang sementara. Kayu
galam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada
konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk
cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang
atau arang aktif untuk bahan penyerap.
Pohon galam memang relatif mudah ditanam pada daerah rawa, namun
masih jarang yang tertarik untuk membudidayakannya padahal jika
dipertimbangkan kayu jenis ini akan cocok dengan daerah rawa ataupun untuk
siring pada daerah yang berair.
Ekosistem hutan galam yang unik ini hingga kini makin menipis dan terus
terancam konversi lahan untuk perkebunan (sawit) dan permukiman. Padahal,

19
kayu galam merupakan komoditas penting di Kalimantan Selatan untuk bahan
utama pondasi rumah di lahan rawa-rawa. Hingga kini eksploitasi kayu galam di
Kecamatan Daha Barat masih dilakukan karena kayu galam merupakan satu-
satunya kayu yang andal untuk dibuat pondasi di daerah berair, namun hingga
kini kelestariannya terabaikan. Dilihat dari segi aspek pelestarian masyarakat
pada umumnya, tidak memikirkan teknik/konsep pelestarian (hutan) galam.
Mereka berpendapat bahwa di lahan hutan rawa, galam tidak perlu di tanam.
Galam akan tumbuh dengan sendirinya. Bahkan selama pertumbuhan, galam
tidak memerlukan pemeliharaan intensif. Namun, disadari atau tidak,
masyarakat telah mewujudkan pelestarian hutan galam melalui perilaku hidup
sehari-hari. Pertama, mereka umumnya tidak setuju terhadap pengubahan hutan
galam menjadi perkebunan. Hutan galam menunjang kelangsungan hidup
masyarakat. Apabila tidak ada hutan galam, irama kehidupan mereka terganggu.
Kedua, masyarakat pada umumnya menebang galam sesuai kebutuhan atau
tidak menebang galam setiap hari. Perilaku ini memberi andil memperkecil
percepatan pengurangan populasi galam dan memberi peluang pemulihan hutan
galam ; apalagi, alat penebangan yang dipergunakan adalah kapak yang
pengoperasiannya dilakukan dengan tenaga manusia. Ketiga, masyarakat tidak
menebang semua individu galam atau tidak menebang habis galam di area
kerjanya. Mereka meninggalkan anakan dan sumber benih dalam setiap
penebangan. Pohon galam yang ujungnya berdiameter lebih kecil dari 4 cm tidak
ditebang karena memang tidak/belum dimanfaatkan. Pohon galam merupakan
anakan yang akan dapat dipanen sedikitnya 3 tahun kemudian. Pohon galam
berbatang bengkok jarang ditebang. Kalaupun ditebang, kayu untuk kayu bakar,
namun tidak semua kayu bakar berasal dari galam. Pohon galam berdiameter
lebih besar dari 30 cm juga jarang ditebang, karena kesulitan mengangkutnya.
Pengangkutan galam dari tapak tebang ke tatah memang dilakukan dengan cara
manual, yaitu dipanggul. Pohon-pohon yang tidak ditebang tersebut merupakan
sumber benih untuk peregenerasian berikutnya. Walaupun terdapat perilaku
untuk melestarikan galam, potensi pengrusakan hutan galam tetap ada. Potensi
pengrusakan itu berupa peningkatan kecepatan penebangan untuk memenuhi

20
kebutuhan akan kayu galam. Kebutuhan yang tinggi akan kayu galam
merupakan konsekuensi dari peningkatan kecepatan pembangunan dan
konversi dari perkebunan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk kelestarian
hutan galam yang ada di Kecamatan Daha Barat untuk menunjang kehidupan
masyarakat dan tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan hutan galam
sebagai agrowisata bidang kehutanan di Kecamatan Daha Barat.
Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar
memiliki arti dan peran penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai
manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya baik
sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan
penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan
mengatur iklim global. Galam sebagai tumbuhan khas di lahan rawa perlu
dipertahankan keberadaannya. Paradigma baru dalam pengembangan
pariwisata telah bergeser dari masstourism ke wisata yang berbasis alam. Salah
satunya adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan pendidikan dan
interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan
pengelolaan kelestarian ekologis. Hal ini memberi penegasan bahwa aspeknya
tidak semata hanya bisnis wisata tetapi lebih dekat dengan wisata minat khusus
dengan obyek dan daya tarik wisata alam.
Berkaitan dengan hal di atas maka dirasa perlu untuk memaparkan
potensi potensi yang ada di lingkup kehutanan dari sisi sisi yang spesifik.
Pemuliaan pohon merupakan salah satu sisi spesifik yang mempunyai prospek
untuk diupayakan dalam rangka pengembangan agrowisata. Kegiatan
pemuliaan pohon terdiri dari beberapa kegiatan pokok seperti pembuatan kebun
kebun penelitian dan plot-plot tanaman untuk mendapatkan tanaman yang
bersifat unggul sebagai salah satu obyek misal dengan daya tarik khas.
Wisatawan dapat memperoleh pengetahuan yang baru dalam hal pemuliaan
tanaman hutan galam dari beberapa aspek, seperti bagaimana mendapatkan
bibit unggul, bagaimana melakukan seleksi bibit unggul dan sebagainya.
Prospek Pengambangan Agrowisata di Bidang Kehutanan

21
Paket wisata pendidikan berkunjung ke hutan galam yang hanya ada di
daerah rawa akan menarik wisatawan dari luar daerah Kalimantan dengan
melihat hutan galam yang masih alami dari pertumbuhan anak galam sampai
dengan pohon galam yang mempunyai diameter batang yang besar akan
menambah wawasan tersendiri bagi wisatawan karena tempat tumbuhnya hutan
galam di rawa-rawa berbeda dengan hutan-hutan yang lain seperti hutan jati,
pinus dll.

a.3. Pertanian
Jenis tanaman pertanian yang banyak terdapat di Kecamatan Daha Barat
yaitu Padi dan sayuran seperti cabe , seledri, tomat dan terong.
Tanaman buah-buahan yang banyak terdapat di Kecamatan Daha Barat
adalah Mangga, Sirsak, Pepaya, Jambu air dan semangka sedangkan untuk
tanaman khas daerah yaitu “Gumbili Negara dan Kacang Negara” sudah mulai
sulit ditemui.
Hasil sampingan pertanian palawija yang potensial ditanam petani setelah
panen ikan selesai adalah tanaman cabai besar, cabai rawit, tomat dan terong
karena selain tanahnya cocok juga harga jualnya cukup baik. Hasil pertanian
palawija cukup membantu memberikan tambahan hasil petani selain panen ikan.

Prospek Pengambangan Agrowisata di Bidang Pertanian


Daya tarik agrowisata tanaman pangan yang dapat dikembangkan dalam lingkup
tanaman pangan serta dapat dipilih secara spesifik untuk dapat dikombinasikan
dengan daya tarik wisata lainnya adalah paket “Wisata Petik Sayur”, paket
wisata ini bisa dilaksanakan pada saat musim kering/kemarau yaitu pada waktu
kurang lebih 3 bulan karena pada saat musim hujan lahan pertanian terendam
air .
Wisata Petik Sayur cocok dikembangkan di Daha Barat di beberapa
desa utamanya di desa Siang Gantung dan beberapa desa lainnya dengan
potensi lebih kecil seperti desa Baru, Bajayau Tengah, Bajayau Lama, Bajayau,
Badaun dan Tanjung Selor. Komoditas petik sayur yang dapat dikembangkan

22
sesuai dengan komoditas unggulan yang terbanyak di tanam dan disemaikan di
Daha Barat dan punya harga dan prospek pasar yang baik yaitu komoditas cabai
(besar dan rawit), terong, kacang panjang dan tomat. Komoditas tanaman
tersebut biasanya dijual petani lokal ke daerah Banjarmasin sebagai pasar
utama. Pemetaan lokasi tanaman sayur dan jenis sayuran yang sudah tertentu
seperti di desa Siang Gantung akan memudahkan untuk membuat tawaran rute
kunjungan “wisata petik sayur” menjadi lebih menarik.

Gambar 2. Tanaman pangan berupa sayuran unggulan kecamatan Daha Barat

Potensi wisata yang dapat digali pada wisata agro ini dimulai dengan
kunjungan menggunakan perahu boat atau perahu klotok melewati sungai
dengan pemandangan yang sangat menarik disepanjang sungai yang dilalui.
Pemandangan yang masih alami pedesaan menjadi menu pembuka wisata agro
ini menjadi menarik. Kemudian dilanjutkan dengan melihat potret teknik
penyemaian bibit sayuran petani yang cukup unik di Daha Barat, karena
menggunakan polibag dengan media tanam berupa biomasa dari eceng gondok
yang dibusukkan. Yang menarik dari cara penyemaian tersebut adalah lokasi

23
penyemaian yang berada di pinggir sungai dan beberapa petani membuat
tempat penyemaian bibit sayuran dengan cara susun model tangga sehingga
menarik terlihatnya dari tengah sungai saat naik perahu klotok maupun dari jarak
dekat. Penyemaian tanaman tomat, terong, dan cabai tersebut terlihat menarik
mata dan sangat menyejukkan hati. Wisata petik sayur diakhiri dengan
kunjungan ke kebun sayur untuk berkeliling melihat ragam sayur dan diakhiri
dengan petik sayur tertentu sesuai paket yang ditawarkan. Buah tangan sayur
yang telah dikemas dalam wadah khusus seperti dari tas ilung (eceng gondok)
atau purun tikus akan menjadi kenangan yang indah bagi pengunjung dan
wisatawan. Penyediaan tempat showcase (tempat pajang) dan penjualan sayur-
mayur hasil bumi Daha Barat yang murah bagi wisatawan juga dapat menjadi
alternatif kelengkapan dari paket wisata yang ditawarkan pada wisatawan.

a.4. Peternakan
Peternakan juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di
Kecamatan Daha Barat untuk menunjang penghasilan mereka, berupa ternak
kerbau dan ayam buras. Di Desa Bajayau Tengah terdapat obyek wisata Kalang
Hadangan.
Prospek Pengambangan Agrowisata di Bidang Peternakan
Pada sektor peternakan, Farm Tourism yang cocok dikembangkan di
kecamatan Daha Barat adalah wisata Kerbau Kalang, melalui suguhan
pemandangan kehidupan liar alami dari ternak kerbau rawa (Suryana dan
Handiwirawan, 2007). Wisata jenis ini merupakan kegiatan wisata yang
bertujuan untuk melihat dan mengamati aktivitas kerbau di kalang (kandang di
atas rawa) pada saat turun kalang di pagi hari untuk mencari makan di rawa dan
pada saat naik kembali ke kalang saat sore hari yang menjadi pemandangan
yang sungguh menakjubkan. Bahkan berdasarkan laporan media, tempat
penggembala Kerbau Rawa ini dapat menjadi tempat yang Unik dan Eksotik
untuk objek foto dan merupakan tempat favorit bagi para fotografer Kalimantan
Selatan (www.aziscs.com1).

24
Bentuk kerbau kalang yang eksotik dan bangunan serta bentuk kalang (kandang
kerbau) yang menarik juga menjadi daya tarik lain yang menggiurkan bagi
wisatawan yang berkunjung. Di latarbelakangi suasana sunset sore hari,
masyarakat dan wisatawan biasanya berebut melihat iring-iringan panjang
kerbau naik kalang untuk beristirahat di malam harinya. Pemandangan yang
sangat menawan tersebut diperindah oleh para pemilik atau peternak kerbau
yang menggiring dan mengarahkan kerbau-kerbau kalang tersebut naik menuju
kalangnya dengan bantuan perahu jukung (perahu kecil) dan alat bantu berupa
bambu atau kayu. Hingga saat ini tercatat banyak sekali aktivitas peneliti dan
pengamat dari luar Kalimantan yang berdatangan memotret keunikan dan
potensi kerbau kalang sebagai komoditas wisata (Toliehere dan Achyadi, 2005).
Hal ini lebih memperkuat upaya yang dilakukan untuk lebih mempercepat dan
mensosialisaikan tawaran paket wisata farm tourism kerbau kalang ini sebagai
paket wisata unggulan di Daha Barat khususnya dan kabupaten HSS pada
umumnya. Saat ini jumlah kerbau kalang yang tercatat di kecamatan Daha Barat
berjumlah 262 ekor (Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. HSS, 2012).
Perkembangan reproduksi yang lambat menyebabkan pertumbuhan populasinya
kurang dari 5 % setiap tahun (Putu et al., 1994), akan tetapi hal tersebut tidak
menyurutkan upaya pemerintah Kabupaten HSS untuk menawarkan paket
wisata farm tourism ini karena wisata ini sangat spesifik lokasi (Suryana, 2007)
dan sangat khas di masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga
memberi peluang untuk terus ditawarkan dan dikembangkan menjadi komoditas
wisata ternak yang mengagumkan dan menyenangkan bagi wisatawan baik lokal
maupun internasional.

25
Gambar 3. Potensi wisata farm tourism kerbau kalang di kecamatan Daha Barat

b. Potensi Prasarana dan Sarana Kawasan


Alat komunikasi
Alat komunikasi yang terdapat di Kecamatan Daha Barat adalah telepon
seluler dengan operator yang bisa diakses adalah Telkomsel dan Indosat.
Internet dapat juga diakses di Kecamatan Daha Barat.
Sarana pendidikan
Di Kecamatan Daha Barat tersedia Sekolah PAUD 1 buah, SD 8 buah,
SMP 1 buah dan SMA 1 buah.
Kondisi Permukiman
Pemukiman penduduk berada sepanjang sungai negara hal ini mengikuti
matapencaharian mereka yang sebagian besar nelayan dan petani.
Kondisi Jalan
Jalan dan jembatan yang dimiliki oleh suatu daerah penting untuk
melancarkan perekonomiannya. Meskipun Kecamatan Daha Barat merupakan

26
daerah yang masih cukup sulit untuk dijangkau melalui jalan darat, namun akses
ke daerah ini dengan menggunakan alat transportasi air banyak tersedia.
Sebenarnya telah tersedia akses jalan dan jembatan baik untuk menuju ke
Kecamatan Daha Barat dari luar kecamatan, maupun jalan dan jembatan yang
tersedia di dalam kecamatan sendiri, namun kondisinya baru bisa dilewati
kendaraan roda dua.
Alat Trasportasi
Alat transportasi yang utama pada saat ini adalah menggunakan angkutan
air seperti klotok, perahu dan jukung. Alat transportasi darat bisa dilakukan
dengan kendaraan roda dua.
Pencaharian Masyarakat
Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani padi dan sayur
serta nelayan hal ini berhubungan dengan keadaan alam yang kaya dengan
potensi ikan dan pertanian.
Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi yang ada di Kecamatan Daha Barat adalah Pasar
(tidak aktif), warung sembako dan warung minum.
Pergerakan barang dan modal
Hasil tangkapan berupa ikan dan udang dijual kepada pengumpul di
Negara selanjutnya dipasarkan ke Kabupaten di Hulu Sungai dan Banjarmasin.
Hasil pertanian berupa sayur mayur dipasarkan ke seluruh Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Pola migrasi penduduk
Pada umumnya penduduk asli Banjar, di Kecamatan Daha Barat dimana
mereka berdiam dan mencari nafkah sejak turun temurun di daerah tersebut.
Kecuali untuk pekerja perkebunan sawit pada umumnya pendatang dari luar
daerah. Penduduk setempat yang bekerja ke luar daerah pada umumnya
bekerja pada usaha kayu.
Karakteristik budaya (suku, adat, dan agama)
Suku asli di Kecamatan Daha Barat adalah Suku Banjar dengan adat
istiadat sehari hari adat Banjar seperti acara perkawinan, kematian, kelahiran dll.

27
Agama yang dianut masyarakat setempat adalah agama Islam dengan acara
keagamaan seperti Isra Miraj, Maulid Nabi Muhammad SAW. Dll.
Kelembagaan

Struktur organisasi
Kecamatan Daha Barat dipimpin oleh Camat yang diangkat oleh Bupati
Penggunaan Tanah
Selain peruntukan lahan untuk persawahan, yaitu sawah lebak seluas
3,302 ha, lahan yang terdapat di Kecamatan Daha Barat juga digunakan untuk
perkebunan, perumahan, perkantoran, kolam parit dan lainnya.
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia yang ada di Kecamatan Daha Barat pada
umumnya berpendidikan tinggi yaitu dari Sekolah Dasar sampai dengan
Perguruan Tinggi hal ini ditunjang dengan fasilitas pendidikan yang sudah
tersedia di Kecamatan Daha Barat dari PAUD sampai dengan SMA.
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Daha Barat berupa
Puskesmas, Pustu Poskedes dan ketersediaan Bidan. Sarana kesehatan ini
penting untuk menangani masyarakat yang sakit dan akan berobat, sehingga
keberadaannya juga sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
4.2. Analisis SWOT

Berdasarkan potensi dari Kecamatan Daha Barat dapat disusun analisis


SWOT dengan melihat faktor internal dan eksternal.
Tabel 4. Hasil Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

No. Faktor Internal Faktor Eksternal


1. Kekuatan: Peluang:
1. Budidaya pertanian padi dan 1. Kebijakan pemerintah daerah
sayuran cabe, seledri, tomat, mendukung pengembangan
terong agrowisata
1. Budidaya ikan kolam dan karamba 2. Perkembangan dunia wisata yang
2. Pemukiman berada sepanjang mengarah ke alam
sungai negara 3. Minat wisatawan untuk
3. Fasilitas yang tersedia listrik dari berkunjung ke wisata alam

28
PLN, PDAM, sarana kesehatan, 4. Dengan adanya usaha pariwisata
pasar, warung dan akses di kawasan ini, diharapkan
komunikasi. memberi manfaat bagi
4. Mata pencarian sebagian besar masyarakat
penduduk nelayan dan petani 5. Kecenderungan selera konsumen
5. Pengolahan ikan hasil tangkapan saat ini yang menyukai wisata
dan budidaya petualang
6. Masyarakat ramah terhadap orang
luar
7. Sumberdaya manusia
berpendidikan dari SD-Perguruan
Tinggi
8. Peternakan kerbau dan ayam
buras
9. Budaya di Kecamatan Daha Barat
Budaya Banjar, Agama yang
dianut mayoritas Islam
10. Perkebunan kelapa sawit, karet,
kelapa dan buah-buahan.
2. Kelemahan: Ancaman:
1. Tanaman khas daerah seperti 1. Kecamatan Daha Barat hanya bisa
“Gumbili Negara dan Kacang diakses lewat air
Negara” sudah mulai sulit di 2. Akses jalan menuju pelabuhan
temukan sempit dan sebagian rusak serta
2. Budidaya ikan di kolam/beje harus memutar pasar negara
masih bersifat traditional 3. Fasilitas parkir mobil di pelabuhan
3. Budidaya ikan dalam karamba terbatas
berdekatan dengan MCK 4. Jalan darat yang menghubungkan
4. Kondisi jalan masih jalan tanah dengan Kecamatan yang
dan transportasi antar desa lewat bersebelahan masih berupa jalan
air tanah dan hanya bisa diakses
5. Fasilitas dermaga tempat sandar dengan sepeda motor
kapal belum banyak dan memadai 5. Konflik kepentingan dengan
6. Pasar yang ada tidak aktif sektor lain
7. Fasilitas umum seperti WC umum 6. Wisatawan yang mengunjungi
belum banyak tersedia kawasan ini, bukan tidak mungkin
8. Pengolahan ikan masih bersifat membawa budaya yang buruk
traditional dan terbatas hanya ikan seperti corat coret, buang sampah
kering. sembarangan yang pada akhirnya
dapat merusak obyek agrowisata

29
4.3. Strategi Pengembangan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis SWOT seperti yang tersebut di


atas dan potensi yang dimiliki daerah, maka didapatkan alternatif strategi urutan
prioritas untuk pengembangan agrowisata sebagai berikut:
1. Perbaikan fasilitas untuk kenyamanan pengunjung
Fasiltas yang diperlukan oleh pengunjung di daerah agrowisata antara lain:
dermaga yang baik, WC umum yang baik, tempat pembuangan sampah,
jalan yang baik, pasar, kapal wisata, akomodasi pengunjung, rumah makan
dan sistem komunikasi yang baik.
2. Perbaikan fasilitas penunjang agrowisata seperti jalan dan fasilitas parkir di
pelabuhan
Keberhasilan agrowisata harus juga ditunjang fasilitas di luar kawasan
agrowisata untuk menuju Kecamatan Daha Barat seperti jalan yang lebar dan
gampang menuju pelabuhan dan fasilitas parkir yang mampu menampung
banyak mobil dan sepeda motor serta terjamin keamanannya.
3. Mengembangkan budidaya pertanian khususnya tanaman sayuran seperti
cabe, seledri, tomat, terong dll dengan dukungan pemerintah berupa bibit,
benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak
dan lain-lain. Selain itu juga diperlukan sarana prasarana seperti irigasi
pertanian dan penanganan pasca panen sebagai oleh-oleh agrowisata.
Pengembangan budidaya pertanian sangat diperlukan untuk menunjang
wisata “petik sayuran”.
4. Penataan tata guna lahan
Perlunya ada pengaturan mengenai tata guna lahan dari pengambil
kebijakan, supaya ada pengaturan penggunaan lahan dari berbagai sektor.
Penataan kembali hutan galam yang banyak terdapat disana sehingga dapat
menjadi wisata kunjungan ke hutan galam
5. Pengembangan budidaya perikanan
Pembinaan terhadap budidaya ikan dalam kolam parit untuk pengembangan
ke arah budidaya intensif. Tersedianya kolam pemancingan ikan dimana
wisatawan dapat memancing ikan-ikan lokal dan bisa langsung menikmati

30
hasil pancingannya dengan adanya fasilitas tempat makan dan
pemberdayaan ibu-ibu setempat untuk memasak hasil pancingan.
6. Koordinasi dengan instansi pemerintah guna perbaikan jalan dan jembatan
antar kecamatan
Transportasi darat dengan kecamatan yang bersebelahan masih terkendala
jembatan yang rusak dan jalan tanah, oleh karena itu perlu perbaikan
jembatan dan jalan untuk kelancaran transportasi darat wisatawan.
7. Mengembangkan kembali tanaman khas daerah menjadi unggulan agrowisata
Pembinaan terhadap petani dalam budidaya dan pemasaran tanaman
“Gumbili Negara dan Kacang Negara” sehingga dapat menjadi tanaman
unggulan agrowisata.
8. Memperkenalkan wisata air sepanjang sungai negara lewat promosi
Promosi dilakukan dengan berkerjasama biro perjalanan wisata sebagai
sumber informasi dan sekaligus mempromosikan pariwisata.
9. Mengaktifkan lagi pasar kecamatan sebagai sentra oleh-oleh.
Bangunan pasar di Kecamatan diaktifkan dengan menghimbau kepada
masyarakat untuk menjual hasil pertanian dan perikanannya ke pasar ini.
Fasilitas di pasar dilengkapi seperti air bersih, WC dll.
10. Perbaikan jalan dan jembatan di dalam Kecamatan.
Untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat yang lebih baik maka perlu
perbaikan jalan dan jembatan antar desa sehingga transportasi masyarakat
dalam membeli dan menjual hasil usaha lancar.
11. Diversifikasi produk perikanan melalui pelatihan masyarakat.
Hasil olahan produk perikanan bisa ditingkatkan dengan pembinaan
diversifikasi produk olahan seperti abon ikan, krupuk ikan, amplang ikan dll.
Selain itu dilengkapi sarana prasarana alat pengemas, dan memanfaatkan
bahan baku yang banyak terdapat di daerah seperti “bakul” dari purun tikus
dan enceng gondok serta label produk perikanan.
12. Pengembangan sektor perikanan sepanjang sungai negara

31
Budidaya ikan dalam karamba sangat potensial di sepanjang sungai oleh
karena itu perlu dilengkapi sarana prasarana produksi perikanan di
kecamatan.
13. Pembinaan dan penataan kembali budidaya ikan
Kebijakan pemerintah untuk menata jarak MCK dengan karamba
masyarakat.
14. Penataan pemukiman penduduk sepanjang sungai
Pemukiman sepanjang sungai menjadi ciri masyarakat Kecamatan Daha
Barat hanya perlu penataan perumahan misalnya jarak antar rumah, batas
menjorok ke sungai sehingga tidak mengganggu transportasi air.
15. Penegakan peraturan di tempat agrowisata
Adanya aturan bagi pengunjung untuk menjaga kebersihan dan ketertiban
daerah wisata.
16. Mengembangkan budidaya tanaman lokal dengan perencanaan tata guna
lahan yang baik.
Tata guna lahan terutama disediakan khusus untuk lahan tanaman khas
daerah seperti “Gumbili Negara dan Kacang Negara” yang pada saat ini
sudah mulai sulit ditemukan, sehingga wisatawan dapat berkunjung ke kebun
“Gumbili Negara dan Kacang Negara” melihat proses pemeliharaan dan
menjadi oleh-oleh khas Kecamatan Daha Barat.
17. Pembinaan Sumberdaya manusia, budaya, agama dan sosial masyarakat
untuk menunjang agrowisata
18. Mengembangkan perkebunan dan buah-buahan terutama buah-buahan
lokal.
Untuk menunjang agrowisata perlu dikembangkan perkebunan buah-buahan
yang sesuai dengan kondisi setempat.
19. Pemanfaatan secara optimal fasilitas listrik, PDAM, Sarana kesehatan,
pasar, warung, rumah makan dan akses komunikasi untuk kenyamanan
wisatawan dalam berkunjung
20. Perbaikan dan penambahan fasilitas dermaga, dan fasilitas umum

32
Tersedianya dermaga yang baik pada sentra agrowisata memudahkan
wisatawan untuk turun naik kapal.
21. Mengembangkan peternakan kerbau
Adanya kalang kerbau di Desa Bajayau Tengah perlu dikembangkan kembali
menjadi salah satu tujuan dari wisatawan mengingat kalang hadangan ini
hanya terdapat pada daerah yang berawa sehingga mampu menarik
wisatawan dari luar daerah.
Desa wisata merupakan kawasan pedesaan yang menjadi tujuan
wisatawan dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat setempat dan
memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki terutama sumberdaya pertanian.
Penentuan Desa wisata berdasarkan potensi yang dimiliki terutama yang
menunjang agrowisata dapat dilihat dari luas lahan, produksi pertanian dan
perikanan serta akses transportasi dan komunikasi, berdasarkan potensi yang
dimiliki. Desa Siang Gantung memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan menjadi desa wisata ditinjau dari sumberdaya pertanian dimana
sebagian besar masyarakatnya mengusahakan tanaman hortikultura seperti
cabe, semangka, ketimun, seledri, tomat dan terong dengan melakukan
pembibitan sendiri di pekarangan rumah masing-masing. Dengan potensi yang
ada paket wisata “petik sayuran” dapat dikembangkan disini. Usaha perikanan di
Desa Siang Gantung juga berkembang dengan baik dimana masyarakat disana
banyak terdapat budidaya ikan dalam karamba dan pengeringan ikan.
4.4. Kawasan Penunjang Agrowisata
Kawasan penunjang agrowisata di Kecamatan Daha Barat antara lain
pelabuhan tempat bersandarnya kapal-kapal yang menuju Kecamatan Daha
Barat yang terletak di kecamatan Daha Selatan dan dikelola oleh Dinas
Perhubungan. Tersedianya kapal yang baik untuk menuju Kecamatan Daha
Barat yang dimiliki Dinas Perhubungan, dermaga tempat bersandar kapal, Jalan
menuju pelabuhan, walaupun jalan darat menuju Kecamatan Daha Barat masih
belum bisa diakses oleh mobil. Untuk kemudahan transportasi darat diperlukan
perbaikan jalan dan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Daha Barat
dengan Kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara.

33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penyusunan agrowisata di Kecamatan Daha Barat
adalah :
a. Identifikasi potensi agrowisata:
 Potensi sumberdaya alam yaitu: pertanian; tanaman hortikultura dan
padi, perikanan; budidaya ikan di kolam parit dan karamba, penangkapan
ikan di sungai dan rawa dan pengolahan hasil perikanan, Peternakan;
ayam buras dan kerbau, perkebunan; buah-buahan serta kehutanan;
hutan galam.
 Paket wisata yang dapat ditawarkan antara lain: wisata petik sayuran,
wisata kolam pemancingan dan kuliner hasil pancingan, wisata kerbau
rawa, dan wisata hutan galam.
 Potensi Prasarana dan sarana kawasan yang sudah ada yaitu: sarana
komunikasi telepon seluler dan internet, sarana pendidikan dari PAUD
sampai SMA, sarana kesehatan Puskesmas, sarana prasarana
transpotasi kapal, jalan, jembatan, sepeda motor dan dermaga di pusat
kecamatan.
 Potensi lembaga ekonomi: pasar, warung minum dan warung kelontongan
 Potensi sosial, budaya dan agama: masyarakat Kecamatan Daha Barat
sebagian besar masyarakat Banjar dengan budaya yang mempengaruhi
budaya Banjar, agama yang dianut mayoritas Islam. Pemukiman
penduduk sepanjang sungai Negara.
 Potensi sumberdaya manusia: pendidikan masyarakat dari SD sampai
Perguruan Tinggi.
b. Strategi Pengembangan Agrowisata
Dari hasil analisa diperoleh urutan strategi pengembangan sebagai
berikut:
1. Perbaikan fasilitas untuk kenyamanan pengunjung.
2. Perbaikan fasilitas penunjang agrowisata seperti jalan dan fasilitas parkir di
pelabuhan

34
3. Mengembangkan budidaya pertanian khususnya tanaman sayuran seperti
cabe, seledri, tomat, terong dll dengan dukungan pemerintah sebagai dasar
agrowisata
4. Penataan tata guna lahan
5. Pengembangan budidaya perikanan dan penangkapan
6. Koordinasi dengan instansi pemerintah guna perbaikan jalan dan jembatan
antar kecamatan
7. Mengembangkan kembali tanaman khas daerah menjadi unggulan agrowisata
8. Memperkenalkan wisata air sepanjang sungai negara lewat promosi
9. Mengaktifkan pasar kecamatan sebagai sentra oleh-oleh
10. Perbaikan jalan dan jembatan di dalam Kecamatan
11. Diversifikasi produk perikanan melalui pelatihan masyarakat
12. Pengembangan sektor perikanan sepanjang sungai negara
13. Pembinaan dan penataan kembali budidaya ikan dalam karamba
14. Penataan pemukiman penduduk sepanjang sungai
15. Penegakan peraturan di tempat agrowisata
16. Mengembangkan budidaya tanaman lokal dengan perencanaan tata guna
lahan yang baik
17. Pembinaan Sumberdaya manusia, budaya, agama dan sosial masyarakat
untuk menunjang agrowisata
18. Mengembangkan perkebunan dan buah-buahan terutama buah-buahan
lokal
19. Pemanfaatan secara optimal fasilitas listrik, PDAM, Sarana kesehatan,
pasar, warung dan akses komunikasi untuk kenyamanan wisatawan dalam
berkunjung
20. Perbaikan dan penambahan fasilitas dermaga, dan fasilitas umum
21. Mengembangkan peternakan kerbau.
Desa Wisata
Daerah yang mempunyai potensi menjadi Desa wisata yang merupakan
pusat agrowisata di kecamatan Daha Barat yaitu Desa Siang Gantung.
c. Kawasan Penunjang Agrowisata

35
Kawasan yang menjadi penunjang agrowisata yaitu sarana prasarana
untuk menuju tempat agrowisata di kecamatan yang berdekatan seperti:
Pelabuhan dan dermaga di Kecamatan Daha Selatan, jalan yang
menghubungkan antar kecamatan dan kapal penumpang.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian penyusunan agrowisata Kecamatan
Daha Barat maka disarankan sebagai berikut:
1. Kebijakan pemerintah daerah untuk melaksanakan kunjungan wisata dari
setiap instansi di lingkungan Kabupaten Hulu Sungai Negara dalam
memperkenalkan agrowisata Kecamatan Daha Barat
2. Pemanfaatan dan penggunaan fasilitas yang sudah tersedia
3. Setelah Agrowisata berkembang melengkapi fasilitas yang belum ada seperti
kapal wisata, rumah makan, akomodasi, WC umum, tempat pembuangan
sampah dll.
3. Pembinaan terhadap petani dan nelayan melalui penyuluhan dan pelatihan di
bidang pertanian dan perikanan.
4. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian dan perikanan
5. Koordinasi dengan pihak kabupaten untuk pengembangan agrowisata
6. Promosi Agrowisata di Kecamatan Daha Barat

36
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2013. http://database.deptan.go.id

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten HSS, tahun 2011. Provinsi Kalimantan
Selatan. Kecamatan Daha Barat Dalam Angka.

Buku Profil Desa Siang Gantung. 2012. Kecamatan Daha Barat Pemerintah
Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

http://www.bengkulu-online.com/j0/index.php/beritabengkulu/2089-
mengembangkanayamburgo bengkuluun. Mengembangkan Ayam Burgo
Bengkulu untuk Objek Wisata .Bisnis Sumatera.com. Diakses Kamis, 24
November 2013.

I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MMA., MA., 2013. Definisi Agrowisata dari
Berbagai Perspektif.

Junaidi 2013. Makalah Mahasiswa Berprestasi. Potensi Agrowisata Perikanan


di Kalimantan Selatan.

M. Nazir, 1998. Meode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Putu,I.G.M., M. Sabrani,M. Winugroho,T.Chaniago, Santoso, Tarmudji,


Supriantna dan P. Oktaviana. 1994. Peningkatan produksi dan reproduksi
kerbau kalang pada agroekosistem rawa di Kalimantan Selatan. Laporan
Hasil penelitian. Balai penelitian Ternak bekerjasama dengan Proyek
Pembangunan Penelitian Pertanian Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Bogor. 54 halaman.

Suryana dan E. Handiwirawan. 2007. Daya dukung lahan rawa sebagai


kawasan sentra pengembangan kerbau kalang di Kalimantan Selatan.
Seminar Nasional dan Lokakarya Usaha Ternak Kerbau. Hal 149 – 156.

Suryana . 2007. Usaha pengembangan kerbau rawa di Kalimantan Selatan.


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. In press.

Toelihere,M.R dan K. Achyadi. 2005. Desain program pengembangan ternak


kerbau di Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2006 - 2010. Makalah
disampaikan pada Forum Konsultan Peternakan. Dinas Peternakan
Propinsi Kalimantan Selatan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor. 34 hlm.

37
POTENSI AGROWISATA

Pariwisata merupakan salah satu sektor


ekonomi penting dan strategis bagi kabupaten
HSS, khususnya potensi AGROWISATA di
kecamatan Daha Barat. Agrowisata yang
dikembangkan adalah agrowisata pada bidang
perikanan, kehutanan, tanaman pangan,
peternakan, sosial budaya dan pasar, dengan
segala kekhasan dan keunikannya yang Wisata perikanan sungai dan industri hasil olahan
menjadi ciri khas tersendiri dan menarik untuk
dikunjungi. Agrowisata Kehutanan
Pengembangan agrowisata ini
Agrowisata kehutanan didominasi oleh
diharapkan dapat menunjang upaya pelestarian
perairan rawa, sehingga potensi wisata yang
alam, kekayaan hayati dan kekayaan budaya.
dikembangkan adalah hutan rawa galam. Paket
Pengembangan agrowisata merupakan salah
wisata berkunjung ke hutan galam yang ada di
satu alternatif yang diharapkan mampu
daerah rawa akan menarik wisatawan dari luar
mendorong baik potensi ekonomi daerah
daerah Kalimantan. Paket wisata yang
maupun kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
ditawarkan berupa studi wisata dan penelitian
hutan galam dengan melihat hutan galam yang
masih alami dari pertumbuhan anak galam
Agrowisata Perikanan sampai dengan pohon galam yang mempunyai
diameter batang yang besar akan menambah
Agrowisata perikanan merujuk pada wawasan tersendiri bagi wisatawan karena
penyediaan sarana wisata dan rekreasi bagi tempat tumbuhnya hutan galam di rawa-rawa.
wisatawan mulai dari penangkapan komoditas
perikanan hingga penyajiannya untuk siap
disantap. Para wisatawan dapat menyaksikan
budi daya ikan dan melakukan kegiatan
menangkap ikan seperti memancing dan
menjaring, baik perikanan budidaya maupun
perikanan penangkapan, termasuk wisata hasil
industri olahan ikan tradisional yang berada
pada desa Siang Gantung, Baru, Bajayau,
Bajayau Tengah, Tanjung Selor, Badaun dan
Bajayau Lama.
Hutan galam sebagai obyek wisata yang menarik
.
Agrowisata Pertanian Agrowisata Peternakan Fasilitas dan Prasarana Penunjang

Daya tarik agrowisata pertanian yang Potensi wisata sektor peternakan yang Agrowisata di kecamatan Daha Barat
dikembangkan secara spesifik adalah paket dikembangkan adalah “Farm Tourism yaitu Kabupaten HSS, didukung fasilitas dan
wisata “Petik Sayur”, dilaksanakan selama 3 wisata Kerbau Kalang Hadangan, melalui prasarana penunjang, meliputi alat komunikasi
bulan saat musim kering/kemarau karena pada suguhan pemandangan kehidupan liar alami yang bisa diakses adalah Telkomsel dan
dari ternak kerbau rawa, terletak di desa Indosat, khusus internet dapat diakses di
saat musim hujan lahan pertanian terendam
Bajayau Tengah. ibukota Kecamatan Daha Barat yaitu Desa
air. Wisata ini dikembangkan di beberapa desa
Bajayau. Alat transportasi utama adalah
utamanya di desa Siang Gantung. Komoditas Wisata jenis ini merupakan kegiatan
angkutan air seperti klotok, perahu dan jukung.
petik sayur yang dikembangkan adalah wisata untuk melihat dan mengamati aktivitas
Alat transportasi darat bisa dilakukan dengan
komoditas unggulan dan punya harga dan kerbau di kalang pada saat turun kalang di pagi
kendaraan roda dua.
hari untuk mencari makan di rawa dan pada
prospek pasar yang baik yaitu komoditas cabai
saat naik kembali ke kalang saat sore hari yang
(besar dan rawit), terong, kacang panjang dan menjadi pemandangan yang sungguh
tomat. menakjubkan. Bahkan saat ini tempat
Wisata petik sayur diawali dengan penggembala kerbau kalang menjadi tempat
melihat teknik persemaian bibit sayur yang yang unik dan eksotik sebagai objek foto dan
unik, berkunjung di kebun, diakhiri dengan merupakan tempat favorit bagi para fotografer
petik sayuran . Kalimantan Selatan

Kondisi jalan

Wisata petik sayur sangat menarik wisatawan Wisata farm tourism kerbau kalang hadangan

Pelabuhan

Anda mungkin juga menyukai