Disusun Oleh :
Anggi Fitria Cahyaningsih NIM H0815009
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian berjudul “Analisis Sektor Basis dan Strategi Pengembangan
Sektor Prioritas di Kabupaten Mojokerto”.
Proposal Penelitian ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Pembangunan Wilayah. Penulis menyadari tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing dalam penyusunan
proposal penelitian, maka proposal penelitian ini tidak akan selesai. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Dosen mata kuliah Perencanaan Pembangunan Wilayah yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam kuliah.
4. Orang tua yang dengan doanya telah mendukung terselesaikannya proposal
penelitian ini.
5. Teman-teman yang turut membantu dan mendukung penyusunan proposal
penelitian ini.
Dalam pembuatan proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dan
semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
3
ii
DAFTAR ISI
6
B. Pembangunan Wilayah............
7
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............
8
D. Konsep Basis Ekonomi............
10
E. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah............
11
4
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan suatu usaha yang dilakukan baik
dari pemerintah, swasta maupun suatu kelompok masyarakat untuk
menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan baik dari aspek fisik,
sosial, ekonomi, lingkungan serta aspek lainnya sehingga dapat
mumunculkan peluang untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya secara berkelanjutan. Pembangunan di suatu daerah
dikatakan berhasil apabila pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut relatif
tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan dalam
kondisi perekonomian suatu negara untuk menuju lebih baik secara
berkelanjutan atau berkesinambungan dalam periode atau kurun waktu
tertentu. Pertumbuhan ekonomi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembangunan suatu wilayah, sehingga perlu adanya perencanaan
yang matang dalam meningkatkan kinerja dan menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan sehingga dapat mengoptimalkan partisipasi aktif dari
masyarakat dalam perencanaan pembangunan agar pembanguan berjalan
efektif dan efisien.
Adanya otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, maka kewenangan daerah untuk mengatur dan
melaksanakan program- program pembangunan-pembangunan daerahnya
semakin luas. Kewenangan tersebut menuntut pemerintah daerah untuk
menyusun program dan rencana bagi daerahnya sendiri sesuai dengan
potensi dan kebutuhan daerah tersebut. Adanya kewenangan otonomi
daerah tersebut dikarenakan setiap daerah memiliki latar belakang
gegografis, demografi, ketersediaan infrastruktur, sistem sosial budaya
serta kapasitas sumber daya yang berbeda sehingga memiliki konsekuensi
adanya keberagaman kinerja daerah dalam pelaksanaan dan pencapaian
1
2
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3 457 151,7 3 561 471,1 3 663 419,4 3 741 889,0 3 841 049,2
Pertambangan dan Penggalian 418 637,8 422 888,7 431 802,6 440 318,5 454 364,6
Industri Pengolahan 20 592 045,1 21 905 696,0 23 451 002,9 24 995 185,9 26 417 688,0
Pengadaan Listrik dan Gas 29 347,8 30 696,2 32 878,8 33 795,1 34 946,1
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
29 686,6 30 647,7 31 229,9 32 042,7 33 603,1
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 3 503 881,0 3 829 826,1 4 110 407,1 4 245 331,3 4 398 919,7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
4 265 124,8 4 510 202,6 4 715 267,1 4 966 315,7 5 260 447,0
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 426 045,1 471 114,5 522 268,7 552 929,4 589 260,0
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 679 719,5 736 193,4 809 107,9 878 937,0 952 991,7
Informasi dan Komunikasi 2 344 789,0 2 605 610,6 2 838 896,4 3 026 238,5 3 248 969,7
Jasa Keuangan dan Asuransi 535 013,5 600 510,5 648 665,7 693 451,8 741 327,0
Real Estate 613 209,1 666 668,9 715 805,8 754 266,3 795 147,5
Jasa Perusahaan 58 776,8 63 740,6 69 252,5 73 181,8 76 775,0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
1 046 492,5 1 059 875,4 1 059 415,3 1 104 664,2 1 156 252,1
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 509 501,1 546 419,6 584 578,4 623 925,7 659 801,5
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142 340,1 154 890,4 178 019,6 183 994,7 194 832,0
Jasa lainnya 395 555,1 411 974,5 429 977,2 445 859,8 465 547,6
TOTAL 39 047 316,6 41 608 426,7 44 291 995,2 46 792 327,3 49 321 921,7
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik
selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi (Sukirno, 2000).
Adanya perkembangan ekonomi di suatu daerah akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pembangunan ekonomi merupakan
serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, memeratakan pembagian
pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor
sekunder dan sektor tersier. Menurut Tarigan (2002) untuk mengukur
seberapa besar kinerja perekonomian suatu wilayah disuatu negara maka
dapat dilihat dari kontribusi Produk Domestik Regional Bruto terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) total nasional. Pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang
terjadi diwilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang.
Pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi
perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada
pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,
pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada pendekatan kebutuhan dasar
(basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup dan yang terakhir
pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).
6
7
2. Konsep Nodalitas
Konsep ini menekankan pada perkembangan struktur tata ruang dalam
wilayah yang memiliki sifat ketergantungan fungsional, seperti hubungan
fungsional antar kota sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan
desa sebagai wilayah belakangnya.
3. Konsep Administrasi dan Unit Program
Penentuan batas wilayah ini berdasarkan pada perlakuan kebijaksanaan
yang seragam, seperti sistem dan tingkat pajak yang sama, dsb.
Pembangunan wilayah merupakan pembangunan ekonomi dengan
mempertimbangkan variabel tempat dan waktu. Kebijakan pembangunan
wilayah akan menetapkan prioritas sektor dan tempat, alokasi dan besaran
investasi atau pengeluaran pemerintah, alokasi insentif bagi investasi swasta,
serta pengelompokan wilayah berdasarkan fungsi (Nindyantoro, 2004). Pada
dasarnya kegiatan perencanaan tata ruang wilayah merupakan upaya untuk
memformulasikan aspirasi dalam pemanfaatan ruang wilayah secara optimal
dan efisien serta disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang dimiliki
wilayah tersebut (Purliana, 2003).
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu hal yang dapat dijadikan indikator tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah nilai dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
menunjukkan tingkat pertumbuhan total output atau nilai tambah dari setiap
sektor (lapangan usaha) yang dihasilkan oleh daerah dalam suatu periode.
Menurut Tarigan (2007:24), PDRB dapat dibedakan menjadi dua yaitu PDRB
atas harga berlaku dan harga konstan. Nilai total output atau nilai tambah
yang dihasilkan oleh setiap sektor (lapangan usaha) berdasarkan harga-harga
selama tahun berjalan disebut sebagai PDRB atas dasar harga berlaku
sedangkan nilai total output atau nilai tambahyang dihasilkan oleh setiap
sektor (lapangan usaha) berdasarkan harga pada tahun dasar disebut dengan
PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu
tahun. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedangkan
9
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB
atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur
ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BAPPEDA, 2005).
Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yang
ditimbulkan dari suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan, yaitu ( BPS
Jawa Tengah, 2000):
1. Menurut Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam
suatu wilayah, dengan cara mengurangkan beaya antara dari masing-
masing total produksi bruto tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2. Menurut Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu
tahun ). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB
mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua
komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto
seluruh sektor (lapangan usaha).
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen
permintaan akhir seperti :
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
d. Perubahan stock.
e. Ekspor netto.
Dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor netto
merupakan ekspor dikurangi impor.
4. Konsep Basis Ekonomi
10
Sektor perekonomian dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor basis
dan non basis. Sektor yang kegiatannya berorientasi pada ekspor dari
produksi barang dan jasa setiap sektor/lapangan usaha keluar batas daerah
yang bersangkutan disebut sektor basis, sedangklan sektor yang kegiatannya
hanya berorientasi pada produksi barang dan jasa dari setiap sektor/lapangan
usaha untuk memenuhi permintaan dalam daerah perekonomian yang
bersangkutan disebut sektor non basis.Tiebout merupakan orang yang
pertama kali mengembangkan teori basis ekspor murni.Teori basis ekspor
murni juga membagi kegiatan produksi atau jenis pekerjaan dalam satu
wilayah berdasarkan kegiatan basis dan kegiatan non basis (Tarigan, 2007).
Menurut Richarson (2001), konsep ekonomi basis pada dasarnya
pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah terjadi karena ada efek pengganda
dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah dan dipasarkan keluar wilayah.
Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010) merupakan laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari
wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan
sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian
diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
peluang kerja. Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah
akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah ter sebut dapat
memenangkan per saingan pada sektor yang sama dengan daerah lain
sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu wi
layah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient ) di singkat LQ.
Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam teknik LQ berbagai
peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah,
misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
5. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah
Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan
pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh
cepat disebabkan karena struktur industri/sektornya mendukung dalam arti
11
13
14
Prioritas
LQ PP PPW
Pengembangan
Utama >1 Positif Positif
Kedua >1 Positif Negatif
>1 Negatif Positif
Alternatif >1 Negatif Negatif
4. Analisis SWOT
Penentuan strategi pengembangan sektor yang menjadi prioritas
dilakukan dengan melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT
(Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities, Threats) digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis berdasarkan pada
kekuatan (Strenghts) dan peluang (Oppurtunities), dan secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Kinerja pada sektor potensial ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal, dimana kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dari hasil analisis ini
akan diketahui kekuatan dan kelemahan dari masing-masing sektor
yang dapat dilihat dari laju pertumbuhan dan daya saing tiap sektor.
Peluang dan ancaman dari tiap sektor dapat diketahui dari analisis
faktor eksternal di luar daerah Kabupaten Mojokerto atau daerah di
sekitar Kabupaten Mojokerto. Identifikasi faktor internal dan eksternal
diperoleh dengan memanfaatkan seluruh hasil analisis, selanjutnya
informasi yang diperoleh diklasifikasikan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Kekuatan Peluang
1. 1.
Jumlah Jumlah
Kelemahan Ancaman
1. 1.
Jumlah Jumlah
Sumber: Freddy Rangkuti, 2006
Keterangan:
17
Faktor Eksternal
Opportunities (O) Comparative Invesment Divesment
Advantage (S-O) (W-O)
Threats (T) Mobilization (S-T) Damage Control (W-T)
Sumber: Freddy Rangkuti, 2006
DAFTAR PUSTAKA