Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


SEKTOR PRIORITAS DI KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun Oleh :
Anggi Fitria Cahyaningsih NIM H0815009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian berjudul “Analisis Sektor Basis dan Strategi Pengembangan
Sektor Prioritas di Kabupaten Mojokerto”.
Proposal Penelitian ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Pembangunan Wilayah. Penulis menyadari tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing dalam penyusunan
proposal penelitian, maka proposal penelitian ini tidak akan selesai. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Dosen mata kuliah Perencanaan Pembangunan Wilayah yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam kuliah.
4. Orang tua yang dengan doanya telah mendukung terselesaikannya proposal
penelitian ini.
5. Teman-teman yang turut membantu dan mendukung penyusunan proposal
penelitian ini.
Dalam pembuatan proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dan
semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, April 2018

Penyusun
3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................


i
KATA PENGANTAR.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............ iii
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah............
5
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
6
A. Pertumbuhan Ekonomi

6
B. Pembangunan Wilayah............
7
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............
8
D. Konsep Basis Ekonomi............
10
E. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah............
11
4

BAB III. METODE PENELITIAN...........................................................................


13
A. Metode Dasar Penelitian
........................................................................................................................
13
B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian............
........................................................................................................................
13
C. Data dan Sumber Data............
........................................................................................................................
13
D. Teknik Pengambilan Data............
........................................................................................................................
13
E. Metode Analisis Data............
........................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan suatu usaha yang dilakukan baik
dari pemerintah, swasta maupun suatu kelompok masyarakat untuk
menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan baik dari aspek fisik,
sosial, ekonomi, lingkungan serta aspek lainnya sehingga dapat
mumunculkan peluang untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya secara berkelanjutan. Pembangunan di suatu daerah
dikatakan berhasil apabila pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut relatif
tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan dalam
kondisi perekonomian suatu negara untuk menuju lebih baik secara
berkelanjutan atau berkesinambungan dalam periode atau kurun waktu
tertentu. Pertumbuhan ekonomi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembangunan suatu wilayah, sehingga perlu adanya perencanaan
yang matang dalam meningkatkan kinerja dan menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan sehingga dapat mengoptimalkan partisipasi aktif dari
masyarakat dalam perencanaan pembangunan agar pembanguan berjalan
efektif dan efisien.
Adanya otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, maka kewenangan daerah untuk mengatur dan
melaksanakan program- program pembangunan-pembangunan daerahnya
semakin luas. Kewenangan tersebut menuntut pemerintah daerah untuk
menyusun program dan rencana bagi daerahnya sendiri sesuai dengan
potensi dan kebutuhan daerah tersebut. Adanya kewenangan otonomi
daerah tersebut dikarenakan setiap daerah memiliki latar belakang
gegografis, demografi, ketersediaan infrastruktur, sistem sosial budaya
serta kapasitas sumber daya yang berbeda sehingga memiliki konsekuensi
adanya keberagaman kinerja daerah dalam pelaksanaan dan pencapaian

1
2

tujuan pembangunan. Perencanaan pembangunan haruslah fokus terhadap


potensi yang dimiliki wilayah yang dapat menunjang perekonomian dilihat
dari sumber daya dari tiap sektor di masing-masing wilayah. Daerah yang
telah mengetahui dengan benar potensi dari sektor unggulan yang dimiliki
daerahnya, maka akan dapat memanfaatkan potensi tersebut demi
keberlangsungan perekonomian daerahnya. Berbeda halnya dengan daerah
yang tidak mengetahui dengan benar potensi dari sektor unggulan yang
dimiliki, maka pemerintah daerah tidak dapat secara optimal dalam
memanfaatkan yang menjadi potensi di daerahnya.
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu kabupaten di provinsi
Jawa Timur yang terletak antara 7018'35''LS - 7047‘00'' LS serta antara
111020'13" - 111040'47'' BT. Luas daratan mencapai 692,15 Km2 yang
berarti 1,44 persen dari daratan Provinsi Jawa Timur yang luasnya 47.995
Km2. Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu wilayah yang masuk
dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila yang
merupakan kawasan metropolitan di Provinsi Jawa Timur.
Gerbangkertosusila merupakan wilayah metropolitan terbesar kedua
di Indonesia setelah Jabodetabek yang berpusat di Jakarta. Kabupaten
Mojokerto terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Dulu pusat pemerintahan berada tepat di
Kota Mojokerto, namun kini banyak gedung dan kantor pemerintahan
yang dipindahkan ke Kecamatan Mojosari sebelah timur kota Mojokerto
setelah Kota Mojokerto berdiri pada tanggal 20 Juni 1918. Kabupaten
Jombang dahulu juga merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Mojokerto sebelum diberi kemandirian manjadi sebuah Kabupaten sendiri
pada tahun 1910.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Atas


Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
3

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3 457 151,7 3 561 471,1 3 663 419,4 3 741 889,0 3 841 049,2
Pertambangan dan Penggalian 418 637,8 422 888,7 431 802,6 440 318,5 454 364,6
Industri Pengolahan 20 592 045,1 21 905 696,0 23 451 002,9 24 995 185,9 26 417 688,0
Pengadaan Listrik dan Gas 29 347,8 30 696,2 32 878,8 33 795,1 34 946,1
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
29 686,6 30 647,7 31 229,9 32 042,7 33 603,1
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 3 503 881,0 3 829 826,1 4 110 407,1 4 245 331,3 4 398 919,7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
4 265 124,8 4 510 202,6 4 715 267,1 4 966 315,7 5 260 447,0
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 426 045,1 471 114,5 522 268,7 552 929,4 589 260,0
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 679 719,5 736 193,4 809 107,9 878 937,0 952 991,7

Informasi dan Komunikasi 2 344 789,0 2 605 610,6 2 838 896,4 3 026 238,5 3 248 969,7
Jasa Keuangan dan Asuransi 535 013,5 600 510,5 648 665,7 693 451,8 741 327,0
Real Estate 613 209,1 666 668,9 715 805,8 754 266,3 795 147,5
Jasa Perusahaan 58 776,8 63 740,6 69 252,5 73 181,8 76 775,0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
1 046 492,5 1 059 875,4 1 059 415,3 1 104 664,2 1 156 252,1
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 509 501,1 546 419,6 584 578,4 623 925,7 659 801,5
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142 340,1 154 890,4 178 019,6 183 994,7 194 832,0
Jasa lainnya 395 555,1 411 974,5 429 977,2 445 859,8 465 547,6
TOTAL 39 047 316,6 41 608 426,7 44 291 995,2 46 792 327,3 49 321 921,7

Sumber : BPS, Kabupaten Mojokerto dalam Angka 2017


Berdasarkan Tabel 1. PDRB ADHK Kabupaten Mojokerto 2012-
2016, dapat dilihat bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor
dengan nilai PDRB tertinggi selama tahun 2012-2016 dan relatif
meningkat hingga mencapai angka 26.417.688,0 pada tahun 2016.
Kabupaten Mojokerto mempunyai kawasan Industri yang cukup besar
yaitu di Kecamatan Ngoro yakni Ngoro Industrial Park (Ngoro Industri
Persada) yang merupakan daerah indutri terbesar di Mojokerto. Kabupaten
Mojokerto terletak pada bentang alam yang bervariasi, dimana sangat kaya
akan sumber daya alam dan salah satu penghasil produk pertanian untuk
provinsi Jawa Timur. Wilayah selatan terletak pada dataran tinggi yang
mayoritas dihasilkan banyak macam buah. Wilayah utara juga merupakan
dataran tinggi batu kapur yang kurang subur akan tetapi pepohonan kayu
putih dan pohon jati masih banyak dibudidayakan diwilayah area Dawar
Blandong yang tidak lain merupakan kecamatan terluas daerahya.
Berdasarkan Tabel 1. PDRB ADHK Kabupaten Mojokerto 2012-2016,
dapat dilihat bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor dengan
nilai PDRB tertinggi selama tahun 2012-2016 dan relatif meningkat
4

hingga mencapai angka 26.417.688,0 pada tahun 2016. Kabupaten


Mojokerto mempunyai kawasan Industri yang cukup besar yaitu
di Kecamatan Ngoro yakni Ngoro Industrial Park (Ngoro Industri Persada)
yang merupakan daerah indutri terbesar di Mojokerto. Kabupaten
Mojokerto terletak pada bentang alam yang bervariasi, dimana sangat kaya
akan sumber daya alam dan salah satu penghasil produk pertanian untuk
provinsi Jawa Timur. Wilayah selatan terletak pada dataran tinggi yang
mayoritas dihasilkan banyak macam buah. Wilayah utara juga merupakan
dataran tinggi batu kapur yang kurang subur akan tetapi pepohonan kayu
putih dan pohon jati masih banyak dibudidayakan diwilayah area Dawar
Blandong yang tidak lain merupakan kecamatan terluas daerahya.
Pengembangan sektor basis merupakan kebijakan yang strategis
dalam pelaksanaan pembangunan daerah, karena sektor basis merupakan
sektor yang dapat dipasarkan keluar batas perekonomian wilayah produksi
setelah sektor tersebut memenuhi kebutuhan dalam wilayah sendiri.
Peningkatan terhadap sektor basis akan mendorong pengembangan sektor
bukan basis, sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan
perekonomian suatu wilayah. Analisis potensi sektor unggulan melalui
pendekatan Locationt Quotient dan Shift Share Analysis merupakan salah
satu cara untuk mengenali dan menggali potensi sektor daerah di
Kabupaten Mojokerto. Melalui location quotient dan shift share analysis
dapat ditentukan prioritas pengembangan sektor yang menjadi basis.
Informasi mengenai prioritas pengembangan sektor yang menjadi basis
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten
Mojokerto dalam menentukan rencana dan kebijakan pembangunan,
sehingga pembangunan daerah di Kabupaten Mojokerto dapat berjalan
lebih efisien dan efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tentang pentingnya peranan
sektor-sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Mojokerto, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
5

1. Sektor-sektor mana yang termasuk dalam kategori sektor basis dalam


perekonomian Kabupaten Mojokerto ditinjau dari sisi PDRB?
2. Bagaimanakah pergeseran pangsa sektor-sektor di Kabupaten
Mojokerto?
3. Sektor apa yang menjadi prioritas pengembangan dan bagaimana
strategi untuk mengembangkan sektor prioritas di Kabupaten
Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :
1. Mengetahui sektor yang menjadi basis di Kabupaten Mojokerto
2. Mengetahui pergeseran pangsa sektor-sektor di Kabupaten Mojokerto
3. Mengetahui sektor yang menjadi prioritas pengembangan dan strategi
untuk mengembangkan sektor di Kabupaten Mojokerto tersebut
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Pemerintah Kabupaten Mojokerto
Memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan serta masukan
bagi pemerintah daerah dalam merencanakan program pembangunan
daerah berdasarkan sektor yang menjadi prioritas pengembangan
2. Peneliti dan masyarakat umum
Memberikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan
penelitian sejenis dan memberikan informasi bagi masyarakat umum
terkait prioritas pengembangan terutama di Kabupaten Mojokerto
3. Penulis
Sebagai sarana menambah wawasan dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh sewaktu kuliah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik
selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi (Sukirno, 2000).
Adanya perkembangan ekonomi di suatu daerah akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pembangunan ekonomi merupakan
serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, memeratakan pembagian
pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor
sekunder dan sektor tersier. Menurut Tarigan (2002) untuk mengukur
seberapa besar kinerja perekonomian suatu wilayah disuatu negara maka
dapat dilihat dari kontribusi Produk Domestik Regional Bruto terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) total nasional. Pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang
terjadi diwilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang.
Pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi
perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada
pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja,
pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada pendekatan kebutuhan dasar
(basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup dan yang terakhir
pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut


Jhinghan (2002) yaitu:
1. Sumberdaya alam

6
7

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian


adalah sumberdaya alam/tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam
ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan
susunannya, kekayaan hutan, mineral dan sebagainya.
2. Akumulasi modal
Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
diproduksi.Pembentuk modal merupakan kunci utama pertumbuhan
ekonomi.
3. Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor paling penting didalam
proses pertumbuhan ekonomi.
4. Kemajuan teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor yang paling penting
didalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan
perubahan didalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan
atau hasil dari teknik penelitian baru.
5. Pembagian kerja dan skala produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas. Keduanya membagi kearah ekonomi produksi skala besar
yang selanjutnya membantu perkembangan industri.
2. Pembangunan Wilayah
Pembangunan suatu wilayah adalah fungsi dari pembangunan nasional.
Perencanaan wilayah merupakan sarana dalam proses pembangunan. Dalam
ruang lingkup pembangunan nasional, terdapat ketergantungan
(pembangunan) wilayah dengan tujuan pembangunan nasional. Perubahan
hubungan yang semula tergantung menjadi saling ketergantungan ini
membutuhkan adanya perubahan struktural di bidang politik dan ekonomi,
tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat wilayah hingga lokal.
Dalam Hanafiah (1988), konsep pembangunan wilayah dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Konsep Homogenitas
Wilayah diberi batasan berdasarkan beberapa persamaan unsur tertentu
dalam wilayah bersangkutan. Pembagian wilayah seperti ini lebih karena
adanya kesamaan permasalahan yang dihadapi, maupun kondisi di
lapangan.
8

2. Konsep Nodalitas
Konsep ini menekankan pada perkembangan struktur tata ruang dalam
wilayah yang memiliki sifat ketergantungan fungsional, seperti hubungan
fungsional antar kota sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan
desa sebagai wilayah belakangnya.
3. Konsep Administrasi dan Unit Program
Penentuan batas wilayah ini berdasarkan pada perlakuan kebijaksanaan
yang seragam, seperti sistem dan tingkat pajak yang sama, dsb.
Pembangunan wilayah merupakan pembangunan ekonomi dengan
mempertimbangkan variabel tempat dan waktu. Kebijakan pembangunan
wilayah akan menetapkan prioritas sektor dan tempat, alokasi dan besaran
investasi atau pengeluaran pemerintah, alokasi insentif bagi investasi swasta,
serta pengelompokan wilayah berdasarkan fungsi (Nindyantoro, 2004). Pada
dasarnya kegiatan perencanaan tata ruang wilayah merupakan upaya untuk
memformulasikan aspirasi dalam pemanfaatan ruang wilayah secara optimal
dan efisien serta disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang dimiliki
wilayah tersebut (Purliana, 2003).
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu hal yang dapat dijadikan indikator tingkat pertumbuhan
ekonomi adalah nilai dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
menunjukkan tingkat pertumbuhan total output atau nilai tambah dari setiap
sektor (lapangan usaha) yang dihasilkan oleh daerah dalam suatu periode.
Menurut Tarigan (2007:24), PDRB dapat dibedakan menjadi dua yaitu PDRB
atas harga berlaku dan harga konstan. Nilai total output atau nilai tambah
yang dihasilkan oleh setiap sektor (lapangan usaha) berdasarkan harga-harga
selama tahun berjalan disebut sebagai PDRB atas dasar harga berlaku
sedangkan nilai total output atau nilai tambahyang dihasilkan oleh setiap
sektor (lapangan usaha) berdasarkan harga pada tahun dasar disebut dengan
PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu
tahun. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedangkan
9

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB
atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur
ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BAPPEDA, 2005).
Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yang
ditimbulkan dari suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan, yaitu ( BPS
Jawa Tengah, 2000):
1. Menurut Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam
suatu wilayah, dengan cara mengurangkan beaya antara dari masing-
masing total produksi bruto tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2. Menurut Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu
tahun ). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB
mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua
komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto
seluruh sektor (lapangan usaha).
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen
permintaan akhir seperti :
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
d. Perubahan stock.

e. Ekspor netto.
Dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor netto
merupakan ekspor dikurangi impor.
4. Konsep Basis Ekonomi
10

Sektor perekonomian dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor basis
dan non basis. Sektor yang kegiatannya berorientasi pada ekspor dari
produksi barang dan jasa setiap sektor/lapangan usaha keluar batas daerah
yang bersangkutan disebut sektor basis, sedangklan sektor yang kegiatannya
hanya berorientasi pada produksi barang dan jasa dari setiap sektor/lapangan
usaha untuk memenuhi permintaan dalam daerah perekonomian yang
bersangkutan disebut sektor non basis.Tiebout merupakan orang yang
pertama kali mengembangkan teori basis ekspor murni.Teori basis ekspor
murni juga membagi kegiatan produksi atau jenis pekerjaan dalam satu
wilayah berdasarkan kegiatan basis dan kegiatan non basis (Tarigan, 2007).
Menurut Richarson (2001), konsep ekonomi basis pada dasarnya
pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah terjadi karena ada efek pengganda
dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah dan dipasarkan keluar wilayah.
Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010) merupakan laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari
wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan
sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian
diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
peluang kerja. Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah
akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah ter sebut dapat
memenangkan per saingan pada sektor yang sama dengan daerah lain
sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu wi
layah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient ) di singkat LQ.
Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam teknik LQ berbagai
peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah,
misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
5. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah
Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan
pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh
cepat disebabkan karena struktur industri/sektornya mendukung dalam arti
11

lain sebagian sektornya mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sedangkan


bagi wilayah yang pertumbuhannya lamban, sebagian besar sektornya
mempunyai laju pertumbuhan lamban. Untuk mengidentifikasi sumber atau
komponen pertumbuhan wilayah lazim digunakan analisis shift share
(Budiharsono, 2005). Analisis shift share menurut Firdaus (2007) adalah
salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis data statistik regional,
baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya.
Metode ini juga dapat digunakan untuk mengamati struktur perekonomian
daerah dan perubahannya secara deskriptif, dengan cara menekankan bagian-
bagian dari pertumbuhan sektor atau industri di daerah, dan memproyeksikan
kegiatan ekonomi di daerah tersebut dengan data yang terbatas.
Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja
atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya
dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Analisis ini
memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang
berhubungan satu sama lain, yaitu (Arsyad, 2004):
a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
b. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini
memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah
terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang
perekonomian yang dijadikan acuan.
c. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam
menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan
perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran
diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih
12

tinggi daya saingnya perencanaan pembangunan atau pengembangan


wilayah.
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis, yaitu penelitian yang berusaha untuk memusatkan diri pada
pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang dan pada masalah yang
aktual (Surakhmad, 1994). Data-data yang telah dikumpulkan kemudian
disusun kemudian dianalisis sesuai metode yang telah ditentukan dan
kemudian dijelaskan untuk memberikan gambaran hasil penelitian.
B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur.
Lokasi penelitian tersebut dipilih secara purposive (sengaja), dengan
pertimbangan bahwa Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu
Gerbangkertosusila yang merupakan kawasan metropolitan di Provinsi
Jawa Timur. Kabupaten Mojokerto memiliki potensi sumber daya yang
dikelola dan dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian daerah.
C. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari berbagai narasumber di instansi
terkait seperti BAPPEDA. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Mojokerto, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Mojokerto, publikasi beberapa penelitian
terdahulu, jurnal, artikel, dan internet. Data sekunder tersebut terdiri dari :
(1) PDRB Kabupaten Mojokerto dan PDRB Provinsi Jawa Timur; (2) laju
pertumbuhan dan kontribusi PDRB Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Mojokerto; (3) Data potensi ekonomi Kabupaten Mojokerto.
D. Teknik Pengambilan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
teknik observasi/pengamatan dan dokumentasi. Teknik observasi lapangan
yaitu melakukan pengamatan secara langsung di wilayah studi dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi wilayah studi dan untuk mengenali serta
mengidentifikasi potensi dan permasalahan di wilayah studi. Teknik
dokumentasi yaitu mencari data yang dibutuhkan dengan mengajukan
permintaan data kepada instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)

13
14

Kabupaten Mojokerto, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(BAPPEDA) Kabupaten Mojokerto kemudian mencatat atau
mendokumentasikan data-data tersebut untuk selanjutnya dilakukan
analisis.
E. Metode Analisis Data
1. Metode Location Quotient
Analisis LQ merupakan perbandingan antara pangsa relatif
pendapatan sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total
wilayah dengan pangsa relatif pendapatan total sektor i pada tingkat
nasional terhadap pendapatan nasional. Secara matematis, rumus untuk
menghitung LQ adalah sebagai berikut (Rachmat, 2003) :
vi
vt
LQ =
Vi
Vt
Keterangan:
LQ = Nilai Location Quotient (LQ)
vi = PDRB sektor i di Kabupaten Mojokerto
vt = PDRB total di Kabupaten Mojokerto
Vi = PDRB sektor i di Provinsi Jawa Timur
Vt= PDRB total di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan persamaan (rumus) di atas, ada tiga kemungkingan nilai
LQ yang dapat diperoleh, yaitu:
a. Jika nilai LQ adalah 1, mempunyai arti bahwa peranan dari sektor
i di Kabupaten Mojokerto sama dengan peranan sektor yang sama
di Provinsi Jawa Timur, dengan kata lain produksi dari sektor
tersebut hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya
sendiri.
b. Jika nilai LQ > 1,mempunyai arti bahwa peranan dari suatu sektor
di Kabupaten Mojokerto lebih besar dibandingkan sektor yang
sama di Provinsi Jawa Timur. Sektor tersebut merupakan sektor
yang kuat untuk menjadi sektor basis dan memiliki prospek yang
menguntungkan untuk dikembangkan. Sektor tersebut tidak hanya
dapat memenuhi permintaan dari dalam daerah, namun juga
berpotensi untuk diekspor atau memenuhi permintaan dari daerah
lainnya.
15

c. Jika nilai LQ < 1, mempunyai arti bahwa suatu sektor di


Kabupaten Mojokerto peranannya lebih kecil dibandingkan
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur. Produksi
komoditas pada sektor ini tidak dapat memenuhi kebutuhan
daerahnya sendiri, sehingga perlu impor dari daerah lainnya.
Dengan kata lain, sektor tersebut tidak dapat dijadikan sektor
basis.
2. Metode Shift Share
Shift share analysis merupakan sebuah analisis untuk mengetahui
terjadinya pergeseran pangsa sektor-sektor ekonomi di Kabupaten
Mojokerto. Ada tiga informasi dasar yang dapat diketahui dari analisis
shift share dimana ketiga komponen tersebut memiliki hubungan satu
sama lain yaitu :
a. Komponen National Share (N)/ PN menjelaskan perbandingan
pertumbuhan ekonomi dari Kabupaten Mojokerto dengan
pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih luas atau daerah yang
dijadikan referensi (Provinsi Jawa Timur).
b. Komponen Proportional Shift (P)/ PP menunjukkan perubahan
kinerja dari suatu sektor ekonomi (lapangan usaha) di Kabupaten
Mojokerto terhadap sektor yang sama di daerah yang dijadikan
referensi (Provinsi Jawa Timur). Proportional shift (pergeseran
proporsional) juga disebut sebagai pengaruh industry mix (bauran
industri).
c. Komponen Differential Shift (D)/ PPW menentukan seberapa jauh
kemampuan daya saing industri di Kabupaten Mojokerto dengan
perekonomian daerah yang dijadikan referensi (Provinsi Jawa
Timur). Diferential Shift disebut juga keunggulan kompetitif.
Analisis shift share secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
∆Kij = PNij + PPij + PPWij
3. Metode Gabungan LQ dan Shift Share
Dari analisis Location Qoutient (LQ) dan Analisis Shift Share (SSA)
terhadap sektor-sektor di Kabupaten Mojokerto, maka dapat ditentukan
sektor basis apa saja yang akan di prioritaskan untuk di kembangkan.
Berikut ini merupakan klasifikasi kriteria penentuan:
16

Prioritas
LQ PP PPW
Pengembangan
Utama >1 Positif Positif
Kedua >1 Positif Negatif
>1 Negatif Positif
Alternatif >1 Negatif Negatif

4. Analisis SWOT
Penentuan strategi pengembangan sektor yang menjadi prioritas
dilakukan dengan melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT
(Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities, Threats) digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis berdasarkan pada
kekuatan (Strenghts) dan peluang (Oppurtunities), dan secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Kinerja pada sektor potensial ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal, dimana kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dari hasil analisis ini
akan diketahui kekuatan dan kelemahan dari masing-masing sektor
yang dapat dilihat dari laju pertumbuhan dan daya saing tiap sektor.
Peluang dan ancaman dari tiap sektor dapat diketahui dari analisis
faktor eksternal di luar daerah Kabupaten Mojokerto atau daerah di
sekitar Kabupaten Mojokerto. Identifikasi faktor internal dan eksternal
diperoleh dengan memanfaatkan seluruh hasil analisis, selanjutnya
informasi yang diperoleh diklasifikasikan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

Posisi Faktor Posisi Faktor


Rating Rating
Strategi Internal Strategi Eksternal

Kekuatan Peluang
1. 1.
Jumlah Jumlah
Kelemahan Ancaman
1. 1.
Jumlah Jumlah
Sumber: Freddy Rangkuti, 2006
Keterangan:
17

a. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut mulai dari 1,0


(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis sektor
potensial (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi
skor total 1,00).
b. Pemberian rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
pemberian rating untuk faktor kekuatan dan peluang yang bersifat
positif diberi rating 4, tetapi bila kecil diberi rating 1. Pemberian
rating kelemahan dan ancaman yang bersifat negatif semakin besar
diberi rating 1, tetapi apabila kecil diberi rating 4.
Atas dasar hasil identifikasi ini, melalui analisis maka dapat disusun
suatu strategi yang dapat dikelompokkan ke dalam Matrik SWOT.

Faktor Internal Strenghts (S) Weaknesses (W)

Faktor Eksternal
Opportunities (O) Comparative Invesment Divesment
Advantage (S-O) (W-O)
Threats (T) Mobilization (S-T) Damage Control (W-T)
Sumber: Freddy Rangkuti, 2006

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Teori Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Bagian


Penerbitan STIE
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto. 2017. Kabupaten Mojokerto dalam
Angka 2017.
____________________________________. 2017. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Mojokerto Tahun 2012-2016.
Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Evi dan Hastarini. 2009. Analisis Sektor dan Produk Unggulan Kabupaten
Kendal. J Media Ekonomi dan Manajemen Vol XVIII (2): 165- 177
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hanafiah, T. 1988. Pengembangan Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan Kecil
dalam Rangka Pengembangan Wilayah Pedesaan. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor
http://pertanian.jatimprov.go.id
18

Jhingan, M. L. 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan D.


Guritno. Jakarta : Rajawali
Nindyantoro. 2004. Kebijakan Pembangunan Wilayah: Dari Penataan Ruang
Sampai Otonomi Daerah. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor
Purliana, Indah. 2003. Analisis Sektor Basis Perekonomian dan Peranan Fasilitas
Pelayanan Terhadap Pembangunan Wilayah Kota Tegal. Skripsi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Richardson, H. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijaksanaan). LPFE UI.Jakarta.
_________. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan. Jakarta : Kencana
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (edisi revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai